Anda di halaman 1dari 9

Nama : Devy Dwy Agustin

Nim : 06101382025050
Kelas : B Indralaya
KIMIA TANAH

SIFAT-SIFAT FISIK DAN MORFOLOGI TANAH


Sifat morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang.
Sebagian dari sifat-sifat morfologi tanah merupakan sifat-sifat fisik dari tabah tersebut.
1. Profil tanah
Profil tanah merupakan penampang melintang tanah atau irisan tegak lurus ke bawah dari
permukaan tanah yang menampakkan lapisan-lapisan tanah (horison).
Horizon adalah lapisan tanah yang kurang lebih sejajar dengan permukaan bumi dan
mempunyai ciri-ciri tertentu.

Solum: tanah yang berkembang secara genetis; merupakan lapisan tanah mineral dari atas
sampai sedikit dibawah batas atas horizon C (terdiri dari horizon O-A-E-B).

Lapisan tanah atas: lapisan tanah yang subur karena mengandung banyak bahan organik (terdiri
dari horizon O-A).
Lapisan tanah bawah: lapisan di bawah solum (terdiri dari horizon C-R).

Keterangan:

Horizon O

▪ Lapisan atas, lapisan olah, lapisan humus


▪ Lapisan teratas suatu penampang tanah, yang biasanya banyak mengandung Bahan
Organik (BO) sebagai hasil dekomposisi seresah sehingga warnanya gelap.
▪ Merupakan lapisan utama
Horizon A

▪ Horison mineral ber BOT sehingga berwarna agak gelap


Horizon E

▪ Horison mineral yang telah tereluviasi (tercuci) sehingga kadar (BOT, liat silikat, F
dan Al rendah) tetapi pasir dan debu kuarsa (seskuoksida) dan mineral resisten
lainnya tinggi, berwarna terang
Horizon B

▪ Horrison Illuvial atau horison tempat terakumulasinya bahan-bahan yang tercuci


dari horison diatasnya (akumulasi bahan eluvial)
▪ Ketebalan lapisan > horizon A
▪ Horizon B dibagi menjadi beberapa sub lapisan:
– Sub lapisan B1: daerah peralihan horizon (warna agak gelap)

– Sub lapisan B2: daerah kandungan kapur tinggi (warna terang)

– Sub lapisan B3: daerah penimbunan unsure Fe missal Fe2O3 (warna merah)
Horizon C

▪ Horizon C atau lapisan batuan induk merupakan hasil pelapukan dan penghancuran
oleh iklim terhadap batuan induk yang berlangsung lama.
▪ Sifatnya mirip batuan induk.
Horizon R (bedrock)

▪ Merupakan dasar tanah yang terdiri dari batuan yang sangat pejal dan belum
mengalami pelapukan.
Kegunaan profil tanah :

a) Untuk mengetahui kedalaman lapisan olah (Lapisan Tanah Atas = O-A) dan solum(O-A-
E-B).

b) Untuk mengetahui kelengkapan atau differensiasi horison pada profil

c) Untuk mengetahu warna tanah


2. Warna tanah
Warna tanah merupakan ciri utama yang paling mudah untuk mendeterminasi tanah

Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa warna tanah berfungsi sebagai penunjuk dari sifat tanah,
karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut.
Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya dipengaruhi oleh perbedaan
kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik, warna tanah makin gelap.
Sedangkan dilapisan bawah, dimana kandungan bahan organik umumnya rendah, warna tanah
banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe dalam tanah.

Di daerah berdrainase buruk, yaitu di daerah yang selalu tergenang air, seluruh tanah berwarna
abu-abu karena senyawa Fe terdapat dalam kondisi reduksi (Fe2+). Pada tanah yang
berdrainase baik, yaitu tanah yang tidak pernah terendam air, Fe terdapat dalam keadaan
oksidasi (Fe3+) misalnya dalam senyawa Fe2O3 (hematit) yang berwarna merah, atau Fe2O3.
3 H2O (limonit) yang berwarna kuning cokelat. Sedangkan pada tanah yang kadang-kadang
basah dan kadang-kadang kering, maka selain berwarna abu-abu (daerah yang tereduksi)
didapat pula becak-becak karatan merah atau kuning,yaitu di tempat-tempat dimana udara
dapat masuk, sehingga terjadi oksidasi besi ditempat tersebut. Keberadaan jenis mineral kwarsa
dapat menyebabkan warna tanah menjadi lebih terang.

Warna tanah ditentukan dengan membandingkan warna tanah tersebut dengan


warna standar pada buku Munsell Soil Color Chart. Diagram warna baku ini disusun tiga
variabel, yaitu: (1) hue, (2) value, dan (3) chroma

3. Tekstur tanah
Tekstur tanah merupakan sifat menggambarkan kasar halusnya tanah dalam perabaan yang
ditentukan oleh perbandingan berat fraksi-fraksi penyusunnya. Suatu fraksi yang dominan pada
suatu tanah akan menentukan ciri dan jenis yang bersangkutan.

Tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang kecil sehingga sulit menyimpan
atau menyerap air dan unsur hara. Tanah yang bertekstur lempung atau liat mempunyai luas
permukaan yang besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara sangat
tinggi. Tekstur tanah ringan yaitu tanah yang didominasi fraksi pasiran lebih mudah diolah
dibandingkan dengan tekstur berat yang didominasi fraksi lempung.

Bahan- bahan tanah meliputi:

– Pasir : 2mm – 50 u

– Debu : 50u – 2u

– Liat : < 2u

– Lebih dari 2mm disebut bahan kasar (kerikil sampai batu)

Tekstur tanah dapat digolongkan :

1. Apabila terasa kasar, berarti pasir, pasir berlempung


2. Apabila terasa agak kasar, berarti lempung berpasir, lempung berpasir halus
3. Apabila terasa sedang, berari lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung
berdebu, debu
4. Agak halus, berarti lempung liat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu
5. Halus, berari liat berpasir, liat berdebu, liat
Di lapangan tekstur tanah dapat ditentukan dengan memijit tanah basah di antara jari-jari,
sambil dirasakan halus kasarnya yaitu dirasakan adanya butir-butir pasir debu dan liat, sebagai
berikut:

Pasir:

– Rasa kasar sangat jelas

– Tidak melekat

– Tidak dapat dibentuk bola dan gulungan

Pasir berlempung:

– Rasa kasar jelas

– Sedikit sekali melekat

– Dapat dibentuk bola, mudah hancur

Lempung berpasir:

– Rasa kasar agak jelas

– Agak melekat

– Dappat dibuat bola, mudah hancur

Lempung:

– Rasa tidak kasar dan tidak licin

– Agak melekat
– Dapat dibentuk bola agak teguh, dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan
mengkilat

Lempung berdebu:

– Rasa licin

– Agak melekat

– Dapat dibentuk bola agak teguh, gulungan dengan permukaan mengkilat

Debu:

– Rasa licin sekali

– Agak melekat

– Dapat dibentuk bola teguh, dapat dibentuk gulungan dengan permukaan membulat

4. Struktur tanah
Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan ruangan partikel-
partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat dari hasil proses
pedogenesis.

Struktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu
perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain.

Ruang kosong yang besar antara agregat (makropori) membentuk sirkulasi air dan udara juga
akar tanaman untuk tumbuh ke bawah pada tanah yang lebih dalam. Sedangkan ruangan
kosong yang kecil ( mikropori) memegang air untuk kebutuhan tanaman. Idealnya bahwa
struktur disebut granular.

Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi secara langsung.
Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan laju pertumbuhan tanaman
pakan dan produksi persatuan waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah
yang padat.

Tanah berasal dari kata pedon (bahasa Yunani) dan solum (bahasa latin) merupakan bagian
kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah mempunyai peranan penting
terhadap mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai
penopang akar. Tanah mempunyai sifat fisika dan kimianya, dan untuk kesempatan ini kita
akan membahas sifat-sifat kimia tanah.

Kimia tanah merupakan suatu studi tentang karakteristik kimiawi dari tanah. Kimia tanah
menyangkut komposisi mineral, bahan oragnik, dan faktor lingkungan (Wikipedia). Sifat kimia
tanah yang dianalisis adalah derajat kemasaman tanah atau pH, Kapasitas Tukar Kation atau
KTK, fosfor (P), Kalium (K), Nitrogen (N), dan C-organik.

Berikut sifat Kimia Tanah, adalah:


1.Derajat Kemasaman Tanah (pH)

▪ Tanah gambut di Indonesia pada umumnya mempunyai reaksi kemasaman tanah (pH)
tanah gambut umumnya rendah, yaitu antara 3,0-5,0 (Hardjowigeno, 1996). Hasil
analisis di berbagai wilayah di Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya, memperlihatkan
bahwa histosol menunjukkan reaksi tanah masam ekstrim (pH 3,5 atau kurang) sampai
sangat masam sekali (pH 3,6-4,5).

▪ Tanah gambut mempunyai pH yang rendah yang berkisar antara 3-5, pH yang relatif
tinggi (sekitar 5) adalah akibat seringnya dilakukan pembakaran seresah di atas tanah.
Secara umum kemasaman tanah gambut semakin tebal bahan organik maka kemasaman
gambut meningkat. Kondisi tanah gambut yang sangat masam akan menyebabkan
kekahatan hara N, P, K, Ca, Mg (Mutalib et al., 1991).
▪ Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan
dengan nilai pH. Nilai pH dapat digunakan sebagai indikator kesuburan kimiawi tanah,
karena dapat mencerminkan ketersediaan hara dalam tanah tersebut. Nilai pH
menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H +) dan (OH -) di dalam tanah
(Kirnadi et al., 2014).

2. Kapasitas Tukar Kation (KTK)


Kapasitas tukar kation adalah salah satu sifat kimia tanah yang terkait erat dengan ketersediaan
hara bagi tanaman dan menjadi indikator keseburan tanah adalah kapasitas tukar kation (KTK)
atau Cation Exchange Capacity (CEC). KTK merupakan jumlah total kation yang dapat
dipertukarkan (cation exchangable) pada permukaan koloid yang bermuatan negatif. Satuan
hasil pengukuran KTK adalah miliequivalen kation dalam 100 gram tanah atau mekation per
100 gram tanah (Novizan, 2005).

Tanah gambut umumnya memiliki KTK tinggi dan kejenuhan basa (KB) rendah. KTK gambut
lebih tinggi dibandingkan dengan tanah mineral dan semakin tinggi dengan meningkatnya
kandungan bahan organik. Nilai KTK memegang peranan penting dalam pengelolaan tanah
dan dapat menjadi penciri kesuburan tanah. KTK pada tanah umumnya tergantung pada jumlah
muatan negatif yang berada pada kompleks jerapan (Agus dan Subiksa, 2008).

KTK merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-
tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi
daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir. Nilai
KTK tanah sangat beragam dan tergantung pada sifat dan ciri tanah itu sendiri. Besar kecilnya
KTK tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah, tekstur atau jumlah liat, jenis mineral liat, bahan
organik dan pengapuran serta pemupukan (Hardjowigeno, 2003).

Besarnya KTK tenah tergantung pada tekstur tanah, tipe mineral liat tanah, dan kandungan
bahan organik. Semakin tinggi kadar liat atau tekstur semakin halus maka KTK tanah akan
semakin besar. Demikian pula pada kandungan bahan organik tanah, semakin tinggi bahan
organik tanah maka KTK tanah akan semakin tinggi (Mukhlis, 2007).

KTK yang memiliki banyak muatan tergantung pH dapat berubah-ubah dengan perubahan pH.
Keadaan tanah yang sangat masama menyebabkan tanah kehilangan KTK dan kemampuan
menyimpan hara kation dalam bentuk dapat tukar karena perkembangan muatan positif. KTK
menjadi sangat berkurang karena perubahan pH. KTK yang dapat diserap tanah pada pH 7
(Mukhlis, 2007).

3. P-tersedia

Unsur P-tersedia pada tanah gambut sebagian besar dijumpai dalam bentuk P-organik, yang
selanjutnya akan mengalami proses mineralisasi menjadi P-anorganik oleh jasad renik mikro.
Sebagian besar senyawa P-organik berada dalam bentuk ester ortofosfat, sebagian lagi dalam
bentuk mono dan diester. Ester yang telah diindentifikasi terdiri atas inositol fosfat, fosfolipid,
asam nukleat, nukleotida, dan gula fosfat.

Ketiga senyawa pertama bersifat dominan. P-tersedia merupakan unsur kedua setelah N dan
ketersediaan P dalam tanah jarang yang melebihi 0,01% sebagian besar bentuk P-tersedia
terikat oleh koloid tanah sehingga tidak tersedia bagi tanaman (Umaternate, et al., 2014).

Unsur hara P merupakan salah satu unsur hara makro bagi tanaman, karena hara P dibutuhkan
dalam jumlah besar oleh tanaman setelah hara N. Unsur P diserap oleh tanaman dari tanah
dalam bentuk H2PO4- dan HPO4 2-. Kadar hara P tersedia yang tinggi akan menguntungkan
bagi tanaman sehingga tanah-tanah demikian cenderung sebur (Winarso, 2005).

Istomo (2006) menyatakan bahwa P dalam tanah dominan berasal dari pelapukan batuan,
sedangkan P dalam tanah gambut berasal dari P-organik. Pada tanah mineral untuk tumbuh
optimal tanaman memerlukan P sebesar 0,3-0,5% dan 0,04% P dari berat kering tanaman pada
tanah gambut.

Fosfor (P) termasuk dalam hara makro, namun jumlah P ini di dalam tanaman diketahui lebih
kecil dibandingkan unsur N dan K, namun peran P ini sangat penting bagi tanaman karena
kunci dari kehidupan tanaman tersebut. Unsur P yang berada di dalam tanah didapat dari
berbagai sumber baik dari bahan organik, pupuk buatan, seperti kompos serta mineral tanah
(Winarso, 2005).

4. K-tersedia
Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang diserap oleh tanaman
dalam bentuk ion K +. Muatan positif dari kalium akan membantu menetralisir muatan listrik
yang disebabkan oleh muatan negatif nitrat, fosfat, atau unsur lainnya. Ketersediaan kalium di
dalam tanah dapat berkurang karena 3 hal yaitu pengambilan K oleh tanaman, pencucian
kalium oleh air dan erosi. Kadar kalium tanah jauh lebih banyak dari pada fosfor. Sebagian
besar dari kalium tanah adalah berada dalam mineral. Kalium dalam tanah yang berasal dari
mineral dapat dibebaskan oleh pengaruh asam karbonat (Hanafiah, 2005).
Kalium umumnya diserap tanaman dalam bentuk K larut (soluble K) yang berada dalam reaksi
keseimbangan dengan K dapat dipertukarkan (exchangeable K) dan K tidak dapat
dipertukarkan (non-exchangeable K). Bentuk K larut dan dapat dipertukarkan merupakan
bentuk K yang cepat tersedia sehingga sering disebut sebagai K tersedia (Kirkman et al., 1994).
Unsur K rata-rata menyusun 1% bagian tanaman. Unsur kalium berbeda peran dibandingkan
unsur N, S, dan P. karena sedikit berfungsi sebagai penyusun komponen tanaman seperti
protoplasma, lemak, dan selulosa, tetapi berfungsi dalam pengaturan mekanisme (bersifat
katalik dan katalisator) seperti fotosintesis, translokasi karbihidrat, sintesis protein, dan lain-
lain (Hanafiah, 2005).

Kalium tersedia dalam tanah tidak selalu tetap dalam keadaan tersedia, tetapi masih berubah
yang lambat untuk diserap oleh tanaman (slowly available). Hal ini disebabkan oleh K tersedia
yang mengadakan keseimbangan dengan bentuk-bentuk K lain. Pada kerak bumi, kadar kalium
cukup tinggi, yakni sekitar 2,3% (Analisis fusion) kebanyakan terikat dalam mineral primer
atau terfiksaso dalam mineral sekunder dari mineral lempung (clay). Oleh karena itu, tanah
lempung sebetulnya kaya kadar K (Rosmarkam & Nasih, 2012).

5. N-Total

Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5% bobot tanaman dan
berfungsi terutama dalam pembentukan protein (Hanafiah, 2005). Senyawa nitrogen yang
terdapat di dalam tanah saling berhubungan satu sama lain dengan kandungan bahan organik
yang terkandung di dalam tanah tersebut. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa jika kandungan
bahan organik yang terkandung di dalam tanah rendah maka jumlah senyawa nitrogen di dalam
tanah tersebut juga rendah bahkan tidak ada. Hal ini yang menjadi kekhawatiran terhadap
pertumbuhan tanaman yang ada. Karena pertumbuhan tanaman tersebut dapat terganggu.

Cara utama nitrogen masuk ke dalam tanah adalah akibat kegiatan jasad renik, baik yang hidup
bebas maupun yang bersimbiose dengan tanaman. Dalam hal yang terakhir nitrogen yang diikat
digunakan dalam sintesa amino dan protein oleh tanaman inang. Jika tanaman atau jasad renik
pengikat nitrogen bebas, maka bakteri pembusuk membebaskan asama amino dari protein,
bakteri amonifikasi membebaskan amonium dari grup amino, yang kemudian dilarutkan dalam
larutan tanah. Amonium diserap tanaman atau diserap setelah dikonversikan menjadi nitrat
oleh bakteri nitrifikasi (Hakim et al., 1986).
Faktor yang mempengaruhi unsur N dalam tanah adalah kegiatan jasad renik, baik yang hidup
bebas maupun yang bersimbiose dengan tanaman. Pertamabahan lain dari nitrogen tanah
adalah akibat loncatan suatu listrik di udara. Nitrogen dapat masuk melalui air hujan dalam
bentuk nitat. Jumlah ini sangat tergantung pada tempat dan iklim (Nugroho et al., 2003).
Sumber N berasal dari atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya berasal dari aktifitas di
dalam tanah sebagai sumber sekunder. Fiksasi N secara simbiotik khususnya terdapat pada
tanaman jenis leguminoseae sebagai bakteri tertentu. Bahan organik juga membebaskan N dan
senyawa lainnya setelah mengalami proses dekomposisi oleh aktifitas jasad renk tanah
(Nugroho et al., 2003).
Nitrogen merupakan unsur dalam protein, jadi penting bagi tumbuhan dan hewan.
Dibandingkan dengan oksigen, nitrogen tersedia empat kali lebih banyak di atmosfir, tetapi
kebanyakan organisme tidak dapat mempergunakan nitrogen atmosfir, tetapi kebanyakan
organisme tidak dapat mempergunakan nitrogen atmosfir, tetapi kebanyakan organisme tidak
dapat mempergunakan nitrogen atmosfir secara langsung.

Hampir semua tanaman dan hewan dapat menggunakan nitrogen secara langsung. Oleh karena
itu siklus nitrogen menyediakan banyak jembatan antara cadangan atmosfir dan komunitas
biologis (Kristanto, 2002).
6. C-Organik
Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini dikarenakan bahan organik dapat
meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan
organik dilakukan berdasarkan jumlah C-Organik (Musthofa, 2007).

Tanah yang baik merupakan tanah yang mengandung hara. Unsur yang mengandung hara.
Unsur yang terpenting dalam tanah agar dapat mendukung kesuburan tanah salah satunya
adalah kandungan C-Organk. Dimana kandungan C-organik merupakan unsur yang dapat
menentukan tingkat kesuburan tanah. Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik
yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa
mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus
(Hardjowigeno, 2003).

Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam
ekosistem tanah. Dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan bahan organik dalam
bentuk C-organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2% agar kandungan bahan
organik dalam tanah tidak menurun dengan berjalnnya waktu akibat proses dekomposisi
mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak harus
diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain sangat erat berkaitan dengan KTK
(Kapsitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah (Musthofa, 2007).

C-organik merupakan indikator dalam penentuan kualitas bahan organik yang sangat berkaitan
dengan laju dekomposisi. Hal ini terjadi karena kualitas subtrat yang terurai lebih rendah,
sehingga laju respirasi juga rendah (Huda & Suriadikarta, 2006). C-organik tanah menunjukkan
kadar bahan organik yang terkandung di dalam tanah. Tanah-tanah gambut biasanya
mempunyaii tingkat kadar C-organik yang lebih tinggi dibandingkan tanah mineral.

Anda mungkin juga menyukai