Anda di halaman 1dari 10

JAWABAN UTS DASAR-DASAR ILMU TANAH

NAMA : OTNIEL APRINDO PURBA


NIM : C1012191007
PRODI : AGROTEKNOLOGI – PPAPK

1. Gambar tersebut menunjukan Horison-horison/Profil tanah yang terdiri dari:


a. Horison O (0-2 inchi dari permukaan) adalah horison tanah yang tersusun dari serasah
dan bahan organik tanah hasil dekomposisi serasah;
b. Horison A (2-10 inchi dari permukaan) adalah horison yang tersusun dari bahan mineral
berkandungan bahan organik tinggi sehingga berwarna agak gelap;
c. Horison B (10-30 inchi dari permukaan) adalah horison illuvial atau horison
pengendapan sehingga terjadi akumulasi dari bahan-bahan yang tercuci dari horison
diatasnya; dan
d. Horison C (30-45 inchi dari permukaan) adalah lapisan tanah yang bahan penyusunnya
masih serupa dengan batuan induk atau masih berbentuk regolit.

Urutan horison tanah dari permukaan ke bawah permukaan dan ketebalannya dapat berbeda-
beda di setiap tempat, hal ini mengikuti logika pembentukan tanah oleh berbagai proses
translokasi, transformasi, pengurangan dan penambahan atas senyawa kimia dan partikel
tanah di dalam profil tanah. Selain itu ada juga Horison E (terletak di antara horison A dan
B) yang mengalami proses elluviasi (leaching) maksimal, dicirikan oleh warna yang lebih
terang dari pada horison B yang terletak di bawahnya dan Horison R yang merupakan lapisan
batuan induk dan terletak paling bawah. Lapisan tanah atas (top soil) biasanya terdiri dari
horison O dan horison A dan lapisan tanah bawah (sub soil) biasanya terdiri dari horison B
dan horison C. Lapisan Tanah ini (top soil dan sub soil) merupakan bagian Solum Tanah.

Pengertian Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari padatan (bahan mineral
dan/atau bahan organik), cair, dan gas yang menempati permukaan daratan, dan menempati
ruang, dengan dicirikan oleh salah satu atau kedua berikut:
a. Terdiri dari horison-horison yang dapat dibedakan dari bahan asalnya yang merupakan
hasil proses pembentukan tanah;
b. Dapat menjadi media tumbuh tanaman di alam terbuka.
Komponen/Unsur Penyusun Tanah terdiri dari:

a. Bahan mineral merupakan hasil pelapukan batuan dan juga bahan anorganik yang
terdapat di permukaan Bumi;
b. Bahan organik atau humus ini berasal dari sisa- sisa tanaman dan juga binatang, serta
berbagai hasil dari kotoran yang terdekomposisi.
c. Air merupakan zat cair yang dapat meresap ke dalam tanah. Air merupakan komponen
yang bersifat dinamis. Air di dalam tanah menempati pori mikro dan makro pada tanah;
d. Udara adalah komponen berbentuk gas, sifat udara di dalam tanah dinamis dan sangat
memungkinkan dapat terdorong keluar dari tanah ketika kandungan air tanah ini
meningkat. Udara biasanya menempati tanah di dalam pori makro;
e. Mikroorganisme atau jasad renik merupakan komponen tambahan yang dapat berupa
hewan atau tumbuhan (contohnya: cacing tanah, bakteri dan jamur).

Setiap tanah mempunyai masing- masing komponen dalam komposisi yang berbeda - beda.

Proses Pembentukan Tanah berawal dari pelapukan batuan induk yang terjadi secara fisik
disertai pelapukan secara kimia dan biologi yang terjadi pada batuan induk maupun bahan
organik. Batuan Induk dan Bahan Organik yang menjadi asal bahan induk tanah yaitu:

 Batuan Beku terbentuk karena magma yang membeku, baik yang membeku di
permukaan (batuan beku atas/volkanik) contohnya: obsidian, basalt, membeku di sela
lapisan bumi (batuan beku gang) atau membeku di dalam bumi (batuan beku dalam)
contohnya: granit, diorite, dan grabo;
 Batuan Sedimen terbentuk akibat sedimentasi baik oleh air maupun oleh angin.
Batuan sedimen dibedakan menjadi batuan endapan tua yaitu batuan endapan yang
telah diendapkan berjuta tahun yang lalu hingga membentuk batuan yang keras
(contohnya: batu gamping, batu kuarsa) dan batuan endapan muda yaitu bahan
endapan baru yang belum mengeras menjadi batu (contohnya bahan endapan hasil
erosi di dataran yang terdampak banjir);
 Batuan metamorfosa berasal dari batuan beku atau sedimen yang karena pengaruh
suhu dan tekanan yang tinggi berubah menjadi jenis batuan lain (contohnya: batuan
schist, kuarsit dan marmer);
 Bahan Induk Organik berasal dari bahan organik (serasah dan organisme lain yang
mati) yang sedang mengalami proses dekomposisi atau yang telah terdekomposisi.

Pelapukan fisik adalah suatu proses hancur dan lepasnya material batuan tanpa merubah
struktur kimiawi dari batuan tersebut dan merupakan proses penghancuran bongkahan
batuan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang terjadi sebagai akibat turun naiknya
suhu dan perbedaan kemampuan mengembang dan mengerut dari masing-masing
mineral. Pelapukan fisik terjadi relatif lebih cepat di daerah-daerah yang memiliki
perbedaan temperatur udara yang signifikan (suhu menurun dan meningkat dengan
cepat).

Pelapukan Kimia terjadi bersamaan/setelah pelapukan fisik yang mana merupakan


proses pelapukan dimana terjadi perubahan susunan kimiawi batuan yang mengalami
pelapukan. Proses pelapukan kimia dibagi menjadi 4, yaitu :

 Hidrasi adalah proses pelapukan batuan yang terjadi di permukaan batuan saja.
 Hidrolisa adalah proses penguraian air atas unsur-unsurnya yang berubah menjadi ion
positif dan negatif.
 Oksidasi adalah proses pengkaratan besi. Batuan yang mengalami proses oksidasi
pada umumnya memiliki warna kecoklatan, hal ini disebabkan karena kandungan besi
dalam batuan akan mengalami pengkaratan.
 Karbonasi adalah proses pelapukan batuan oleh gas CO2. Dimana gas ini terdapat
pada air hujan ketika masih menjadi uap air. Contoh batuan yang mengalami proses
karbonasi adalah batuan kapur.

Pelapukan biologi adalah pelapukan yang disebabkan oleh makhluk hidup


(mikroorganisme, akar tanaman atau hewan). Pelapukan ini terjadi secara terus menerus
setelah tanah terbentuk, dimana pelapukan biologi ini merupakan pelapukan
penyempurna dan terjadi beriringan dengan pelapukan fisik dan kimia.

Dalam proses pembentukan tanah yang terjadi sampai dengan saat ini, ada lima faktor
yang sangat mempengaruhi, yaitu: iklim, organisme hidup, bahan induk, waktu dan
topografi. Kelima faktor tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan saling terkait satu sama
lain.
2. Tekstur adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan liat. Definisi dari Tekstur
tanah adalah susunan relatif dari tiga ukuran zarah tanah, yaitu: pasir berukuran 2mm – 50μm,
debu berukuran 50 – 2μm, dan liat berukuran < 2μm. Tekstur tanah merupakan salah satu
sifat fisik tanah yang sangat menentukan kemampuan tanah untuk menunjang pertumbuhan
tanaman. Tekstur tanah yang berbeda akan mempengaruhi kemampuan tanah menyimpan
dan menghantarkan air, menyimpan dan menyediakan hara tanaman yang berbeda pula.
Terdapat 13 kelas tekstur tanah, yaitu: pasir, debu, liat, pasir berlempung, lempung berpasir,
lempung, lempung berdebu, lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu,
liat berpasir, dan liat berdebu. Tanah bertekstur sedang sampai agak halus seperti lempung
berpasir, lempung berliat dan lempung berdebu sangat baik untuk dikelola untuk lahan
pertanian karena aerasi dan tata udara cukup baik, kemampuan menyimpan dan menyediakan
air tinggi serta dapat mengikat unsur hara mineral untuk tanaman. Hal ini disebabkan karena
proporsi fraksi pasir, liat dan debu yang sedemikian rupa (seimbang), sehingga tata udara di
dalam tanah menjadi baik (sirkulasi udara lancar), daya permeabilitas menjadi optimal, dan
juga porositas tanah yang relatif mudah untuk diolah/dikelola serta memudahkan akar
tanaman untuk berpenetrasi.
Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan ruangan partikel-
partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat/gumpalan kecil.
Struktur tanah yang baik untuk lahan pertanian adalah tanah dengan struktur granular dan
remah, hal ini disebabkan karena struktur ini memiliki tata udara/aerasi yang baik, unsur-
unsur hara yang dibutuhkan tanaman mudah tersedia, memiliki pori-pori makro/mikro yang
seimbang, dan relatif mudah diolah/dikelola. Struktur tanah yang remah dan granular pada
umumnya menghasilkan laju pertumbuhan tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan
struktur tanah yang padat (lempeng/gumpal).
Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi dan adhesi butir-butir
tanah terhadap benda lain atau daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah
bentuknya, misalkan karena proses pengolahan tanah untuk pertanian. Konsistensi tanah yang
baik/ cocok untuk lahan pertanian adalah tanah yang gembur/ mudah hancur (dalam keadaan
lembab), bersifat lunak (dalam keadaan kering) dan tidak plastis (kaku) serta tidak melekat
(dalam keadaan basah). Hal ini disebabkan dalam pengolahan lahan pertanian dibutuhkan
tanah yang gembur/mudah hancur, tidak plastis dan tidak tidak melekat agar dapat
mempermudah petani untuk mengolah lahannya menggunakan alat bantu (seperti:
cangkul/bajak) sehingga sirkulasi udara/tata udara dan daya serap air menjadi lebih baik.

3. Tanah merupakan salat satu media tumbuh tanaman dengan unsur hara yang langsung
tersedia dari bahan organik (humus/mineral) yang di ikat oleh koloid tanah (liat/humus)
dengan kadar yang tidak menentu dan biasanya tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Unsur Hara yang dibutuhkan tanaman terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Unsur Hara Makro, adalah unsur-unsur hara yang dibutuhkan tumbuhan dalam jumlah
yang relatif besar (Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg),
dan Sulfur/Belerang (S)).
b. Unsur mikro adalah unsur yang diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit. Walaupun
hanya diserap dalam jumlah kecil, tetapi sangat penting untuk menunjang proses
metabolisme dalam tumbuhan (Boron (B), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Besi (Fe),
Molibdenum (Mo), Mangan (Mn), Khlor (Cl), Natrium (Na), Kobalt (Co), Silikon (Si),
dan Nikel (Ni)).

Selain itu, mikroorganisme yang hidup di dalam tanah sangat mempengaruhi kesuburan
tanah, mikroorganisme yang hidup di dalam tanah hidup karena adanya bahan organik yang
sedang atau telah terdekomposisi sebagai sumber makanannya. Peranan mikroorganisme
tanah bagi tumbuhan sangat penting karena ada beberapa jenis mikroorganisme yang
bersimbiosis mutualisme dengan tanaman, contohnya bakteri rhizobium dan mikorhiza.
Selain itu, ada beberapa jenis mikroorganisme yang berperan penting bagi kesuburan tanah,
yaitu cacing tanah karena cacing tanah menghancurkan bahan organik sehingga
meningkatkan infiltrasi, memampatkan agregasi tanah, memperbaiki aerasi dan struktur
tanah.

4. Gambar tersebut menunjukkan Humus dan Liat yang merupakan koloid tanah. Koloid tanah
adalah bahan aktif dari tanah yang berperan dalam menjerap dan mempertukarkan ion, yang
terdiri dari koloid anorganik dan koloid organik. Koloid anorganik adalah partikel liat yang
berukuran ≤ 1 µm (liat silikat dan non-silikat) sedangkan koloid organik berasal dari
dekomposisi bahan organik yang mulai stabil yaitu humus. Koloid liat berbentuk Kristal dan
bersifat mantap sedangkan koloid humus tidak berbentuk Kristal dan tersusun atas unsur
Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O) serta bersifat dinamis.
Pertukaran kation terjadi pada koloid liat dan koloid humus yang memiliki muatan negatif,
sehingga tekstur tanah, jenis mineral liat, dan kandungan bahan organik akan mempengaruhi
kapasitas tukar kation (KTK) suatu tanah. Kation adalah ion bermuatan positif seperti Ca++,
Mg+, K+, Na+, NH4+, H+, Al3+, dan sebagainya. Di dalam tanah kation-kation tersebut terlarut
di dalam air tanah atau dijerap oleh koloid-koloid tanah. Kation-kation yang telah dijerap
oleh koloid-koloid tersebut sukar tercuci oleh air gravitasi, tetapi dapat diganti oleh kation
lain yang terdapat dalam larutan tanah. Hal tersebut dinamakan pertukaran kation
(exchangeable cation). Kapasitas tukar kation (KTK) tanah adalah kemampuan koloid tanah
dalam menjerap dan mempertukarkan kation. Berdasarkan pada jenis permukaan koloid yang
bermuatan negatif, KTK dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a. KTK koloid anorganik atau KTK liat yaitu jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada
permukaan koloid anorganik (koloid liat) yang bermuatan negatif;
b. KTK koloid organik yaitu jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan
koloid oerganik yang bermuatan negatif; dan,
c. KTK total atau KTK tanah yaitu jumlah total kation yang dapat dipertukarkan dari suatu
tanah baik kation pada permukaan koloid organik (humus) maupun kation pada
permukaan koloid anorganik (liat).

Sifat-sifat pertukaran kation dalam tanah banyak digunakan dalam menilai tingkat kesuburan
tanah dan klasifikasi tanah. Kapasitas tukar kation berhubungan dengan kapasitas penyediaan
unsur hara (Ca, Mg, K), efisiensi pemupukan dan pengapuran pada lapisan olah.

5. Kemasaman tanah adalah suatu kondisi dimana tanah berada pada pH rendah (pH < 6) hal
ini disebabkan pencucian berat akibat hancuran iklim yang intensif dan telah lanjut (Tanah
Podsolik dan Tanah Latosol). Kemasaman tanah merupakan salah satu masalah utama bagi
pertumbuhan tanaman karena pada tanah dengan pH masam dalam sistem tanah akan terjadi
perubahan kimia sebagai berikut :
a. Aluminium menjadi lebih larut dan beracun untuk tanaman;
b. Sebagian besar hara tanaman menjadi kurang tersedia bagi tanaman, sedangkan
beberapa hara mikro menjadi lebih larut dan beracun;
c. penurunan hasil tanaman; dan,
d. mempengaruhi fungsi penting biota tanah yang bersimbiosis dengan tanaman seperti
fiksasi nitrogen oleh Rhizobium.

Beberapa Faktor Penyebab Kemasaman Tanah, yaitu:

a. Air Hujan

Air hujan pada umumnya adalah ber pH rendah (asam). Air hujan ini yang dalam
kesetimbangan dengan atmosfer akan memiliki pH sekitar 5,6 karena pelarutan karbon
dioksida di dalam air. Ketika air hujan murni berada dalam kesetimbangan dengan
karbon dioksida (CO2), maka konsentrasi ion hydrogen (H+) yang dihasilkan
menyebabkan pH 5,6. Curah hujan yang tinggi ditambah lagi dengan temperatur yang
tinggi menyebabkan terjadinya pelapukan yang intensif, proses mineralisasi berjalan
sangat intensif. Air yang berlebih menyebabkan pencucian hasil-hasil mineralisasi
terutama kation-kation basa (Ca, Mg, K, Na) yang mengakibatkan pada kompleks
jerapan tanah dipenuhi oleh ion H+ dan Al+.

b. Respirasi Akar

Karbon dioksida yang dihasilkan karena proses respirasi akar dan selama periode
pertumbuhan aktif akar dapat menyebabkan konsentrasinya lebih tinggi beberapa kali
dari di atmosfer, sehingga terjadi peningkatan jumlah karbon dioksida terlarut dalam air
tanah dan menyebabkan peningkatan keasaman tanah atau pH menjadi lebih rendah.

c. Pupuk

Karbon dioksida bukan satu-satunya sumber ion hidrogen dalam tanah, namun. Pada
tanah yang dikelola, pupuk dapat menjadi sumber utama ion hidrogen. Antara lain adalah
Pupuk yang mengandung Amonium dan Monokalsium Fosfat. Pupuk modern biasanya
menggunakan amonium sebagai sumber nitrogen, akan tetapi oksidasi ammonium
dihasilkan ion nitrat dan ion hidrogen sehingga menyebabkan pengasaman tanah.
Monokalsium fosfat yang sering digunakan sebagai salah satu komponen pupuk juga
menjadi faktor penyebab terjadinya proses pengasaman tanah (meskipun lebih rendah
daripada amonium).
d. Reaksi Oksidasi yang Menghasilkan Ion Hidrogen

Semua reaksi oksidasi dalam tanah yang menghasilkan ion hidrogen dapat menyebabkan
terjadinya pengasaman tanah. Salah satu reaksi pengasaman paling efektif adalah
oksidasi sulfur anorganik dan Reaksi oksidasi pirit yang terjadi pada tanah rawa yang
diangkat sehingga terjadi reaksi oksidasi dari pirit tanah tersebut.

e. Bahan Organik

Bahan Organik juga dapat menyebabkan pengasaman tanah. Kemampuan


pengasamannya tergantung pada jenis tanaman sebagai sumber bahan organik tersebut.
Beberapa tanaman mengandung asam organik dalam jumlah yang sangat berbeda dengan
tanaman lainnya. Asam organik hasil dekomposisi bahan organik menyebabkan
pengasaman tanah. Bahan organik yang berasal dari tanaman dengan kandungan basa-
basa kurang mencukupi kebutuhan mikrobia pendekomposernya, menyebabkan
mikrobia tersebut menyerap basa-basa keperluannya dari sistem tanah, sehingga basa-
basa tanah seperti kalsium dan magnesium terkuras dari tanah maka menyebabkan
terjadinya pengasaman tanah.

f. Tanaman

Pertumbuhan tanaman juga berkontribusi dalam pengasaman tanah, proses penyerapan


hara utama (K, Ca, dan Mg) disertai pertukaran dengan ion hidrogen sehingga
menyebabkan terjadinya pengasaman tanah. Contohnya adalah tanaman Leguminosa.
Selama masa pertumbuhan tanaman Leguminosa terjadi penyerapan anion dan kation
dengan perbandingan yang tidak seimbang, sehingga lebih mengasamkan tanah.
Tanaman leguminosa menyerap hara nitrogen dari hasil fiksasi mikrobia (Rhizobium)
yang bersimbiosis dengannya.

g. Hujan Asam

Hujan asam juga memberikan kontribusi dalam proses pengasaman tanah dan banyak
tanaman sangat peka terhadap pengaruh dari hujan asam.
6. Mikoriza, Rhizobium, dan Lumbricus rubellus merupakan mikroorganisme yang berada di
dalam tanah yang membantu pertumbuhan tanaman dan memperbaiki struktur tanah.

a. Mikoriza (Fungi)

Mikoriza berperan penting untuk penyediaan dan penyerapan unsur hara yang diperlukan
tanaman khususnya penyerapan unsur Fosfor. Pada hifa ekternal akan terbentuk spora,
yang merupakan bagian penting bagi mikoriza yang berada diluar akar yang berfungsi
untuk menyerap fosfor dalam tanah. Fospor yang telah diserap oleh hifa ekternal, akan
segera dirubah manjadi senyawa polifosfat. Senyawa polifosfat ini kemudian dipindahkan
ke dalam hifa internal dan arbuskul. Di dalam arbuskul senyawa polifosfat dipecah menjadi
posfat organik yang kemudian dilepaskan ke sel tanaman inang. Peningkatan serapan fosfor
juga disebabkan oleh makin meluasnya daerah penyerapan, dan kemampuan untuk
mengeluarkan suatu enzim yang diserap oleh tanaman. Mikoriza juga dapat melindungi
tanaman dari ekses unsur tertentu yang bersifat racun seperti logam berat. Mikoriza juga
bisa memberikan kekebalan bagi tumbuhan inang. Mikoriza ini menjadi pelindung fisik
yang kuat, sehingga perakaran sulit ditembus penyakit (patogen), sebab jamur ini mampu
membuat bahan antibotik untuk melawan penyakit. Mikoriza sangat mengurangi
perkembangan penyakit busuk akar yang disebabkan oleh Phytopthora cenamoni.
Demikian pula mikoriza telah dilaporkan dapat mengurangi serangan Nematodae.

b. Rhizobium (Bakteri)

Bakteri Rhizobium adalah salah satu contoh kelompok bakteri yang mampu menyediakan
hara bagi tanaman. Apabila bersimbiosis dengan tanaman legum, kelompok bakteri ini
akan menginfeksi akar tanaman di dalam tanah dan membentuk bintil akar di dalamnya.
Rhizobium hanya dapat memfiksasi nitrogen atmosfer bila berada di dalam bintil akar dan
meningkatkan kandungan senyawa Nitrogen di dalam tanah. Peranan Rhizobium terhadap
pertumbuhan tanaman khususnya berkaitan dengan ketersediaan nitrogen bagi tanaman
inangnya. Bakteri Rhizobium memperoleh makanan berupa mineral, gula/karbohidrat dan
air dari tanaman inangnya, sedangkan bakteri memberi imbalan berupa nitrogen yang
ditambatnya dari atmosfer. Namun demikian, dalam kehidupannya bakteri Rhizobium
tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, terutama pH tanah, kondisi fisik, kimia
serta biologi tanah
c. Lumbricus rubellus (Cacing Tanah)

Cacing tanah jenis Lumbricus rubellus adalah cacing tanah yang tergolong dalam
kelompok binatang avertebrata (tidak bertulang belakang) yang hidupnya di tanah yang
gembur dan lembab. Lumbricus rubellus berperan memakan bahan organik yang dalam
kondisi dekomposisi tinggi dan membantu proses penguraian bahan organik yang
terdekomposisi. Dalam ekosistem, cacing tanah seperti Lumbricus rubellus mengolah
tanah menjadi lebih gembur dan subur dengan memperbaiki struktur tanah yang dimakan
sehingga mudah bagi tanaman untuk menyerap nutrisi dari tanah serta membantu dalam
penyebaran unsur hara di dalam tanah. Dalam rantai makanan Lumbricus rubellus adalah
konsumen utama yang perannya mengubah energi yang disintesis oleh tanaman
fotosintesis menjadi makanan untuk hewan pada tingkat trofik yang lebih tinggi.
Kehadiran cacing tanah Lumbricus rubellus meningkatkan konsentrasi mikroorganisme
penghasil vitamin B12 di dalam tanah.

Anda mungkin juga menyukai