PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah sudah digunakan orang sejak dahulu karena semua orang yang
hidup di permukaan bumi mengenal wujud tanah. Pengertian tanah itu sendiri
bermacam-macam, akan tetapi karena luas penyebarannya apa sebenarnya yang
dimaksud tanah, akan ditemui bermacam-macam jawaban atau bahkan orang
akan bingung untuk menjawabnya. Masing-masing jawaban akan dipengaruhi oleh
pengetahuan dan minat orang yang menjawab dalam sangkut-pautnya dengan
tanah. Mungkin pengertian tanah antara orang yang satu dengan yang lain
berbeda. Misalnya seorang ahli kimia akan memberi jawaban berlainan dengan
seorang ahli fisika, dengan demikian seorang petani akan memberi jawaban lain
dengan seorang pembuat genteng atau batubata. Pada mulanya orang
menganggap tanah sebagai medium alam bagi tumbuhnya vegetasi yang terdapat
di permukaan bumi atau bentuk organik dan anorganik yang di tumbuhi tumbuhan,
baik yang tetap maupun sementara.
Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang telah
tersusun atas horizon-horizon terdiri atas campuran-campuran bahan mineral dan
bahan organik. Tanah terbagi dalam yang berbeda-beda.
Tanah mempunyai sifat kompleks, terdiri atas komponen padat yang
berinteraksi dengan cairan dan udara. Komponen pembentuk tanah merupakan
padatan, cairan dan udara jarang berada dalam kondisi setimbang, selalu berubah
mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh
suhu udara, angin dan sinar matahari.
B. Tujuan dan kegunaan
1. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pegertian Tanah
B. Warna tanah
Menurut Sutanto, (2009) warna merupakan salah satu ciri tanah yang jelas
dan paling menonjol sehingga mudah terlihat danlebih sering digunakan dalam
memberikan (description) tanah dari pada cirri tanah lain, khususnya orang awam.
Warna tanah tidak secara langsung berpengaruh pada pertumbuhan tanaman,
tetapi tak langsung melalui daya pengaruhnya atas suhu dan lengas tanah. Warna
tanah merupakan karakteristik tanah yang sangat penting karena:
(a) Berhubungan dengan kandungan bahan organik: warna hitam, hitam
kecoklatan;
(b) Kondisi pengatusan tanah buruk: kelabu, kehijauan, kekuningan;
(c) Tanah berkembang lanjut: merah;
(d) Kandungan oksida besi dan mangan tinggi: merah, coklat, hitam
kecoklatan;
(e) Kandungan mineral tertentu: limsonit berwarna kuning.
Penetapan warna tanah secara kuantitatif di lapangan menggunakan buku
warna tanah standar soil munsell color chart tersusun sebagai berikut.
(a) Hue
: menunjukkan spectrum warna dominan, membedakan
Warna merah dan kuning.
(b) Value
sifat fisik tertentu pada tanah, sehingga dikenal berbagai kalas-kelas susunan
butiran tanah yang disebut dengan kelas tekstur tanah. Tekstur tanah adalah
susunan berat nisbi fraksi pasir, debu dan liat. Misalnya tanah yang mengandung
40 % atau lebih berat fraksi liat, kurang dari 45 % berat pasir dan kurang dari 40 %
berat debu dimasukkan dalam kelas tanah bertekstur liat (Suhardi, 2007).
D. BD (bulk density) / PD (particle density)
Air merupakan komponen utama tubuh tanaman, bahkan hampir 90% selsel tanaman dan mikrobia terdiri dari air. Air yang diserap tanaman disamping
berfungsi sebagai komponen sel-selnya, juga berfungsi sebagai media reaksi pada
hampir seluruh proses metabolismenya yang apabila telah terpakai diuapkan
melalui mekanisme transpirasi, yang bersama-sama dengan penguapan dai tanah
sekitarnya (evaporasi) disebut evapotranspirasi (Hanafiah, 2012).
Menurut Hanafiah,(2012) air merupakan komponen penting dalam tanah
yang dapat menguntungkan dan kadangkala merugikan .Secara garis besar peran
air tanah yang menguntungkan meliputi:
(a) Sebagai pelarut dan pembawa ion-ion hara dari rhizosfer ke dalam akar
kemudian ke daun.
(b) Sebagai sarana transportasi dan pendistribusi nutrisi jadi dari daun
keseluruh bagian tanaman.
(c) sebagai agen pemicu pelapukan bahan induk, perkembangan tanah dan
diferensiasi horizon.
(d) Sebagai pelarut dan pemicu reaksi kimiawi penyedia unsur hara tidak
tersedia menjadi tersedia bagi tanaman.
(e) Sebagai penopang aktivitas mikrobia dan merombak unsur hara tak tersedia
menjadi tersedia bagi tanaman.
(f) Sebagai pembawa oksigen terlarut dalam tanah.
(g) Sebagai stabilisator temperatur tanah, dan mempermudah pengolahan
tanah.
Kadar air tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume
air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat
memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah
tertentu. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah
dikering atau ovenkan dalam oven pada suhu 1000C 1100C untuk waktu
tertentu. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang
terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula
menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori mikro.
Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada
tanah. Air tambahan berikutnya akan bergerak ke bawah melalui proses
penggerakan air jenuh. Penggerakan air tidak hanya terjadi secara vertikal tetapi
juga horizontal. Gaya gravitasi tidak berpengaruh terhadap penggerakan horizontal
(Rosmarkan dkk, 2002).
Menurut (Hanafiah, 2007) bahwa koefisien air tanah yang merupakan
koefisien yang menunjukkan potensi ketersediaan air tanah untuk mensuplai
kebutuhan tanaman, terdiri dari :
(a) Jenuh atau retensi maksimum, yaitu kondisi di mana seluruh ruang pori
tanah terisi oleh air.
(b) Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori
asam nitrit yang secara alami merupakan komponen renik dari air hujan. Hujan
asam juga terjadi sebagai akibat meningkatnya penggunaan dan pembakaran
fosil-fosil padat yang menimbulkan gas-gas sulfur dan nitrogen, yang kemudian
bereaksi dengan air hujan(Hanafiah, 2012).
Nilai pH tanah dapat digunakan sebagai indikator kesuburan kimiawi
tanah, karena dapat mencerminkan ketersediaan hara dalam tanah tersebut. Pola
ketersediaan hara ini juga menunjukan bahwa pH optimum untuk ketersediaan
unsur hara tanah adalah sekitar 7,00, karena pada pH ini semua unsur makro
tersedia secara maksimum kecuali Mo, sehingga kemungkinan terjadinya toksitas
unsur mikro tertekan. Pada pH dibawah 6,5 dapat terjadi defisiensi P, Ca dan Mg
serta toksisitas B, Mn, Cu, Zn, dan Fe, sedangkan pada pH diatas 7,5 dapat terjadi
defisiensi P,B, Fe, Mn, Cu, Zn,Ca, dan Mg juga keracunan B dan Mo
(Hanafiah,2012).
Setiap tanaman memerlukan jumlah hara dalam komposisi yang berbedabeda, pengetahuan tentang pengaruh pH terhadap pola ketersediaan hara dapat
digunakan sebagai acuan dalam pemilihan tanaman yang sesuai pada suatu jenis
tanah. Untuk penanaman pada tanah yang pHnya tidak sesuai perlu dilakukan
perbaikan pH untuk mencapai pH ideal. Pada tanah alkalin, penurunan pH dapat
dilakukan dengan penambahan sulfur atau bahan bersulfur, agar sulfur yang
dilepaskan membentuk asam sulfur pemasam tanah, sedangkan pada tanah
masampeningkatan pH dan sekaligus peningkatan kejenuhan basa dapat
dilakukan dengan pengapuran. Kapur kalbonat atau kalsit (CaCO 3) atau sering
disebut kaptan, jika terhidrolisis akan menghasilkan ion hidroksil penaik pH dan
kation Ca peningkat kejenuhan basa(Hanafiah,K.A 2012).
G. Permaebilitas tanah
dengan keadaan iklim tetapi dapat juga berubah karena pengaruh dari adanya
kegiatan konstruksi. Di tempat itu dapat juga terjadi muka air tanah dangkal, di
atas muka air tanah biasa, sedangkan kondisi dapat terjadi bila tanah dengan
permeabilitas tinggi di permukaan atasnya dibatasi oleh lapisan muka air tanah
setempat, tetapi berdasarkan tinggi muka air tanah pada suatu tempat lain yang
lapisan atasnya tidak dibatasi oleh lapisan rapat air.Bahan organik membuat
permaebilitas tanah menjadi menjadi lebih baik, menurunkan permaebilitas pada
tanah bertekstur kasar (pasiran) dan meningkatkan permaebilitas tanah yang
bertekstur lembut (lempungan) ( Rosmarkam dan Nasih,2002).
Kekuatan menahan air dan permaebilitas tanah disebut juga pengikatan air
oleh tanah dan daya meluluskan air. Kelebihan air yang turun kedalam lapisan
tanah, cepat atau lambatnya tergantung dari permaebilitas tanah. Maka
permaebilitas dinyatakan dengan kecepatan air turun sampai kelapisan tanah yang
terbawah dan ini tergantung dari tekstur tanah dan stuktur tanah. Daya pengikatan
air menentukan berapa banyaknya air yang dibutuhkan, sedang permabilitas
menentukan kecepatan waktu dimana air itu dibutuhkan (Suhardi, 2007).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan tempat
10
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum dilapangan untuk pengambilan sampel, dapat
disimpulkan bahwa tanah memiliki sifat fisik tanah yang berbeda serta teksturnya
pun berbeda-beda dan warna tanah juga berbeda-beda tiap lapisannya.
A.
Saran
Selama praktikum berjalan tetap konsisten agar praktikum berjalan lancar dan
praktikan dapat memahami dengan jelas apa yang dijelaskan didalam praktikum.
B.
11
DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah, K.A. 2012. Dasar - Dasar ilmu tanah. PT Raja grafindo Persada. Jakarta.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu tanah. Akademik. Presindo. Jakatra.
Kuswandi. 2005. Pengapuran tanah pertanian. Kanisius. Yogyakarta.
Riza, Suyatno. 2010. Masa depan perkebunan kelapa sawit Indonesia. Kanisius.
Yogyakarta.
Rosmarkan, Afandie dan Nasih Widya Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah.
Kanisius. Yogyakarta.
Suhardi. 2007. Dasar-dasar bercocok tanam. Kanisius. Yogyakarta.
Sutanto, Rahcman. 2009. Dasar-dasar ilmu tanah. Kanisius. Yogyakarta.
12