Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tanah sudah digunakan orang sejak dahulu karena semua orang yang
hidup di permukaan bumi mengenal wujud tanah. Pengertian tanah itu sendiri
bermacam-macam, akan tetapi karena luas penyebarannya apa sebenarnya yang
dimaksud tanah, akan ditemui bermacam-macam jawaban atau bahkan orang
akan bingung untuk menjawabnya. Masing-masing jawaban akan dipengaruhi oleh
pengetahuan dan minat orang yang menjawab dalam sangkut-pautnya dengan
tanah. Mungkin pengertian tanah antara orang yang satu dengan yang lain
berbeda. Misalnya seorang ahli kimia akan memberi jawaban berlainan dengan
seorang ahli fisika, dengan demikian seorang petani akan memberi jawaban lain
dengan seorang pembuat genteng atau batubata. Pada mulanya orang
menganggap tanah sebagai medium alam bagi tumbuhnya vegetasi yang terdapat
di permukaan bumi atau bentuk organik dan anorganik yang di tumbuhi tumbuhan,
baik yang tetap maupun sementara.
Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang telah
tersusun atas horizon-horizon terdiri atas campuran-campuran bahan mineral dan
bahan organik. Tanah terbagi dalam yang berbeda-beda.
Tanah mempunyai sifat kompleks, terdiri atas komponen padat yang
berinteraksi dengan cairan dan udara. Komponen pembentuk tanah merupakan
padatan, cairan dan udara jarang berada dalam kondisi setimbang, selalu berubah
mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh
suhu udara, angin dan sinar matahari.
B. Tujuan dan kegunaan
1. Tujuan

Untuk mengetahui cara pengambilan sampel tanah.


2. Kegunaan

Mahasiswa dapat mengetahui cara pengambilan sampel tanah yang


benar.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pegertian Tanah

Tanah merupakan kombinasi fisik, kimia dan biologi. Tanah adalah


bangunan banguan alami yang tersusun atas horizon-horizon yang terdiri atas
bahan mineral dan organik bersifat galir ( tidak padu ) dan mempunyai tebal yang
tidak sama. Tanah merupakan hasil transformasi zat-zat mineral dan organik
dimuka daratan bumi. Tanah merupakan sesuatu yang unik dan spesifik untuk
mengenal dan mempelajari perlu dibutuhkan pemilihan bagian-bagian agar lebih
muda dan praktis. Tanah dapat ditemukan hampir dimana saja dan kiranya tanah
itu selalu bersama kita.Karena itu kebanyakan orang tidak pernah berusaha
menentukan apakah tanah itu,darimana asalnya dan bagaimana sifatnya.Mereka
tidak memperhatikan bagaimana tanah itu di suatu tempat berbeda dengan tanah
di tempat lain. Tanah juga merupakan komponen hidup dari lingkungan yang
penting.Bila tanah disalahgunakan, tanaman menjadi kurang produktif. Tanah
terbentuk dibawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bekerja dalam masa
yang sangat panjang. Tanah merupakan media bagi tumbuhan tingkat tinggi dan
pangkalan hidup bagi hewan dan manusia. Komponnen tanah (mineral,organik, air
dan udara) tersusun antara yang satu dengan yang lain membentuk tubuh tanah.
Tubuh tanah dibedakan atas horizon-horizon yang kurang lebih sejajar dengan
permukaan tanah sebagai hasil proses pedogenesis (Sutanto,2009).
Tanah terbentuk dari percampuran komponen penyusun yang bersifat
heterogen dan beraneka. Ada 4 komponen utama penyusun tanah mineral yang
tidak dapat dipisahkan dengan pengamatan mata telanjang. Komponen tanah
tersebut dipisahkan menjadi tiga fase penyusun tanah yakni
(a) Fase padat
: bahan mineral dan bahan organik
(b) Fase cair
: lengas tanah dan air tanah, serta
(c) Fase gas
: udara tanah
Komposisi tanah berdasarkan volume tanah masing-masing komponen
hanya perkiraan ( % volume). Komponen mineral adalah semua jenis bahan padat
hasil pelapukan batuan induk termasuk mineral primer, mineral sekunder dan
bahan amorf. Bahan induk tanah mineral adalah batuan yang padu(consolidated)
dan tak padu(unconsolidated) yang mengandung mineral yang terdapat
dipermukaan bumi. Bahan induk yang bermacam-macam mempunyai komposisi
yang bermacam-macam pula, terutama mineral pentinng dalam proses
pembentukan tanah. Keseimbangan mineral asam dan basa sangat menetukan
perkembangan tanah. Komposisi mineral berpengaruh langsung terhadap
kesuburan kimia(penyediaan unsure hara) (Sutanto,2009).

B. Warna tanah

Menurut Sutanto, (2009) warna merupakan salah satu ciri tanah yang jelas
dan paling menonjol sehingga mudah terlihat danlebih sering digunakan dalam
memberikan (description) tanah dari pada cirri tanah lain, khususnya orang awam.
Warna tanah tidak secara langsung berpengaruh pada pertumbuhan tanaman,
tetapi tak langsung melalui daya pengaruhnya atas suhu dan lengas tanah. Warna
tanah merupakan karakteristik tanah yang sangat penting karena:
(a) Berhubungan dengan kandungan bahan organik: warna hitam, hitam
kecoklatan;
(b) Kondisi pengatusan tanah buruk: kelabu, kehijauan, kekuningan;
(c) Tanah berkembang lanjut: merah;
(d) Kandungan oksida besi dan mangan tinggi: merah, coklat, hitam
kecoklatan;
(e) Kandungan mineral tertentu: limsonit berwarna kuning.
Penetapan warna tanah secara kuantitatif di lapangan menggunakan buku
warna tanah standar soil munsell color chart tersusun sebagai berikut.
(a) Hue
: menunjukkan spectrum warna dominan, membedakan
Warna merah dan kuning.
(b) Value

: kecerahan warna, warna putih sebagi pembanding. Hal


ini mengacu pada penurunan tingkat kecerahan warna
dari putih ke hitam.

(c) Chroma : kekuatan warna/intensitas.


Syarat penentuan warna tanah dilapangan adalah sebagai berikut.
(a) Tanah mengandung lenags/lembab atau kondisi kapasitas lapang
(b) Pengamatan tidak boleh dilakukan di tempat yang terkena sinar
matahari langsung atau harus diamati ditempat ternaungi/teduh
(c) Penagmatan warna tanah perlu dicatat dalam keadaan basah, lembab,
atau kering.
Adapun faktor warna tanah:
(a) Bahan organic warna hitam, gelap hingga coklat
(b) Besi humus gelap
(c) Karbon elementer gelap
(d) Senyawa mangan gelap
(e) Hydrated iron oxides merah hingga kuning
(f) Magnetit gelap
(g) Garam-garam kuarsa, kaolin, karbonat dan lain-lain putih dn pucat.
Kegunaan pengetahuan warna tanah:
(a) Menaksir kandungan bahan organik tanah. Makin halus tekstur tanah

makin banyak bahan organik yang diperlukan untuk memberika kesan


warna yang sama dalam berat tau volume yang sama.
(b) Melihat drainase tanah. Warna merah menandakan drainase tanahnya
baik. Warna abu-abu coklat atau adanya bercak-bercak menandakan
drainasenya jelek.
(c) Menaksir derjat pelapukan tanah. Makinmerah warna tanah makin lanjut
pelapukannya. Hal ini lebih nyata pada tanah latosol dan mediteran
merah-kuning.
(d) Menaksir penetapan klasifikasi tanah; yaitu denag hanya
memperlihatkan warna pada horizon tertentu.
(e) Menaksir kandungan besi pada tanah dan macam senyawanya.
C. Tekstur tanah
Tanah terdiri dari butir-butir tanh berbagai ukuran. Bagian tanah yang
berukuran lebih dri 2 mm sampai lebih kecil dari pedon disebut fragmen batuan
(rock fragmen) atau bahan kasar (kerikil sampai batu). Bahan-bahan tanah yang
lebih halus (<2 mm) disebut fraksi tanah halus. Tekstur tanah menunjukkan kasar
halusnya tanah dari fraksi tanah halus (<2 mm). tanah-tanah yang bertekstur pasir,
karena butir-butirnya berukuran lebih besar, maka setiap satuan berat (misalnya
setiap gram) mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap
(menahan) air dan unsur hara (Hardjowigeno, 2003).
Tanah-tanah bertekstur liat, karena lebih halus maka setiap satuan berat
mempubyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air
dan menyediakan unsure hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam
reaksi kimia dari pada tanah bertekstur kasar (Hardjowigeno, 2003)
Kelas ukuran partikel (tekstur tanah) ditentukan berdasrkan perbandingan
pasir, debu dan lempung. Nama tekstur sesuai dengan fraksi yang dominan, tetapi
istilah gellu berarti tidak ada fraksi yang dominan (Sutanto).
a. Fraksi semu/pseudo
Dalam bidang ilmu tanah dikenal fraksi pseudo/semu sebagai hasil
sementasi fraksi debu menjadi fraksi berukuran pasir sedangkan debu semu
merupakan hasil sementasi fraksi lempung. Ukuran semu ini banyak dijumpai pada
tanah-tanah diwilyah tropika dengan bahan sementasi seskuioksida besi atau
kadang-kadang kapur. Proses sementasi yang ekstrim kemungkinan besar akan
membentuk lapisan cadas (pan) yang sangat keras. Beberapa jenis lapisan cadas
ialah laterit (sementasi Fe), duripan (cads sementasi silika) (Sutanto,2009).
b. Kelas tekstur
Kelas tekstur adalah
pengelompokan tekstur berdasrkan proporsi
lempung (distribusi ukuran partikel) yang ditetapkan berdasarkan proporsi
lempung, debu dan pasir ( sutanto, 2009).
Pada permukaan tanah yang tersebar luas ditemukan berbagai
perbandingan susunan butiran tanah. Suatu susunan butiran menentukan sifat-

sifat fisik tertentu pada tanah, sehingga dikenal berbagai kalas-kelas susunan
butiran tanah yang disebut dengan kelas tekstur tanah. Tekstur tanah adalah
susunan berat nisbi fraksi pasir, debu dan liat. Misalnya tanah yang mengandung
40 % atau lebih berat fraksi liat, kurang dari 45 % berat pasir dan kurang dari 40 %
berat debu dimasukkan dalam kelas tanah bertekstur liat (Suhardi, 2007).
D. BD (bulk density) / PD (particle density)

BD (bulk density) atau sering diistilahkan dengan berat volume (volume


weight) menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume
tanah termasuk pori-pori tanah. Makinpadat suatu tanah maka makin sulit
meneruskan air sulit menembus akar tanaman. Pada penetapan BD volume poripori tanah dimasukkan dalam perhitungan. Tanah yang diambil contohnya tetap
diusahakan dalam keadaan alami atau asli. Susunan tidak boleh rusak waktu
pengambilan sampel. Air dan udara yang mengisi pori-pori tanah dihilangkan
dengan pemanasan. BD diberikan batasan sebagai berat kering satu satuan berat
volume tanah dalam keadaan asli dibagi dengan volumenya, dinyatakan dalam
gram/cm3. Berarti bila 1000 cm 3 tanah dalam keadaan asli beratnya 1512
gram,maka BD tanah adalah 1,512 g/cm 3 (Rosmarkan dkk, 2002).
Tanah lebih padat mempunyai Bulk density yang lebih besar dari pada
tanah mineral bagian atas mempunyai kandungan Bulk Density yang lebih rendah
dibandingkan tanah dibawahnya. Bulk density di lapangan tersusun atas tanahtanah mineral yang umumnya berkisar 1,0 -1,6 gr/cm 3. Tanah organik memiliki nilai
Bulk density yang lebih mudah, misalnya dapat mencapai 0,1 gr/cm 3 0,9 gr/cm3
pada bahan organik. Bulk density atau kerapatan massa tanah banyak
mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti porositas, kekuatan, daya dukung,
kemampuan tanah menyimpan air drainase, dll. Sifat fisik tanah ini banyak
bersangkutan dengan penggunaan tanah dalam berbagai keadaan (Hardjowigeno,
2003).
PD (particle density) atau berat padatan ditentukan dengan menghitung
berat dari padatan tanah. Pori-pori tanah yang mengandung air dan udara
dihilangkan dengan jalan dipadatkan PD diberikan batasan sebagai berat satu
satuan volume padatan tanah dibagi dengan volumenya dinyatakan dalam
gram/cm3. Berarti bila 1 cm3 padatan tanah beratnya 2,55 gram,maka PD tanah
adalah 2,55 g/cm3. Tanah-tanah mineral umumnya mempunyai berat padatan
antara 2,60-2,75. tanah mengandung bahan organik nilainya lebih rendah dan
pada tanah-tanah organik berat padatanya antara 1,2-1,7 (Rosmarkan dkk, 2002).
E. Kadar air tanah

Air merupakan komponen utama tubuh tanaman, bahkan hampir 90% selsel tanaman dan mikrobia terdiri dari air. Air yang diserap tanaman disamping

berfungsi sebagai komponen sel-selnya, juga berfungsi sebagai media reaksi pada
hampir seluruh proses metabolismenya yang apabila telah terpakai diuapkan
melalui mekanisme transpirasi, yang bersama-sama dengan penguapan dai tanah
sekitarnya (evaporasi) disebut evapotranspirasi (Hanafiah, 2012).
Menurut Hanafiah,(2012) air merupakan komponen penting dalam tanah
yang dapat menguntungkan dan kadangkala merugikan .Secara garis besar peran
air tanah yang menguntungkan meliputi:
(a) Sebagai pelarut dan pembawa ion-ion hara dari rhizosfer ke dalam akar
kemudian ke daun.
(b) Sebagai sarana transportasi dan pendistribusi nutrisi jadi dari daun
keseluruh bagian tanaman.
(c) sebagai agen pemicu pelapukan bahan induk, perkembangan tanah dan
diferensiasi horizon.
(d) Sebagai pelarut dan pemicu reaksi kimiawi penyedia unsur hara tidak
tersedia menjadi tersedia bagi tanaman.
(e) Sebagai penopang aktivitas mikrobia dan merombak unsur hara tak tersedia
menjadi tersedia bagi tanaman.
(f) Sebagai pembawa oksigen terlarut dalam tanah.
(g) Sebagai stabilisator temperatur tanah, dan mempermudah pengolahan
tanah.
Kadar air tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume
air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat
memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah
tertentu. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah
dikering atau ovenkan dalam oven pada suhu 1000C 1100C untuk waktu
tertentu. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang
terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula
menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori mikro.
Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada
tanah. Air tambahan berikutnya akan bergerak ke bawah melalui proses
penggerakan air jenuh. Penggerakan air tidak hanya terjadi secara vertikal tetapi
juga horizontal. Gaya gravitasi tidak berpengaruh terhadap penggerakan horizontal
(Rosmarkan dkk, 2002).
Menurut (Hanafiah, 2007) bahwa koefisien air tanah yang merupakan
koefisien yang menunjukkan potensi ketersediaan air tanah untuk mensuplai
kebutuhan tanaman, terdiri dari :
(a) Jenuh atau retensi maksimum, yaitu kondisi di mana seluruh ruang pori
tanah terisi oleh air.

(b) Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori

tanah mulai menipis, sehingga tegangan antar air-udara meningkat hingga


lebih besar dari gaya gravitasi.
(c) Koefisien layu (titik layu permanen) adalah kondisi air tanah yang
ketersediaannya sudah lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman untuk
aktivitas, dan mempertahankan turgornya.
(d) Koefisien higroskopis adalah kondisi di mana air tanah terikat sangat kuat
oleh gaya matrik tanah.
Kandungan air tanah antara kapasitas lapang dan titik layu permanen
disebut total air tanah tersedia. Titik kritis adalah batas minimum air tersedia yang
dipertahankan agar tidak habis mengering diserap tanaman hingga mencapai titik
layu permanen. Titik kritis ini berbeda untuk berbagai jenis tanaman, tanah, iklim
serta diperoleh berdasarkan penelitian di lapangan (Suhardi, 2007).
Potensi air total meliputi potensi-potensi metrik, gravitasi, tekanan
gas,osmotik,dan potensi sarat muatan.potensi-potensi gravitasi menentukan titik
air dalam suatu lapang gravitasi.potensi gravitasi sangat penting dalam tanahtanah yang jenuh air (Suhardi, 2007).
F. PH tanah

Reaksi tanah menunjukkan sifat keasaman atau alkalinitas tanah yang


dinyatakan yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya
konsentrasi ion hidrogen (H +) di dalam tanah. Makintinggi kadar ion H + di dalam
tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H + dan ion-ion lain
yang ditemukan pula ion OH- , sedang pada tanah alkalis kandungan OH - lebih
banyak dari pada H+ . Nilai pH berkisar dan 0 14 dengan pH 7 disebut netral
sedang pH kurang dari 7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis
(Hardjowigeno,2003).
Menurut Hanafiah,(2010) faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah
adalah unsur-unsur yang terkandung dalam tanah, konsentrasi ion H + dan ion OHmineral tanah, air hujan dan bahan induk, bahwa bahan induk tanah mempunyai
pH yang bervariasi sesuai dengan mineral penyusunnya dan asam nitris yang
secara alami merupakan komponen renik dari air hujan juga merupakan faktor
yang mempengaruhi pH tanah, selain itu bahan organik dan tekstur. Bahan organik
mempengaruhi besar kecilnya daya serap tanah dan akar. Semakin banyak air
dalam tanah maka semakin banyak reaksi pelepasan ion H + sehingga tanah
menjadi masam. Tekstur tanah liat mempunyai koloid tanah yang dapat melakukan
kapasitas tukar kation yang tinggi. Tanah yang banyak mengandung kation dapat
berdisiosiasi menimbulkan reaksi masam.
Faktor-faktor lain yang kadangkala mempengaruhi pH tanah terutama
didaerah industri, antara lain adalah sulfur yang merupakan hasil sampingan dari
industri gas, yang jika bereaksi dengan air akan menghasilkan asam sulfur, dan
7

asam nitrit yang secara alami merupakan komponen renik dari air hujan. Hujan
asam juga terjadi sebagai akibat meningkatnya penggunaan dan pembakaran
fosil-fosil padat yang menimbulkan gas-gas sulfur dan nitrogen, yang kemudian
bereaksi dengan air hujan(Hanafiah, 2012).
Nilai pH tanah dapat digunakan sebagai indikator kesuburan kimiawi
tanah, karena dapat mencerminkan ketersediaan hara dalam tanah tersebut. Pola
ketersediaan hara ini juga menunjukan bahwa pH optimum untuk ketersediaan
unsur hara tanah adalah sekitar 7,00, karena pada pH ini semua unsur makro
tersedia secara maksimum kecuali Mo, sehingga kemungkinan terjadinya toksitas
unsur mikro tertekan. Pada pH dibawah 6,5 dapat terjadi defisiensi P, Ca dan Mg
serta toksisitas B, Mn, Cu, Zn, dan Fe, sedangkan pada pH diatas 7,5 dapat terjadi
defisiensi P,B, Fe, Mn, Cu, Zn,Ca, dan Mg juga keracunan B dan Mo
(Hanafiah,2012).
Setiap tanaman memerlukan jumlah hara dalam komposisi yang berbedabeda, pengetahuan tentang pengaruh pH terhadap pola ketersediaan hara dapat
digunakan sebagai acuan dalam pemilihan tanaman yang sesuai pada suatu jenis
tanah. Untuk penanaman pada tanah yang pHnya tidak sesuai perlu dilakukan
perbaikan pH untuk mencapai pH ideal. Pada tanah alkalin, penurunan pH dapat
dilakukan dengan penambahan sulfur atau bahan bersulfur, agar sulfur yang
dilepaskan membentuk asam sulfur pemasam tanah, sedangkan pada tanah
masampeningkatan pH dan sekaligus peningkatan kejenuhan basa dapat
dilakukan dengan pengapuran. Kapur kalbonat atau kalsit (CaCO 3) atau sering
disebut kaptan, jika terhidrolisis akan menghasilkan ion hidroksil penaik pH dan
kation Ca peningkat kejenuhan basa(Hanafiah,K.A 2012).
G. Permaebilitas tanah

Permaebilitas tanah adalah derajat peresapan air kedalam tanah. Tanah


berpasir memiliki permaebilitas tinggi, sedangkan tanah lempung dan liat memiliki
permabilitas rendah (air lambat meresap) dari lapisan permukaan.
(a) Tanah yang berpori-pori kecil memiliki daya permaebilitas rendah, jika
digenang air terlalu lama dapat merugikan zona perakaran, karena drainase
dan aersi tidak lancar, sehingga akar kurang berfungsi dan menghambat
pertumbuhan.
(b) Untuk areal tanah lempung dan liat dapat dilalukan system penggenangan
dalam jangka waktu tertentu, namun jangan terlalu lama, karena dapat
berakibat hanyutnya partikel-partikel tanah yang lepas dari agregatnya.
Pada areal seperti ini drainasenya harus lebih teratur.
Tanah liat dalam kemampuannya menahan air jauh lebih besar yaitu 45%
dibanding tanah pasir yang hanya 5% (Riza, 2010).
Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju infiltrasi dan dengan
demikian, menurunkan laju air larian. Tinggi muka air tanah berubah-ubah sesuai

dengan keadaan iklim tetapi dapat juga berubah karena pengaruh dari adanya
kegiatan konstruksi. Di tempat itu dapat juga terjadi muka air tanah dangkal, di
atas muka air tanah biasa, sedangkan kondisi dapat terjadi bila tanah dengan
permeabilitas tinggi di permukaan atasnya dibatasi oleh lapisan muka air tanah
setempat, tetapi berdasarkan tinggi muka air tanah pada suatu tempat lain yang
lapisan atasnya tidak dibatasi oleh lapisan rapat air.Bahan organik membuat
permaebilitas tanah menjadi menjadi lebih baik, menurunkan permaebilitas pada
tanah bertekstur kasar (pasiran) dan meningkatkan permaebilitas tanah yang
bertekstur lembut (lempungan) ( Rosmarkam dan Nasih,2002).
Kekuatan menahan air dan permaebilitas tanah disebut juga pengikatan air
oleh tanah dan daya meluluskan air. Kelebihan air yang turun kedalam lapisan
tanah, cepat atau lambatnya tergantung dari permaebilitas tanah. Maka
permaebilitas dinyatakan dengan kecepatan air turun sampai kelapisan tanah yang
terbawah dan ini tergantung dari tekstur tanah dan stuktur tanah. Daya pengikatan
air menentukan berapa banyaknya air yang dibutuhkan, sedang permabilitas
menentukan kecepatan waktu dimana air itu dibutuhkan (Suhardi, 2007).

BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan tempat

Praktikum Pengambilan Sampel Tanah dilaksanakan pada hari sabtu


tanggal 10 September 2016 sekitar pukul 08.00 WITA bertempat di Kampung 09
september 2016 pukul 07:30 sampai 09:30 WITA di laboratorium silvikultur dan
fisiologi pohon fakultas kehutanan.
B. Alat dan Bahan

Rimba/PH Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin, Makassar.


Pengamatan dilakukan pada hari jumat
Alat yang digunakan pada pengambilan sampel tanah adalah :
(a) Cangkul
:digunakan untuk mencangkul tanah ukuran 1x1,5 m
(b) Linggis
:digunakan untuk menggali tanah
(c) Ring sampel :untuk mengambil sampel tanah tidak terusik
(d) Plastik gula :untuk tempat mengambil sampel tanah terusik
(e) Kamera
:untuk dokumentasi pengambilan sampel tanah
(f) Plastik klip
:untuk menyimpan ring sampel tanah tidak terusik
(g) Karet gelang :untuk mengikat kantong plastik gula
(h) Mistar 50 cm :untuk mengukur kedalaman lubang
(i) Kertas label :untuk memberikan nama pada setiap sampel tanah
(j) Palu
:untuk memukul papan/penekan ring sampel
(k) Sekop
:untuk menggali tanah
(l) Alat tulis
:untuk menulis nama masing-masing sampel tanah
(m) Papan
:untuk menekan ring sampel masuk ke dalam tanah.
Adapun bahan yang digunakan yaitu:
(a) Tanah
: sebagai sampel pengamatan pada praktikum
C. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada praktikum ini adalah :


(a) Mengamati dan menentukan lokasi pengambilan tanah
(b) Melakukan pengambilan profil tanah dengan 3 kedalaman
(c) Mengambil tanah terusik pada masing-masing bagian (tanah terusik, tanah
bagian atas)
(d) Mengambil tanah tidak terusik dengan ring sampel
(e) Mengambil sampel tanah dengan label tanah terusik dan tidak terusik

10

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum dilapangan untuk pengambilan sampel, dapat
disimpulkan bahwa tanah memiliki sifat fisik tanah yang berbeda serta teksturnya
pun berbeda-beda dan warna tanah juga berbeda-beda tiap lapisannya.

A.

Saran
Selama praktikum berjalan tetap konsisten agar praktikum berjalan lancar dan
praktikan dapat memahami dengan jelas apa yang dijelaskan didalam praktikum.
B.

11

DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah, K.A. 2012. Dasar - Dasar ilmu tanah. PT Raja grafindo Persada. Jakarta.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu tanah. Akademik. Presindo. Jakatra.
Kuswandi. 2005. Pengapuran tanah pertanian. Kanisius. Yogyakarta.
Riza, Suyatno. 2010. Masa depan perkebunan kelapa sawit Indonesia. Kanisius.
Yogyakarta.
Rosmarkan, Afandie dan Nasih Widya Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah.
Kanisius. Yogyakarta.
Suhardi. 2007. Dasar-dasar bercocok tanam. Kanisius. Yogyakarta.
Sutanto, Rahcman. 2009. Dasar-dasar ilmu tanah. Kanisius. Yogyakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai