Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU TANAH HUTAN


ACARA VII
AKUMULASI SERESAH DI LANTAI HUTAN
(Ao HORIZON)

Oleh :
Nama : Auliya Almaesharoh
NIM : 19/442265/KT/08963
Co-Ass : Alif Brilianto
Shift : Kamis, Pukul 15.00 WIB

LABORATORIUM FISIOLOGI DAN TANAH HUTAN


DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
ACARA VII
AKUMULASI SERESAH DI LANTAI HUTAN
(Ao HORIZON)

I. TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui biomassa lantai hutan.
2. Mengetahui perlapisan lantai hutan dan tingkat dekomposisinya.
3. Mengetahui karakteristik tanah dan lantai hutan apabila dibandingkan dengan
tanah pertanian.
4. Mengetahui cara pengambilan contoh tanah yang tepat dan mewakili satuan tanah
teruji.
II. DASAR TEORI
Seresah adalah salah satu bahan organik yang secara alami dihasilkan oleh
tanaman Peristiwa jatuhnya seresah merupakan suatu kejadian yang terjadi di luar
organ tumbuh-tumbuhan, yaitu lepasnya organ tumbuhan berupa daun, bunga, buah,
dan bagian lain sebagai input bahan material organik pada tanah dan siklus hara serta
aliran energi (Susanti dan Halwany, 2017). Bahan- bahan organik itu nantinya akan
mengalami dekomposisi. Dekomposisi seresah merupakan peristiwa perubahan secara
fisik maupun kimiawi yang sederhana oleh mikroorganisme tanah baik bakteri, fungi,
dan hewan tanah lainnya (Sutedjo et al., 1991). Fungsi dari seresah adalah untuk
menciptakan siklus hara tertutup, yaitu siklus yang menyebabkan tanah kehilangan
hara lebih sedikit dari jumlah pemasukan hara yang diperoleh dari penguraian seresah.
Lapisan litter ( L ) pada lantai hutan mempunyai cirri-ciri: seresah yang baru
jatuh, kandungan air masih tinggi, bentuk masih utuh, warna kehijauan atau
kecoklatan, masih agak segar. F (Fermentasi) mempunyai ciri-ciri seresah yang mulai
terdekomposisi, bentuk sudah tidak utuh, jenis seresah masih bisa dibedakan, masih
merupakan seresah tunggal/ tidak saling lengket, warna kecoklatan. Lapisan H
(Humus) yang mempunyai ciri-ciri: berupa seresah telah terdekomposisi sempurna
sehingga berbentuk seperti kompos, bentuk sudah tidak kelihatan lagi, warna
kehitaman, struktur remah dan gembur. (Agus, 2008).
Menurut Agus (2003), terdapat perbedaan tanah hutan dan tanah pertanian,
sebagai berikut:
1. Ada pengolahan tanah pada tanah pertanian, sedangkan pada tanah hutan relatif
tidak ada.
2. Ada masukan faktor teknologi seperti pupuk dan sebagainya pada tanah
pertanian, sedangkan pada tanah hutan relatif masih alami.
3. Siklus unsur hara pada tanah hutan tertutup, sedangkan pada tanah pertanian
terbuka.
4. Jangka waktu berproduksi pada tanah hutan lebih lama daripada tanah
pertanian
5. Penanganan pada tanah hutan berlangsung ekstensif, sedangkan pada tanah
pertanian intensif.
6. Lapisan organik pada tanah hutan tebal, sedangkan pada tanah pertanian relatif
tidak ada.
7. Jenis/species pada tanah hutan berupa tanamam yang berumur panjang,
sedangkan pada tanah pertanian berumur pendek.
Suhu dan kelembaban udara mempengaruhi jatuhan seresah tumbuhan.
Naiknya suhu udara akan menyebabkan menurunnya kelembaban udara sehingga
transpirasi akan meningkat, dan untuk menguranginya maka daun harus segera
digugurkan (Jayanthi dan Arico, 2017) .Laju dekomposisi seresah dipengaruhi oleh
faktor lingkungan, contoh pH; iklim (temperatur, kelembaban); komposisi kimia dari
seresah dan mikroorganisme tanah (Devianti dan Tjahjaningrum, 2017). Beberapa
penelitian melaporkan bahwa beberapa sifat kimia seperti kandungan awal lignin,
selulosa dan karbohidrat berpengaruh secara nyata terhadap tingkat dekomposisi
seresah daun.
Akumulasi seresah bergantung pada tingkat penambahan seresah dan tingkat
yang terdekomposisi. Bahan organik memainkan peranan penting di tanah sebab
bahan organik berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi semua unsur-unsur hara
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur
tanah dan cenderung untuk menjaga menaikkan kondisi fisik yang diinginkan dengan
mencampur tanah membentuk alur-alur (Thompson & Throeh, 1978).
III. ALAT DAN BAHAN
Pada praktikum ini digunakan alat :
1. Kawat kuadratik ukuran 50 cm x 50 cm
2. Pisau atau cethok
3. Amplop kertas berukuran sedang
4. Oven
5. Alat tulis
Pada praktikum ini digunakan bahan :
Lantai hutan yang masih utuh

IV. CARA KERJA


Cara kerja praktikum ini sebagai berikut :
1. Kawat kuadratik 50 cm x 50 cm diletakkan pada lantai hutan yang masih utuh..
2. Batas-batas sampel diiris atau digaris dengan hati-hati menggunakan cethok.
3. Lapisan L (litter) pada bagian atas lantai hutan diambil dengan ciri seresah yang
baru jatuh, kandungan air masih tinggi, bentuk masih utuh, warna kehijauan atau
kecoklatan. Lapisan L dipisahkan menjadi daun, ranting dan bunga/buah dalam
amplop terpisah yang sudah diberi label.
4. Lapisan F (fermentasi) diambil dengan ciri seresah yang mulai terdekomposisi,
bentuk sudah tidak utuh, jenis seresah masih bisa dibedakan, masih merupakan
seresah tunggal/ tidak saling lengket, warna kecoklatan. Lapisan F dipisahkan
menjadi daun, ranting, dan bunga/buah dalam amplop terpisah yang sudah diberi
label.
5. Lapisan H (humus) diambil dengan ciri berupa seresah yang sudah terdekomposisi
dengan sempurna sehingga berbentuk seperti kompos, bentuk sudah tidak bisa
dibedakan lagi, warna kehitaman, struktur remah dan gembur. Lapisan H
dipisahkan dalam amplop terpisah yang sudah diberi label.
6. Lapisan L, F, dan H yang sudah dibedakan daun, ranting, bunga/buah dalam
amplop ditimbang sebagai berat basah.
7. Amplop-amplop berisi Lapisan L, F, dan H dimasukkan kedalam oven dengan
suhu 65o C sampai mencapai berat kering mutlak.
8. Kadar air, biomassa tertentu, dan biomassa total dihitung dalam kg/ha.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai