Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HUTAN

ACARA V

PENGUKURAN DIVERSITAS SPESIES

Oleh :

Nama : Yogi Wicaksono

NIM : 18/427439/KT/08751

Shift : Selasa, 15.00 WIB

Co. Ass : Sintia Asih (A)

LABORATORIUM EKOLOGI HUTAN

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBER DAYA HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2019
LATIHAN V

PENGUKURAN DIVERSITAS SPESIES

A. TUJUAN

Acara praktikum ini bertujuan untuk mengetahui indeks Simpson dan indeks
Shannon komunitas pohon.

B. DASAR TEORI

Keanekaragaman jenis memiliki pengertian berapa jumlah jenis tumbuhan


yang terdapat di dalam satu komunitas. Di alam, kita akan menemukan jenis
populasi tumbuhan tertentu sangat dominan, sedangkan jenis yang lain jarang.
Untuk memudahkan pengukuran tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan dibuat
hipotesa berdasarkan kerapatan populasi di dalam komunitas. Misal, dua komunitas
tumbuhan sama-sama memiliki 5 jenis tumbuhan dengan jumlah individu yang
sama pula. Komunitas pertama, satu jenis populasi sangat dominan, empat jenis
yang lain sangat jarang. Ini berarti tingkat keanekaragaman jenisnya rendah.
Komunitas kedua, lima jenis populasi memiliki kerapatan yang sama besar. Ini
berarti tingkat keanekaragaman jenisnya tinggi (Indriyanto, 2008).

Zulkaidhah dkk (2017) mengetakan bawa pengukuran diversitas vegetasi,


pengukuran kuantitas komunitas tumbuhan yang terdiri dari: kerapatan individu
(KI), luas bidang dasar (LBD) dan indeks nilai penting (INP). Ketebalan seresah
diukur dari lima titik yang berjarak 8 m antara titik di masing- masing lokasi,
pengukuran nekromass, sifat fisika dan kimia tanah serta pengukuran iklim mikro
(suhu tanah, suhu udara, kelembaban dan kadar air tanah).

Keanekaragaman spesies suatu komunitas tinggi apabila komunitas itu


disusun oleh banyak spesies. Sebaliknya, suatu komunitas memiliki nilai
keanekaragaman yang rendah, apabila komunitas itu disusun oleh sedikit spesies
dan ada spesies yang dominan (Indriyanto (2006) dalam Rahim dkk.(2018).
Semakin rendah nilai indeks keanekaragaman, maka keanekaragaman spesies
dalam komunitas meningkat, artinya jumlah individu setiap spesies tidak sama,
sehingga ada kecenderungan didominasi oleh spesies tertentu. Sebaliknya,
semakin besar nilai indeks keanekaragaman menunjukkan bahwa di dalam
komunitas tersebut tidak ada spesies tertentu yang dominan (Suwardi dkk (2013)
dalam Rahim dkk.(2018)).
Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman yang tinggi jika
komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan spesies sama
dan hampir sama. Sebaliknya jika suatu komunitas disusun oleh sedikit spesies dan
jika hanya sedikit spesies yang dominan maka keanekaragaman jenisnya rendah.
Keanekaragaman yang tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki
kompleksitas yang tinggi. Komunitas yang tua dan stabil akan mempunyai
keanekaragaman jenis yang tinggi. Sedangkan suatu komunitas yang sedang
berkembang pada tingkat suksesi mempunyai jumlah jenis rendah daripada
komunitas yang sudah mencapai klimaks. Komunitas yang memiliki
keanekaragaman yang tinggi lebih tidak mudah terganggu oleh pengaruh
lingkungan. Jadi dalam suatu komunitas dimana keanekaragamannya tinggi akan
terjadi interaksi spesies yang melibatkan transfer energi, predasi, kompetisi dan
niche yang lebih kompleks (Umar, 2013).

Pengukuran parameter ekologi yang menggambarkan komposisi pohon


meliputi kerapatan, frekwensi, dominansi, indeks nilai penting pada masing-masing
pohon, indeks diversitas dan indeks similaritas. Indeks diversitas dapat diukur
dengan rumus Shannon – Wiener sebagai berikut : H' = - ∑ Pi ln Pi, dengan H' =
Indeks diversitas Shannon – Wiener; Pi = ni/N; ni = Jumlah individu dari suatu
species; N = Jumlah total individu seluruh species (Rizki dan Safitri, 2016).

Keanekaragaman cenderung akan rendah dalam ekosistem-ekosistem yang


secara fisik terkendali biologi. Sedikit jenis dengan jumlah yang besar, banyak jenis
yang langkah dalam jumlah yang sedikit. Keanekaragaman jenis mempunyai
sejumlah komponen yang dapat memberi reaksi secara berbeda-beda terhadap faktor
geografi, perkembangan atau fisik. Keanekaragaman yang tinggi berarti mempunyai
rantai-rantai makanan yang panjang dan lebih banyak kasus dari simbiosis
(interaksi), kendali yang lebih besar untuk kendali umpan balik negatif yang dapat
mengurangi gangguan-gangguan, dan karenanya akan meningkatkan kemantapan
(Ferial, 2013).

C. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan pada acara ini yaitu:

A. Alat :

1. Kompas
2. Tali
3. Roll meter
4. Pita meter
5. Alat tulis dan kertas untuk mencatat data

B. Bahan

Data analisis vegetasi metode kuadrat

D. CARA KERJA

•Data dari acara II (Analisis Vegetasi Metode Kuadrat) digunakan kembali.

•Menghitung indeks diversitas spesies dengan rumus

•Menganalisis hasil dengan membandingkan kedua hasil


Ferial, E. W., 2013. Pengetahuan Lingkungan. Universitas Hasanuddin,
Makassar.

Husein Umar. 2013. Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta

Indriyanto. 2008. Ekologi Hutan. Bumi Aksara, Jakarta.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara

Rahim, S., Dewiwahyuni K. Baderan, Marini Susanti Hamidun, 2018, Keanekaragam


Spesies, Biomassa Dan Stok Karbon Pada Hutan Mangrove Torosiaje
Kabupaten Pohuwato-Provinsi Gorontalo, Jurnal Pro-Life Volume 5 Nomor
3, 650-665.

Rizki., & Safitri., E. 2016. Komposisi Pohon di Bukit Ace Kelurahan Gunung Sarik
Kecamatan Kuranji Padang. Journal of Sainstek 8(2): 142-149

Suwardi., E. Tambaru., Ambeng., D. Priosambodo. 2013. Keanekaragaman Jenis


Mangrove di Pulau Panikiang Kabupaten Barru Sulawesi Selatan. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Hasanuddin.
Makassar

Zulkaidhah, Abdul Hapid dan Ariyanti. 2017. Keragaman Jenis Rayap Pada Kebun
Monokultur Kakao Di Hutan Pendidikan Universitas Tadulako Sulawesi
Tengah. ForestSains 14 (2) : 80 - 84

Anda mungkin juga menyukai