Oleh:
Denny Irawati
Ragil Widyorini
Rini Pujiarti
Ganis Lukmandaru
A. Ruang Lingkup
Papan partikel merupakan istilah umum untuk panil yang dibuat dari bahan-bahan
lignoselulosa, dalam bentuk potongan-potongan kecil atau partikel, yang direkatkan dengan
bahan perekat dalam kondisi suhu dan tekanan tertentu. Faktor-faktor yang berpengaruh
dalam proses pembuatan papan partikel antara lain; jenis dan komposisi bahan yang
digunakan, jenis dan jumlah perekat yang digunakan, komposisi perekat, kadar air bahan,
kerapatan, ukuran dan pengaturan partikel, kondisi proses pengempaan (metode, suhu,
tekanan, dan waktu pengempaan). Pada acara ini, kegiatan praktikum dibagi menjadi dua,
yaitu pembuatan dan pengujian papan partikel. Pengujian sifat fisika dilakukan berdasarkan
standar Japanese Industrial Standard untuk papan partikel (JIS A 5908, 2003).
B. Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk:
1. Mengenalkan tahapan pembuatan papan partikel.
2. Mengenalkan cara-cara pengujian sifat fisika papan partikel berdasarkan standar.
C. Cara Pengenalan
Untuk memenuhi tujuan kegiatan pembuatan dan pengujian papan partikel ini,
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
2. Pengeringan partikel
Pengeringan partikel dilakukan dengan cara pengeringan dibawah sinar matahari
sampai kadar air partikel mencapai kadar air kering udara atau sesuai dengan kadar
air yang diisyaratkan untuk jenis perekat yang digunakan. Selama proses pengeringan
ini, usahakan agar partikel tidak terkontaminasi oleh bahan-bahan lain yang bisa
mempengaruhi sifat papan yang akan dibuat.
3. Penimbangan partikel
Tentukan target kerapatan dan dimensi papan partikel yang akan dibuat. Perhitungkan
jumlah kebutuhan partikel dengan mengalikan target kerapatan dan volume yang akan
dibuat.
Contoh:
Target kerapatan : 0,8 g/cm3
Dimensi papan (panjang x lebar x tebal) : 20 x 20 x 1 = 400 cm3
Kebutuhan bahan (partikel dan perekat) : 0,8 g/cm3 x 400 cm3 = 320 gr
5. Pencampuran perekat
Lakukan pencampuran perekat dan partikel dengan metode penyemprotan yang
diselingi dengan pengadukan agar perekat dapat merata pada setiap partikel.
7. Pengempaan
Letakkan kasuran yang telah dibuat dalam mesin kempa. Untuk mencapat target tebal
yang diinginkan, letakkan thickness bar disisi kiri dan kanan kasuran. Lakukan
pengempaan papan partikel pada suhu yang telah ditentukan atau suhu menurut
katalog untuk jenis perekat yang digunakan. Atur tekanan dan waktu pengempaan
sesuai dengan kebutuhan. Dalam praktikum ini, waktu pengempaan untuk papan
partikel dengan menggunakan perekat adalah 10 menit.
8. Pengkondisian
Papan partikel yang sudah dibuat dikondisikan selama kurang lebih 7-10 hari dalam
kondisi suhu ruangan sebelum dilakukan pemotongan contoh uji. Penyimpanan
sampel diatur sedemikian rupa sehingga udara bisa bebas mengalir disela-sela sampel
(tidak menumpuk rapat). Setelah pengkondisian sampai mencapai kadar air kering
udara, papan yang telah dibuat kemudian dipotong sesuai dengan standar JIS A 5908
untuk pengujian sifat fisika dan mekanikanya.
a. Kerapatan
Pengujian dilakukan terhadap contoh uji berukuran 5 cm x 5 cm (standar JIS A 5908
yang dimodifikasi) dengan tebal sesuai tebal papan partikel yang terbentuk. Panjang,
lebar, dan ketebalan diukur pada tempat tertentu seperti pada Gambar 1, dengan
ketelitian 0,01 mm (panjang dan lebar) dan 0,05mm (tebal). Volume contoh uji
ditentukan dari nilai rata-rata panjang, lebar, dan tebal contoh uji. Kemudian timbang
berat dari contoh uji dengan ketelitian 0,1 g, dan dihitung kerapatannya dengan
ketelitian 0,1 g/cm3.
Gambar 1: Posisi pengukuran panjang, lebar dan tebal.
D. Pelaporan
Laporan pembuatan dan pengujian papan partikel harus memuat hal-hal sebagai berikut:
- Pendahuluan (memuat dasar teori singkat mengenai papan partikel dan faktor-faktor
yang berpengaruh)
- Tujuan
- Bahan dan metode
1. Tahapan pembuatan papan partikel
- Persiapan bahan baku partikel dan kondisi bahan baku
- Persiapan perekat dan informasi perekat
- Tahapan pembuatan dan kondisi pengempaan
2. Tahapan dan cara pengujian sifat fisika papan partikel
- Hasil dan pembahasan
- Daftar pustaka
ACARA. PEMBUATAN LEMBARAN KERTAS
A. Tujuan
a. Mengetahui tahapan dan cara pembuatan kertas
b. Mengetahui cara penentuan rendemen pulp
c. Mengetahui cara penentuan gramatur kertas
C. Cara kerja:
1. Pembuatan serpih (chip)
a. Buat pola pada disk searah tangensial pohon, dengan lebar 3 cm. Lalu potong, bagian
empulur dan sekitarnya (kurang lebih luas 3 x 3 cm) dibuang.
b. Potong balok kayu dengan ukuran panjang 3 cm, lebar 3 cm, dan tebal 2-3 mm.
c. Simpan serpih dan dikeringanginkan kemudian diukur kadar airnya (berdasar kering
tanur) dengan alat moisture meter.
d. Ukur 5 spesimen dimensi serpih yang telah dihasilkan
Lingkaran pertumbuhan
2- 3 mm
3 cm 3 cm
3 cm
Keterangan : R= rendemen
Wo= berat serpih dalam kondisi kering tanur
Po= berat bubur pulp tersaring atau reject dalam kondisi kering tanur [berat basah
x (1- KA/100)]
4. Penggilingan pulp
Penggilingan pulp dilakukan dengan alat bertipe Niagara beater. Langkah kerjanya
adalah sebagai berikut:
a. Campurkan pulp BKU yang akan dicetak bersama air yang ditambahkan sesuai
perhitungan ke dalam ember (lihat 6a). Aduk- aduk hingga tercampur merata.
b. Masukkan larutan pulp ke dalam alat kemudian lakukan penggilingan dengan “tanpa
beban” selama 5 menit. Selanjutnya larutan pulp diuji derajat gilingnya (derajat giling
awal).
c. Kembalikan larutan pulp ke dalam alat, kemudian lakukan penggilingan dengan beban
selama 10 menit (waktu yang ditentukan). Lakukan pengujian derajat giling hingga nilai
CSF memenuhi target.
b. Tuangkan larutan pulp (satu kali mencetak, jumlah larutan = jumlah larutan total/
jumlah lembaran yang akan dicetak) pada alat penyaring/ pencetak yang telah diisi
dengan air secukupnya (sampai batas tengah pada alat), kemudian diaduk.
c. Menarik tuas untuk membuka klep alat, agar air terserap keluar dan tersisa lembaran
pulp.
d. Meletakkan lembaran pulp basah pada seng, kemudian di-press dingin untuk
menghasilkan lembaran pulp yang rata dan mengeluarkan cairan pada lembarannya.
e. Lembaran pulp dikeringanginkan kemudian dapat dilakukan penentuan gramatur.
Gramatur =
LEMBAR KERJA
Pembuatan Lembaran Kertas
Nama/NIM :
Kelompok :
( ) ( )
ACARA. PEMBUATAN ARANG KAYU
Pendahuluan
Arang adalah suatu bahan padat berpori yang dihasilkan melalui proses pirolisis
(karbonisasi) dari biomasa yang mengandung karbon (Lempang, 2014). Sebagian besar
komponen arang adalah karbon yang merupakan sisa dari penguraian unsur organik lain dari
biomasa akibat perlakuan panas. Proses pirolisis (karbonisasi) dapat dilakukan melalui
pemanasan langsung maupun tidak langsung dalam retort, dan dilakukan pada kondisi oksigen
yang terkontrol, yaitu tanpa oksigen sama sekali atau dengan oksigen terbatas. Pengontrolan
oksigen ini dilakukan agar biomasa tidak terbakar sempurna dan menjadi abu.
Proses pembuatan arang sangat menentukan kualitas arang yang dihasilkan (Triono,
2006). Pembuatan arang sangat beragam, ada 3 cara pembuatan arang yang umum dilakukan,
yaitu :
1. Cara sederhana
Cara ini banyak dilakukan di pedesaan dan merupakan cara tradisional yang tidak
memerlukan banyak biaya produksi yang tinggi. Proses pembuatan dilakukan dengan sistim
terbuka, lubang dan timbunan. Arang yang dihasilkan umumnya dimanfaatkan untuk
konsumsi bahan bakar rumah tangga.
2. Kiln
Cara ini banyak dimanfaatkan untuk pembuatan arang dengan tujuan komersial. Suhu
pengarangan yang digunakan adalah 400-1000 oC dengan waktu pengolahan 2-3 hari. Tipe
kiln dibedakan menurut bentuk dan bahan konstruksinya misalnya : kiln tanah liat atau batu,
kiln kubah dan tempat persegi panjang.
3. Destilasi destruktif
Cara ini menggunakan alat berupa retort atau oven. Sistem pemanasan dilakukan di dalam
atau di luar. Pemanasan di dalam dilakukan dengan menggunakan sirkulasi gas panas yang
inert (tidak bereaksi). Suhu maksimum pengolahan sekitar 400-500 oC dalam waktu 20-30
jam. Arang yang dihasilkan berbentuk batangan atau serbuk.
Kualitas arang dipengaruhi oleh suhu dan waktu dalam proses karbonisasi. Semakin
meningkatnya suhu dan waktu karbonisasi dapat menurunkan rendemen arang namun
berbanding terbalik dengan nilai kalor yang meningkat (Tirono dan Ali, 2011). Proses
pengarangan atau karbonisasi terbagi menjadi empat tahap yaitu:
1. Tahap penguapan air terjadi pada suhu 100 - 105°C.
2. Tahap penguraian hemiselulosa dan selulosa pada suhu 200 - 240°C menjadi larutan
piroglinat.
3. Tahap proses depolimerasi dan pemutusan ikatan C-O dan C-C pada suhu 240 - 400°C.
Selain itu lignin mulai terurai menghasilkan ter.
4. Tahap pembentukan lapisan aromatik terjadi pada suhu lebih dari 400°C dan lignin masih
terus terurai sampai suhu 500°C, sedangkan pada suhu lebih dari 600°C terjadi proses
pembesaran luas permukaan arang. Selanjutnya arang dapat dimurnikan atau dijadikan
arang aktif pada suhu 500 - 1000°C (Djamiko dkk., 1985 dalam Siahaan dkk., 2013).
Tujuan
- Mengetahui cara pembuatan arang dengan menggunakan retort sederhana.
- Mengetahui tahap-tahap proses pengarangan.
- Dapat menghitung dan menentukan rendemen arang.
Cara Kerja
1. Persiapan sampel
Kayu bila masih berbentuk log ataupun potongan kayu besar dibelah menjadi ukuran yang lebih
kecil disesuaikan ukuran dan kapasitas retort yang digunakan. Banyaknya kayu yang akan
diarangkan ditimbang beratnya sebagai berat awal (B1) dan diambil beberapa potong (min. 3
potong) kemudian dipotong menjadi ukuran 2 x 2 x 2 cm untuk dianalisis kadar airnya.
2. Penyusunan sampel
Sampel diatur serapat mungkin di dalam tungku. Hal ini dilakukan untuk membatasi adanya
udara di dalam ruangan dapur pengarang. Dalam penyusunan harus diperhitungkan juga
ruangan untuk menempatkan bahan penyulut untuk awal pembakaran yang letaknya sejajar
dengan pintu perapian.
3. Penutupan dan Pemasangan Cerobong
Setelah kayu tersusun di dalam dapur pengarang secara rapi, maka penutupan dapur dilakukan
secara pelan-pelan dan dijaga kerapatannya, jangan sampai ada yang masih bocor. Penutupan
ini dilakukan bersamaan dengan pemasangan cerobong untuk penyaluran asap.
4. Pembakaran
Pembakaran (penyalaan api) dilakukan dengan umpan kain yang dibasahi dengan minyak tanah
dan dinyalakan kemudian dimasukkan ke dalam retort melalui pintu perapian dan dijaga agar
nyala api tak padam, sampai keadaan nyala api di dalam dapur pengarang tidak padam, baru
pintu perapian ditutup. Pintu perapian kadang-kadang dibuka untuk mengontrol apakah api
yang ada dalam dapur masih nyala atau tidak. Kalau api padam pintu dibuka beberapa saat agar
hidup dan ditutup kembali. Lama pembakaran berlangsung selama 4 - 5 jam.
5. Pembongkaran
Setelah pembakaran berlangsung selama 4 - 5 jam dan retort hanya menghasilkan asap putih
dan tipis dengan jumlah yang sedikit, itu pertanda proses pembakaran telah selesai. Tunggu
hingga tungku dingin, kemudian dilakukan pembongkaran. Pembongkaran dengan cara
membuka tutup retort dan memindahkan arang mulai bagian atas sampai ke bagian dasar .
Banyaknya arang yang dihasilkan kemudian ditimbang untuk mengetahui berat akhir (B2).
6. Penghitungan Rendemen
Rendemen arang yang dihasilkan diukur dengan rumus berikut :
Keterangan :
R = rendemen arang kayu dalam persen (%).
B2 = berat arang yang dihasilkan dalam gram.
B1 = berat bahan baku kayu dalam gram.
1-Ka = penyusutan berat karena kandungan air pada bahan baku
(Ka diperoleh dari sampel yang dikeringkan dalam oven pada suhu 103 2oC
sampai mencapai beratnya konstan, mencapai BKT)
HASIL PENGAMATAN
Lama waktu terbentuknya asap tipis = setelah ..................................... jam dari awal
pembakaran
Lama waktu tidak lagi terbentuk asap/api padam = setelah .................................... jam dari awal
pembakaran
Pembahasan :
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ACARA. PENGENALAN ALAT, CARA DAN PERHITUNGAN
PENGUJIAN ARANG
Arang yang baik bisa dilihat dari sifatnya yang memenuhi standar parameter pengujian
arang yang ada. Karakteristik arang dalam pemanfaatan yang berbeda memiliki standar yang
berbeda pula untuk dipenuhi. Parameter pengujian kulaitas arang, antara lain:
1. Ukuran, meliputi : batangan, halus atau pecahan.
2. Sifat fisik, meliputi : warna, bunyi, nyala, kekerasan, kerapuhan, nilai kalor dan berat
jenis.
3. Analisis arang, meliputi : kadar air, kadar abu, karbon terikat (fixed carbon) dan zat
mudah menguap (volatile meter)
4. Suhu maksimum yang dapat dicapai dari pembakaran arang dan kemurnian arang.
Arang yang berkualitas baik memiliki sifat kimia dengan kadar air rendah, kadar karbon terikat
tinggi, kadar abu rendah dan zat mudah menguap rendah. Kadar air adalah faktor utama yang
dipertimbangkan ketika menggunakan biomassa, khususnya sebagai energi (Yokoyama, 2008).
Kadar air didefinisikan sebagai berat air yang dinyatakan sebagai presentase kelembaban dalam
arang dengan berat arang kering bebas air atau kering tanur (oven dry) (Shmulsky dan Jones,
2011). Kadar air berbanding terbalik dengan nilai kalor sehingga penurunan kadar air akan
menyebabkan kenaikan nilai kalor (Romatua, 2007 dalam Junary et al., 2015). Kadar air
berpengaruh pada proses pembakaran karbon dan nilai karbon itu sendiri (Thoha dan Fajrin,
2010).
Abu adalah zat-zat anorganik yang berupa logam ataupun mineral yang merupakan sisa
setelah pembakaran sempurna (Junary et al., 2015). Menurut Jamilatun (2011), abu yang
terkandung dalam bahan bakar padat adalah mineral yang tidak dapat terbakar sehingga
tertinggal setelah proses pembakaran dan reaksi-reaksi yang menyertainya selesai. Semakin
rendah kadar abu maka kualitas arang yang dihasilkan semakin bagus (Junary et al., 2015). Abu
akan menurunkan mutu bahan bakar padat karena dapat menurunkan nilai kalor (Ismayana dan
Afriyanto, 2011).
Kadar zat mudah menguap merupakan kehilangan berat (selain karena hilangnya air)
dari arang yang terjadi pada saat proses pengarangan berlangsung selama 7 menit pada suhu
900°C pada tempat tertutup tanpa adanya kontak dengan udara luar (Sudiro dan Suroto, 2014).
Zat mudah menguap berpengaruh pada kecepatan pembakaran arang. Menurut Jamilatun
(2008) secara teoritis jika kandungan senyawa zat mudah menguap arang tinggi, maka arang
akan mudah terbakar dengan kecepatan pembakaran tinggi. Besarnya nilai kadar zat mudah
menguap mempengaruhi nilai karbon terikat, semakin tinggi kadar zat mudah menguap
semakin rendah kadar karbon terikatnya (Sarwono et al., 2013).
Kadar karbon terikat merupakan jumlah karbon murni yang terkandung di dalam arang
(Junary et al., 2015). Besarnya nilai karbon ini berbanding lurus dengan nilai kalor yang
dihasilkan. Kadar karbon terikat mempengaruhi nilai kalor, semakin tinggi kadar karbon terikat
maka semakin tinggi pula nilai kalornya (Sarwono et al., 2013).
Berat jenis merupakan perbandingan antara kerapatan benda (atas dasar berat kering
tanur dan volume pada kadar air yang telah ditentukan) dengan kerapatan air pada suhu 4˚C
karena air memiliki kerapatan 1 gr/cm3 atau 1000 kg/cm3 pada suhu standar tersebut (Sutapa
et al., 2013). Kerapatan arang adalah sifat yang mengendalikan kecenderungan karakter arang
untuk tenggelam atau mengambang di dalam air. Kerapatan arang dapat bervariasi antara 0,2
dan 0,6 t/m3 tergantung pada kerapatan kayu yang digunakan sebagai bahan baku. Arang yang
dihasilkan dari kayu keras akan memiliki kerapatan yang tinggi, sedangkan yang dibuat dari
kayu lunak akan ringan. Kerapatan curah arang tidak hanya tergantung pada kerapatan arang
itu sendiri tetapi juga pada distribusi ukuran, dan kisaran kerapatan curah arang adalah 180-220
kg/m3.
Nilai kalor adalah nilai yang menyatakan jumlah panas yang terkandung pada suatu
bahan bakar (Junary et al., 2015). Komponen kimia kayu terdiri dari kurang lebih 50% karbon,
6% hydrogen, dan 43% oksigen yang sangat berpengaruh terhadap keragaman nilai kalor
(Sutapa et al., 2013). Jamilatun (2008) menyatakan nilai kalor yang tinggi akan membuat
pembakaran menjadi lebih efisien.
Dalam pengujian kualitas arang dan briket arang biasanya membandingkan dengan
standar kualitas dari Jepang dan Inggris, terutama sifat-sifat fisik dan kimia arang dan briket
arang.
Tabel 1. Standar Nilai-nilai Sifat Fisik-Kimia Briket Arang.
Sifat Arang Standar
Inggris Jepang
Kadar air (%) 3,5 6
Kadar Abu (%) 8,26 3–6
Zat nudah menguap (%) 16,41 25 – 30
Karbon terikat (%) 75,33 60 – 80
Nilai kalor (kal/g) 7289 6000-7000
Sumber : Hartoyo, dkk (1978)
Tujuan
- Mengetahui cara pengujian kualitas arang (kadar abu, kadar zat mudah terbang, kadar
karbon terikat, kadar air, dan berat jenis).
- Dapat menghitung dan menentukan kualitas arang.
Cara Kerja
1. Kadar air
• Ambil sebagian dari contoh uji arang dan timbang dengan berat 2 0,1 g. Hasil
penimbangan tersebut dicatat sebagai berat mula-mula (a).
• Masukkan cuplikan sampel tersebut ke dalam botol timbang yang telah dikeringkan
sebelumnya dan diketahui berat awalnya.
• Masukkan botol timbang yang telah berisi sampel dengan kondisi terbuka ke dalam
oven yang bersuhu 1032oC.
• Timbang beratnya setiap minimal 2 jam sekali sampai beratnya konstan. Sebelum
ditimbang, masukkan botol timbang beserta sampel ke dalam desikator selama 15
menit. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh berat konstan (b).
• Hitungan kadar air arang dengan rumus:
a−b
Ka = x100%
a
Keterangan:
a : berat sampel awal (gram)
b : berat kering tanur (gram)
2. Berat jenis
• Gunakan sampel kadar air yang telah kering tanur, dan catat berat kering tanurnya
sebagai berat (a).
• Celumpakn sampel yang telah kering tersebut dalam parafin dan ditimbang kembali
beratnya sebagai berat (b).
• Langkah selanjutnya adalah menimbang gelas piala berisi aquades (w1). Kedalam
gelas tersebut dimasukkan contoh uji yang telah dilapisi parafin dengan bantuan
jarum preparat secara vertikal tanpa menyentuh dinding gelas piala, berat yang
diperoleh dicatat sebagai w2.
• Perhitungan berat jenis arang dilakukan berdasarkan persamaan sebagai berikut:
a
Bj =
(W 2 − W 1 − ((b − a ) / 0,9))
Keterangan:
a : berat kering tanur (g)
b : berat a + berat parafin (g)
w1 : berat gelas piala + aquades (g)
w2 : berat w1 + berat b (g)
0,9 : berat jenis parafin
berat jenis aquades : 1
3. Kadar abu
• Ambil contoh uji seberat ± 2 gram dan timbang dengan pasti serta catat hasilnya
sebagai berat awal (a).
• Keringkan cawan porselin/cawan pengabuan dalam oven dan timbang berat kering
kosongnya (b).
• Masukkan sampel ke dalam cawan porselin/cawan pengabuan yang telah diketahui
berat keringnya tersebut.
• Masukkan cawan yang berisi sampel arang ke dalam furnace dan naikkan suhu
furnace hingga 600oC.
• Setelah mencapai suhu 600oC tunggu selama selama 4 jam.
• Setelah 4 jam, tutup furnace dibuka selama 1 menit untuk menyempurnakan proses
pengabuan, dan kemudian matikan furnace.
• Setelah dingin, ambil cawan porselin yang berisi abu dan dimasukkan dalam
desikator.
• Timbang berat cawan porselin akhir sebagai berat c (berat cawan+berat abu).
• Hitung kadar abu arang dengan rumus sebagai berikut :
c−b
KadarAbu = x100%
a
Keterangan :
a : berat sampel (gram)
b : berat cawan (gram)
c : berat cawan + berat abu (gram)
( a + b) − c
Kehilanganberat = x100%
a
Keterangan :
a : berat sampel (gram)
b : berat cawan (gram)
c : berat cawan + berat sampel (gram)
Contoh Perhitungan
Data
Kode Berat Berat Berat cawan + Setelah Furnace Setelah
Sampel Cawan Sampel sampel (BKT) 600oC Furnace 900oC
1 21,087 2,018 22,893 21,144 21,682
2 22,2 2,004 23,995 22,259 22,754
3 22,436 2,019 24,246 22,491 23,004
Perhitungan :
a. Kadar air
b. Kadar zat terbang
c. Kadar abu
d. Kadar karbon terikat
HASIL PERHITUNGAN
Pembahasan :
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ACARA. PEMASAKAN/ HIDRODISTILASI
a. Tujuan
Mendapatkan gambaran cara distilasi (penyulingan) minyak atsiri.
b. Bahan
• Bahan Daun
• Air
• Gas Elpiji
c. Alat
• Perangkat Distilasi
• Botol penampung
• Instalasi air
d. Cara Kerja :
• Bahan dipisah-pisahkan untuk masing-masing kombinasi faktornya (misalnya dengan
ranting atau tanpa ranting serta kondisi kesegaran daun: langsung dimasak, disimpan 1,
2, 3 hari dan seterusnya ).
• Pasang alat distilasi (kondensor, separator, ketel pemasak dan instalasi air) sampai
menjadi konstruksi siap pakai.
• Timbang daun sebanyak 5 kg (BTB) sesuai dengan kapasitas ketel pemasak.
• Masukkan daun ke dalam ketel dengan hati-hati kemudian hubungkanlah corong ketel
dengan separator (bagian dan perangkat distilasi).
• Lakukan pemanasan / pemasakkan daun kayu putih tersebut selama 4 sampai 5 jam.
Catat waktu pertama minyak menetes dan catat volume dan warna minyak yang
dihasilkan untuk tiap-tiap penambahan waktu 30 menit.
• Hal-hal yang terjadi selama pemasakan agar dicatat dan diikuti dengan seksama.
• Lakukan penambahan air selama pemasakan jika didapatkan ketel kekurangan air
(diamati di lubang pemasukkan air).
• Minyak hasil distilasi secara bertahap dikeluarkan. Catat volume masing-masing tahap
pengambilan.
a. Tujuan
Mengetahui rendemen minyak atsiri yang dihasilkan.
b. Bahan
• Daun Kayu Putih/bahan lainnya
• Minyak Kayu Putih/minyak atsiri lainnya (hasil distilasi)
c. Alat
• Timbangan
• Cawan
• Oven
d. Cara Kerja
Penghitungan Rendemen
• Lakukan pencarian berat minyak atsiri dengan cara mengalikan nilai berat jenis
dengan volume keseluruhan yang didapat
(Bm) = volume total minyak * BJ.
• Berat daun sebelum didistilasi atau berat mula-mula (BTB).
• Perhitungan Rendemen :
Bm
RB = x 100%
BTB
Keterangan :
RB : rendemen berdasarkan daun basah (%)
Bm : BJ x volume total minyak atsiri yang dihasilkan (ml)
BTB : berat daun total basah untuk distilasi (g)
ACARA. UJI FISIKO-KIMIA MINYAK ATSIRI
b. Bahan
• Minyak atsiri (hasil distilasi)
• Kertas uji
c. Alat
• Botol kaca bening dan tidak berwarna/tabung reaksi
• Pipet
d. Cara Kerja
1. Pengamatan Warna Minyak Atsiri
• Siapkan minyak atsiri dalam botol gelas bening/transparan yang tidak berwarna
dalam tabung reaksi.
• Amati langsung warna minyak atsiri tersebut secara visual (dengan mata telanjang).
• Catat warna minyak atsiri tersebut.
a. Tujuan
Mengetahui Berat Jenis, Indeks Bias, dan Kelarutan alkohol minyak atsiri.
b. Bahan
• Minyak atsiri (hasil distilasi)
• Alkohol 70 %
• Aquades
c. Alat
• Piknometer
• Labu casia
• Gelas ukur/ labu ukur (10-25 cc)
• Termometer
• Handrefractometer
• Pipet ukur (5-10 cc)
• Pengaduk
• Timbangan
d. Cara Kerja :
1. Berat Jenis
• Dinginkan minyak atsiri sampai suhu 20°C dengan cara menempatkan es disekitar
botol minyak.
• Timbang labu kosong untuk aquades (Mb) dengan timbangan analitik.
• Masukkan Aquades sebanyak 5 ml dan timbang piknometer tersebut (M1)
• Timbang labu kosong untuk minyak atsiri (Ma) dengan timbangan analitik
• Masukkan minyak atsirisebanyak 5 mlke dalam piknometer dan timbang labu
beserta isinya (M2).
• Perhitungan Bobot Jenis (BJ) :
•
(M2 – Ma)
BJ ‘ =
(M1 – Mb)
BJ (20°C) = BJ’ + 0,0007 (t1 – t)
Keterangan :
BJ’ : berat jenis pada suhu pengerjaan
M2 : berat labu dan minyak atsiri (g)
M1 : berat labu dan Aquades (g)
Ma : berat labu kosong tanpa minyak (g)
Mb : berat labu kosong Aquades
t1 : suhu pada saat pengukuran (°C)
t : 20°C
Piknometer
2. Indeks Bias
• Hand-refractometer dikondisikan dengan posisi horisontal.
• Buka penutup prisma, kemudian tetesi kaca prisma dengan beberapa tetes minyak
atsiri (3 tetes) hasil distilasi sampai minyak merata di atas prisma kemudian tutup
lagi dengan penutup prisma. Tidak boleh ada gelembung udara diatas prisma, oleh
karena itu penutupan dilakukan dengan hati-hati.
• Lakukan pembacaan skala refraktometer, dengan cara melihat batas yang jelas
antara yang gelap dan yang terang.
• Pengukuran dilakukan pada suhu 20 C.
• Nilai Indek Bias:
ntD = nt1D + 0.0004 (t1-t)
Keterangan:
ntD : indek bias pada suhu 20ºC
t1
n D : pembacaan yang dilakukan pada suhu pengerjaan
t1 : suhu pada pengerjaan
t : suhu referensi (20ºC)
0.0004 : faktor koreksi
Hand-refractrometer
PELAPORAN
Format penulisan laporan sebagai berikut :
1. PENDAHULUAN (memuat latar belakang dan urgensi penelitian/praktikum)
2. TUJUAN
3. BAHAN DAN METODE
3.1. Bahan
3.2. Alat
3.3. Metode/Cara Pengujian
3.4. Analisis
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
5. KESIMPULAN DAN SARAN
6. DAFTAR PUSTAKA