Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam ilmu Teknik Sipil, Tanah selalu berkaitan erat dengan pekerjaan
Teknik Sipil, Hampir Semua bangunan – bangunan berdiri di atas tanah atau
melakukan kontak dengan tanah, oleh karena itu dalm pekerjaan teknik sipil
perlu adanya pemahaman dan penguasaan yang lebih mendalam mengenai
tanah , salah satunya dengan cara mempelajari penyelidikan tanah atau
mekanika tanah. Penyelidikan Tanah adalah suatu upaya untuk memperoleh
informasi bahwa tanah untuk perencanaan bangunan sipil, penyelidikan tanah
mencakup antara lain pengeboran tanah, pengambilan contoh tanah,
pengujian lapangan , pengujian laboratorium, dan observasi air tanah.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari pelaksanaan praktikum ini selain sebagai syarat kelulusan mata
kuliah Praktikum Penyelidikan Tanah, sekaligus supaya mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami cara mencari, Berat Isi, Berat Jenis Tanah,
Atterbarg Limit, Analisa Ukuran Butir, Sandcone, DCP, Preamibility DCPT,
dan lain lain dari suatu sampel tanah, dengan langsung terjun ke lapangan
melakukan praktikum. Selain itu mahasiswa juga dapat mengetahui cara kerja
dari alat alat yang digunakan untuk Praktikum yang terakit.

1.3 Ruang Lingkup


Dalam Praktikum ini mencakup beberapa Pelaksanaan Pemeriksaan yang di
lakukan antara lain :
a. Pengambilan Sampel Manual
b. Pemeriksanaan Kadar Air
c. Pemeriksanaan Batas Plastis
d. Pemeriksaan Batas Cair
e. Analisa Saringan

1
f. Pemeriksanaan Kepadatan Tanah di lapangan dengan Sandcone Method
g. Pemeriksaan CBR

1.4 Metode Pengumpulan Data


1.4.1 Metode Praktikum
Dalam praktikum ini metode yang digunakan adalah metode dengan
cara penelitian atau pengujian yang dimaksudkan untuk menguji sifat
fisis dan sifat mekanis tanah, dari pengujian tersebut kemudian hasilnya
di analisis dan dibuat kesimpulan.
1.4.2 Objek Penelitian
Objek yang diteliti dalam pengujian ini adalah pelaksanaan, pencatatan,
serta perhitungan hasil penyelidikan tanah di lapangan dan
laboratorium.
1.4.3 Prosedur Pengumpulan Data
Dalam praktikum ini pengumpulan data adalah metode yang digunakan
untuk menyusun laporan ini, pengumpulan data dilakukan pada saat
proses pengujian berlangsung dan mencatat hasil dari pengujian
tersebut, praktikum ini dilakukan di laboratorium Fakultas Teknik
Universitas Musi Rawas.
Adapun langkah langkah untuk pengumpulan data adalah sebagai
berikut :
a) Membaca dan memahami prosedure yang ada di buku panduan
b) Mengikuti kegiatan praktikum secara seksama dan Teliti
c) Mencatat Hasil Pengujian
d) Bertanya pada dosen dan Asisten Dosen yang bersangkutan tentang
laporan jika ada hal yang kurang dimengerti
e) Menggunakan buku – buku yang berkaitan langsung dengan
penyelidikan tanah khususnya buku panduan praktikum.

2
1.4.4 Analisa Data
Data data yang telah terkumpul dari hasil praktikum disajikan kembali
dalam bentuk laporan hasil praktikum penyelidikan tanah sebagai hasil
pengujian yang di lakukan untuk mengetahui sifat fisis dan sifat
mekanis.

3
BAB II
PENGAMBILAN SAMPEL TANAH

2.1 Maksud dan Tujuan


Pengambilan Sampel (Sampling) bertujuan untuk mengambil contoh tanah
sehingga memudahkan kepentingan percobaan di laboratorium , pengambilan
sampel tanah dapat dilakukan dengan cara mekanis (handboring) dan
hidraulik (Machine Boring) . cara pengambilan sampel tanah dapat dilakukan
pada tanah kondisi terganggu (disturbed sampel) dan tanah tidak terganggua
(Undisturbed Sample), pada praktikum ini diambil sampel pada tanah kondisi
terganggu (Disturbed Sample) yang dilakukan secara manual, yang bertujuan
untuk :
a. Mendapatkan Keterangan Mengenai Struktur Tanah (Profil Tanah) Secara
Visual
b. Memperoleh indikasi varian kadar air tanah asli menurut kedalaman
c. Mendapatkan kedalaman permukaan air tanah
d. Pengambilan contoh tanah terganggu (Disturbed)

2.2 Ruang Lingkup


Melakukan Pengambilan sampel di lapangan untuk memperoleh profil tanah
secara visual, Elevasi Muka Air Tanah, dan Sampling Tanah untuk pengujian
Laboratorium.

2.3 Teori
Tanah adalah material yang terbentuk dari himpunan mineral, bahan
organik /anorganik dan endapan yang relatif lepas. Deposit tanah dapat terdiri
dari butiran butiran dengan berbagai jenis bentuk dan ukuran. Ikatan antara
butiran tanah disebabkan oleh karbonat, zat organik, atau oksida – oksida
yang mengendap diantara butiran – butiran. Partikel-partikel tanah dapat di
bagi menjadi dua kelompok yaitu :

4
a. Butiran Kasar
Kerikil atau Gravel dengan ukuran 2mm-150 mm, dan pasir (sand) dengan
ukuran butir 0,06 mm – 2mm golongan ini terdiri dari pecahan batu
dengan berbagai ukuran dan bentuk butiran batu kerikil, butiran batu
kerikil dan pasir biasanya terdiri dari pecahan batu, atau terdiri dari suatu
macam zat mineral tertentu, seperti kwartz.
b. Butiran Halus
1) Lanau (Silt) dengan ukuran 0,002 mm – 0,06 mm lanau merupakan
peralihan lempung dan pasir halus
2) Lempung (clay) dengan ukuran butiran lebih kecil dari 0,002mm ,
lempung terdiri dari butiran butiran yang sangat kecil dan menunjukkan
sifat – sifat yang sangat kohesif dan plastis.

2.4 Peralatan Yang Digunakan


Berikut Adalah beberapa alat yang digunakan saat praktikum :
a. Cangkul
b. Linggis
c. Wadah Untuk Tanah
d. Alat Ukur

2.5 Bahan Yang Digunakan


Adapun bahan yang digunakan adalah
a. Tanah
b. Kertas Label

2.6 Prosedur Pengujian


a. Tentukan lokasi praktikum
b. Siapkan alat – alat yang dibutuhkan
c. Buat tanda pada tempat yang akan di cangkul untuk pengambilan sampel
tanah dengan diameter 80 cm

5
d. Gali tanah sampai kedalaman 20 cm kemudian ambil tanah / sampel, amati
jenis tanah pada kedalaman tersebut
e. Kemudian gali lagi sampai kedalaman 80 cm kemudian ambil
tanah/sampel, amati jenis tanah pada kedalaman tersebut apakah ada
perbedaan dari tanah pada kedalaman 20 cm sebelumnya.
2.7 Kesimpulan
Pada kedalaman 20 cm jenis tanah yaitu tanah berpasir dan berwarna hitam,
pada kedalaman 40 cm mulai keluar air , pada kedalaman 70 cm air sudah
banyak dan pada kedalaman 80 cm tanah masih berjenis tanah pasir dan
berwarna coklat.

6
PENGAMBILAN SAMPEL TANAH

Gambar 2.1 Sampel Tanah

Gambar 2.2 Tanah Sampel Kedalaman 80 Cm

Gambar 2.3 Pengambilan Sampel Tanah

7
BAB III
KADAR AIR

3.1 Maksud dan Tujuan


Maksud dari percobaan ini adalah untuk memeriksa kadar air suatu contoh
tanah, kadar air tanah adalah perbandingan antara berat air yang dikandung
tanah dengan berat kering tanah yang dinyatakan dalam persen.

3.2 Alat Yang Digunakan


a. Oven Listrik
b. Timbangan dengan ketelitian 0,0010 Kg
c. Cawan
d. Centong

3.3 Benda Uji


Contoh tanah diambil sebanyak 2 sampel yaitu sampel pertama tanah pada
kedalaman 20 cm sebanyak 2250 gram dan sampel kedua yaitu tanah pada
kedalaman 80 cm sebanyak 2600 gram, sampel tanah tersebut diambil dari
tanah lapang di Fakultas Teknik Universitas Musi Rawas.

3.4 Pelaksanaan
a. Bersihkan dan keringkan Pan , kemudian timbang berat Pan Kosong
Sebelum di isi dengan sampel tanah, berat Pan kosong ini adalah W1
b. Masukkan Sampel Tanah Basah Kedalam Pan, Kemudian Timbang berat
pan dan tanah basah , berat ini adalah W2
c. Pan yang berisi tanah basah lalu di masukkan ke dalam oven sampai tanah
sampel benar benar kering
d. Setelah sampel tanah kering kemudian timbang lawgi berat Pan dan
Sampel Tanah Kering, Berat ini adalah W3.
e. Catat dan hitung penyusutan tanah

8
3.5 Rumus
W 2−W 3
Kadar Air (W) = X 100 % ..............................................
W 3−W 1
(3.1)
Dimana :
W2 - W3 = Berat Air
W3 – w1 = Berat Tanah Kering

3.6 Hasil Pengamatan

No No Sampel Sampel I 20 cm Sampel II 80 cm


1 Berat Pan Kosong (W1) 315 gram 315 gram
2 Berat Pan + Tanah Basah 2565 gram 2915 gram
(W2)
3 Berat Pan + Tanah kering 1920 gram 2055 gram
(W3)

3.7 Perhitungan
Analisa Perhitungan :
a. Sampel I
W 2−W 3
W= X 100 % ................................................. (3.2)
W 3−W 1

2565−1920
W= X 100 %=40,186 %
1920−315
b. Sampel II
W 2−W 3
W= X 100 % ................................................... (3.3)
W 3−W 1

2915−2055
W= X 100 %=49,43 %
2055−315

3.8 Pembahasan
Kadar air tanah merupakan perbandingan antara berat air yang di kandung
tanah dengan berat kering tanah yang dinyatakan dalam persen. Agar bisa

9
mendapatkan perbandingan tersebut harus diketahui berat air yang dikandung
tanah dengan berat kering tanah. Berat air didapatkan dari pengurangan antara
berat tanah basah (W2) dengan berat tanah kering (W3) , sedangkan untuk
mendapatkan berat kering tanah di dapatkan dari pengurangan berat pan +
tanah kering (W3) dengan berat pan kosong (W1) perbandingan yang di dapat
harus dalam bentuk persen.

3.9 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan kadar air yang telah dilakukan, menunjukkan
bahwa tanah tersebut memiliki kadar air yang tinggi, oleh karena itu
dibutuhkan perlakuan khusus pada tanah tersebut, faktor yang mempengaruhi
kadar air pada tanah yang di amati tersebut adalah pada saat praktikum
adalah musim hujan dan tanah atau lahan tempat praktikum merupakan tanah
timbunan atau rawa.

10
PENGERINGAN SAMPEL TANAH/KADAR AIR

Gambar 3.1 Sampel Tanah Di masukkan Di oven Untuk Di keringkan

Gambar 3.2 Tanah Di Oven Sampai Benar Benar Kering

11
Gambar 3.3 Hasil Sampel Tanah Setelah Dikeringkan

BAB IV
ANALISIS SARINGAN (SIEVE ANALYSIS)

d.1 Teori
Pada dasarnya partikel partikel pembentuk tanah mempunyai ukuran ukuran
dan bentuk yang beragam, baik pada tanah kohesif maupun nonkohesif, sifat
suatu tanah banyak ditentukan oleh ukuran butir dan distribusinya sehingga di
dalam mekanika tanah analisis ukuran butir banyak dilakukan / dipakai
sebagai acuan untuk mengklasifikasikan tanah.

d.2 Maksud dan Tujuan


Praktikum ini dimaksudkan untuk mengetahui distribusi ukuran butir tanah
(gradasi).

d.3 Peralatan
a. Mesin sieve shaker
b. Satu set saringan
c. Cawan/wadah
d. Kuas, centong, sikat dan alat lainnya.

d.4 Prosedur percobaan


a. Timbang berat benda uji
b. Kemudian hitung kadar airnya
c. Lalu masukkan benda uji kedalam saringan kemudian ditutup
d. Kencangkan penjepit saringan
e. Proses pengguncangan selama 15 menit
f. Timbang masing-masing yang tertahan disaring.

12
d.5 Perhitungan
a. Rumus Berat Tertahan
Jumlah berat tertahan = Berat tanah tertahan + Berat tanah tertahan
berikutnya ........................................................................................ (4.1)
b. Rumus Presentase Tertahan
jumlah berat tertahan
presentasetertahan= × 100 ............................. (4.2)
berat total tertahan
c. Rumus Presentase Lolos
Presentase lolos = 100 – presentase tertahan ....................................... (4.3)
d. Perhitungan Ansar Sampel 1
No Ayakan 4
Jumlah berat tertahan = 0,005 Kg
0,005
Presentase Tertahan = X 100 %=0,310 %
1,610
Presentase Lolos = 100 – 0,310 = 99,69%

No.Ayakan 10
Jumlah Berat Tertahan = 0,005 + 0,005 = 0,010 Kg
0,010
Presentase Tertahan = X 100 %=0,620 %
1,610
Presentase Lolos = 100 – 0,620 = 99,38 %

No Ayakan 30
Jumlah Berat Tertahan = 0,010 + 0,175 = 0,185 Kg
0,185
Presentase Tertahan = X 100 %=11,490 %
1,610
Presentase Lolos = 100 – 11,490 = 88,51 %

No Ayakan 60

13
Jumlah Berat Tertahan = 0,185 + 0,580 = 0,765 Kg
0,765
Presentase Tertahan = X 100 %=47,510%
1,610
Presentase Lolos = 100 – 47,510 = 52,49%

No Ayakan 100
Jumlah Berat Tertahan = 0,765 + 0,415 = 1,180 Kg
1,180
Presentase Tertahan = X 100 %=73,290 %
1,160
Presentase Lolos = 100 – 73.290 = 26,71 %

No Ayakan 200
Jumlah Berat Tertahan = 1,180 + 0,235 = 1,415 Kg
1,415
Presentase Tertahan = X 100 %=87,88 %
1,610
Presentase Lolos = 100 – 87,88 = 12,12 %

PAN
Jumlah Berat Tertahan = 1,415 + 0,950 = 1,610 Kg
1,610
Presentase Tertahan = X 100 %=100 %
1,610
Presentase Lolos = 100 – 100 = 0%

Data uji pemeriksaan tanah sampel I pada kedalaman 20 cm

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Sampel 1


Jumlah Berat Presentase
Berat Tertahan Presentase
No. Ayakan Tertahan tertahan
(kg) Lolos (%)
(kg) (%)
4 0,005 0,005 0,310 99,69
10 0,005 0,010 0,620 99,38
30 0,175 0,185 11,490 88,51
60 0,580 0,765 47,510 52,49
100 0,415 1,180 73,290 26,71
200 0,235 1,415 87,880 12,12

14
PAN 0,950 1,610 100 0

e. Perhitungan Ansar Sampel 2


No Ayakan 4
Jumlah berat tertahan = 0,020 Kg
0,020
Presentase Tertahan = X 100 %=1,170 %
1,705
Presentase Lolos = 100 – 1,170 = 98,83%
No.Ayakan 10
Jumlah Berat Tertahan = 0,020 + 0,060 = 0,080 Kg
0,080
Presentase Tertahan = X 100 %=4,690 %
1,705
Presentase Lolos = 100 – 4,690 = 95,31 %

No Ayakan 30
Jumlah Berat Tertahan = 0,080 + 0,205 = 0,285Kg
0,285
Presentase Tertahan = X 100 %=16,710 %
1,705
Presentase Lolos = 100 – 16,710 = 83,29 %

No Ayakan 60
Jumlah Berat Tertahan = 0,285 + 0,665 = 0,950 Kg
0,950
Presentase Tertahan = X 100 %=55,710 %
1,705
Presentase Lolos = 100 – 55,710 = 44,29%

No Ayakan 100
Jumlah Berat Tertahan = 0,950 + 0,480 = 1,430 Kg
1,430
Presentase Tertahan = X 100 %=83,870 %
1,705
Presentase Lolos = 100 – 83,870 = 16,13 %

No Ayakan 200

15
Jumlah Berat Tertahan = 1,430 + 0,220 = 1,650 Kg
1,650
Presentase Tertahan = X 100 %=96,78 %
1,705
Presentase Lolos = 100 – 87,88 = 12,12 %

PAN
Jumlah Berat Tertahan = 1,650 + 0,055= 1,705 Kg
1,705
Presentase Tertahan = X 100 %=100 %
1,705
Presentase Lolos = 100 – 100 = 0%

Data uji pemeriksaan tanah sampel II pada kedalaman 80 cm

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Sampel 2

Berat Tertahan Jumlah Berat Presentase Presentase


No. Ayakan
(kg) Tertahan (kg) tertahan (%) Lolos (%)
4 0,020 0,020 1,170 98,83
10 0,060 0,080 4,690 95,31
30 0,205 0,285 16,710 83,29
60 0,665 0,950 55,710 44,29
100 0,480 1,430 83,870 16,13
200 0,220 1,650 96,710 3,32
PAN 0,055 1,705 100 0

Berat awal sampai berat tanah kering sampel I adalah 1,920 kg dan sampel II
2,055 kg tetapi jumlah berat tanah yang tertahan pada masing-masing saringan
tidak sesuai dengan berat awal. Berat tanah yang tertahan sampel I adalah
1,610 kg dan sampel II 1,705 kg, hal ini disebabkan banyak nya tanah sampel
yang jatuh pada saat penempatan pada saringan dan saat penimbangan sampel
tanah di lakukan dan pada Analisa Saringan ini di dapatkan Berat Organik
yaitu untuk sampel 1 seberat 0,005 Gram dan untuk sampel 2 0,001 Gram.

f. Penentuan Jenis Gradasi

16
Setelah di dapat perhitungan presentase lolos selanjutnya menentukan jenis
gradasi untuk sampel tanah
Untuk sampel 1 kedalaman 20 Cm
Di dapat lah gradasi sebagai berikut

Gradasi 1
Persen Lolos Kumulatif (%)

100
90
80
70
60 Batas Atas
50 Batas Bawah
40
Series3
30
20
10
0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 10
Lubang Ayakan (mm)

Gambar 4.1 Grafik Gradasi 1 Ansar Sampel I

Gradasi 2
Persen Lolos Kumulatif (%)

100
80
60 Batas Atas
Batas Bawah
40
Persen Lolos Kumulatif
20
0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 10
Lubang Ayakan (mm)

Gambar 4.2 Grafik Gradasi 2 Ansar Sampel I

17
Gradasi 3
Persen Lolos Kumulatif (%) 100
80
60 Batas Atas
40 Batas Bawah
Persentase
20 Lolos
0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 10
Lubang Ayakan (mm)

Gambar 4.3 Grafik Gradasi 3 Ansar Sampel I

Gradasi 4
100
Persen Lolos Kumulatif (%)

90
80
70
60
50 Batas Atas
40 Batas
30 Bawah
20 Persen Lolos
10
0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 10
Lubang Ayakan (mm)

Gambar 4.4 Grafik Gradasi 4 Ansar Sampel I

Dari ke empat gradasi tersebut di pilih lah gradasi 1 karena persentase lolos
berada di antara batas atas dan batas bawah grafik

Untuk sampel 2 kedalaman 80 cm


Didapat lah gradasi sebagai berikut

18
Gradasi 1
100
Persen Lolos Kumulatif (%) 90
80
70
60 Batas Atas
50 Batas Bawah
40 Series3
30
20
10
0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 10
Lubang Ayakan (mm)

Gambar 4.5 Grafik Gradasi 1 Sampel II

Gradasi 2
100
90
Persen Lolos Kumulatif (%)

80
70
60 Batas Atas
50 Batas Bawah
40 Persen Lolos Kumulatif
30
20
10
0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 10
Lubang Ayakan (mm)

Gambar 4.6 Grafik Gradasi 2 Sampel II

19
Gradasi 3
100
90
Persen Lolos Kumulatif (%)

80
70
60
50 Batas Atas
40 Batas Bawah
30 Persentase Lo-
los
20
10
0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 10
Lubang Ayakan (mm)

Gambar 4.7 Grafik Gradasi 3 Sampel II

Gradasi 4
100
Persen Lolos Kumulatif (%)

90
80
70
60
50 Batas Atas
40 Batas
30 Bawah
20 Persen Lolos
10
0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 10
Lubang Ayakan (mm)

Gambar 4.8 Grafik Gradasi 4 Sampel II

Dari ke empat gradasi tersebut di pilih lah gradasi 1 karena persentase lolos
berada di tengah antara batas atas dan batas bawah grafik .

20
ANALISA SARINGAN

Gambar 4.9 Sampel Di masukkan Di Sieve Shaker

21
Gambar 4.10 Penimbangan sampel

Gambar 4.11 Hasil Sampel

BAB V
BATAS CAIR (LIQUID LIMIT)

e.1 Teori
Batas Cair adalah nilai kadar air tanah dalam kondisi ternal antara cair dan
Plastis. Batas plastis adalah nilai kadar air tanah dalam kondisi antara plastis
dan semi padat. Batas susut atau kerucut adalah nilai kadar air tanah dalam
kondisi antara Semi padat dan padat. Tanah berbutir halus yang mengandung
mineral lempung yang sangat peka terhadap perubahan kandungan air.
Aterberg telah menentukan titik titik tertentu berupa batas cair (Liquid Limit,

22
LL) batas plastis (plastic Limit) dan batas kerut/ Susut (Shrinkage Limit).
Dengan mengetahui nilai konsistensi tanah maka sifat-sifat Plastisitas dari
tanah juga dapat diketahui. Sifat - Sifat plastis dinyatakan dengan harga
indeks plastisitas ( plasticity Index) yang merupakan selisih nilai kadar air
batas Cair dengan nilai kadar air batas plastis (IP = IL - PL). Nilai IP yang
tertinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut peka terhadap perubahan kadar
air dan mampunya sifat kembang susut yang besar, serta besar pengaruhinya
terhadap daya dukung atau kekuatan tanah.

e.2 Maksud Dan Tujuan


pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kadar air sampai tanah pada
peralihan keadaan plastis dan keadaan cair.

e.3 Peralatan
a. Alat batas cair cassagrande
b. pembuat alur (grooving tool)
c. Mangkok porselin
d. plat kaca pangaduk
e. Spatula
f. Cawan
g. Timbangan.
e.4 Benda Uji
Tanah dikeringkan kemudian disaring dangan manggunakan Saringan No.200
atau PAN.

e.5 Prosedur Percobaan


a. Bersihkan mangkok porselin / plat kaca dari kotoran yang menempel
b. Atur tinggi jatuh mangkok cassagrande sampai dengan tebal alat grooving
tool.
c. Ambil sampel tanah sekitar 100 gram yang lolos Saringan No.20 lalu
letakkan diatas kaca pengaduk

23
d. Aduk contoh tanah tersebut dengan menggunakan spatula dengan
menambahkan air sedikit demi sedikit sampai homogen.
e. Setelah adukan homogen masukkan ke dalam mangkok cassagrande dan
ratakan permukaannya sehingga Sejajar dengan alas mangkok dan lapisan
yang paing tebal 1cm.
f. Buatlah alur dengan jalan membagi dua benda uji dalam mangkok tersebut
dengan grooving tool melalui garis tengah mangkok dengan posisi tegak
lurus permukaan mangkok.
g. Putar engkol pemutar dangan kecepatan 2 putaran perdetik sampai kedua
sisi bertemu sepanjang 1/2 (12,7 mm) catat Jumlah pukulan yang
diperlukan.
h. Ambil contoh tanah untuk menentukan kadar airnya
i. ulangi prosedur 4 sampai dengan & dengan 8 dengan kadar air yang
berbeda untuk mendapatkan pukulan yang diperlukan.

e.6 Perhitungan
a. Masing-masing sampel dicari kadar airnya pada Jumlah pukulan yang
didapat, kemudian buat grafik antara jumlah pukulan dalam skala
logaritma dan kadar air dalam skala biasa.
b. Tarik garis vertikal dari pukulan 25 Sampai menyinggung garis pangujian,
kemudian tarik kesamping di dapat kadar air batas cair tanah tersebut.

c. Perhitungan Sampel I :
Jumlah ketukan = 6 ketukan
Berat Cawan (W1) = 0,010 kg
Berat cawan + tanah basah (W2) = 0,045 kg
Berat cawan + tanah kering (W3) = 0,035 kg

W 2−W 3
kadar air= × 100 % ............................................... (5.1)
W 3−W 1
0,045−0,035
Kadar Air ¿ ×100 %=40 %
0,035−0,010

24
d. Perhitungan Sampel II :
Jumlah ketukan = 7 ketukan
Berat Cawan (W1) = 0,010 kg
Berat cawan + tanah basah (W2) = 0,055 kg
Berat cawan + tanah kering (W3) = 0,040 kg

W 2−W 3
kadar air= × 100 % ................................................. (5.2)
W 3−W 1
0,055−0,040
Kadar Air = × 100 %=50 %
0,040−0,010
e.7 Kesimpulan
Dari hasil batas cair yang di dapat, dapat disimpulkam bahwa jenis tanah
sampel adalah tanah peralihan antara lempung dan pasir halus dengan ciri ciri
kurang plastis dan lebih mudah ditembur air.

BATAS CAIR

Gambar 5.1 Sampel Tanah di letakkan di Casagrande

25
Gambar 5.2 Pengukuran Sampel Tanah dengan Jangka Sorong

Gambar 5.3 Membuat alur di Sampel di dalam Casagrande

Gambar 5.4 Pengukuran Sampel Tanah Dengan Jangka Sorong

26
Gambar 5.5 Pesiapan Uji Kadar Air tanah

BAB VI
BATAS PLASTIS (PLASTIC LIMIT)

6.1 Teori
Batas Plastis tanah (PL) adalah kadar air minimum (dinyatakan dalam persen)
bagi tanah tersebut yang masih dalam keadaan plastis. Tanah ada pada
keadaan plastis apabila tanah digiling menjadi batang batang berdiameter 3
mm mulai manjadi retak - retak. Index plastisitas tanah adalah bilangan
(dalam persen) yang merupakan selisih antara batas Cair dan batas
plastisitasnya. Dapat diperhitungkan dengan menggunakan rumus PL = LL -
PL.

27
6.2 Maksud dan Tujuan
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air sampai tanah pada
peralihan keadaan plastis dan keadaan semi padat.

6.3 Peralatan
a. Plat kaca
b. Spatula
c. Batang pembanding
d. Air Suling (aquades)
e. Cawan Sampel
f. Jangka sorong

6.4 Benda Uji


Ambil sampel tanah Saringan NO.200, 0.010 kg

6.5 Prosedur Percobaan


a. Ambil Sampel tanah 20 gr yang lolos saringan NO.200 letakkah benda uji
diatas plat kaca, kemudian diaduk sehingga kadar airnya merata.
b. Setelah kadar air merata, buatlah bola-bola tanah dari benda uji itu seberat
8 gram, kemudian bola-bola tanah itu di rolling diatas plat kaca dilakukan
dengan maju mundur kecepatan 80-90 roling per menit.
c. Rolling dilakukan terus sampai benda uji membentuk batang silinder
dengan diameter 3 mm. kalau dalam waktu rolling itu tarnyata sebelum
benda uji mencapai 3 mm sudah retak maka benda uji disatukan kembali
ditambah air sedikit dan diaduk Sampal rata. Jika tanah yang dirolling
mencapai <3 mm tanpa menunjukkan retakan - retakan, maka contoh perlu
dibiarkan beberapa saat diudara agar kadar airnya berkurang sedikit.
d. Pengadukan dan rolling terus sampai retakan-retakan itu terjadi pada saat
gulungan menpunyai diameter 3 mm dan perlu diperiksa kadar airnya.

28
6.6 Perhitungan
a. Hitung kadar air tanah, nilai kadar air tersebut adalah nilai batas plastis
b. Hitung ukuran keplastisan tanah/index plastis PP = LL – PL
c. Plotkan harga IP dan LL pada plasticity cart untuk mengetahui tipe
tanahnya
d. Perhitungan Sampel
Berat Cawan (W1) = 0,010 kg
Berat cawan + tanah basah (W2) = 0,015 kg
Berat cawan + tanah kering (W3) = 0,010 kg
W 2−W 3
Batas plastis= × 100 %....................................................... (6.1)
W 3−W 1
0,015−0,010
Batas Plastis= ×100 %=0 %
0,010−0,010
6.7 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan didapat lah nilai batas palstis yaitu 0% , plastisitas
tanah dapat digolongkan menjadi 3 yaitu
a) 20-30 yaitu plastisitas tanah kelas tinggi
b) 10–20 yaitu plastisitas tanah sedang
c) Kurang dari 10 yaitu plastisitas tanah rendah
Karena hasil yang di dapat dari praktikum adalah 0 maka plastisitas tanah
sampel masuk dalam kategori plastisitas tanah yang rendah.

29
BATAS PLASTIS

Gambar 6.1 Sampel Tanah di letakkan di casagrande

30
Gambar 6.2 Pengukuran Sampel Tanah dengan Jangka Sorong

Gambar 6.3 Membuat alur di Sampel di dalam Casagrande

Gambar 6.4 Pengukuran Sampel Tanah dengan Jangka Sorong

31
Gambar 6.5 Persiapan Uji Plastisitas Tanah

BAB VII
DYNAMIC CONE PENETROMETER (DCP)

7.1 Tujuan
Pengujian ini secara tidak langsung dapat dipakai Untuk menentukan nihai
CBR lapangan dari tanah dasar (sub-grade).

7.2 Teori Dasar

32
Pelaksanaan percobaan ini sangat mudah dan hasilnya dapat diperoleh sacara
cepat, sehingga lebih ekonomis dibandingkan dengan melakukan pengujian
CBR lapangan Sacara konvensional Meskipun demikian untuk mendapatkan
korelosi nilai CBR lapangan yang tepat disarankan agar dalam pelaksanaan
percobaan ini dilakukan pula percobaan CBR Secara paralel.

7.3 Peralatan Yang Digunakan.


a. Penumbuk Seberat 9.07 kg (20 lb) yang dapat dijatuhkan secara bebas
Setinggi 50,8 cm (20 inch), melalui Sebuah batang peluncur bergaris
tengah 16 mm (5/8 inch) yang dilengkapi dengan landasan pemukul (anvil)
b. Batang penetrasi terdiri dari besi/baja bulat bergaris tengah 16 mm (5/8
inch) Sepanjang ±90 cm
c. Alat ukur berupa penggaris dan rol meter dengan panjang 100 cm dan
skala 0.50 cm.

7.4 Prosedur Pengujian


a. Rangkaian alat DCP letakkan alat DCP Secara vertikal berikan tumbukan
awal secukupnya (seating blaws) untuk menanamkan ujung kerucut
sampai garis tengah yang terbesar terletak pada permukaan tanah yang
diuji.
b. Lakukan penumbukan dengan palu yang dijatuhkan bebas, ukur dan catat
kedalaman penetrasi untuk setiap tumbukkan.
c. Setelah mendapatkan hasil atau data data yang di perlukan, keluarkan
batang penetrasi dan letakkan kembali alat ke tempatnya Semula.

7.5 Pengolahan Data


Dari data yang di peroleh dilapangan didapatkan Nilai CBR STA 1 :
Tabel 7.1 Hasil Perhitungan Uji DCP STA 1

Banyak Komulatif Penetra Komulati DCP Log CBR CBR


Tumbukan Tumbuka si f CBR (%) (%)
(mm/tumbuka
n (mm) Penetras RATA-
n)
i RATA

33
(mm)
0 0
1 1 16
1 2 27 11 1,45 28,6
10,80
1 3 29 13 7 2
1 4 48 32
1 5 70 54
1 6 96 80
1 7 120 104 17,5
1,15 14,3
1 8 142 126 18,30 1
6 2
1 9 170 154
1 10 199 183
1 11 234 218
1 12 270 254
0,98
1 13 310 294 24,80 9,61
3
1 14 350 334
1 15 388 372

GRAFIK DCP
BAN YAKN YA TUMBUKAN
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0
20
40
60
PENETRASI

80
100
120
140
160
180

200

Gambar 7.1 Grafik DCP STA 1

Tabel 7.2 Hasil Perhitungan Uji DCP STA 2

Komulati
Komulatif Penetra DCP CBR
f
Banyak Log CBR (%)
Tumbuka si Penetras
Tumbukan (mm/tumbuka CBR (%) RATA-
n (mm) i n) RATA
(mm)
0 0 21,40 1,06 11,66 11,45
1 1 24 7
1 2 57 33
1 3 91 67
1 4 112 88

34
1 5 131 107
1 6 149 125
1 7 168 144
1,08
1 8 187 163 20,70 12,18
6
1 9 209 185
1 10 231 207
1 11 255 231
1 12 280 256
1,02
1 13 309 285 23,13 10,53
2
1 14 339 315
1 15 371 347

GRAFIK DCP
BAN YAKNYA TUMBUKAN
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0

20

40

60
PENETRASI

80

100

120

140

160

180

200

Gambar 7.2 Grafik DCP STA II

a) STA 1 nilai CBR 17,51 %


b) STA 2 nilai CBR 11,45 %

7.6 Kesimpulan
Tabel 7.3 Nilai CBR terhadap kekuatan subgrade jalan

Nilai CBR Kekuatan Subgrade Komentar


<3% Jelek Pemadatan diperlukan
Perlu tidaknya pemadatan
3% - 5% Normal
tergantung dengan kategori jalan

Pemadatan secara normal tidak


5% - 15% Bagus diperlukan kecuali untuk lalu
lintas berat
Sumber : Guide to Highways Maintenance (2000)

35
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa STA 1 dengan nilai CBR
17,51% dan STA 2 dengan nilai CBR 11,45% memiliki kekuatan subgrade
bagus.

DCP

36
Gambar 7.3 Persiapan Alat Untuk Uji DCP

Gambar 7.4 Pengujian DCP Dengan 15 Kali Tumbukan

Gambar 7.5 Pengujian DCP Dengan 15 Kali Tumbukan

BAB VIII

37
KERUCUT PASIR (SAND CONE)

8.1 Teori
Percobaan kerucut pasir ( Sand Cone) merupakan salah satu jenis pengujian
yang dilakukan di lapangan , untuk mengetahui berat isi kering (kepadatan
tanah) asli maupun hasil suatu pekerjaan pemadatan pada tanah kohesif
maupun non kohesif. Perbedaan ini dilakukan untuk mengevaluasi hasil
pekerjaan pemadatan di lapangan dan dinyatakan dalam derajat pemadatan
( degree of compaction) , yaitu perbandingan antara αd lapangan (kerucut
pasir) dengan αd maksimal hasil percobaan pemadatan dilaboratorium dalam
presentase lapangan.

8.2 Maksud dan Tujuan


Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui kepadatan tanah di
lapangan dan derajat kepadatan tanah.

8.3 Peralatan Yang Digunakan


a. Corong Sand Cone yang dilengkapi dengan kran pengunci
b. Botol transparan untuk tempat pasir
c. Plat lapangan ukuran 30,48 X 30,48 cm dengan lubang bergaris tengah
16,5 cm
d. Pasir standar (pasir kuarsa)
e. Pahat
f. Palu
g. Sendok Tanah
h. Timbangan

8.4 Prosedur Pelaksanaan


a. Persiapan Percobaan
Sebelum pelaksanaan pengujian perlu diketahui :
a. Berat volume pasir dalam gr/cm2

38
b. Keran kerucut ditutup
b. Pelaksanaan Percobaan
a. Isilah botol pasir secukupnya, timbanglah berat botol bersama pasir
(W1) (Gram)
b. Persiapkan permukaan tanah yang akan diuji , sehingga diperoleh
bidang rata dan datar Letakkan plat dasar diatas tanah buat tanda lubang
plat padah tanah.
c. Gali lubang pada tanah didalam tanda batas yang telah ditentukan,
dengan kedalaman ±19 cm , berbentuk cengkung kerjakan hati-hati dan
hindarkan terganggunya tanah sekitar dinding dasar lubang.
d. Kumpulkan/masukkan tanah hasil galian (jangan sampai ada yang
tercecer) dalam cawan yang telah diketahui beratnya = W1 (berat
cawan kosong) = W2 gram.
e. Dengan plat dasar diatas tanah , letakkan botol pasir dengan menghadap
kebawah dan tengah plat dasar. Buka kran dan tunggu pasir yang masih
dalam botol mengalir mengisi lubang dan corong kemudian tutup kran.
f. Tutup botol bersama corong dengan pasir yang masih ada dalam botol
kemudian ditimbang = W4 gram.
g. Ambil sebagian tanah dalam cawan dan periksa kadar airnya = W(‘b)

8.5 Perhitungan

Contoh analisa uji kerucut pasir


Diketahui :
a. Berat pasir + Botol Sebelum Uji = 6215 Gram
b. Berat Pasir + Botol Setelah Uji = 2365 Gram
c. Berat Pasir yang dipakai = 6215 – 2365 = 3850 Gram
d. Berat Pasir dalam Corong = 1485 gram
e. Berat pasir dalam lubang = 3850 – 1485 = 2365 gram
f. Berat Isi Pasir = 1,487 gram
2365
g. Isi Lubang = =1590,5
1,487

39
h. Berat Material + Tempat = 3460 Gram
i. Berat Tempat = 195 gram
j. Berat Material = 3460 – 195 = 3265 gram
3265
k. Berat Material Basah = =2,053Gram
1590,5
l. Kadar Air Lapangan = 14,2%
2,053 X 100
m. Kepadatan kering = =1,798
100+14,2
n. Kadar Air optimum Lab = 23,9 %
o. Kepadatan maksimum Lab = 1,57 gram/cm3
1,798
p. Kepadatan lapangan = X 100=114,522 %
1,57

MATERIAL : TANAH TIMBUNAN


TANGGAL : 15 DESEMBER 2021

NO. URAIAN UNIT RUMUS 00

1 BERAT PASIR + BOTOL SEBELUM GRAM


2 BERAT PASIR + BOTOL SESUDAH GRAM
3 BERAT PASIR YANG DIPAKAI GRAM 1-2
4 BERAT PASIR DALAM CORONG GRAM
BERAT PASIR DALAM
5 LUBANG GRAM 3-4
6 BERAT ISI PASIR R GRAM
7 ISI LUBANG CM3 5/6 1
8 BERAT MATERIAL + TEMPAT GRAM
9 BERAT TEMPAT GRAM
10 BERAT MATERIAL GRAM 8-9
GRAM/
11 BERAT MATERIAL BASAH CM3 10/7
12 KADAR AIR LAPANGAN %
GRAM/
13 KEPADATAN KERING CM3 11x100/(100+12}
GRAM/
14 KADAR AIR OPTIMUM LAB CM3
GRAM/
15 KEPADATAN MAKSIMUM LAB CM3

40
16 % KEPADATAN LAPANGAN % 13/15x100
17

KADAR AIR

A NO. TEMPAT
B BERAT MATERIAL BASAH + TEMPAT GRAM 1
BERAT MATERIAL KERING +
C TEMPAT GRAM 1
D BERAT TEMPAT GRAM
E BERAT AIR GRAM b-c
F BERAT MATERIAL KERING GRAM c-d
G KADAR AIR (Spedy test) % e/f

Tabel 8.1 Hasil Perhitungan Pengujian Sandcone

8.6 Kesimpulan

Dari hasil perhitungan di atas di dapat lah kepadatan lapangan 114,522 % artinya
sesuai dengan SNI 1743 : 2008 Metode (D) Kepadatan lapisan harus mencapai
100 % jadi dari hasil tersebut kepadatan lapangan dalam praktimum ini telah
memenuhi standard yang berlaku.

41
SANDCONE

Gambar 8.1 Persiapan Peralatan Uji Sandcone

42
Gambar 8.2 Pembuatan Lubang Untuk Uji dan penimbangan sampel

Gambar 8.3 Pengambilan Sampel

BAB XI
KESIMPULAN

9.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari praktikum penyelidikan tanah yang
telah dilakukan dengan sampel tanah terganggu dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
a) Tanah pada sampel kedalaman 20 cm adalah tanah pasir dengan warna
kehitaman, dan tanah pada sampel kedalaman 80 cm juga tanah pasir
dengan warna kecoklatan.
b) Kadar air yang terkandung pada sampel tanah kedalaman 20 cm adalah
40,186% dan pada sampel kedalaman 80 cm adalah 49,43%

43
c) Pada analisa saringan jumlah awal tanah kering pada awal tidak sama
dengan jumlah tanah setelah dilakukan Ansar berkurang banyak hal itu
dikarenakan pada saat penempatan tanah pada saringan dan saat
penimbangan tanah banyak tanah yang jatuh.
d) Gradasi Ansar yang di hasilkan dari perhitungan persen tanah yang lolos
adalah gradasi 1 baik itu sampel tanah 1 maupun sampel tanah 2
e) Batas Cair pada sampel tanah 1 adalah 40 % dan Batas Cair Pada sampel
Tanah 2 adalah 50 %
f) Batas Plastis pada sampel tanah 1 dan 2 adalah 0%
g) CBR yang di dapat pada STA 1 adalah 17,51% dan pada STA 2
adalah11,45%
h) Hasil dari tes kepadatan tanah dengan metode SandCone didapat lah nilai
kepadatan tanah sebesar 114,52%.
9.2 Saran
a) Sebaiknya Praktikum dilakukan Setelah UTS agar dalam penyusunan
laporan tidak tergesa gesa
b) Untuk Oven yang dipakai sebaiknya di tambahkan lagi jumlahnya agar
proses pengeringan sampel tanah dapat berlangsung cepat
c) Jumlah Casagrande ditambahkan lagi agar dalam praktikum tidak
bergantian dan praktimum dapat berlangsung cepat.

44

Anda mungkin juga menyukai