Anda di halaman 1dari 23

KL 4111

BANGUNAN PANTAI
Dr. Ir. Syawaluddin Hutahaean, MS

TUGAS 4
Ariadi Pradana
15515076

PROGRAM STUDI TEKNIK KELAUTAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BANDUNG
2018
1 Struktur Bangunan Pantai: Groin
1.1 Cara Kerja

Gambar 1 Konsep Groin

Sumber: www.beachapedia.com

Bangunan pelindung pantai merupakan bangunan yang digunakan untuk melindungi pantai terhadap
kerusakan karena gelombang dan arus. Groin merupakan salah satu klasifikasi dari bangunan pantai
yang dibangun tegak lurus garis pantai. Groin dirancang untuk melindungi daerah sepanjang pantai dari
proses erosi yang diakibatkan oleh litoral sedimen.
Transpor sedimen pantai adalah gerak sedimen di daerah pantai yang disebabkan oleh gelombang dan
arus. Daerah transpor sedimen pantai ini terbentang dari garis pantai sampai tepat di luar daerah
gelombang pecah. Transpor sedimen pantai dibedakan menjadi dua macam (Triatmodjo, 1999), yaitu
tranpor menuju dan meninggalkan pantai (onshore-offshore transport) yang mempunyai arah rata-rata
tegak lurus garis pantai, sedangkan transpor sepanjang pantai (longshore transport) mempunyai arah
rata-rata sejajar pantai.
Groin diklasifikasikan berdasarkan permeabilitas tinggi dan panjang bangunan. Groin dibuat dari
material konstruksi yang dapat dibuat permeable atau impermeable tinggi atau rendah. Material yang
digunakan adalah batu, beton, kayu dan baja. Aspal dan nilon juga telah digunakan pada kondisi
tertentu.
1. Timber Groin Tipe ini impermeable. Semua kayu yang dipakai harus ditreatment dengan tekanan
maksimum.
2. Steel Groin Ada 3 jenis yaitu:
a. Timber-steel sheet-pile groin
b. Cantilever-steel sheet-pile groin. Untuk gelombang dan daya dukung tanah sedang.
c. Celullar-steel sheet pile groin. Dimana penetrasi dimungkinkan untuk memperoleh kestabilan
struktur.
3. Concrete Groin Penggunaan beton pada umumnya dibatasi untuk jenis struktur permeable sehingga
pasir dapat menembus struktur.
4. Rubble – Mound Groin Dibangun dengan material batu pengisi dan ditutup dengan lapisan batu
besar. Batu ini harus cukup berat untuk menyetabilkan struktur dari gelombang. Rongga antar batu
bisa diisi dengan beton atau aspal untuk meningkatkan stabiltas.

Ariadi Pradana/15515076 1
5. Asphalt Groin Aspal dapat digunakan sebagai lapisan kedap air. Dalam Asphalt institute (1964,
1965, 1969 dan 1976) dibahas penggunaan asphalt pada struktur hidro.
Groin hanya dapat digunakan untuk menghentikan longshore transport dan tidak dapat menghentikan
onshore-offshore transport. Pembentukan pantai di dekat groin bergantung pada besar dan arah
longshore current.
Konstruksi groin umumnya merupakan struktur rubble mound. Rubble mound terbuat dari beberapa
lapisan batuan yang ditata miring. Perencanaan tata letak groin meliputi penentuan jarak antara groin
serta penempatan groin pada lokasi. Jarak groin didefinisikan sebagai fungsi dari Panjang groin untuk
spasi. Selain itu juga merupakan fungsi sudut datang gelombang, selisih pasang-surut, material, dan
kelandaian pasir.
Keuntungan groin:

• Memperlebar pantai di bagian updrift dari groin tersebut karena menahan longshore sediment
transport.
• Pelaksanaan pekerjaan groin lebih mudah karena dapat dilakukan langsung di darat.
Sedangkan kerugiannya:

• Pada bagian downdrift akan terjadi erosi, terutama pada awal pembangunan yang merupakan suatu
proses mencapai keseimbangan

1.2 Dokumentasi
Berikut adalah beberapa contoh struktur groin:
1. Pawley Island, South Carolina
Pada lokasi ini groin bertipe lurus dan rubble mound. Pulau Pawley memiliki panjang kurang dari
empat mil dan sepanjang tepinya adalah 23 groin pantai. Groin terbuat dari beton, kayu dan struktur
batu yang dibangun untuk menahan pasir di tempatnya. Groin digunakan untuk melindungi tempat
parkir akses pantai terbesar di wilayah tersebut.

Ariadi Pradana/15515076 2
Gambar 2 Groin pada Pawley Island

Sumber: www.sciencedirect.com

2. Sitges, Catalonia, Spain

Gambar 3 Groin di Catalonia, Spanyol

Sumber: www.shutterstock.com

3. Pantai Denmark Utara

Ariadi Pradana/15515076 3
Gambar 4 Groin di Denmark

Sumber: www.denmarknews.com

4. Mundesley, United Kingdom


Groin pada lokasi ini berjenis groin kayu.

Gambar 5 Groin Kayu

Sumber: www.alamy.com

Ariadi Pradana/15515076 4
5. Upham Beach

Gambar 6 Groin T

Sumber: www.wikipedia.com

1.3 Material
Untuk material yang digunakan tergantung dari tipe bangunan itu sendiri. Seperti halnya bangunan
pantai kebanyakan, pemecah gelombang lepas pantai dilihat dari bentuk strukturnya bisa dibedakan
menjadi dua tipe yaitu: sisi tegak dan sisi miring.
Untuk tipe sisi tegak pemecah gelombang bisa dibuat dari material-material seperti pasangan batu, sel
turap baja yang didalamnya di isi tanah atau batu, tumpukan buis beton, dinding turap baja atau beton,
kaison beton dan lain sebagainya.

Ariadi Pradana/15515076 5
Gambar 7 Material pada Tipe-Tipe Groin

Sumber: www.coastalprotection.com

Dari beberapa jenis tersebut, kaison beton merupakan material yang paling umum di jumpai pada
konstruksi bangunan pantai sisi tegak. Kaison beton pada pemecah gelombang lepas pantai adalah
konstruksi berbentuk kotak dari beton bertulang yang didalamnya diisi pasir atau batu. Pada pemecah
gelombang sisi tegak kaison beton diletakkan diatas tumpukan batu yang berfungsi sebagai fondasi.
Untuk menanggulangi gerusan pada pondasi maka dibuat perlindungan kaki yang terbuat dari batu atau
blok beton :
Sementara untuk tipe bangunan sisi miring, pemecah gelombang lepas pantai bisa dibuat dari beberapa
lapisan material yang di tumpuk dan di bentuk sedemikian rupa (pada umumnya apabila dilihat
potongan melintangnya membentuk trapesium) sehingga terlihat seperti sebuah gundukan besar batu,
Dengan lapisan terluar dari material dengan ukuran butiran sangat besar.

Ariadi Pradana/15515076 6
Gambar 8 Rubble Mound Groin

Sumber: www.coastalprotection.com

Dari gambar dapat kita lihat bahwa konstruksi terdiri dari beberapa lapisan yaitu:
1. Inti(core) pada umumnya terdiri dari agregat galian kasar, tanpa partikel-partikel halus dari debu
dan pasir.
2. Lapisan bawah pertama(under layer) disebut juga lapisan penyaring (filter layer) yang melindungi
bagian inti(core)terhadap penghanyutan material, biasanya terdiri dari potongan-potongan tunggal
batu dengan berat bervariasi dari 500 kg sampai dengan 1 ton.
3. Lapisan pelindung utama (main armor layer) sepertinamanya, merupakan pertahanan utama dari
pemecah gelombang terhadap serangan gelombang pada lapisan inilah biasanya batu-batuan ukuran
besar dengan berat antara 1-3 ton atau bisa juga menggunakan batu buatan dari beton dengan bentuk
khusus dan ukuran yang sangat besar seperti tetrapod, quadripod, dolos, tribar, xbloc accropode dan
lain-lain
Secara umum, batu buatan dibuat dari beton tidak bertulang konvensional kecuali beberapa unit dengan
banyak lubang yang menggunakan perkuatan serat baja. Untuk unit-unit yang lebih kecil, seperti Dolos
dengan rasio keliling kecil, berbagai tipe dari beton berkekuatan tinggi dan beton bertulang (tulangan
konvensional, prategang, fiber, besi, profil-profil baja) telah dipertimbangkan sebagai solusi untuk
meningkatkan kekuatan struktur unit-unit batu buatan ini. Tetapi solusi-solusi ini secara umum kurang
hemat biaya, dan jarang digunakan.

Ariadi Pradana/15515076 7
Gambar 9 Beton Pelindung Buatan

Sumber: www.coastalprotection.com

Seiring perkembangan jaman dalam konstruksi pemecah gelombang lepas pantai juga mengalami
perkembangan. Belakangan juga dikenal konstruksi pemecah gelombang komposit. Yaitu dengan
menggabungkan bangunan sisi tegak dan bangunan sisi miring. Dalam penggunaan matrial pun
dikombinasikan misalnya antara kaison beton dengan batu-batuan sebagai pondasinya.

2 Perencanaan Struktur Groin


Wilayah pantai merupakan wilayah yang sangat intensif dimanfaatkan untuk kegiatan manusia, seperti
sebagai kawasan pusat pemerintahan, pemukiman, industri, pelabuhan, pertambakan, perikanan,
pariwisata, dan sebagainya. Berbagai kegiatan tersebut dapat menimbulkan peningkatan kebutuhan
akan lahan, prasarana, dan sebagainya, yang selanjutnya akan mengakibatkan timbulnya masalah-
masalah baru seperti, erosi pantai yang merusak kawasan pemukiman dan prasarana yang berupa
mundurnya garis pantai, tanah timbul akibat endapan pantai yang menyebabkan majunya garis pantai,
pembelokan atau pendangkalan muara sungai, pencemaran lingkungan, penurunan tanah, dan intrusi air
asin(Bambang Triatmojo,1999).
Di Indonesia. erosi pantai telah terjadi di sebagian pantai utara pulau Jawa, seperti terjadi di pantai Bulu
kecamatan Bancar kabupaten Tuban, Jawa Timur. Pada daerah studi kabupaten Tuban, kemunduran
garis pantai rata-rata 25 m selama 10 tahun (1999-2008) (Hadi Sholekan,2010).
Salah satu cara penanggulangan erosi pantai yaitu dengan membuat bangunan pengaman pantai (jetty,
groin, breakwater, dinding pantai atau revetmen). Dengan adanya bangunan yang menjorok ataupun
sejajar garis pantai, tentunya akan memberikan pengaruh terhadap bentuk garis pantai yang ada
sekarang. Bangunan pengaman pantai merupakan konstruksi yang dibangun sejajar atau tegak lurus
dengan garis pantai yang berfungsi untuk melindungi pantai terhadap kerusakan karena serangan
gelombang dan arus. Berdasarkan perintah tugas 4, mata kuliah KL4110 – Bangunan Pantai, akan
dipilih bentuk bangunan pengaman pantai yaitu groin.

2.1 Layout Groin


Pada bagian ini akan dibahas mengenai layout groin pada pantai Bulu Tuban. Penentuan layout ini
meliputi proses data lingkungan yang didapatkan dari makalah “Perencanaan Bangunan Pengaman
Pantai di Bulu Tuban” oleh Asnawi.

Ariadi Pradana/15515076 8
2.1.1 Data Lingkungan
Dalam contoh lokasi yang ditinjau yaitu Bulu Tuban, terdapat beberapa data lingkungan yaitu:
1. Analisa Angin

Tabel 1 Tabel Data Angin

Kecepatan Arah
Total (%)
Angin (knot) U TL T TG S BD B BL
1 5 2.16 0.45 1.5 2.13 0.11 0.19 0.46 2.27 9.3
6 10 12.66 3.45 11.46 17.58 0.41 1.5 2.57 15.56 65.49
11 15 3.69 1.09 2.63 4.7 0.05 0.57 2.19 4.65 19.58
16 20 0.71 0.14 0.3 0.49 0.03 0.11 1.07 1.39 4.24
21 25 0.16 0.03 0.05 0.14 0.03 0 0.16 0.36 0.93
26 30 0 0.03 0 0 0 0 0.05 0.22 0.3
>30 0.03 0 0 0.05 0 0 0.08 0 0.16
Total (%) 19.41 5.2 15.94 25.1 0.63 2.38 6.59 24.75 100
Sumber: BMKG

Tabel diatas merupakan persentase kejadian angina pada tahun 2002 – 2011 pada stasiun BMKG
semarang. Berdasarkan tabel tersebut, pantai Bulu Tuban yang menghadap ke Utara akan
mempertimbangkan angina dari arah Barat Laut, Utara, dan Timur Laut.

Dalam perencanaan ini digunakan durasi angin selama 6 jam. Hal ini dikarenakan intensitas
terjadinya durasi angin selama 6 jam paling sering. Kecepatan angin 15,4 m/s

2. Fetch
Berdasarkan makalah “Perencanaan Bangunan Pantai di Bulu Tuban” oleh Asnawi, berikut adalah
pemodelan fetch untuk arah angina Barat Laut, Utara, dan Timur Laut.

Ariadi Pradana/15515076 9
Gambar 10 Fetch Arah Timur Laut

Sumber: Makalah “Perencanaan Bangunan Pengaman Pantai di Bulu Tuban” oleh Asnawi

Gambar 11 Fetch Arah Utara

Sumber: Makalah “Perencanaan Bangunan Pengaman Pantai di Bulu Tuban” oleh Asnawi

Ariadi Pradana/15515076 10
Gambar 12 Fetch Arah Barat Laut

Sumber: Makalah “Perencanaan Bangunan Pengaman Pantai di Bulu Tuban” oleh Asnawi

Dari pemodelan fetch diatas, kemudian didapatkan perhitungan panjang fetch efektif yang
menghasilkan fetch dalam arah utara sejauh 314 Km. Kemudian dapat diketahui bahwa gelombang
dominan berasal dari arah Barat Laut yang membentuk sudut sebesar 75° terhadap garis pantai.

3. Pasang Surut
Selanjutnya, berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi Klas II Maritim Perak Surabaya bulan
maret 2012 yang telah diolah dalam makalah “Perencanaan Bangunan Pantai di Bulu Tuban” oleh
Asnawi didapatkan elevasi muka air laut seperti berikut:
a. Muka air laut tinggi tertinggi, HHWL adalah + 71 cm
b. Muka air laut tinggi rata-rata, MHWL adalah +29 cm
c. Muka air laut rata-rata, MSL adalah ± 0
d. Muka air laut rendah rata-rata, MLWL adalah -30cm
e. Muka air laut randah terendah, LLWL adalah -69 cm

4. Gelombang dan Periode


Nilai gelombang signifikan (Hs) dan periode gelombang signifikan (Ts) disesuaikan dengan jenis
bangunan. Pada makalah “Perencanaan Bangunan Pantai di Bulu Tuban” oleh Asnawi, groin
digolongkan dalam bangunan fleksibel dengan persamaan H10=1,27Hs (Hs = 1.76 m). Sehingga
kemudian tinggi dan periode gelombang bernilai:
a. Tinggi gelombang signifikan (H10) = 1,27 x 1.76 = 2,23 m
b. Periode gelombang signifikan (T10) = 7,2 dt
c. Gelombang pecah (db) adalah 1,50 m dan kemiringan pantai adalah 0,01.

5. Asumsi panjang pantai yang dilindungi adalah 750 m.

6. Erosi maksimum adalah 40 m

7. Kemiringan pantai 0,01

Ariadi Pradana/15515076 11
2.1.2 Spesifikasi Groin
Untuk perencanan groin perlu ditentukan terlebih dahulu spesifikasi groin sebagai acuan dalam
perencanaan selanjutnya. Spesifikasi-spesifikasi tersebut adalah:
1. Groin memiliki kemiringan 1: 2.
2. Batu lindung menggunakan batu pecah bersudut kasar sebanyak 2 lapis dengan berat jenis batu, γr
= 2,3 Ton/m3. Batuan ini, menurut makalah “Perencanaan Bangunan Pantai di Bulu Tuban” oleh
Asnawi terdapat di daerah konstruksi groin sehingga dapat memudahkan proses pengadaan dan
memperkecil biaya.
3. Berat jenis air laut pada wilayah Bulu Tuban adalah γw = 1,03 Ton/m3.
4. Penurunan akibat groin adalah 0,8 m

2.1.3 Layout Groin


Panjang groin akan efektif menahan sedimen apabila bangunan tersebut menutup lebar surfzone.
Namun keadaan tersebut dapat mengakibatkan suplai sedimen ke daerah hilir terhenti sehingga dapat
mengakibatkan erosi di daerah tersebut. Oleh karena itu panjang groin dibuat 40% sampai dengan 60%
dari lebar surfzone dan jarak antar groin adalah 1-3 kali panjang groin. (Triatmodjo, 1999).
Diperoleh kedalaman gelombang pecah (db) adalah 1,50 m sedangkan kemiringan dasar pantai (m)
adalah 0,01 maka lebar surfzone diperoleh yaitu:
Kedalaman gelombang pecah (db) = 1,5 m
Kemiringan dasar pantai (m) = 0,01
Lebar surfzone (Ls) = db/m = 1,5/0,01 = 150 m
Panjang groin (Lg) = (40% - 60%) x Lebar surfzone = 60% x 150 = 90 m
Kemudian diambil jarak antar groin sepanjang 2 x panjang groin
Jarak antar groin (Xg) = 1 x Ls = 1 x 90 = 90 m
Dengan mengambil asumsi awal bahwa pantai yang dilindungi adalah sepanjang 750 meter, maka akan
digunakan jumlah breakwater = 7 buah.
Dari data hasil perhitungan elevasi, tinggi, panjang, dan jarak antara groin, maka dapat direncanakan
tata letak groin tersebut Groin disusun sepanjang pesisir pantai Bulu Tuban dengan asumsi panjang
pantai yang dilindungi 750 m. Pangkal groin dimulai dari elevasi (-1,0 mLWS) garis pantai dan
ujungnya berada pada kedalaman -1,50 mLWS, dengan posisi tegak lurus terhadap kedalaman pantai.

2.1.4 Erosi yang Terjadi


Untuk mendapatkan nilai erosi yang terjadi, dapat dicari menggunakan persamaan seperti berikut:

𝑞 = 𝐶𝑜 + 𝐶1𝑟 + 𝐶2𝑟 2
Dimana:
Co = p (asumsi p = 50)
C1 = -tanβ = -tan (75) = -3.73
3 tan 𝛽 3 tan 75
C2 = 2𝑏
= 2.90
= 0.06

Ariadi Pradana/15515076 12
𝑐1 3.73
r =− = − = -31.08
2𝑐2 2 𝑥 0.06

Besar erosi yang terjadi adalah:

𝑞 = 50 + [(−3.73)(31.08)] + [0.03(31.08)2 ] = −𝟑𝟕


Besar erosi yang terjadi adalah 37 meter, tidak melebihi erosi maksimum.

2.1.5 Erosi pada Pangkal Groin


Pada pangkal groin sebelah kiri terjadi akresi sebesar 50 m sehingga tidak terjadi out-flank groin. Untuk
sisi sebelah kanan:

𝑞 = 50 + [(−3.43)(90)] + [(0.03)(90)2 ] = 102


Karena panjang groin rencana adalah 90 m, tidak dapat menampung akresi yang terjadi di sisi kanan
maka untuk keperluan desain, panjang groin kemudian diubah menjadi 105 m.

2.1.6 Ilustrasi Layout


Berikut adalah ilustrasi layout groin pada Pantai Bulu Tuban:

Gambar 13 Ilustrasi Layour Groin

Ariadi Pradana/15515076 13
2.2 Struktur Groin
2.2.1 Umur Rencana
Groin dirancang berdasarkan umur rencana groin, kemudian diambil asumsi umur rencana adalah 50
tahun. Dari data lingkungan didapatkan tinggi gelombang maksimum, periode serta panjang
gelombang di laut dalam yang pernah terjadi pada periode ulang 50 tahun. Tinggi gelombang dari laut
dalam tersebut selanjutnya direfraksi menuju kedalaman di depan groin. Tinggi gelombang didepan
groin hasil refraksi gelombang selanjutnya digunakan dalam penentuan berat dan dimensi groin dengan
sekaligus memperhatikan kondisi gelombang dalam keadaan normal atau dalam keadaan sudah pecah.
Sehingga groin yang direncanakan mampu menahan gelombang maksimum yang mungkin terjadi
selama periode umur rencana groin.

2.2.2 Wave Run-Up


Pada saat gelombang menghantam suatu bangunan, gelombang tersebut akan naik pada permukaan
bangunan. Penentuan tinggi run up gelombang ini digunakan grafik perbandingan run up gelombang
dengan rubble mound pada beberapa kondisi kemiringan. Grafik ini diambil dari Shore Protection
Manual Vol II, 1984. Data yang dibutuhkan:
H0 = Tinggi gelombang di laut dalam (m)
T0 = Periode gelombang di laut dalam (s)
Dari hasil analisa didapatkan:
H0 = 2,76 m
T0 = 7.20 s
H0 / gT02 = 0.0054

Ariadi Pradana/15515076 14
Gambar 14 Grafik Runup Gelombang terhadap Groin

Sumber: Shore Protection Manual Vol II, 1984

Berdasarkan grafik runup gelombang terhadap struktur rubble mound maka didapatkan:
R / H0 = 0,85
R = 0,85 H0 = 2,35 m

2.2.3 Elevasi Puncak Pangkal dan Head Groin


Elevasi puncak groin didasarkan atas boleh atau tidaknya terjadi limpasan (overtopping). Hal ini melihat
fungsi dari groin itu sendiri, maka groin tidak boleh terjadi limpasan air laut. Kenaikan elevasi muka
air dapat dihitung dengan persamaan berikut:
𝑉2
∆ℎ = 𝐹𝑐
2𝑔𝑑
15,42
∆ℎ = 314000𝑥3,5. 10−6 𝑥 2𝑥9.81𝑥50 = 0,26 m

Dengan:
Δh :kenaikan elevasi muka air rencana akibat badai (m)

Ariadi Pradana/15515076 15
F: panjang fetch (m)
c: konstanta = 3,5 x 10-6
V: kecepatan angin (m/s)
d: kedalaman air (m)
g: percepatan gravitasi (m/s2)
Elevasi permukaan breakwater merupakan penjumlahan nilai dari beda pasang surut, run up, badai dan
asumsi settlement yang terjadi. Contoh perhitungan groin:
Elevasi permukaan = HWS+Run Up+ Free Board+ Settlement+Badai = 0,71 + 2,35 + 0,5 + 0,8 + 0.26
= 4,62 m dari MSL

2.2.4 Tinggi Pangkal Groin


Berikut adalah persamaan untuk menghitung tinggi pangkal groin:
𝑑𝑔 = 𝑑𝐻𝑊𝑆 + 𝑅𝑢 + 𝑆𝑒𝑡𝑡𝑙𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡 + 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐵𝑜𝑎𝑟𝑑
Dimana dHWS dihitung dengan cara:
𝑑𝐻𝑊𝑆 = 𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖𝐻𝑊𝑆 − 𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑢𝑗𝑢𝑛𝑔 = 0.71 − (−1.50) = 2,21
Sehingga:
𝑑𝑔 = 2.21 + 2.35 + 0.8 + 0.5 = 5.68𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 ( 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 6 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟)

Kemudian didapatkan tinggi pangkal groin adalah 6meter dari MSL

2.2.5 Berat Armor unit


Groin dibuat menggunakan lapisan pelindung dari batu pecah alam. Berdasarkan penelitian Hudson
(1953) (dalam Triatmojo,1990) di laboratorium angkatan darat Amerika Selatan (USACE, waterway
experiment station, Vicksburg, Missisipi) suatu rumus dikembangkan untuk menentukan berat lapis
pelindung. Bentuk rumus tersebut adalah sebagai berikut:
𝛾𝑟. 𝐻 3
𝑊=
𝐾𝐷.(𝑆𝑟−1)3 .𝑐𝑜𝑡𝜃
𝛾 2,3
𝑆𝑟 = 𝛾 𝑟 =1,03 = 2,23
𝑤

2,3 𝑥 2,763
𝑊 = 1,6 = 0,43 ton
(2,23−1)3 .𝑐𝑜𝑡27

Dengan:
W = berat butir batu pelindung (t)
γr = berat jenis armour (t/m2).
γw = berat jenis air laut (t/m2).
KD = koefisien stabilitas yang tergantung pada bentuk batu pelindung (batu alam atau buatan),
kekasaran permukaan batu, ketajaman sisisisinya, ikatan antar butir, dan keadaan pecahnya gelombang.

Ariadi Pradana/15515076 16
H = tinggi gelombang rencana (m).
θ = sudut kemiringan pemecah gelombang (º).

Groin memiliki beberapa lapisan yaitu primary, secondary, dan berm. Berikut adalah perhitungan berat
armor pada tiap lapisan groin (asumsi gelombang pecah):

Tabel 2 Berat Armor Unit Bagian Head

W (ton)
d
Primary Secondary Layer Core Layer Berm
(mLWS)
W W/10 W/200 W/6000 W/10
-1.5 0.43 0.043 0.00215 0.001 0.043

Tabel 3 Berat Armor Unit Bagian Trunk

W (ton)
d
Primary Secondary Layer Core Layer Berm
(mLWS)
W W/10 W/200 W/6000 W/10
-1 0.35 0.035 0.00168 0.001 0.035

2.2.6 Diameter Batu


Diameter armour layer berdasarkan buku Manual on the Use of Rock in Coastal and Shoreline
Engineering (1991) dapat ditunjukkan pada persamaan berikut:
𝑊
𝐷𝑛50 = ( )1/3
𝛾𝑟
0,43 1
𝐷𝑛50 = ( )3 = 𝟎, 𝟓𝟕𝒎
2,3
Dengan:
Dn50 = diameter batu (m)
W = berat butir batu (t)
γr = berat jenis armour (t/m2)
Berikut adalah diameter batu setiap lapisan pada groin:
Tabel 4 Diameter Batu pada bagian Head dan Trunk

Primary Secondary Layer Core Layer Berm


d (mLWS)
W Dn50 (m) W/10 Dn50 (m) W/200 Dn50 (m) W/6000 Dn50 (m) W/10 Dn50 (m)
-1.5 0.43 0.571804 0.043 0.265407713 0.00215 0.097777 7.16667E-05 0.031467564 0.043 0.265408

Ariadi Pradana/15515076 17
2.2.7 Tebal Lapisan
Tebal lapisan armour layer berdasarkan Hudson (1953) (dalam Triatmojo,1990) dapat ditunjukkan
pada persamaan berikut:
𝑊
𝑡 = 𝑛. 𝑘∆ . ( )1/3
𝛾𝑟
0,43 1
𝑡 = 2 𝑥 1,15 𝑥 ( )3 = 1,3 𝑚
2,3

t = tebal lapis pelindung (m)


n = jumlah lapis batu dalam
lapisan (n = 2).
kΔ = koefisian lapis
W = berat butir batu (t)
γr = berat jenis armour (t/m2)

Berikut adalah tebal lapisan setiap lapisan pada groin:

Tabel 5 Tebal Lapisan Groin

Primary Secondary Layer Core Layer Berm


d (mLWS)
W t (m) W/10 t (m) W/200 t (m) W/6000 t (m) W/10 t (m)
-1.5 0.43 1.315148 0.043 0.61043774 0.00215 0.224887 7.16667E-05 0.072375397 0.043 0.610438

2.2.8 Lebar Puncak Tiap Lapisan


Lebar puncak tergantung pada limpasan yang diijinkan. Pada kondisi limpasan diijinkan, lebar puncak
minimum adalah sama dengan lebar dari tiga butir batu pelindung yang disusun berdampingan. Untuk
bangunan tanpa limpasan bisa lebih kecil dari itu. Selain itu lebar puncak juga harus menyesuaikan
keperluan operasi peralatan pada waktu pelaksanaan dan perawatan. Lebar puncak tiap lapis
ditunjukkan pada persamaan berikut ini:
𝑊
𝐵 = 𝑛. 𝑘∆ . ( )1/3
𝛾𝑟
0,43 1
𝐵 = 3 𝑥 1,15 𝑥 ( )3 = 𝟐 𝒎
2,3

B = lebar puncak tiap lapis pelindung (m).


n = jumlah lapis batu dalam lapisan (nmin = 3).
kΔ = koefisian lapis.
W = berat butir batu (t).
γr = berat jenis armour (t/m2).

Berikut adalah lebar puncak tiap lapisan pada groin:

Tabel 6 Lebar Puncak Groin

Primary Secondary Layer Core Layer Berm


d (mLWS)
W B (m) W/10 B (m) W/200 B (m) W/6000 B (m) W/10 B (m)
-1.5 0.43 1.972722 0.043 0.91565661 0.00215 0.337331 7.16667E-05 0.108563096 0.043 0.915657

Ariadi Pradana/15515076 18
2.2.9 Jumlah Armor Unit
Diperlukan penentuan jumlah armour unit per meter luasnya untuk mempermudah pelaksanaan
pekerjaan lapangan. Jumlah armour unit per meter luasnya dapat dirumuskan melalui persamaan
berikut:
𝑃 𝛾𝑟
𝑁 = 𝐴. 𝑛. 𝑘∆ . (1 − ) . ( )2/3
100 𝑊
37 2,3 2
𝑁 = 10 𝑥 2 𝑥 1,15 𝑥 (1 − ).( )3 = 𝟒𝟓 𝒃𝒖𝒂𝒉
100 0,43
Dengan:
N = jumlah butir baut untuk satu satuan luas permukaan (buah).
A = luas permukaan (10 m2).
n = jumlah lapis batu dalam lapisan.
kΔ = koefisian lapis
P = porositas (%)
γr = Berat jenis armour (t/m2).
W = berat butir batu (t).

Berikut adalah jumlah unit armor pada tiap lapisan groin:

Tabel 7 Jumlah Armor Unit pada Groin

Primary Secondary Layer Core Layer Berm


d (mLWS)
W N (buah) W/10 N (buah) W/200 N (buah) W/6000 N (buah) W/10 N (buah)
-1.5 0.43 44.31744 0.043 205.7033222 0.00215 1515.635 7.16667E-05 14633.29539 0.043 205.7033

2.2.10 Ilustrasi Struktur Groin


Berikut adalah ilustrasi struktur groin:

Gambar 15 Tampak Samping

Ariadi Pradana/15515076 19
Gambar 16 Potongan Groin

Ariadi Pradana/15515076 20
3 KESIMPULAN DESAIN
Berdasarkan data lingkungan yang tersedia dan perhitungan desain yang sudah dilakukan, berikut
adalah kesimpulan desain dari groin pada Pantai Bulu Tuban
Tabel 8 Kesimpulan Desain

Dimensi No. Parameter Dimensi Satuan


Groin 1 Panjang Groin 105 meter
2 Jarak Antar Groin 90 meter
3 Elevasi Pangkal Groin 4.62 meter
4 Tinggi Pangkal Groin 6 meter
Erosi 5 Titik P 50 meter
6 Titik Q -37 meter
7 Titik T 102 meter
Armor Unit 8 Bahan Batu Alam -
Primary 9 Lebar Puncak 2 meter
Layer 10 Berat Batu 0.43 ton
11 Jumlah Armor Unit 45 unit
12 Tebal Lapisan 1.31 meter
14 Diameter Batu 0.57 meter
Armor Unit 15 Bahan Batu Alam -
Secondary 16 Lebar Puncak 1 meter
Layer 17 Jumlah Armor Unit 206 -
18 Berat Batu 0.043 ton
19 Tebal Lapisan 0.6 meter
20 Diameter Batu 0.26 -
Armor Unit 21 Bahan Pasir -
Core Layer 22 Lebar Puncak 0.33 meter
23 Jumlah Armor Unit - -
24 Berat Batu - -
25 Tebal Lapisan - meter
26 Diameter Batu - -
Armor Unit 27 Bahan Batu Alam -
Berm 28 Lebar Puncak 1 meter
29 Berat Batu 0.043 ton
30 Jumlah Armor Unit 206 unit
31 Tebal Lapisan 0.6 meter
32 Diameter Batu 0.26 meter

Ariadi Pradana/15515076 21
4 DAFTAR PUSTAKA
CERC. 1984. Shore Protection Manual Volume I. Washington: US Army Coastal Engineering
Research Center.

CERC. 1984. Shore Protection Manual Volume II. Washington: US Army Coastal Engineering
Research Center.

CERC. 1992. Automated Coastal Engineering System, Buku I. Missisippi: Departement of the Army
Water-way Experiment Station Corps of Engineers.
Triatmojo, Bambang. 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta: Beta Offset.
Catatan Kuliah KL4111 – Bangunan Pantai
Tugas 1, 2, dan 3 Mata Kuliah KL4111 – Bangunan Pantai
Makalah ‘Perencanaan Perlindungan Pantai di Bulu Tuban’ oleh Asnawi

Ariadi Pradana/15515076 22

Anda mungkin juga menyukai