PENDAHULUAN
Hal ini menjadi semakin berat dengan masih dimilikinya paradigma lama
pengelolaan yang mengandalkan kegiatan pengumpulan, pengangkutan, dan
pembuangan; yang kesemuanya membutuhkan anggaran yang semakin besar
dari waktu ke waktu; yang bila tidak tersedia akan menimbulkan banyak
masalah operasional seperti sampah yang tidak terangkut, fasilitas yang tidak
memenuhi syarat, cara pengoperasian fasilitas yang tidak mengikuti ketentuan
teknis.
1
2
4
5
5
7. Pendidikan Sejarah
8. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
9. Pendidikan Geografi
10. Pendidikan Matematika
11. Pendidikan Kimia
12. Pendidikan Fisika
13. Pendidikan Biologi
14. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
15. Pendidikan Bahasa Inggris
16. Pendidikan Seni, Drama, Tari, dan Musik
17. Pendidikan Vokasional Teknologi Informasi
d. Fakultas Pertanian
1. Agribisnis0Sosial Ekonomi Pertanian
2. Teknologi Hasil Pertanian
3. Produksi Ternak
4. Teknik Pertanian
5. Budidaya Perairan
6. Kehutanan
7. Agroekoteknologi
e. Fakultas Teknik
1. Teknik Sipil
2. Teknik Mesin
3. Teknik Elektro
4. Teknik Kimia
5. Teknik Geofisika
6. Teknik Arsitektur
7. Teknik Informatika
8. Teknik Geodesi
f. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
1. Sosiologi
2. Ilmu Pemerintahan
3. Ilmu Administrasi Negara
32
7
32
9
c. Fakultas Teknik (FT)
Setelah pendirian Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik dibantuk
berdasarkan Surat Keputusan Presidium Unila Nomor
227/KPTS/Pres/1968 pada tanggal 5 Juli 1968. Namun karena
adanya kendala, fakultas ini tak dapat melanjutkan keberadaannya.
Berdasarkan Surat Keputusan Nomor 101/B-/11/72, fakultas ini tak
lagi menerima mahasiswa lagi dan sejumlah mahasiswanya
dialihkan ke fakultas lain. Lalu dengan dukungan Pemerintah
Provinsi Lampung, dibentuk lagi Panitia Persiapan Pembukaan
Fakultas Teknik Sipil. Pada tanggal 13 Januari 1978 berdasarkan
SK Rektor Unila Nomor 08/KPTS/R/1991 tanggal 6
Juli 1991 Fakultas Non Gelar Teknologi (FNGT) dinaikkan
statusnya menjadi Fakultas Teknik, Universitas LampungFakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
Pada tahun akademik 1986/1987 dibuka program studi (PS)
Sosiologi dan PS Ilmu Pemerintahan dibawah naungan Fakultas
Hukum. Untuk mengkoordinasikan pelaksanaan akademiknya
32
11
i. Fakultas Kedokteran
j. Usulan Fakultas
32
13
32
15
32
17
32
19
32
21
BAB III
HASIL PELAKSANAAN KULIAH LAPANGAN
32
23
32
25
32
27
2. Sampah Kering
Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering adalah
bahan organik lain yang kandungan airnya kecil dengan
kandungan air yang sangat minimum yaitu Berkisar diantara
4,68%-4,71%. Hal ini disebabkan karena sumber sampah tersebut
merupakan bahan yang kering, sehingga sumber air pada sampah
tersebut sanggat kecil.Contoh sampah organik kering di antaranya
kertas, kayu atau ranting pohon, dan dedaunan kering. Berikut
Adalah Contoh Gambar Sampah Kering:
2. Proses Fermentasi
Pengertian Fermentasi secara umum adalah proses produksi
energi dalam sel, dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen).
Dalam proses fermentasi, terjadi perkembangbiakan
mikroorganisme yang ada yang menghasilkan mikroorganisme
yang lebih banyak serta hasil metabolisme yang menghasilkan
enzim-enzim pertumbuhan yang bermanfaat bagi tanaman dan
untuk daya yang bisa ditampung oleh alat komposter sekitas 60-
100 liter.
Adapun Tahap Fermentasi yaitu Sebagai berikut :
a) Sampah yang telah dicacah dimasukkan kedalam mesin
komposter yang akan memfermentasi sampah organik.
32
29
3. Proses Pengayakan
Setelah proses fermentasi dilaksanakan sampah telah menjadi
kompos, kemudian dilakukan proses pengayakan dengan tujuan
memisahkan bagian yang kasar dengan bagian yang telah halus.
Adapun Tahap Pengayakan yaitu sebagai berikut :
a) Masukkan sampah yang telah di fermentasi selama 7 hari ke
dalam alat ayakan.
b) Setelah sampah dimasukkan ke dalam alat ayakan sebanyak 1
kali putaran hingga selesai.
c) Kemudian sampah yang sudah terayak langsung dimasukan
kedalam karung yang berat nya 10kg.
Berikut gambar alat pengayakan digunakan dalam pengelolahan
sampah organik, untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 3.5
dibawah ini :
4. Proses Pengemasan
Setelah sampah Organik menjadi kompos maka proses terakhir
yang dilakukan adalah proses pengemasan, dengan kemasan 3 kg
dan Dijual kepada masyarakat dengan harga Rp.10.000,-.
Berikut gambar pupuk organic yang sudah dikemas :
32
31
32
33
b. Tempat Perternakan
Usahakan untuk tempat/bangunan peternakan ini, terbuat secara
permanen atau terbuat dari tembok sekelilingnya. Tujuannya, agar
terhindar dari tikus atau hama semut. Atap terbuat dari enternit
serta 95% bangunan tertutup. Lantai terbuat dari tembok atau
ubin. Suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan ulat. Usahakan
suhu dalam ruangan, tetap antara 29 – 30 0C dan selalu lembab,
artinya tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas. Suhu tersebut,
merupakan suhu terbaik untuk ternak ini.
32
35
c. Pemilihan Induk
Adapun langkah dalam pemilihan induk adalah sebagai berikut :
1. Serangga Tenebrio Molitor,Induk Ulat Hongkong
2. Ulat hongkong sebenarnya adalah fase larva dari serangga
bernama latin Tenebrio Molitor. Serangga berwarna hitam ini
merupakan serangga pemakan biji-bijian.
3. Satu kotak/peti, kita tebari kumbang sekitar 250 gr, dan
berikan kapas sebagai alas untuk bertelur yang sudah
dibeberkan.
4. Pembibitan ini dibiarkan sampai 7 hari, dan diturunkan bila
waktu tersebut tiba. Kumbang yang sudah terpisah dari kapas,
diberi kapas baru lagi dan begitu seterusnya. Tingkat kematian
pada kumbang ini, bisa mencapai 2 s/d 4 persen sekali turun.
5. Kapas yang ada telurnya, kita simpan dalam peti terpisah, telur
akan mulai menetas setelah 10 hari. Setelah usia ulat mencapai
30 hari baru kita pisahkan dari kapasnya.
32
37
4.2 Saran
Sebelum melakukan kunjungan lapangan sebaiknya melakukan berbagai
persiapan seperti mempersiapkan pertanyaan yang kompeten, untuk dapat
menggali informasi saat melakukan kunjungan.
38
DAFTAR PUSTAKA