Anda di halaman 1dari 5

Rencana elemen kuda-kuda

Pada perencanaan elemen kuda-kuda ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama adalah
perencanaan elemen tarik (tanda positif), dan perencanaan elemen tekan (tanda negatif)

Untuk perencanaan elemen tarik dapat digunakan persamaan (10.1.1-1) pada SNI 03-1729-2002
sebagai berikut

NU
f t= ≤ f , dengan nilai∅=0,90
∅ Ag y

LK
Dan syarat kelangsingan : ⋏= <300 untuk elemen skunder
r

LK
⋏= <240 untuk elemen skunder
r

Dengan : f t = tegangan tarik (Mpa)

N U = gaya aksial tarik rencana (N)

A g = luas penampang bruto profil (mm2 ¿

⋏ = angka kelangsingan

L K = panjang elemen (mm)

r = jari-jari girasi minimum (mm)

untuk perencanaan elemen tekan dapat digunakan persaman (9.3-6) pada SNI 03-1729-2002
sebagai berikut

ω NU
f c= ≤ f y, dengan nilai ∅=0,85
∅ Ag

LK
Dan syarat kelangsingan : ⋏= <240 untuk elemen struktur tekan
r

Nilai ω dihitung dengan persamaan (7, 6-5) SNI 03-1729-2002 sebagai berikut
Untuk ⋏c ≤ 0,25 maka ω=1

1,43
Untuk 0,25¿ ⋏c <1,2 maka ω=
1,6−0,57 ⋏c

Untuk ⋏c ≥ 1,2 maka ω=1,25 (⋏c )2

L
Dengan nilai : ⋏c = 1 x K
π r √ fy
E

Keterangan : f c = tegangan tarik (Mpa)

N U = gaya aksial tekan rencana (N)

A g = luas penampang bruto profil (mm2 ¿

⋏ = angka kelangsingan

L K = panjang elemen (mm)

r = jari-jari girasi minimum (mm)


Rencana sambungan elemen kuda-kuda

Untuk perencanaan sambungan elemen kuda-kuda ada dua macam sambungan yang digunakan,
ialah sambungan baut dan sambungan las. Macam sambungan ini dipilih karena dalam praktik
banyak dijumpai. Sebenarnya disamping dua macam sambungan tersebut masih ada macam
sambungan yang lain, seperti misalnya sambungan paku keeling, tetapi sambungan ini untuk saat
ini jarak dijumpai.

Untuk merencankan sambungan harus diikuti ketentuan dalam SNI 03-1729-2002


Pada sambungan baut perlu diperhitungkan terhadap kegagalan geser dan kegagalan tumpu. Dari
kedua hal tersebut diambil nilai yang menentukan ialah nilai kecil.

Pada kegagalan geser kuat geser rencana baut dihitung sesuai persamaan (13, 2-2 ) dari SNI 03-
1729-2002 sebagai berikut ;

b
V t =∅ f x r 1 x f u x A b dalam (N)

Dengan : ∅ f = faktor reduksi kekuatan untuk fraktur terrbesar sebesar 0,75

r 1 = 0,5 untuk baut tanpa ulir pada bidang geser

r 1 = 0,4 untuk baut dengan ulir pada bidang geser

b
f u = tegangan tarik putus baut (MPA)

Ab = luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir (mm2 ¿

Pada kegagalan tumpu kuat tumpu rencana baut tergantung pada yang terlemah dari baut atau
komponen pelat yang disambung. Apabila jarak lubang tepi terdekat dengan sisi pelat dalam arah
kerja gaya lebih besar dari 1,5 kali diameter lubang, jarak antar lubang lebih besar dari 3 kali
diameter lubang da nada lebih dari satu baut dalam arah kerja gaya, maka kuat rencana tumpu
dihitung sesuai persamaan (13, 2-2 ) dari SNI 03-1729-2002 sebagai berikut :

Rd =2,4 ∅ f x d b x t p x f u dalam (N)

Dengan : ∅ f = faktor reduksi kekuatan untuk fraktur terrbesar sebesar 0,75

d b = diameter baut (mm)

t p = tebal pelat terkecil yang disambung (mm)

f u = tegangan tarik putus yang terendah antara baut atau pelat (mpa)

Ab = luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir (mm2 ¿


Untuk menghitung jumlah baut dipilih nilai terkecil antara kuat geser baut dan kuat tumpu pelat.
Dari persamaan (1-5), karena pada kasus ini ada dua bidang geser baut ,menjadi 2V d dan kuat
tumpu pelat tetap Rd , maka nilai 2V d dan Rd dipilih yang terkecil, hal ini dijelaskan pada
gambar 1.5, kemudian jumlah baut dihitung dengan

Nu
n b=
2V d atau Rd

Dengan : n b= jumlah baut, minimal dua buah baut

N u= gaya elemen yang disambung (N)

2 V d = dua kali kuat geser baut (N)

Rd = kuat tumpu pelat (N)

Jarak baut ditentukan sesuai bab 13.4 SNI 03-1729-2002 yang dijelaskan bahwa jarak antar pusat
lubang pengencangan tidak boleh kurang dari 3 kali diameter nominal pengencangan. Jarak dari
tepi pelat sampai pusat pengencangan harus dipenuhi seperti tabel 13, 4-1 dari SNI 03-1729-
2002, sedang jarak maksimum ditentukan seperti bab 13, 4.3 dan 13, 4.4 dari SNI 03-1729-2002.

Anda mungkin juga menyukai