Anda di halaman 1dari 17

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SEBAGAI DASAR ILMU

PENGETAHUAN LINGKUNGAN

MAKALAH
diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup
Dosen Pengampu: Drs. Wachju Subchan, M.S., Ph.D dan
Rully Putri Nirmala Puji, S.Pd., M. Ed.
Kelas B

Kelompok 2
Oleh:
1. Ayu Trisna Dewi 150210302041
2. Muhammad Fahmi 180210302050
3. Winda Ramadhani 180210302063
4. Syifa Surya Ukasyah 180210302075
5. Nida Miskia 180210302077
6. Nur Lubna Diana 180210302086

PROGAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3
1.3 Tujuan.............................................................................................................3
1.4 Manfaat...........................................................................................................3
BAB 2. PEMBAHASAN........................................................................................4
2.1 Konsep Dasar Pendidikan Lingkungan..........................................................4
2.2 Konsep Ilmu Pengetahuan Sosial...................................................................5
2.3 Integrasi IPS dalam Pendidikan Lingkungan Hidup......................................7
2.4 Permasalahan dan Solusi..............................................................................11
2.4.1 Masalah..................................................................................................11
2.4.2 Solusi.....................................................................................................13
BAB 3. SIMPULAN.............................................................................................14
3.1 Kesimpulan...................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

ii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada abad ke-21 masyarakat dihadapkan dengan dunia
elektronik/teknologi, informasi, dan bioteknologi yang datang dengan
permasalahannya dalam berbagai aspek. Berdasarkan data statistik demografis
mendorong individu untuk melihat perubahan yang terjadi dalam bidang sosial.
Demikian pula dari segi ekologis yang lingkungannya kini telah berubah.
Permasalahan globalisasi sekarang bukan hanya sebagai trend pasar perdagangan
tetapi juga masalah terhadap lingkungan. Fachruddin (2006:179) dalam Kusmarni
mengemukakan bahwa berdasarkan pendapat ahli ekologi suhu global abad ke-21
akan meningkat sebanyak 5,8 derajat selsius. Di beberapa daerah, permukaan laut
naik dari sebelumnnya sebesar 60 sentimeter dari sebelumnnya. Sehingga
menyebabkan sekitar 800 rumah penduduk disekitar pantai terancam banjir dan
perlu dievakuasi yang memakan biaya sebesar 30 miliyar rupiah.
Aktivitas globalisasi menyebabkan pemanasan dan perubahan global yang
begitu mengkhawatirkan. Perubahan iklim global ditandai dengan suhu musim
panas yang menyebabkan kekeringan, musim hujan menjadi banjir, angin yang
menumbangkan banyak pohon, bukit yang longsor. Dari sudut ekologis ada dua
faktor mekanis yang menjadi penyebabnya. Pertama, faktor kekacauan ekosistem
yang disebabkan oleh ulah manusia, contohnya adalah kesalahan mengelola
sumber daya alam dan kesalahan penataan tata ruang atau lingkungan. Kedua,
perubahan iklim global yang disebabkan oleh banyaknya penggunaan emisi gas
karbon dioksida (CO2) dan gas pembuangan lainnya akibat yang dilepaskan oleh
aktivitas industri, bahan bakar kendaraan bermotor akibat fosil dan udara yang
tidak diserap oleh tumbuhan karena banyak pohon yang ditebang oleh manusia.
Permasalahan di Indonesia adalah akibat iklim dan ekosistem.
keharmonisan alam terbentuk karena naturalisasi yang cukup lama, kemudian
menjadi kacau karena dieksploitasi secara berlebihan sehingga berdampak pada
keberlangsungan ekosistem yang ada. Hal ini tentu saja menjadi tantangan yang
1
harus dihadapi oleh seluruh masyarakat indonesia, oleh karena itu diperlukan
upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. sudah saatnya pemerintah
dan masyarakat untuk berpartisipasi untuk menhadapi permasalahan tersebut
sebagai bekal dalam kehidupan dan mempersiapkan diri dalam perkembangan
globalisasi.
Dalam hal ini pemerintah merupakan pihak yang diharuskan membuat
suatu kebijakan demi mengembangkan kemakmuran masyarakat demi
meningkatkan daya saing di era globalisasi. Salah satu upaya yang dilakukan
untuk mengantisipasi globalisasi adalah dengan mengembangkan ilmu
pengetahuan. Beberapa faktor yang menjadi pemicu melemahnya kualitas
lingkungan yaitu karena kurangnya tingkat pendidikan dan juga pengetahuan
masyarakat mengenai lingkungan hidup, sehingga masyarakat kurang bisa
menerapkan informasi-informasi penting yang bermanfaat bagi kehidupannya.
Selain itu juga sulitnya menghilangkan kebiasaan masyarakat dalam membuang
sampah sembarangan. Kurangnya kesadaran masyarakat inilah yang dapat
membuat lingkungan menjadi kotor dan tercemar. Masyarakat tidak menyadari
bahwa perbuatan yang demikian juga dapat berdampak negatif bagi kelangsungan
hidupnya. Jika hal tersebut dilakukan secara terus-menerus maka sampah tersebut
akan akan menumpuk dan menjadi bau, membusuk, dan dapat menimbulkan
lingkungan yang tidak sehat. Akibatnya, masyarakat dapat terjangkit penyakit
berupa diare dan demam berdarah (DBD) yang dapat dengan mudah menyebar ke
tubuh kita melalui kuman-kuman dari sampah-sampah yang dibuang
sembarangan, selain hal tersebut juga dapat menyebabkan banjir.
Dari berbagai permasalahan diatas, sejak dini anak didik haruslah dibekali
dan diberikan pemahaman terkait timbal balik dari perbuatan yang dilakukan
individu terhadap lingkungan. Selain itu, perlu kiranya memberikan pembekalan
ataupun wawasan bagi masyarakat akan pentingnya lingkungan dalam kehidupan
bermasyarakat, yaitu dengan melalui pendidikan lingkungan hidup di sekolah
yang diintegrasikan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Oleh
karena itu penulis ingin mengkaji lebih dalam mengenai IPS sebagai konsep dasar
pendidikan lingkungan.
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar Pendidikan Lingkungan Hidup ?
2. Bagaimana konsep dasar Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ?
3. Bagaimana bentuk integrasi Pendidikan IPS dalam Pendidikan
Lingkungan Hidup ?
4. Apa saja permasalahan lingkungan yang terjadi pada saat ini ?

1.3 Tujuan
1. Untuk dapat mendeskripsikan konsep dasar Pendidikan Lingkungan
Hidup.
2. Untuk dapat mendeskripsikan konsep dasar Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial.
3. Untuk dapat menelaah bentuk integrasi Pendidikan IPS dalam Pendidikan
Lingkungan Hidup.
4. Untuk dapat menganalisis apa saja permasalahan lingkungan yang terjadi
pada saat sekarang.

1.4 Manfaat
1. Bagi penulis dapat mengetahui dan memahami konsep dasar Pendidikan
Lingkungan Hidup dan Pendidikan Pengetahuan Sosial, bentuk interpretasi
Pendidikan IPS dalam Pendidikan Lingkungan Hidup, serta dapat
menelaah isu-isu terbaru mengenai lingkungan.
2. Bagi pembaca dapat menambah pengetahuan dan wawasan lebih dalam
mengenai integrasi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial menjadi dasar
Pendidikan Lingkungan Hidup, serta dapat dijadikan sebagai sumber
referensi.
3. Bagi almamater Universitas Jember, penelitian ini merupakan wujud Tri
Dharma Perguruan Tinggi

3
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Pendidikan Lingkungan


Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) adalah program dari suatu
pendidikan yang bertujuan untuk melatih kesadaran, perilaku, dan sikap peserta
didik akan pentingnya lingkungan bagi kehidupan manusia. Selain itu juga untuk
melatih tanggung jawab peserta didik mengenai timbal balik yang akan terjadi
ketika manusia bertindak / melakukan sesuatu pada lingkungan (Pratomo, 2009:8)
dalam (Afandi, 2013:101). Dalam penerapannya, manusia sejak dini harus sudah
diberikan pemahaman mengenai lingkungan, serta diajarkan atau diberikan contoh
secara langsung bagaimana memelihara lingkungan dengan benar. Tujuan dari hal
tersebut adalah agar menjadi kebiasaan dan membentuk perilaku peserta didik saat
tumbuh dewasa, sehingga peserta didik dapat meghargai dan melestarikan
lingkungan.

Menurut Sya’ban, (2018:88) konsep dari Pendidikan Kependudukan dan


Lingkungan Hidup (PKLH) yaitu sebuah proses untuk menanamkan tanggung
jawab warga masyarakat terhadap lingkungan disekitarnya, sehingga masyarakat
diwajibkan harus peduli dan tanggung jawab untuk menjaga, merawat, dan
melestarikan lingkungannya. Baik buruknya suatu lingkungan tergantung dari
masyarakatnya. Jika masyarakatnya pandai menjaga dan merawatnya, maka akan
tercipta lingkungan yang bersih dan sehat dan begitu pula sebaliknya. Terciptanya
lingkungan yang bersih bisa dilakukan dengan cara membuang sampah pada
tempatnya dan mengadakan kerja bakti. Namun pada kenyataannya pada masa
sekarang masih banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan
sehingga tercipta lingkungan yang kumuh. Untuk melatih hidup yang bersih,
maka perlu adanya pembelajaran melalui pendidikan lingkungan hidup. Tujuan
dari pendidikan lingkungan hidup berdasarkan UNESCO dalam Konferensi
Tbilisi yang diadakan pada tahun 1997 yaitu (1) untuk memberikan bantuan
dengan cara menerangkan masalah mengenai kepedulian dan perhatian tentang

4
keterkaitan antara sosial, politik, ekonomi, dan ekologi baik yang berada
diwilayah perkotaan maupun di pedesaan; (2) untuk memberi peluang kepada
seluruh masyarakat mengembangkan sikap, kemampuan, pengetahuan, nilai, dan
komitmen yang diperlukan untuk membenahi dan melindungi lingkungan; dan
(3) untuk menjadikan dan membangun tindakan yang baru pada seluruh
masyarakat baik individu maupun kelompok terhadap lingkungan. Sedangkan
tujuan khusus pendidikan lingkungan hidup menurut Barlia (2008) dalam Sya’ban
(2018:89) yaitu: (1) pengetahuan, memberi bantuan kepada peserta didik
memperoleh dasar penafsiran atau pemahaman kegunaan dan manfaat lingkungan
hidup, serta interaksi individu dengan lingkungan; (2) sikap, memberi bantuan
kepada peserta didik memperoleh nilai-nilai dan membangun tanggung jawab
terhadap lingkungan sekitar, serta memberikan dorongan dan kewajiban untuk
berperan aktif dalam menjaga dan mengembangkan lingkungan bersih; (3)
kesadaran, memberi bantuan kepada peserta didik memperoleh pemahaman dan
tanggap terhadap lingkungan dan permasalahan yang ada; (4) ketrampilan,
memberi bantuan kepada peserta didik memperoleh ketrampilan memahami,
menyelidiki, dan andil atau memberi bantuan terhadap penyelesaian masalah
lingkungan; (4) partisipasi, memberi bantuan kepada peserta didik memperoleh
meahlian melalui pengalamannya, sera menerapkan ketrampilan berpikir dan
pengetahuannya untuk menyelesaikan konflik di lingkungannya.

2.2 Konsep Ilmu Pengetahuan Sosial


Menurut Sapriya, dkk (2007:5) dalam Afandi (2013:102) Pendidikan IPS
merupakan bidang studi yang bertujuan untuk mempelajari, memahami,
menelaah, dan melakukan analisis terhadap permasalahan sosial di masyarakat
yang ditinjau dari berbagai aspek kehidupan manusia secara terpadu. Dalam
pendidikan, IPS merupaka bidang studi yang tidak berdiri sendiri, melainkan
terintegrasi dari disiplin ilmu sosial yang lainnya yaitu ekonomi, sejarah, geografi,
antropologi, hukum, dan sosiologi. Dalam penerapannya, pengetahuan sosial
sudah ada sejak jenjang Sekolah Dasar hingga sekolah menengah. Di tingkat
Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama mata pelajaran pengetahuan sosial

5
merupakan pengelompokan dari mata pelajaran ekonomi, geografi, dan sejarah
yang tergabung dalam mata pelajaran IPS Terpadu. Sedangkan ditingkat Sekolah
Menengah Atas (SMA), sudah tidak ada lagi mata pelajaran IPS Terpadu
melainkan sudah berdiri sendiri, seperti mata pelajaran ekonomi, sejarah,
ekonomi, sosiologi, dan geografi .IPS membahas mengenai peristiwa/kejadian,
fakta, konsep, dan juga generalisasi yang berkenaan dengan konflik sosial. Tujuan
IPS berdasarkan BNSP (Badan Standar Nasional Pendidikan) tahun 20016 adalah
agar peserta didik memiliki kemampuan: (1) memahami konsep-konsep yang
berkenaan dengan kehidupan masyarakat dan juga lingkungannya; (2) mempunyai
keahlian dasar untuk dapat berpiki secara kritis dan logis, mempunyai rasa ingin
mengetahui sesuatu, inkuiri, mengatasi konflik yang ada, dan mempunyai
ketrampilan dalam berkehidupan sosial di masyarakat; (3) mempunyai loyalitas
dan sadar akan nilai-nilai sosial dan juga kemanusiaan; (4) memiliki kemahiran
berinteraksi dalam berkomunikasi, kerja sama, dan mampu bersaing dengan
masyarakat yang majemuk, berada pada tingkat lokal, nasional, maupun global.
Fokus Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dalam warga negara yaitu dengan cara
secara bersamaan menanamkan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan (Mutiani,
2017:47). Hasil dari pembelajaran IPS mengau pada kemampuan
mengerti/memahami konsep-konsep dalam IPS dan kemampuan dalam
menerapkan pemahaman dari IPS, seperti mampu berpikir secara kritis,
kemampuan mengerti dan dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan
sosial, dan dapat dengan tepat mengambil keputusan. Dengan demikian, dapat
memberikan pemahaman kepada peserta didik terhadap hubungan antara manusia
dengan lingkungan alam. Secara lebih khusus muatan dalam ekologi menjadi
perhatian yang serius dan kemudian akan diintegrasikan kedalam IPS.

Ruang Lingkup nya IPS meliputi aspek-aspek :

1. Manusia ,tempat dan lingkungan


2. Waktu,keberlanjutan dan perubahan
3. Sistem sosial dan kebudayaan
4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan
6
2.3 Integrasi IPS dalam Pendidikan Lingkungan Hidup
Proses pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan manusia
dengan cara sadar dan tiada hentinya. Jika nanusia berhenti melakukan
pendidikan, maka sistem peradaban dan budaya akan kacau. Oleh karena itu,
proses pendidikan harus tetap berjalan sampai kapanpun. Setiap bangsa memiliki
system pendidikan tersendiri. System pendidikan ini harus sesuai dengan
perkembangan zaman agar tidak terjadi ketimpangan pada saat mempelajarinya.
System pendidikan juga harus mengikuti perkembangan globalisasi karena hal
tersebut mempengaruhi kehidupan manusia di abad ini.
Bangsa kita telah memiliki system pendidikan sebagaimana dijelaskan
dalam UU. No. 20 Tahun 2003. System pendidikan di Indonesia saat ini lebih
mementingkan aspek kognitif. Aspek lain seperti aspek afektif yang
mengedepankan kecerdasan emosional masih belum mendapatkan perhatian
memadai. Hal ini menyebabkan moral berbangsa dan bernegara yang salah
satunya adalah pengelolaan lingkungan alam dan lingkungan hidup belum dapat
dijadikan sebagai panutan bagi generasi bangsa saat ini. Untuk mempersiapkan
Sumber Daya Manusia agar memiliki keunggulan kompetitif dalam berbangsa dan
bernegara di era global ini, dibutuhkan adanya paradigma baru dalam system
pendidikan sehingga sector pendidikan dapat dijadikan sebagai ujumg tombak
untuk mempersiapkan sumber daya bangsa.
Relevansi dengan tuntutan era global sangat diperlukan dalam rangka
membangun paradigma baru system pendidikan. Dalam buku yang berjudul
Membangun Pendidikan yang Memberdayakan dan Mencerahkan, Johar
memaparkan sepuluh paradigma baru dalam system pendidikan yaitu: (1)
pendidikan merupakan suatu proses kebebasan; (2) pendidikan menjadi
mekanisme kecerdasan; (3) pendidikan menitikberatkan hak-hak anak; (4)
pendidikan mendapatkan tindak dari perdamaian; (5) pendidikan merupakan
teknik pemberdayaan potensi manusia; (6) pendidikan membentuk anak
mempunyai wawasan yang integrative; (7) pendidikan merupakan tempat untuk
membangkitkan watak persatuan; (8) pendidikan memperoleh manusia yang
demokratik; (9) pendidikan dapat menghasilkan individu maupun kelompok
7
masyarakat agar peduli akan lingkungan; dan (10) bukan hanya sekolah yang
menjadi satu-satunya instrumen pendidikan. Salah satu dari sepuluh paradigma
tersebut disebutkan bahwa pendidikan menghasilkan manusia yang peduli
lingkungannya (Kusmarni, hlm.4).
Tilaar mengemukakan bahwa sejak lama manusia berupaya menaklukkan
lingkungan alamnya dengan cara mengeksploitasi lingkungan untuk
kepentingannya sendiri. Kerakusan manusia yang mengeksploitasi sumber daya
alam tanpa batas menyebabkan degradasi lingkungan. Manusia yang seharusnya
melindungi dan melestarikan sumber daya yang ada malah menjadi perusak
lingkungan yang mengakibatkan bahaya bagi kelangsungan hidup manusia itu
sendiri.
Pendidikan berwawasan lingkungan berfungsi sebagai pemahaman tentang
perlunya keseimbangan hubungan antara makhluk hidup dengan alamnya. Selain
itu, pendidikan berwawasan lingkungan juga berfungsi untuk meningkatkan sikap
dan nilai positif terhadap permasalahan lingkungan. Hal inilah yang menjadi
pendorong peserta didik melakukan beberapa bentuk perbuatan langsung.
Pendidikan berwawasan lingkungan membutuhkan penyajian pendidikan yang
berwawasan lingkungan secara sederhana serta mudah dimengerti dan diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan berwawasan lingkungan sebenarnya
telah diterapkan dalam kurikulum sejak 1984, akan tetapi dampaknya belum
banyak dirasakan bagi masyarakat dan lingkungannya.
Pada penerapannya, pemerintah telah mengupayakan pendidikan
berwawasan lingkungan pada jalur pendidikan formal dan informal. Untuk jangka
pendek, pemerintah membuat kebijakan dengan cara memberikan penyuluhan
melalui jalur informal yang ditujukan kepada masyarakat umum. Kegiatan ini
dilakukan melalui kegiatan keagamaan, perkumpulan profesi, informasi melalui
media cetak dan elektronik, serta menciptakan lingkungan yang kondusif dalam
masyarakat. Untuk jangka panjang, dapat dilakukan dengan cara menetapkan
kurikulum pendidikan berwawasan lingkungan mulai dari pendidikan dasar
sampai ke pendidikan menengah dan jika memungkinkan sampai ke perguruan

8
tinggi. Setelah peserta didik lulus dan terjun ke masyarakat, kurang lebih 15-20
tahun mendatang kita dapat melihat perubahan dari hasil upaya tersebut.
Pendidikan yang berwawasan lingkungan dapat dibentuk melalui
pemberdayaan mata pelajaran yang sudah ada. Begitu juga dengan mata pelajaran
IPS yang berwawasan lingkungan dapat disajikan secara terpadu. Gary B. Dorich
menyatakan bahwa pengajaran yang efektif dapat dilakukan oleh guru yang
efektif. Dalam mengembangkan sikap dan dan mengubah cara pandang peserta
didik, guru perlu menggunakan strategi antara lain : (1) menampilkan contoh
konkret keteladanan; (2) menyediakan lingkungan kondusif; dan (3) memberikan
program pembiasaan yang konsisten setiap waktu.
Pembelajaran IPS yang berwawasan lingkungan dapat dilakukan dengan
menjelaskan konsep-konsep lingkungan tertentu yang dilakukan dengan cara
memanfaatkan beberapa disiplin ilmu sekaligus. Pendidikan berwawasan
lingkungan dapat dikaji dari berbagai disiplin ilmu :
1. Geografi, dapat dilakukan dengan cara menentukan lokasi dan bagaimana
pencemaran terjadi di suatu lingkungan.
2. Sosiologi, dapat dilakukan dengan cara mempelajari peranan individu,
kelompok, maupun lembaga dan hubungan-hubungan yang menunjukkan
keterlibatan dalam proses pengrusakan lingkungan.
3. Antropologi, dapat dilakukan dengan cara mempelajari suatu pengrusakan
lingkungan dalam aspek budaya serta proses perubahan dalam budaya yang
diikuti oleh perubahan social.
4. Sejarah, dapat dilakukan dengan mencari asal usul konsep dan mempelajari
sumber-sumber primer yang menjabarkan dan mempermasalahkan konsep-
konsep dan menganalisis konsep-konsep tersebut.
5. Politik, dapat dilakukan dengan cara mengkaji peranan pemerintah dan
peraturan yang diterapkan oleh pemerintah dalam suatu masalah, serta
memahami keterlibatan warga Negara dalam hal pencemaran lingkungan dan
bagaimana menjaga keseimbangan ekologis dalam kehidupan sehari-hari.
6. Ekonomi, dapat dilakukan dengan mengkaji dampak suatu pencemaran pada
kehidupan ekonomi masyarakat sekitar.
9
Afandi, (2013:103-104) Strategi Pengintegrasian Ilmu Pengetahuan
Lingkungan ke dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dapat dilakukan
dengan sebagai berikut :
1. Memilih materi Pembelajaran IPS dengan menganalisis isi, memahami
standar kompetensi dan dasar atau konten isi materi sebagai pengembangan
indikator dan bisa berorientasi Pendidikan Lingkungan Hidup yang
didalamnya mengandung aspek kognitif, psikomotorik dan afektif
2. Menganalisis tujuan pembelajaran IPS sebagai dasar Pendidikan Lingkungan
Hidup
3. Menganalisis tujuan terhadap permasalahan lingkungan hidup yang sudah
dihubungkan dengan pokok bahasan pengetahuan sosial
4. Menyusun alat-alat evaluasi
5. Membuat peta konsep yang berkaitan dengan pokok bahasan
6. Membuat rancangan pembelajaran
7. Menentukan model dari pembelajaran yang akan dipakai. Pemilihan materi
harus sesuai dengan pokok bahasan, lingkungan maupun sarana prasarana
sekolah
8. Menetapkan media pembelajaran yang akan digunakan

Berdasarkan tinjauan dari kurikulum 2013, dapat di buat diagram mengenai


konsep penerapan pendidikan lingkungan hidup dalam pembelajaran IPS untuk
peduli akan tanggung jawab.

Kompetensi Inti dan Dasar Pelajaran IPS Kurikulum 2013 yang diintegrasikan ke
Pendidikan Lingkungan Hidup
No Kelas Materi Kompetensi Inti

1. Kelas Lingkungan Kehidupan Memahami pengetahuan berdasarkan


7 Manusia rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan,teknologi,seni,budaya .

10
Usaha Manusia untuk Mencoba mengolah dan menyajikan
mengenali perkembangan dalam ranah konkret , ranah abstrak
lingkungan sesuai dengan yang dipelajari
disekolah .

2 Kelas Permasalahan Sosial Menganalisis pengaruh interaksi


8 berkaitan dengan sosial dalam ruang yang berbeda
pertumbuhan jumlah terhadap kehidupan sosial dan budaya
penduduk

Pranata dan Menganalisis kronologis perubahan


penyimpangan sosial dan kesinambungan
ruang(geografis,politik,ekonomi,pendi
dikan,sosial,budaya) dari masa
penjajahan sampai tumbuh semangat
kebangsaan

3 Kelas Perubahan sosial budaya Menelaah perubahan keruangan dan


9 interaksi antar ruang negara-negara
asia

Hubungan manusia Menganalisis perubahan kehidupan


dengan bumi sosial budaya bangsa Indonesia dalam
menghadapi arus globalisasi untuk
memperkokoh kehidupan kebangsaan

Sumber : Sya’ban, (2018:94-95)

2.4 Permasalahan dan Solusi

2.4.1 Masalah
Pada 16 September 2018 masyarakat diresahkan dengan pencemaran
sungai Cimalaya, yang terletak di daerah karawang, Jawa Barat. Penyebab
tercemarnya sungai Cimalaya tersebut karena salah satu pabrik di daerah Subang

11
membuang limbahnya di aliran sungai tanpa diolah terlebih dahulu. Dugaan ini
muncul setelah LPBI NU( lembaga penanggulangan bencana & perubahan iklim
Nahdatul ulama) sengaja menyusuri aliran sungai Cilamaya mulai dari hilir
sampai ke bagian hulu. Menurut salah satu pengurus LPBI NU mengatakan bahwa
ada salah satu pabrik kertas PCP yang berlokasi di daerah Subang saluran airnya
selalu membuang limbah di sungai dan menyebabkan air limbah mengeluarkan
buih dan berwarna hitam, debit limbahnya yang dikeluarkan bisa mencapai 5-10
liter per detik. Dari temuan itu, LPBI NU akan melaporkan kasus ini kepada
Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Polda Jabar. Masyarakat berharap agar aparat
menindak lanjuti hal tersebut karena limbah yang keluar dari pabrik kertas
tersebut sudah merusak ekosistem di Sungai Cilamaya. Padahal air sungai tersebut
banyak dimanfaatkan masyarakat untuk mengairi area pertanian. Masyarakat juga
mengeluh bahwa setiap hari harus menghirup aroma tidak sedap yang muncul dari
air yang sudah tercemar oleh limbah kertas tersebut. Bahkan,  tidak sedikit
masyarakat yang menderita penyakit gatal-gatal setelah terkena air sungai. Lahan
pertanian pun saat ini menjadi gersang karena terkena air limbah yang mengalir
melalui Sungai Cilamaya itu.

Sumber: https://daerah.sindonews.com/read/1338616/21/sungai-cilamaya-
karawang-tercemar-diduga-dari-limbah-pabrik-di-subang-1537076736 (diakses
pada 21 September 2018)

Pada 13 September 2018 ribuan ikan sapu-sapu ditemukan mati di daerah


Curug Parigi, Bekasi. Kematian ribuan ikan sapu-sapu yang secara mendadak itu
diduga karena terkena keracunan. Ikan sapu-sapu merupakan termasuk ikan yang
mampu bertahan hidup dalam kondisi air yang kotor. Masyarakat berpendapat
bahwa keracunan yang terjadi karena air tercemar dari limbah pabrik yang ada
diwilayah sekitar. Ribuan ikan sapu-sapu tersebut ditemukan dalam keadaan
mengambang di pinggiran sungai dan sebagian ditemukan dibebatuan sekitar
sungai. Warna air sungai tersebut pun berubah menjadi hitam pekat. Dapat ditarik
kesimpulan bahwa hal tersebut membuktikan terjadi pencemaran yang cukup
parah karena ikan yang biasanya bisa hidup dengan air yang kotor, bisa meninggal
12
bahkan dengan jumlah yang sangat banyak, ditambah lagi dengan perubahan
warna air sungai tersebut. Kemudian masyarakat melaporkan masalah tersebut ke
Dinas Lingkungan Hidup dan Kementrian Lingkungan Hidup. Masyarakat
berharap pemerintah segera memberikan tindakan dari masalah tersebut.

Sumber: http://poskotanews.com/2018/09/14/ribuan-ikan-sapu-sapu-di-curug-
parigi-bekasi-mendadak-mati/ (diakses pada 21 September 2018)

2.4.2 Solusi
Dari permasalahan diatas, maka solusi dalam menanggulanginya adalah
dengan cara: (1) melakukan netralisasi pada limbah cair sesaat sebelum limbah
tersebut dibuang ke badan air. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menciptakan
Instalisasi Pengolahan Air Limbah/IPAL; (2) membuat Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL) yang dilakukan oleh pemerintah dan juga pihak
pembuat, hal ini bertujuan agar limbah yang dikeluarkan tidak berdampak negatif
bagi lingkungna maupun masyarakat (Belladona, 2017:7). Dalam pelaksanaan
dilakukannya AMDAL, pemerintah maupun pemilik usaha melakukan konsultasi
kepada masyarakat yang terkena dampak negatif dari adanya pabrik tersebut.
Sehingga pemerintah dan pemilik usaha mengetahui keluh kesah yang dirasakan
masyarakat akibat pembuangan limbah yang sembarangan. Dengan begitu pemilik
usaha dapat melakukan beberapa cara untuk mengurangi dampak negatif dari
pabrik yang telah didirikan; (3) memanfaatkan limbah pabrik menjadi karton
(Sinuhaji). Hal ini merupakan dampak positif dari adanya limbah, selain tidak
mencemari lingkungan juga dapat dijadikan nilai jual yang lumayan tinggi. Kertas
karton merupakan hasil daur ulang dari sisa produksi kertas. Kertas karton
mempunyai jenis, ukuran, dan warna yang berbeda-beda dengan tekstur yang
halus dan lebih tebal dari kertas biasa. Dalam penggunaannya, kertas karton
mempunyai banyak sekali kegunaan baik untuk perlengkapan sekolah maupun
untuk kerajinan. Kertas karton bisa ditemui di toko percetakan maupun di toko
yang menyediakan alat tulis (ATK); (4) Pemerintah menegakkan sanksi dengan
tegas kepada perusahaan yang membuang limbah sembarangan.

13
BAB 3. SIMPULAN

3.1 Kesimpulan

14
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, R. 2013. Integrasi Pendidikan Lingkungan Hidup Melalui Pembelajaran


IPS Di Sekolah Dasar Sebagai Alternatif Menciptakan Sekolah Hijau.
Jurnal. Vol 2 (1): 98-108.

Belladona, M. 2017. Analisis Tingkat Pencemaran Sungai Akibat Limbah Industri


Karet Di Kabupaten Bengkulu Tengah. Jurnal. TS.24: 1-7.

Kusmarni, Y. TT. Pendidikan Ips Berwawasan Lingkungan Dalam Menghadapi


Tantangan Abad Ke-21. Laporan Penelitian.

Mutiani. 2017. IPS Dan Pendidikan Lingkungan: Urgensi Pengembangan Sikap


Kesadaran Lingkungan Peserta Didik. Jurnal. Vol. 4 (1). 45-53.

Sinuhaji, P. TT. Pemanfaatan Serat Limbah Industri Pulp Menjadi Karton.


Laporan Penelitian.

Sya’ban, A. 2018. Tinjauan Mata Pelajaran IPS SMP Pada Penerapan Pendidikan
Lingkungan Hidup Untuk Peduli Akan Tanggung Jawab Lingkungan.
Jurnal. Vol.1 (2): 86-98.

Sumber Internet:

https://daerah.sindonews.com/read/1338616/21/sungai-cilamaya-karawang-
tercemar-diduga-dari-limbah-pabrik-di-subang-1537076736 (diakses pada 21
September 2018)

http://poskotanews.com/2018/09/14/ribuan-ikan-sapu-sapu-di-curug-parigi-
bekasi-mendadak-mati/ (diakses pada 21 September 2018)

15

Anda mungkin juga menyukai