Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU TANAH HUTAN


ACARA VII
AKUMULASI SERSAH DI LANTAI HUTAN (Ao HORIZON)

Disusun oleh :
Nama : Eris Supriatna
NIM : 18/427412/KT/08724
Co-Ass : Katrin Nastiti
Shift : Rabu, 15.00

LABORATORIUM FISIOLOGI DAN TANAH HUTAN


DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
ACARA VII
AKUMULASI SERSAH DI LANTAI HUTAN (Ao HORIZON)

I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Agar mahasiswa dapat megetahui biomassa lantai hutan.
2. Agar mahasiswa mengetahui perlapisan lantai hutan dan tingkat
dekomposisinya.
3. Agar mahasiswa mengetahui karakterisitik tanah dan lantai hutan apabila
dibandingkan dengan tanah pertanian.
4. Agar mahasiswa dapat megetahui cara pengambilan contoh tanah yang tepat dan
mewakili satuan tanah teruji.

II. DASAR TEORI


Kesuburan tanah hutan dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah
bagian-bagian tanaman yang jatuh ke tanah, mati, dan diuraikan oleh organisme. Daun,
ranting, cabang, buah, maupun batang merupakan bahan yang apabila terdekomposisi
akan tereleminasi menjadi unsur yang siap digunakan oleh tanaman. Faktor-faktor yang
mempengaruhi laju dekomposisi tanah antara lain adalah lingkungan organisme
pengurai, kelembaban, aerasi, pH tanah, dan juga temperatur atau suhu (Agus, 2003).
Proses jatuhnya seresah ke tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
iklim, angin, dan tumbuhan itu sendiri. Proses dekomposisi seresah dipengaruhi oleh
lingkungan organisme pengurai, kelembaban, aerasi, pH dan temperature ( Agus et.al,
2008).
Horison A merupakan horison mineral yang terbentuk di bagian teratas tubuh
tanah mineral dan berada di bawah horizon O. Horison ini dicirikan oleh masukan
bahan organik terhumifikasi yang bercampur mesra dengan bahan mineral, konsistensi
dan struktur yang berbeda nyata dengan horison yang berada langsung di bawahnya,
atau sifat yang terubah oleh kegiatan budidaya (sifat antropogen). Karena bercampur
dengan bahan organik terhuminifikasi, warna horison A menjadi lebih gelap daripada
warna horison di bawahnya. Bahan organik juga mengubah konsistensi dan struktur,
akan tetapi pengubahan konsistensi dan struktur tanpa peran serta bahan organik
(Simon, 1988).
Proses dekomposisi dimulai dari proses penghancuran/fragmentasi atau
pemecahan struktur fisik terjadi ketika serasah gugur dan terperangkap di ekosistem
mangrove. Bahan-bahan organik yang terdapat di dalam serasah akan dikonsumsi oleh
dekomposer. Laju dekomposisi sersah daun terjadi penurunan yang sangat signifikan
pada hari ke 40 yaitu dengan kisaran 0,06 -- 0,07. Sedangkan pada hari ke-40 sampai
hari ke-60 relatif konstan,dengan kisaran 0,14 -- 0,19 g/hari. Hal ini disebabkan oleh
menurunnya bahan-bahan organik dan kandungan nitrogen yang terdapat dalam sisa
daun. Rata- rata laju dekomposisi serasah daun mangrove pada 20 hari pertama adalah
0,25 g/hari. Hal ini terjadi karena aktivitas enzim selulotik fungi (fangal cellulolic
enzyme) yang paling tinggi terjadi di saat awal dekomposisi (Hodkiss dan Leung, 1986
dikutip oleh Lestarina, 2011).
Pada tempat teduh kelembaban lebih tinggi dari pada tempat yang tidak teduh.
Hal ini disebabkan oleh rindangnya tegakan yang ada sehingga menghalangi sampainya
sinar matahari ke lantai hutan. Selain itu, perbedaan pertumbuhan koloni pada lantai
hutan juga disebabkan oleh tebalnya tumpukan seresah yang menhalangi penguapan air
lebih besar (samingan. 1999)
Proses dekomposisi ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan substrat.
Faktor yang menyebabkan dekomposisi di stasiun 2 (kedua) lebih cepat dibandingkan
dengan stasiun 1 (kesatu) adalah karakteristik substrat dan genangan air. Pada stasiun 2
(kedua) umumnya kondisi substratnya berlumpur, sedangkan pada stasiun 1 (kesatu)
lebih didomonasi oleh pasir. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
Syamsurisal,yang menyatakan bahwa kelimpahan mikroba (dekomposer) banyak
terdapat di daerah muara sungai yang bersubstrat lumpur yang mengandung banyak
bahan organik. Selain itu,penempatan kantong serasah di stasiun 2 (kedua) berada
dalam kolom perairan karena habitatnya selalu tergenang air, sehingga pembusukan
lebih cepat terjadi. Sedangkan pada stasiun 1 (kesatu), dimana daerah yang menjadi
tempat serasah lebih banyak yang tidak tergenang pada saat surut. Keberadaan nutrient
juga dipengaruhi oleh komposisi sedimen,sedimen yang banyak mengandung lumpur
umumnya kaya bahan organik dibandingkansedimn berpasir (English, 1994 dikutip oleh
Lekatompessy dan Tutuhatunewa, 2010).
Penguraian seresah dapatmenentukan besarnya pengaruh sisa bahan tanaman
yang berada diatas lantai hutan terhadap tanah dan tanaman (swift et l,. 1981)
Salah satu sifat A.mangium ialah terakumulasinya seresah yang cukup banyak
dan tertahan lama diatas lantai hutan. Kondisi sepeti ini dapat disebabkan oleh beberpa
hal, terutama sifat bahan seresah, kondisi lingkungan yang tidak mendukung dan
kecilnya aktivitas organisme yang terlibat dalam penguraian seresah. Penumpukan
seresah akan menjadi masalah karena dapat menyebabkan terjadi kemacetan perputaran
hara kedalam tanah secara berlebiahan (sydes and grime, 1981)
Sampel-sampel seresah dianalisis kandungan c total menggunakan modifikasi
wet digestion technique (Shaw,k.1959).
Fungsi seresah dalam tanah akan mempengaruhi:
 Ketersediaan unsur hara
 Kapasitas penukaran kation
 Sifat fisik tanah
 Erosi tanah
 Sumber energi bagi organisme lain (Ma’shum, Mansur. 2003).

III. ALAT DAN BAHAN


alat yang digunakan adalah:
1. Kawat kuadratik ukuran 50 cm x 50 cm.
2. Pisau atau cethok.
3. Kertas sampul atau plastik.
4. Alat tulis.
5. Lapian humus

IV. CARA KERJA


Cara kerja di praktikum ini adalah:
1. Kawat kuadratik berukuran 50 cm x 50 cm diletakkan pada lantai hutan yang
masih utuh.
2. Batas sampel tersebut diiris dengan hati-hati dengan menggunakan pisau atau
gunting.
3. Lapisan L (litter) pada bagian atas lantai hutan diambil tanpa merusak keadaan
di bawahnya, yang mempunyai ciri-ciri: seresah yang baru jatuh, kandungan
airnya masih tinggi, bentuk masih utuh, warna kehijauan atau kecoklatan, masih
agaksegar. Pisahkan lapisan L menjadi daun, tangkai/dahan, bunga/buah da lain-
lain dalam kantung terpisah berlabel.
4. Bagian F1 (fermentasitahap 1) diambil yang punya ciri-ciri: berupa seresah yang
mulai terdekomposisi, bentuk seresah asli masih kelihatan, warna kecoklatan,
masih merupakan satuan seresah tunggal/tidak saling lengket. Pisahkan lapisan
F1 menjadi daun, tangkai/dahan, bunga/buah dan lain-lain dalam kantong
terpisah berlabel.
5. Bagian F2 (fermentasitahap 2) diambil yang punya ciri-ciri: berupa seresah yang
telah terdekomposisi lanjut, bentuk asli sudah tidak kelihatan lagi tapi masih bias
dibedakan jenis seresah, warna kecoklatan, seresah yang satu menempel pada
seresah yang lain/saling lengket. Pisahkan lapisan F2 (kalau mungkin) menjadi
daun, tangkai/dahan, bunga/buahdan lain-lain dalam kantong terpisah berlabel.
6. Lapisan H (humus) diambil yang mempunyai ciri-ciri: berupa seresah yang telah
terdekomposisi sempurna sehingga berbentuk seperti kompos, bentuk sudah
tidak kelihatan lagi, warna kehitaman, struktur remah, gembur dalam kantong
terpisah berlabel.
7. Hasil pengambilan lapisan L, F1, F2, H yang telah dibedakan daun,
tangkai/dahan, bunga/buah sebagai berat basah ditimbang.
8. Kadar air, biomassa tertentu dan biomassa total dihitung dalam kg/ha.
Lekatompessy, S. T. A. Dan Tutuhatunewa, A. 2010. Kajian konstruksi
model peredam gelombang dengan menggunakan mangrove di Pesisir
Lateri – Kota Ambon. Jurnal.ARIKA, 4(1).
Lestarina, M. P. 2011. Produksi dan laju dekomposisi serasah mangrove
dan potensi kontribusi unsur hara di perairan mangrove Pulau Panjang
Banten. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ma’shum, Mansur. 2003. Biologi Tanah. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

samingan, ending.S and jusup.s biodegradasi seresah acacia mangium willd


oleh jamur lignotecellulotik. Gajdah mada
Shaw,k.1959. Determination of organic carbon in soil and olant matrial,
journal of soil
simon
smith and T.J.perpect.1981 decomposion and mineral nutrient dynamics of
pant litter in a regenerating bush fallow in sub humid trofical aftrca.
Jurnal.ecol
sydes. C and j.p.grime.1981. effects of tree litter on herbaceous vegetation
in deciduous woodland. II an experiemental investigation. Journal ecology

Anda mungkin juga menyukai