PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keragaman Sosial Budaya
Keragaman sosial budaya merupakan aset yang sangat penting untuk
pembangunan nasional karena itu pemerintah harus mampu mengelola
kekayaan sosial budaya ini secara maksimal dengan melibatkan semua
komponen masyarakat yang bersentuhan langsung dengan budaya
(culture) setempat untuk meningkatkan kesejahteraan umum.
Agar pengelolaan ini dapat dilakukan dengan baik maka diperlukan
sebuah kelembagaan yang mengatur dan mewadahi keragaman sosial budaya
tersebut.
Fungsi dan peran kelembagaan ini sudah mulai berjalan dengan baik.
Di beberapa tempat di Indonesia, pemerintah daerah sering mementaskan
beberapa atraksi budaya daerah, sebagai salah satu upaya mengembangkan
budaya-budaya setempat.
Di sisi lain atraksi budaya ini sekaligus merupakan promosi wisata
untuk menarik orang berkunjung ke tempat tersebut. Orang-orang asing
banyak datang ke seluruh daerah di Indonesia selain alasan keindahan
panorama alam juga karena daya tarik dari kemajemukan sosial budaya ini.
Masyarakat dan wisatawan asing sangat menyukai keragaman seni dan budaya
bangsa Indonesia.
Terkait dengan materi kita ini, kita kan melihat fungsi dan peran
beberapa lembaga dalam mengelola keragaman sosial budaya untuk
mewujudkan pembangunan nasional. Berikut beberapa fungsi dan peran
beberapa lembaga yang dimaksud.
2
Perbedaan ini dapat kita lihat pada aspek seni, budaya dan politik. Di
mana perbedaan-perbedaan ini pula yang akan memperluas hubungan atau
interaksi yang dilakukan, tidak hanya lokal saja tapi sudah merambah pada
hubungan antar daerah.
Pastinya dalam berinteraksi tersebut mempunyai efek atau pengaruh
terhadap pembangunan nasional. Efek ini bisa bersifat mendukung
pembangunan nasional dan bisa pula menghambat terjadinya pembangunan
nasional.
Hal ini mungkin saja terjadi, karena dalam interaksi yang dilakukan
dalam masyarakat tidak hanya dapat berjalan dengan baik dan lancar saja,
tetapi juga sering terjadi pertentangan dan perpecahan yang dapat
menghambat lajunya perekonomian dan pembangunan.
Sebagai makhluk sosial dan sekaligus sebagai makhluk ekonomi,
manusia tidak mungkin lepas dari interaksi ini.
Setiap orang memiliki kebutuhan-kebutuhan yang berbeda untuk
mendukung kehidupannya. Untuk memenuhi semua ini, manusia tidak
mungkin mampu memenuhinya sendiri karena itu dia butuh dengan orang
lain. Karena inilah kemudian yang mendorong terjadinya interaksi tadi.
Interaksi yang terjadi antar manusia, dibedakan menjadi tiga yaitu:
1. Interaksi yang dilakukan antara individu yang satu dengan individu yang
lainnya.
2. Interaksi yang terjadi antara seorang indivu dengan kelompok. Contoh
sederhana dari interaksi ini adalah hubungan antara seorang guru yang
mengajar dihadapan sekelompok murid di dalam kelas.
3. Interaksi yang dilakukan antara kelompok dengan kelompok lainnya.
Seperti pertandingan sepak bola antara tim kesebelasan Arema melawan
tim kesebalasan Persebaya.
Berinteraksi pada dasarnya dimaksudkan untuk mencapai tujuan
bersama dengan cara saling memahami dan membantu antara orang-orang
yang terlibat dalam interaksi tersebut.
Tapi seperti yang telah kita singgung di atas tidak semua interaksi itu
berjalan dengan mulus yang di landasi dengan kebersamaan dan persatuan ,
3
sehingga sering terjadi gesekan-gesekan kepentingan yang mengarah pada
permusuhan dan pertentangan, bahkan dalam skala yang lebih luas seperti
hubungan antar negara dapat menyebabkan pecahnya perang.
Interaksi yang mengarah kepada kebersamaan disebut dengan interaksi
yang bersifat asosiatif, sedangkan yang menuju pertentangan dan permusuhan
disebut dengan interaksi yang bersifat dissosiatif.
4
laku para anggotanya. kebudayaan tercipta oleh banyak faktor organ biologis
manusia, lingkungan alam, lingkungan sejarah, dan lingkungan psikologisnya.
Masyarakat Budaya membentuk pola budaya sekitar satu atau beberapa fokus
budaya. Fokus budaya dapat berupa nilai misalnya keagamaan, ekonomi,
ideologi dan sebagainya.
Jadi pembangunan sosial budaya sebagai suatu proses perubahan
sosial budaya terencana yang dirancang untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat, dimana pembangunan dilakukan saling melengkapi
proses pembangunan ekonomi.
5
Akulturasi adalah proses bertemunya dua budaya atau lebih di
mana unsur-unsur budaya lama atau asli masih terlihat dan tidak
hilang. Misalnya, proses percampuran budaya Jawa dengan budaya
Islam yang saling memengaruhi. Ada juga pendapat yang mengatakan
bahwa akulturasi adalah proses masuknya pengaruh budaya asing ke
dalam suatu masyarakat di mana sebagian masyarakat menyerap secara
selektif dan sebagian lain berusaha menolaknya.
b. Asimilasi
Proses bertemunya dua budaya atau lebih yang bercampur
menjadi satu dalam bentuk budaya baru, sementara budaya aslinya
tidak tampak disebut asimilasi. Proses asimilasi berlangsung secara
intensif dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga unsur-unsur
dan wujud tiap budaya lebur menjadi unsur dan wujud budaya yang
lebih dinamis. Asimilasi berbeda dengan akulturasi. Dalam akulturasi,
setiap budaya masih memiliki identitas konkret, sedangkan dalam
asimilasi, identitas budaya dari setiap budaya asli yang mengalami
kontak budaya lebur menjadi unsur dan wujud budaya baru yang jauh
berbeda dengan budaya aslinya.
c. Difusi
Difusi adalah proses penyebaran atau perembesan suatu unsur
budaya dari seseorang kepada orang lain, atau dari suatu kelompok
masyarakat ke kelompok masyarakat lainnya. Prinsip yang pertama
dari difusi adalah unsur-unsur kebudayaan itu pertama-tama akan
diambil alih masyarakat yang paling dekat hubungannya atau letaknya
paling dekat dari sumbernya. Baru kemudian, kebudayaan baru
tersebut diambil oleh masyarakat yang jauh hubungan atau letaknya
jauh dari sumber unsur budaya baru.
6
Proses perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor pendorong maupun faktor
penghambat.
a. Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya
Beberapa faktor yang mendorong terjadinya perubahan sosial
budaya antara lain sebagai berikut.
1) Kontak dengan kebudayaan lain.
2) Sistem pendidikan yang maju.
3) Sikap menghargai hasil karya orang lain dan keinginan kuat untuk
maju.
4) Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang.
5) Sistem pelapisan masyarakat yang terbuka.
6) Keadaan masyarakat yang majemuk.
7) Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan
tertentu.
8) Orientasi hidup ke masa depan.
9) Senantiasa ada keinginan untuk memperbaiki tingkat kehidupan,
artinya tidak mudah menyerah pada keadaan.
b. Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya
Kamu sudah tahu faktor apa saja yang menjadi pendorong
perubahan sosial budaya. Nah, tahukah kamu, faktor apa saja yang
menjadi penghambat perubahan sosial budaya? Sekarang, kamu akan
belajar beberapa faktor yang dapat menjadi penghambat perubahan
(rasistance to change) sosial budaya dalam masyarakat yaitu sebagai
berikut.
1) Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.
2) Perkembangan ilmu pengetahuan yang terhambat.
3) Sikap masyarakat yang sangat tradisional.
4) Dalam masyarakat terdapat kepentingan-kepentingan yang telah
tertanam dengan kuat (vested interest).
5) Adanya prasangka buruk terhadap hal-hal baru.
6) Rasa takut akan terjadi keguncangan integrasi.
7) Adanya hambatan yang bersifat ideologis.
8) Hambatan yang bersifat adat dan kebiasaan.
9) Adanya anggapan bahwa pada hakikatnya hidup ini buruk dan
tidak mungkin diperbaiki.
7
Semoga penjelasan di atas tentang Perubahan Sosial Budaya di
atas bisa menambah wawasan sobat sekalian dan tentunya bisa
bermanfaat. Apabila ada kesalahan baik berupa penulisan maupun
pembahasan, mohon kiranya kritik dan saran yang membangun untuk
kemajuan bersama.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia memiliki kekayaan berupa keragaman budaya dan suku.
Keragaman budaya merupakan aset bangsa yang dapat dikembangkan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui berbagai aktivitas ekonomi,
sosial, budaya. Sebagai penduduk Indonesia, kamu harus bangga dengan
kekayaan bangsa kita dengan menghargai situs-situs peninggalan budaya
bangsa.
Pembangunan bidang sosial budaya merupakan hal yang tidak mudah,
karena terkait dengan persoalan filsafat hidup bangsa, pandangan hidup
masyarakat, persepsi, cara berfikir, sistem nilai dan orientasi pada masyarakat.
Sasaran dari pembangunan bidang sosial budaya adalah membangun negara
bangsa sehingga menjadi negara modern tanpa kehilangan jati dirinya.
Pembangunan aspek tersebut karena berorientasi pada masyarakat
maka harus dikategorisasikan dalam tiga kelompok Golongan masyarakat
yaitu golongan tradisional, golongan modernis dan golongan ambivalen.
Golongan masyarakat yang tradisional cenderung menolak modernisasi karena
menganggap bahwa modernisasi lebih dekat pada proses “westernisasi”,
berorientasi masa lalu dan tingkat pendidikan yang masih rendah. Golongan
modernis adalah golongan yang telah mendapatkan pendidikan , terutama
pendidikan tinggi, memiliki wawasan luas, dan berorientasi masa depan.
Sedangkan Golongan ambivalen berorientasi masa sekarang, dan tidak mau
bertanggung jawab dan mengambil resiko dari modernisasi.
8
B. Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan
manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah kami.
9
DAFTAR PUSTAKA
10