Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

PARIWISATA ALAM

ACARA I

PENILAIAN POTENSI ATRAKSI WISATA ALAM DENGAN MENGGUNAKAN

METODE ADO ODTWA DAN METODE BUREAU OF LAND MANAGEMENT

Nama : Eris Supriatna

NIM : 18/427412/KT/08724

Co Ass : Dita Anjani

Shift : 13.00 WIB

LABORATORIUM PENGELOLAAN PARIWISATA ALAM

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2020
ACARA I
PENILAIAN POTENSI ATRAKSI WISATA ALAM DENGAN MENGGUNAKAN
METODE ADO ODTWA DAN METODE BUREAU OF LAND MANAGEMENT
ABSTRAK

ODTWA adalah segala sesuatu baik berupa aktivitas dan fasilitas yang saling
berhubungan dan memiliki daya tarik tersendiri sehingga dapat menarik minat
wisatawan atau pengunjung untuk mengunjungi suatu daerah/tempat tertentu. Dalam
melakukan penilaian terhadap ODTWA terdapat beberapa metode yang digunakan
seperti analisis daerah operasi (ADO) dan metode Bureau of Land Management
(BLM). Berdasarkan hasil pengamatan, telah ditentukan enam buah titik di sekitaran
UGM. Masing-masing lokasi pengamatan dianalisis dengan ADO ODTWA dan BLM.
Dengan menggunakan metode ADO ODTWA lokasi yang atraksi dan daya tarik
wisatanya berpotensi tinggi adalah lokasi 1 dan 6 di kolam perikanan dan bawah
jembatan perikanan dengan skor 145. Hal ini disebabkan karena lokasi tersebut
menyuguhkan daya tarik yang beragam berupa jembatan penyebrangan, kolam ikan,
dan tanaman hias yang tertata rapi dan terawat. Sedangkan dengan metode BLM,
lokasi bawah jembatan perikanan menempati skor tertinggi sebesar 16 karena
memiliki kombinasi warna yang kaya dan bervariasi sehingga menimbulkan kesan
nyaman untuk digunakan sebagai tempat berwisata. Berdasarkan hasil dan
pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa penilaian dengan menggunakan
ADO ODTWA dan BLM akan memberikan hasil yang berbeda.

Kata Kunci : Atraksi Wisata, Daya Tarik Wisata, Wisata Alam, Metode ADO
ODTWA, Metode Bureau of Land Management (BLM)

I. TUJUAN
Praktikum ini betujuan untuk :
1. Mahasiswa mampu mempraktikkan penilaian potensi atraksi wisata alam dengan
menggunakan Metode ADO ODTWA (Ditjen PHKA, 2002) dan Metode Bureau of
Land Management (1986, 2012), yang dimodifikasi untuk diterapkan pada
ekosistem tertentu.

II. DASAR TEORI


Dalam melakukan penilaian terhadap ODTWA terdapat beberapa metode yang
digunakan seperti analisis daerah operasi (ADO) dan metode Bureau of Land
Management (BLM). Menurut Pedoman ADOODTWA (Dirjen PHKA 2003),
ADO ODTWA didasari atas fungsi kriteria dan indikator adalah sebagai dasar
dalam pengembangan ODTWA melalui penetapan unsur kriteria, penetapan bobot,
penghitungan masing-masing sub unsur dan penjumlahan semua nilai unsur
kriteria. Tujuan membuat kriteria ini adalah untuk menentukan skala prioritas
pengembangan ODTWA dan mengintensifikasikan pemanfaatan dan pembinaan
suatu ODTWA.
ODTWA adalah segala sesuatu baik berupa bentukan dan/atau aktivitas dan
fasilitas yang saling berhubungan dan memiliki daya tarik tersendiri sehingga dapat
menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk mengunjungi suatu daerah/tempat
tertentu. Sebagai produk yang dijual di pasar wisata, ODTWA harus memiliki tiga
komponen utama yaitu atraksi dari destinasi, fasilitas di destinasi dan juga
aksesibilitas dari destinasi (Hadinoto, 1996).
Indonesia merupakan salah satu negara megabiodiversity yang memiliki begitu
banyak keanekaragaman hayati, keunikan dan keaslian budaya tradisional,
keindahan bentang alam, gejala alam serta peninggalan sejarah/budaya.
Keanekaragaman hayati ini sangat berpotensi dijadikan sebagai obyek dan daya
tarik wisata alam (ODTWA). Objek wisata adalah suatu perwujudan dari ciptaan
manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah dan keadaan alam yang mempunyai
daya tarik untuk dikunjungi (Fandeli, 2002) maka objek wisata alam diartikan
sebagai sumber daya alam yang berpotensi dan mempunyai daya tarik bagi
pengunjung. Obyek dan daya tarik wisata menurut Marpaung (2002) adalah suatu
bentukan dari aktifitas dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat
wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat tertentu.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan :
1. tally-sheet;
2. laptop/komputer/hp android,
3. dan alat tulis.

IV. CARA KERJA

dipahami isi kedua


Mengamati video
tally sheet

Metode ADO ODTWA


dan Metode BLM diisi tally sheet

pengolahan dan analisis Nilai potensi yang telah diperoleh dan


data prospek pengembangannya diuraikan

Langkah pengerjaan acara 1:


1. Dipelajari dan dipahami isi kedua tally sheet (Lampiran 1 dan 2), masing-masing
sebagai instrumen pengamatan/pengumpulan data lapangan (virtual) dalam rangka
penilaian potensi atraksi wisata alam, berturut-turut untuk Metode ADO ODTWA
dan Metode BLM
2. Diputar video dan lakukan pengamatan secara cermat terhadap keberadaan dan
kondisi dari berbagai sumber daya alam hutan yang ada dalam tayangan video
tersebut hingga durasi tayangan berakhir!
3. diisi tally sheet sesuai dengan bunyi instruksi pengisiannya, setelah dicocokkan
dengan kondisi lapangan sebagaimana tampak pada tayangan video
4. Dicek kembali kelengkapan isian tally sheet! Jika isian sudah lengkap praktikan
bisa melanjutkan bekerja berdasarkan bunyi petunjuk kerja item berikutnya. Jika
isian kurang lengkap, cermati bagian dari kekurangan pengisian, lalu putar kembali
video guna melengkapi kekurangan isian tersebut.
5. Dicek kembali isian tally sheet guna mengkonfirmasi bahwa kelengkapan isian
maksimal sudah dapat dicapai
6. Isian kedua tally sheet diyakini telah lengkap, tambahkan penjelasan yang relatif
detail dari keberadaan jenis sumber daya alam tertentu yang menonjol pada
masing-masing tally sheet, baik dari sisi daya tarik wisata alamnya, maupun dari
sisi keperluan pelestariannya. Tuliskan pada lembaran yang terpisah untuk
penambahan informasi dimaksud
7. Berdasarkan data lapangan yang telah terkumpul di tally sheet, dilakukan
pengolahan dan analisis data
8. Berdasarkan total skor yang diperoleh pada kedua metode, dan kemudian
dicocokkan dengan 3 kelas interval dari skoring pada kedua metode, tuliskan
tentang klasifikasi potensi wisata alam yang sesuai bagi lanskap hutan yang
terekam di video yang bersangkutan.
9. Berdasarkan hasil penilaian potensi atraksi wisata alam tersebut, beserta gambaran
kondisi dari tiap unsur/subunsur pada penggunaan Metode ADO ODTWA dan/atau
gambaran kondisi unsur dan kriteria pada penggunaan Metode BLM, beserta
tambahan penjelasan yang bersifat detail untuk masing-masing, diberi ulasan
singkat tentang prospek pengembangan wisata alam yang ada di lanskap hutan
seperti terekam di dalam video.

V. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


tabel 1. Tallysheet Pengamatan Potensi Daya Tarik/Atraksi Wisata Alam Darat

Perjumpaan
No. Unsur/Subunsur
Unsur/Subunsur
1 2 3
Keindahan Alam
1 a. Pandangan lepas dalam obyek @
b. Variasi pandangan dalam obyek  
c. Pandangan lepas menuju obyek  
d. Keserasian warna dan bangunan dalam obyek  
e. Pandangan lingkungan obyek @
Keunikan Sumberdaya Alam
a. Sumber air panas  
b. Gua  
2
c. Air terjun  
d. Flora fauna @
e. Adat istiadat  
Banyaknya Potensi Sumber Daya Alam yang Menonjol  
a. Batuan  
b. Flora @
3
c. Fauna @
d. Air  
e. Gejala alam @
Keutuhan Sumber Daya Alam  
a. Batuan  
b. Flora @
4
c. Fauna @
d. Ekosistem @
e. Kualitas @
Kepekaan Sumber Daya Alam  
a. Batuan  
b. Flora @
5
c. Fauna @
d. Erosi  
e. Ekosistem @
Jenis Wisata Alam (potensial)  
a. Tracking  
b. Piknik @
c. Rafting  
6 d. Camping  
e. Pendidikan @
f. Sightseeing @
g. Hiking  
h. Dll  
Kebersihan Udara dan Lokasi Bersih Tidak Ada Pengaruh Dari  
a. Alam  
b. Industri  
7 c. Jalan ramai motor/mobil  
d. Pemukiman penduduk  
e. Sampah  
f. Binatang (pengganggu)  
g. Corat- coret (vandalisme)  
Kerawanan Kawasan
a. Pencurian @
b. Perambahan @
8
c. Kebakaran  
d. Gangguan (manusia) terhadap flora/fauna @
e. Serangan hama/penyakit terhadap flora/fauna  

tabel 2. Tallysheet Pengamatan Potensi Visual Lanskap dengan Menggunakan Metode

BLM

Perjumpaan
No. Unsur Kriteria Skor
Unsur/Kriteria

1 2 3 4 5
Bukit-bukit yang rendah dan
berombak, bukit di kaki gunung
Terlihat dikawasan
atau dasar lembah yang datar, 1
tersebut berbukit
atau bahkan bukan merupakan
ciri-ciri lanskap yang menarik.
Ngarai yang curam, atau pola erosi
yang menarik, atau variasi bentuk
dan ukuran suatu bentuk lahan,
3  
atau fitur detail yang menarik,
meskipun tidak dominan atau luar
biasa.
Relief vertikal yang tinggi seperti
ditunjukkan dalam batuan vertikal
1 Bentuk Lahan (sebagai hasil bentuk lahan yang
tererosi akibat proses erosi dan
pengaruh cuaca), bentuk
kerucut/piramid/pencakar
langit/menara gereja, atau variasi
permukaan yang berat atau
5  
formasi yang tererosi tinggi,
termasuk lahan mandul yang
mempunyai tipikal berdataran
kasar dan tererosi dalam, atau
sistem bukit pasir, atau fitur detail
yang dominan dan sangat
menonjol dan menarik seperti
glasier (pegunungan es).
2 Vegetasi Sedikit atau tidak ada variasi atau 1  
kontras dalam vegetasi.
Beberapa variasi vegetasi tetapi
3  
hanya satu atau dua tipe utama.
Tipe vegetasi bervariasi, yang
vegetasi banyak dan
ditunjukkan dalam pola, tekstur, 5
bervariasi
dan bentuk yang menarik.
Tidak terdapat air atau terdapat air
0  
tetapi tidak tampak dengan jelas.
Air mengalir atau tenang tetapi
3  
tidak dominan pada lanskap.
3 Air Air tampak jernih dan bersih,
tenang, atau mengalir melalui
batu-batu curam membentuk air 5  
terjun kecil, yang merupakan
faktor dominan dalam lanskap.
Variasi warna, kontras, atau
interes tidak kentara, umumnya 1  
bernada mati.
Beberapa intensitas atau variasi
dalam warna dan kontras dari
tanah, batuan, dan vegetasi, tetapi 3  
4 Warna bukan merupakan suatu elemen
pemandangan yang dominan.
Kombinasi warna kaya, warna pemandangan
bervariasi atau cerah dan berbeda, hutan yang asih asri
atau kontras yang menyenangkan 5 kaya warna dari
dari warna tanah, batu, vegetasi, berbagai vegetasi
dan air. didalamnya
Pemandangan sekitar sedikit atau
tidak berpengaruh terhadap 0  
kualitas visual secara keseluruhan.
Pemandangan sekitar pemandangan
alamnya terlihat
Pemandangan meningkatkan kualitas visual
5 3 seperti pada
Sekitar secara keseluruhan dalam taraf umumnya tidak
sedang. terlalu besar
Pemandangan sekitar
meningkatkan kualitas visual 5  
dalam taraf besar.
Menarik dalam settingnya tetapi
1  
cukup umum dalam region.
Berbeda, walaupun agak sama
3  
6 Kelangkaan dengan yang lain dalam region.
Satu dari satu macam atau unik, spesien flora dan
atau dapat dikenang secara tidak 5 fauna yangn sangat
biasa, atau sangat jarang dalam langka di dunia
region. Peluang yang konsisten
untuk pemandangan yang luar
biasa atas widlife atau bunga liar,
dll.
Modifikasi menambah variasi
tetapi sangat tidak sesuai dan
-4  
menyokong ketidakharmonisan
yang kuat.
Modifikasi menambah variasi
Modifikasi visual pada kawasan, dan sedikit
7 0  
Struktural atau tidak memasukkan elemen-
elemen yang tidak sesuai.
memungkinkan
Modifikasi menguntungkan bagi dengan
variasi visual seraya menyokong 2 pemandangan dan
keharmonisan visual. flora dan fauna yang
unik

Table 4. Perhitungan ADO ODTWA

skor ADO ODTWA


n ad nila
o unsur a i
1 Keindahan Alam 2 15
2 Keunikan Sumberdaya Alam 1 10
3 Banyaknya Potensi Sumber Daya Alam yang Menonjol 3 20
4 Keutuhan Sumber Daya Alam 4 25
5 Kepekaan Sumber Daya Alam 3 20
6 Jenis Wisata Alam (potensial) 3 15
7 Kebersihan Udara dan Lokasi Bersih Tidak Ada Pengaruh Dari 0 30
8 Kerawanan Kawasan 3 20
jumlah   155

Table 5. perhitunan BLM

perhitungan BLM
Unsur nilai
2  

Bentuk Lahan 1

Vegetasi 5
Air 3

Warna 5

Pemandangan Sekitar 3

Kelangkaan 5

Modifikasi Struktural 2

jumlah 24

VI. PEMBAHASAN
Wisata alam merupakan perjalanan menuju tempat/lokasi alami yang relatif belum
terganggung atau tercemar untuk mempelajari, mengagumi, dan menikmati
pemandangan, tumbuh-tumbuhan dan satwa liar, serta bentuk-bentuk manifestasi
budaya yang ada. Setiap wisata alam memiliki obyek dan daya tarik wisata alam
(ODTWA) tersendiri. ODTWA adalah suatu bentuk dan fasilitas yang berkaitan yang
dapat menarik minat wisatawan untuk datang ke suatu daerah atau tempat tertentu.
Pada praktikum kali ini dibahas mengenai penilaian potensi atraksi wisata alam
dengan menggunakan metode ADO ODTWA dan metode Bureau Of Land
Management yang dimodifikasi. Dalam melakukan penilaian terhadap ODTWA
terdapat beberapa metode yang digunakan seperti analisis daerah operasi (ADO) dan
metode Bureau of Land Management (BLM). ADO ODTWA didasari atas fungsi
kriteria dan indikator adalah sebagai dasar dalam pengembangan ODTWA melalui
penetapan unsur kriteria, penetapan bobot, penghitungan masing-masing sub unsur
dan penjumlahan semua nilai unsur kriteria. Sedangkan, metode Bureau of Land
Management (BLM) adalah metode yang digunakan untuk menganalisis potensi
terhadap visual obyek melalui skoring terhadap parameter seperti: bentuk lahan,
vegetasi, air, warna, pemandangan sekitar, kelangkaan, dan modifikasi daerah.
ADO ODTWA dalam menganalisis suatu obyek wisata alam telah memiliki kriteria
tersendiri. Kriteria tersebut antara lain terdiri dari unsur keindahan alam, keunikan
sumber daya alam, banyaknya potensi sumber daya alam yang menonjol, keutuhan
sumber daya alam, kepekaan sumber daya alam, jenis kegiatan wisata alam,
kebersihan, dan kerawanan kawasan dari kejadian negative. Setiap unsur yang tersedia
masing-masing memiliki sub unsur yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa
besar potensi ODTWA. Penilaian akhir dilakukan dengan menjumlahkan skor yang
diperoleh dari masing-masing subunsur. Jika skor 80-153 maka potensinya rendah;
skor antara 154-186 berpotensi sedang; dan skor antara 187-240 berpotensi tinggi.
Sementara itu dalam metode BLM juga memiliki kriteria dan penilaian tertentu.
Perbedaannya adalah, metode ini lebih menekankan pada kriteria visual lanskap yang
terdiri dari unsur bentuk lahan, variasi vegetasi, keberadaan sumber air, variasi warna
yang diperlihatkan, pemandangan sekitar, kelangkaan, dan modifikasi structural.
Dalam penilaian dengan metode ini hasil penjumlah masing-masing unsur apabila >
18 digolongkan kedalam kelas berkulitas tinggi ; 12-18 digolongkan kedalam kelas
berkualitas sedang ; dan < 12 digolongkan kedalam kelas berkualitas rendah.
Setiap metode yang digunakan sudah tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya
masing-masing. Kelebihan dari metode ADO ODTWA antara lain yaitu penilaian
unsur dapat dimodifikasi sesuai dengan kondisi lokasi, serta penilaian lebih terperinci
karena melibatkan sub unsur. Sedangkan kekurangan metode ADO ODTWA yaitu
penilaian subyektif dan hanya menilai potensi atraksi saja tidak mengikutsertakan
kondisi bentang alamnya. Kemudian, kelebihan metode BLM antara lain yaitu
perhitungan skor lebih mudah karena skor sudah tertera langsung di tabel. Sedangkan,
kekurangannya yaitu penilaian subyektif, tidak dapat dilakukan modifikasi sub unsur
penilaian, dan hanya menilai kondisi bentang alamnya saja.

Berdasarkan hasil pengamatan, pada lokasi Tanam Nasional Lore Lindu


dianalisis dengan ADO ODTWA dan BLM. Dengan menggunakan metode ado odtwa
untuk kedindahan alam di tn lore lindu terdapat pandangan lepas dalam obyek dan
pandangan lingkungan obyek, hal ini terlihat pada tayangan video namun tanyangan
tersebut kuranng lengkap untuk menggambarkan kondisi keidahan alam sesungguhnya
dari lokasi tersebut. Keunikan sumber daya alam dari tn lore lindu yaitu flora dan
faunanya terdapat 334 jenis tumbuhan termasuk rotan dan terdapat 267 jenis burung
yang teridentifikasi serta yang paling tekena dari lokasi tersebut yaitu anoa, babi rusa
dan burung maleo. Potensi sumber daya alam yang menonjol dari lokasi tersebut yaitu
flora dan fauna serta gejala alam didaerah tersebeut dengan masih terjaganya alam
menjadi daya tarik tersendiri untuk wisata. Keutuhan dan kepekaan sumber daya alam
masih terjaga flora, fauna dan ekosistem,kuliatas alamnya pun masih bagus belum
banyak tergannggu. Jenis wisata alam (potensial) yaitu sightseeing, piknik, camping.
Kebersihan udara dan lokasi bersih tidak ada gangguan masih terjaga dengan baik.
Kerawanan kawasan diokasi tersebut yaitu perambanan, pencurian dan gangguan
(manusia) terhadap flora/fauna dikarenakan terdapat satwa langka endemic disana dan
banyaknya sda yang melimpah.
Kemudian, dengan metode blm bentuk lahan di TN lore lindu berbukit-bukit
yang rendah dan berombak, bukit di kaki gunung atau dasar lembah yang datar, atau
bahkan bukan merupakan ciri-ciri lanskap yang menarik. Tipe vegetasi bervariasi,
yang ditunjukkan dalam pola, tekstur, dan bentuk yang menarik. Air mengalir atau
tenang tetapi tidak dominan pada lanskap. Kombinasi warna kaya, warna bervariasi
atau cerah dan berbeda, atau kontras yang menyenangkan dari warna tanah, batu,
vegetasi, dan air. Pemandangan sekitar meningkatkan kualitas visual secara
keseluruhan dalam taraf sedang. Lebih dari satu macam atau unik, atau dapat dikenang
secara tidak biasa, atau sangat jarang dalam region, peluang yang konsisten untuk
pemandangan yang luar biasa atas widlife atau bunga liar, dll. Modifikasi dapat
menguntungkan bagi variasi visual seraya menyokong keharmonisan visual,
penambahan beberapa fasilitas dan sarana prasara serta tranfortasi dapat mendukung
dan meingkatkan potensi wisata di TN lore lindu.

VII. KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum ini dapat disimpulakan bahwa:

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil dan pembahasan

diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penilaian dengan menggunakan ADO ODTWA

dan BLM akan memberikan hasil yang berbeda dan tidak selalu pada suatu lokasi

pengamatan mendapatkan skor nilai yang sama. Karena pada dasarnya poin penilaian

kedua metode terebut berbeda. Pada metode ADO ODTWA data mendapatkan

skor/nilai 155 yang mengindikasikan daya tarik wisata alam masih di level sedang,

sedangkan pada metode BLM medapatkan skor 24 maka daya tarik potensi wisata

alam tinggi. Sebaiknya digunakan data-data dan informasi yang lebih akurat dan

lengkap tentang suatu lokasi yang memiliki potensi wisata alam agar diketahui

potensi-potensi yang masih tersimpan di lokasi tersebut secara menyeluruh.

DAFTAR PUSTAKA
Demartoto, Argyo. 2009. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam
Air Terjun Jumog Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten
Karanganyar. Laporan Penelitian. Surakarta : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sebelas Maret.
Fandeli, C., 2000. Pengertian dan Konsep Dasar Ekowisata dalam buku
“Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Universitas Gajah Mada. Pustaka Pelajar
Offset. Yogyakarta.
Fandeli, C., 2002. Perencanaan Kepariwisataan Alam. PT. (persero) Perhutani dan
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada). Yogyakarta.
Hadinoto, Kusudianto. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. UI
Press. Jakarta.
Marpaung, Happy. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Alfabeta. Bandung.
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) (2003). Pedoman Analisis
Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA).
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai