Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/272944460

KARAKTERISTIK DAN POTENSI LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI BENDO,


KABUPATEN BANYUWANGI, PROVINSI JAWA TIMUR

Article · March 2015

CITATIONS READS

0 3,638

10 authors, including:

Puncak Joyontono Reineta Puspitasari


Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS    4 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Tiara Handayani
Universitas Gadjah Mada
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Kuliah Kerja Lapangan III View project

All content following this page was uploaded by Ika indah Karlina on 02 March 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


KARAKTERISTIK DAN POTENSI LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI BENDO,
KABUPATEN BANYUWANGI, PROVINSI JAWA TIMUR
1)
Puncak Joyontono, 1)Subarno, 1)Reineta Puspitasari, 1)Tiara Handayani, 1)Asal Izmi, 1)Cut
Ayu Tiara S, 1)M. Rifki Ghozali, 1)Ika Indah Karlina, 1)Muhammad Fitranata N, 2)Suprapto
Dibyosaputro
1)
Mahasiswa Jurusan Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
2)
Dosen Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

INTISARI
Daerah Aliran Sungai (DAS) Bendo merupakan salah satu sungai yang berhulu di Gunungapi
Ijen sehingga dapat mewakili toposekuen kajian mengenai karakteristik, potensi, dan
bahayanya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi 1) karakteristik geomorfologi
lingkungan di DAS Bendo, 2) karakteristik tanah di DAS Bendo, 3) kemampuan lahan di
DAS Bendo, 4) bahaya Gunungapi Ijen di DAS Bendo, 5) penggunaan lahan terpapar bahaya
Gunungapi Ijen di DAS Bendo. Metode yang digunakan adalah pra-observasi dan observasi
(survei lapangan). Pra-observasi dilakukan dengan pembuatan peta tentatif dengan
memanfaatkan data Peta RBI Lembar Banyuwangi, Tetelan, Gilimanuk dan Sempol skala 1:
25.000, Peta Geologi Lembar Banyuwangi skala 1:100.000, Citra SRTM Kabupaten
Banyuwangi, Citra Google Earth 2014, dan Peta Bahaya Gunungapi Ijen. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa 1) geomorfologi DAS Bendo bagian hulu dan tengah merupakan
perkembangan dari proses vulkanik masa lampau, sedangkan geomorfologi bagian hilir
berkembang dari beberapa proses geomorfologi yang terjadi, antara lain fluviovulkan, dan
marin, 2) Karakteristik tanah yang ada di DAS Bendo berasal dari proses pedogenesis
material vulkanik, 3) kemampuan lahan DAS Bendo memiliki variasi kelas II hingga kelas
VIII (kecuali kelas V), 4) Potensi bahaya yang timbul pada DAS Bendo adalah hujan abu
lebat, lontaran batu dan hujan lumpur, lava, aliran piroklastik, lahar letusan serta lahar hujan,
5) Penggunaan lahan yang terpapar bahaya Gunungapi Ijen adalah kawasan cagar alam
semak belukar, tegalan, kebun, sawah irigasi, dan permukiman.

Kata kunci: DAS Bendo, Geomorfologi, Lahan, Karakteristik, Potensi


PENDAHULUAN TUJUAN
Setiap wilayah memiliki 1. Mengidentifikasi karakteristik
sumberdaya yang dapat dimanfaatkan dan geomorfologi lingkungan di DAS
dikembangkan baik dalam aspek fisik Bendo.
maupun sosial. Kompleks Gunungapi Ijen 2. Mengidentifikasi karakteristik tanah di
merupakan salah satu lokasi yang memiliki DAS Bendo.
keanekaragaman sumberdaya. Sumberdaya 3. Mengidentifikasi kemampuan lahan di
yang memiliki ciri khas dan berkembang DAS Bendo.
dengan baik akibat keberadaan Gunungapi 4. Mengidentifikasi bahaya Gunungapi
Ijen adalah sumberdaya lahan. Ijen di DAS Bendo.
Karakteristik lahan dapat diidentifikasi 5. Mengidentifikasi penggunaan lahan
melalui kondisi fisik lingkungan yang dapat terpapar bahaya Gunungapi
(geomorfologi lingkungan) dan kondisi Ijen di DAS Bendo.
fisik kebencanaan serta potensi
pemanfaatan (penggunaan lahan). METODE PENELITIAN
Kajian analisis lahan di wilayah Lokasi Penelitian
Gunungapi Ijen ini difokuskan pada Lokasi penelitian terletak di DAS
Daerah Aliran Sungai (DAS) Bendo. DAS Bendo, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi
Bendo merupakan salah satu DAS yang Jawa Timur. Secara administratif DAS
aliran sungainya berhulu di kompleks Bendo meliputi beberapa kecamatan, yaitu
Gunungapi Ijen, yaitu Gunungapi Rante, Kecamatan Licin, Glagah, Giri, dan
Merapi, dan Ijen. Pemilihan lokasi ini Banyuwangi. Secara geografis DAS Bendo
dikarenakan aliran lahar melewati Sungai terletak pada koordinat 114,2160 BT-
Bendo yang menyebabkan adanya 114,3910 BT dan 8,0640 LS-8,2540 LS,
perubahan kondisi lahan di sekitar wilayah dengan luas DAS sebesar 21 km2.
Gunungapi Ijen, sehingga DAS Bendo Pemilihan lokasi di DAS Bendo (Gambar
mampu mewakili toposekuen yang dapat 1) dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu (1)
menjadi acuan kajian lahan di wilayah variasi kelerengan, bentuklahan, dan
Gunungapi Ijen. penggunaan lahan dari hulu hingga hilir
Pemanfaatan lahan di DAS Bendo DAS Bendo, sehingga memiliki potensi
perlu memperhatikan kemampuan lahan lahan yang bervariasi dan (2) minimnya
yang ada guna tetap mempertahankan penelitian di DAS Bendo terkait potensi
sumberdayanya. Selain disesuaikan dengan lahan dan potensi bahaya Gunungapi Ijen,
kemampuan lahan, pemanfaatan lahan juga sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut.
perlu memperhatikan aspek bahaya
Gunungapi Ijen. Hal tersebut bertujuan
untuk meminimalisir kerugian yang
ditimbulkan apabila terjadi letusan
Gunungapi Ijen. Pemanfaatan yang
memperhatikan kemampuan lahan dan
aspek bahaya yang ada mampu
mempertahankan kelestarian sumberdaya
di DAS Bendo.
Gambar 1. Lokasi Penelitian
Alat earth tahun 2014 hingga terlihat perubahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini penggunaan lahan.
adalah : Pembuatan Peta Geomorfologi
1. Global Positioning System (GPS)
2. Pita Ukur Pembuatan peta geomorfologi
3. Soil Test Kit dilakukan di DAS Bendo dengan skala
4. Kompas Geologi pemetaan 1:50.000. Geomorfologi
5. Abney Level merupakan kajian yang berkaitan dengan
6. Munsell Color Chart morfologi, morfogenesa, morfoaransemen,
7. Plastik sampel dan morfokronologi. Dalam pemetaan ini
8. Alat tulis meliputi beberapa aspek yang perlu
9. Cek list diperhatikan, yaitu relief, proses
10. Buku catatan geomorfik, dan material penyusun.
11. Kamera Identifikasi Karakteristik Tanah
12. Perangkat lunak Arc GIS 10.1
Identifikasi tanah dilakukan dengan
13. Perangkat lunak Ms. Office 2007
cara destruksi yaitu membuat profil tanah
dengan cara menggali atau membuat
Bahan
singkapan tanah. Obyek pengamatan tanah
Bahan yang digunakan pada penelitian ini
adalah horizon genetik tanah dengan
sebagai berikut :
karakteristik fisik, kimia dan biologi tanah
1. Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI)
yang ada di lapangan. Identifikasi
Lembar Banyuwangi, Tetelan,
karakteristik fisik meliputi sifat warna,
Gilimanuk dan Sempol skala 1: 25.000
tekstur, struktur, keberadaan bahan kasar,
2. Peta Geologi Lembar Banyuwangi skala
konsistensi, padas, bentuk. Sifat kimia
1:100.000
meliputi bahan organik, karbonat, pH, Fe,
3. Citra SRTM Kabupaten Banyuwangi
drainase. Sifat biologi meliputi
4. Citra Google Earth 2014
pengamatan vegetasi dan biota tanah.
5. Peta Bahaya Gunungapi Ijen (Jurnal)
Selain pengamatan di lapangan, juga
diambil sampel tanah setiap horizon tanah.
Metode
Pembuatan Peta Kemampuan Lahan
Pembuatan Peta Penggunaan Lahan
Pembuatan peta kemampuan lahan
Pembuatan peta penggunaan lahan
DAS Bendo dilakukan dengan metode
DAS Bendo memerlukan beberapa data-
Subjective Matching berdasarkan Arsyad
data dasar, yakni Peta Rupa Bumi
(2000). Metode ini merupakan metode
Indonesia Digital Skala 1:25.000 danCitra
penentuan kelas kemampuan lahan dengan
Google Earth Tahun 2014. Peta
penyesuaian kriteria kelas kemampuan
penggunaan lahan DAS Bendo dibuat
lahan terhadap data yang diperoleh di
menggunakan software ArcGIS 10.1
daerah kajian. Metode ini juga
dengan membandingkan data penggunaan
memperhatikan faktor yang dominan
lahan Peta RBI dan penggunaan lahan
mempengaruhi suatu kemampuan lahan.
aktual menggunakan citra satelit google
Kriteria kelas kemampuan lahan dalam
earth 2014. Peta RBI digital selanjutnya
penentuan kelas kemampuan lahan terdiri
ditampalkan dengan citra satelit google
dari kemiringan lereng, tingkat erosi, dan ketersediaan air. Bagian hulu
kedalaman tanah, tekstur tanah, merupakan daerah konservasi yang banyak
permeabilitas, kondisi drainase, jumlah dimanfaatkan untuk cagar alam Kawasan
kerikil dan/atau batuan, ancaman banjir. Ijen. Selain itu juga terdapat semak
Klasifikasi kemampuan lahan didasarkan belukar, tegalan, serta perkebunan yang
pula pada identifikasi bentuklahan sebagai dikelola oleh PT. Lidjen. dengan komoditi
dasar satuan lahan. cengkeh, kopi, dan hutan tanaman industri
berupa gamelia dan sengon. Peta
Potensi Ancaman Bahaya Gunungapi Ijen
penggunaan lahan yang ada di hulu DAS
Penilaian terhadap prakiraan Bendo dapat dilihat pada Gambar 3.a.
bahaya gunungapi Ijen bersumber dari
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Zaennudin, dkk (2012). Hasil pemetaan
prakiraan bahaya gunungapi Ijen menurut
penelitian tersebut dilakukan dengan
pendekatan deterministik dan probabilistik.
Pendekatan deterministik dilakukan
berdasarkan data geologi, goefisika,
geokimia dan data penunjung lainnya
sebagai identifikasi karakteristik
vulkanisme. Pendekatan probablistik
dilakukan dengan analisis statistik data Gambar 3.a. Peta Penggunaan Lahan
sejarah letusan. Hasil pemetaan prakiraan Hulu DAS Bendo
bahaya gunungapi Ijen di DAS Bendo Penggunaan lahan bagian tengah
yang bersumber dari penelitian Zaenudin, didominasi oleh perkebunan yang dikelola
dkk (2012), kemudian dilakukan cek PT. Kali Bendo dengan komoditi cengkeh,
lapangan untuk mengetahui kondisi aktual. karet, kopi, dan mahoni. Penggunaan lahan
Cek lapangan dilakukan dengan lainnya berupa sawah irigasi dengan sistem
mengamati kondisi batuan dan kondisi terasiring dan pemukiman (Gambar 3.b).
morfologi serta wilayah sekitar sungai.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Deskripsi Penggunaan Lahan DAS Bendo
Penggunaan lahan yang ada pada
DAS Bendo sangat bervariasi. Penggunaan
lahan yang terdapat di DAS Bendo
mencakup hutan lindung, kebun, tanah
lading/tegalan, semak belukar, rumput,
sawah irigasi, empang, permukiman, dan
gedung. Setiap zona pada DAS Bendo
Gambar 3.b. Peta Penggunaan Lahan
memiliki penggunaan lahan yang berbeda-
Tengah DAS Bendo
beda. Hal ini disebabkan oleh kondisi
lahan, ketinggian dan relief, suhu udara, Lain halnya dengan penggunaan lahan
pada bagian hilir yang cukup kompleks.
Pada bagian hilir ini merupakan daerah Material yang ada berupa material breksi
padat penduduk dengan penggunaan lahan gunungapi, lahar, lava, dan tuf.
permukiman, sawah irigasi, tambak, Pembentukan material permukaan pada
mangrove, dan gedung (Gambar 3.c). bentuklahan vulkanik secara keseluruhan
dipengaruhi oleh adanya material abu
vulkanik gunungapi Morfologi pada
bagian hulu adalah bergunung pada bagian
lereng atas dan berbukit pada bagian
lereng tengah. Proses dominan yang terjadi
pada bentuklahan ini adalah erosi dan
gerakan massa. Kedua proses ini masih
sangat tinggi terjadi dibagian hulu karena
juga dipicu dengan adanya kemiringan
lereng yang besar dan curah hujan yang
tinggi. Tanah longsor yang terjadi
Gambar 3.c. Peta Penggunaan Lahan diakibatkan adanya pemotongan lereng
Hilir DAS Bendo untuk pembuatan jalan dan dipicu oleh air
Geomorfologi DAS Bendo hujan.
Secara keseluruhan, DAS Bendo Bagian tengah DAS Bendo terdiri
memiliki 3 bentuklahan utama yaitu, dari lereng bawah, dan kaki gunungapi
bentuklahan asal proses vulkanik, (Gambar 7.b). Pada zonasi ini juga
bentuklahan asal fluvial, dan bentuklahan ditemukan adanya material lava andesit
asal marin. Bagian hulu dan tengah DAS yang merupakan material hasil proses
Bendo merupakan zona bentuklahan asal erupsi gunungapi yang sudah terendapkan
vulkanik, sedangkan bagian hilir (Gambar 5).
merupakan bentukan hasil proses fluvial
dan marin. Profil pengamatan di lapangan
dari hulu ke hilir ditunjukkan pada gambar
berikut ini.

Gambar 5. Material Lava Andesit


Proses erosi pada lereng tengah masih
memiliki intensitas yang cukup besar.
Gambar 4. Penampang Melintang Jalur
Besarnya erosi yang terjadi juga
Pengamatan
dipengaruhi oleh jenis vegetasi di
DAS Bendo bagian hulu terdiri dari perkebunan. Adanya perkebunan di lereng
unit bentuklahan berupa puncak, lereng bawah ini juga memicu besarnya erosi
atas dan lereng tengah (Gambar 7.a). yang terjadi. Adanya air terjun
menunjukkan keberadaan air yang
dipengaruhi adanya perubahan struktur
perlapisan batuan (Gambar 6). Proses
yang berlangsung pada kaki gunungapi
adalah proses transportasi yaitu peralihan
dari erosi menuju sedimentasi sehingga
adanya material-material lahar dan
piroklastik.

(a)

Gambar 6. Air Terjun di DAS Bendo


Bagian hilir DAS Bendo terdiri
dari dataran fluviovulkan (bentuklahan (b)
asal proses fluvial dan vulkanik), beting
gisik, gisik, dan laguna yang termasuk ke
dalam bentuklahan asal marin seperti pada
Gambar 7.c. Material yang ada pada
dataran fluviovulkan berupa endapan
sedimen. Dataran fluviovulkan yang
sejatinya merupakan peralihan antara
bentuklahan vulkanik dan fluvial ini
merupakan kawasan yang cenderung
subur. Morfologi yang ada pada bagian
hilir adalah datar yang menyebabkan
banyaknya kegiatan manusia yang (c)
dilakukan pada zona ini. Salah satunya Gambar 7. Peta Geomorfologi DAS
adalah kegiatan pertanian. Berkembangnya Bendo bagian (a) Hulu (b) Tengah (c)
lahan pada daerah hilir ini tidak terlepas Hilir
dari pengaruh proses geomorfologi pada Identifikasi Karakteristik Tanah DAS
zona hulu, yang mana material dari hulu Bendo
terendapkan di bagian hilir. Secara lebih
Salah satu komponen penting
rinci peta geomorfologi DAS Bendo
penyusun lahan adalah tanah. Tanah
ditunjukkan pada gambar berikut ini.
berperan dalam menentukan produktifitas
lahan. Karakteristik tanah dan ketebalan
tanah di satu tempat dengan tempat lain
berbeda-beda. Ketebalan tanah tergantung
dari berbagai faktor lereng, proses
geomorfologi, vegetasi yang tumbuh
diatasnya dan tingkat lapukan batuan. Hal
ini juga terjadi pada kondisi tanah di DAS
Bendo. Tanah yang ada di DAS Bendo
berasal dari proses pedogenesis material
vulkanik. Gambar berikut merupakan hasil Gambar 9. Titik Pengamatan 4a Hulu
perbandingan kedalaman tanah dar hulu ke
hilir DAS Bendo. Perkembangan tanah di bagian
tengah DAS memiliki karakteristik tanah
dengan kedalaman tanah yang dalam (>1,5
m). Bahan induk tanahnya berasal dari
material longsoran atau jenis gerak massa
lainnya yang mengikuti sistem lereng
lembah sungai Bendo. Identifikasi tanah
zona tengah mengambil titik sampel pada
perbatasan antara lereng tengah dan lereng
bawah (Gambar 10). Tanah yang
terbentuk meliputi horizon A dan B.
Gambar 8. Perbandingan kedalaman Kondisi lereng yang miring membuat
tanah hasil pengamatan proses infiltrasi berkurang, namun proses
Perkembangan tanah di bagian hulu aliran permukaan juga semakin besar yang
memiliki karakteristik tanah dengan mengakibatkan adanya erosi permukaan.
kedalaman dan perkembangan horison Secara pengelolaan mekanik, perlu
yang berbeda tetapi mampu membentuk dibuatkan teras lereng khususnya pada area
horison O. Kedalaman tanah dipengaruhi perkebunan untuk mencegah gerak massa
morfologi secara lokal dalam lingkup yang dan erosi yang besar.
lebih kecil, sedangkan perkembangan
horisonnya dipengaruhi oleh kemiringan
lereng dan vegetasi.
Titik sampel pada bagian hulu
berada pada bentuklahan lereng tengah
yang juga merupakan teras sungai. Horison
tanah yang terbentuk adalah A1-A2-B1-C.
Tanah yang ada berwarna pucat
menandakan hara yang ada dalam tanah
Gambar 10. Titik Pengamatan 1b
sudah sedikit hal ini dikarenakan adanya
Tengah
tanaman karet yang banyak menyerap hara
dalam tanah. Tanah di lereng ini memiliki Perkembangan tanah di hilir DAS
ketebalan yang tebal karena hasil endapan dipengaruhi oleh proses geomorfologi dan
longsoran.Tekstur tanah bersifat lempung lingkungan. Proses sungai mengendapkan
berdebu (Gambar 9). material fluvialtil maupun lahar ke tepi
sungai. Hasilnya adalah bahan induk tanah. Kemampuan Lahan DAS Bendo
Tanah yang terbentuk pun terbilang muda Pemanfataan lahan harus diatur
dengan belum atau baru terbentuknya sesuai dengan kemampuan lahannya agar
horison tanah. Lingkungan yang berada sumberdaya lahan yang ada dapat
pada bentuklahan rawa belakang dan gisik dimanfaatkan secara lestari dan mencegah
juga sangat kontrak ketika berkembang terjadinya degradasi lahan. Peta
menjadi tanah. Lingkungan rawa belakang kemampuan lahan di DAS Bendo dibuat
membentuk tanah bertekstur lempung untuk mengetahui zonasi kemampuan
berdebu sedangkan gisik membentuk tanah lahan di DAS Bendo yang dapat digunakan
dengan tekstur pasiran. Namun demikian, sebagai pertimbangan pengelolaan lahan
tanah di hilirlah yang paling potensial berkelanjutan dan tata ruang wilayah.
untuk dimanfaatkan dengan variasi jenis Hasil klasifikasi kemampuan lahan di DAS
penggunaan lahan. Mulai dari sawah,
Bendo terdiri dari kelas kemampuan lahan
permukiman, kebun, tegalan, hingga II hingga VIII. Kelas kemampuan lahan ini
tambak bisa ada karena kondisi kelerengan memiliki karakteristik faktor pembatas
dan potensi tanah yang memungkinkan. yang dimiliki oleh suatu lahan berupa
Identifikais tanah zona hilir berada bahaya erosi, genangan air, dan
pada percabangan 2 sungai. Material penghambat perakaran tanaman.
endapan di bawah tanah adalah material
lahar. Diatasnya merupakan tanah subur
dengan ketebalan >1m yang digunakan
sebagai persawahan. Tanah sudah
berkembang membentuk horison genetic
A-B-C/Padas. Adanya penghalang di dasar
tanah berupa padas mengakibatkan
terkumpulnya material lempung diatasnya
membentuk horison B, sedangkan material
diatasnya adalah material jatuhan
gunungapi dengan tekstur pasiran. Kondisi
bahan organiknya tinggi dikarenakan Gambar 12.a. Peta Kemampuan Lahan
pemupukan yang intensif, kemudian DAS Bendo Bagian Hulu
meresap pada masing-masing horison
Kelas kemampuan lahan yang ada
tanah (Gambar 11).
di bagian hulu adalah VIIIes dan VIe
seperti pada Gambar 12.a. Kelas
kemampuan lahan VIIIes berada
bentuklahan puncak gunungapi dan lereng
atas gunungapi di daerah Hulu DAS Bendo
Kelas kemampuan lahan VIIIes
mempunyai faktor penghambat dominan
yaitu erosi dan tanah yang dangkal. Di
bagian hulu pada lereng tengah dan bagian
Gambar 11. Titik Pengamatan 1a Hilir tengah pada lereng bawah gunungapi
memiliki kelas kemapuan lahan VIe.
Faktor penghambat dominannya adalah Kelas kemapuan lahan VIIw berada
erosi. Kelas kemampuan lahan VIe dapat pada bentuklahan laguna dan gisik dengan
diperuntukan sebagai kawasan cagar alam, faktor penghambat dominan adalah
hutan produksi terbatas, pengembangan genangan air. Daerah ini dipengaruhi oleh
terbatas, dan pengembangan sedang. pasang surut dan ketika terjadi hujan akan
Pada bagian tengah DAS Bendo muncul genangan. Kemiringan lereng yang
juga terdapat kelas kemampuan lahan IIIe datar dan letaknya yang berada di
yang terletak di kaki gunungapi dan lereng hilirmerupakan tempat akumulasi aliran air
tengah. Kelas kemampuan lahan ini dapat sehingga ketika hujan terjadi genangan.
dimanfaatkan sebagai lahan garapan Peta kemampuan lahan bagian hilir DAS
sedang. Peta kemampuan lahan bagian Bendo ditunjukkan pada Gambar 12.c.
tengah dapat dilihat pada Gambar 12.b.

Gambar 12.c. Peta Kemampuan Lahan


Gambar 12.b. Peta Kemampuan Lahan DAS Bendo Bagian Hilir
DAS Bendo Bagian Tengah
Pemanfaatan lahan di DAS Bendo
Kelas kemampuan lahan yang ada secara umum sudah sesuai dengan
pada bagian hilir adalah IIw, IVw, dan kemampuan lahannya. Keberadaan cagar
VIIw. Kelas kemampuan lahan IIw alam Ijen menjadi faktor penting untuk
terdapat pada bentuklahan dataran menjaga kelestarian fungsi DAS, sehingga
fluviovulkan. Kelas kemampuan lahan IIw keberadaannya harus selalu dijaga.
dapat dimanfaatkan hingga garapan Pemanfataan lahan juga harus selalu
intensif. Kelas kemampuan lahan IVw dimonitoring dan dikontrol sesuai
berada pada bentuk lahan beting gisik kemampuan lahannya. Keberadaan lahan
dengan faktor penghambat genangan. yang subur akan menjadi faktor pendukung
Daerah ini merupakan beting gisik tua untuk dilakukannya ekstensifikasi dan
yang sudah berkembang menjadi rawa intensifikasi lahan petanian hingga kelas
belakang akibat pengaruh genangan. Kelas kemampuan lahan VIIw. Hal ini perlu
kemampuan lahan IV dapat digunakan menjadi perhatian dimasa mendatang dan
untuk kawasan pengembangan intensif dan perlu diantisipasi agar tidak terjadi
garapan sedang. Pemanfaatan lahan degaradasi lahan. Pada kawasan
sebagai tambak udang dan bandeng cukup perkebunan juga perlu dilakukan upaya
sesuai namun harus memperhatikan pola konservasi lahan untuk memperkecil
waktu terjadinya penggenangan air. intensitas erosi.
Potensi Ancaman Bahaya Gunungapi Ijen dan material vulkanik akan mampu
di DAS Bendo menyebabkan adanya aliran lahar hujan
yang kemudian dapat terendapkan di
1) Potensi Bahaya Gunungapi Ijen di
bagian hilir sungai. Adanya erupsi
DAS Bendo
Gunungapi Ijen juga dapat menyebabkan
Aktivitas vulkanik Gunungapi Ijen terjadinya volcanic debris avalanche
hingga saat ini masih sering terjadi (longsoran debris vulkanik) karena
meskipun dengan skala yang sangat kecil. kuatnya alterasi pada lereng atas dan
Hal ini mempengaruhi lingkungan sekitar dinding kawah.
gunungapi, khusunya pada sungai-sungai Prakiraan bahaya gunungapi yang
yang berhulu di Gunungapi Ijen salah dapat terjadi di bagian hulu DAS Bendo
satunya adalah DAS Bendo. Secara cukup kompleks. Hal ini mengingat
geomorfologi DAS Bendo memiliki morfologi bagian hulu yang relatif miring.
morfologi yang relatif miring hingga kaki Bahaya gunungapi yang terjadi yaitu hujan
gunungapi. Oleh karena itu, apabila terjadi abu lebat, lontaran batu dan hujan lumpur,
bencana gunungapi di bagian hulu akan lava, aliran piroklastik, dan lahar hujan.
cepat untuk mengalir hingga bagian hilir. Peta bahaya Gunungapi Ijen di DAS
Menurut Zaennudin dkk (2012) apabila Bendo bagian hulu ditunjukkan pada
lahar disimulasikan mengarah ke selatan, Gambar 13.a.
maka lahar akan mengalir melalui Kali
Bendo sejauh 27 km.
Bahaya gunungapi yang terjadi di
DAS Bendo akibat aktivitas vulkanik
terbagi menjadi 2 yaitu bahaya yang
langsung dan tidak langsung. Bahaya
vulkanik yang terjadi secara langsung
antara lain adalah muntahan langsung dari
dalam bumi berupa lava dan awan panas,
sedangkan yang tidak langsung adalah
berupa lahar. Berdasarkan fasiesnya,
bahaya gunungapi yang mempengaruhi Gambar 13.a. Peta Bahaya Gunungapi
DAS Bendo dapat terjadi hingga pada Ijen di DAS Bendo Bagian Hulu
fasies distal apabila letusan yang terjadi Hasil identifikasi langsung di
cukup besar. Letusan dengan skala besar lapangan pada bagian lereng juga memiliki
akan memuntahkan material-material potensi terjadinya longsor dan banjir
piroklastik yang lebih banyak sehingga bandang. Pada lereng atas potensi
jangkauan daerah terkena bahaya juga terjadinya longsor tebing sungai masih
akan semakin luas. Material piroklastik sangat besar akibat adanya erosi pada
yang bercampur dengan air danau yang sungai oleh air. Tipe longsoran yang
sangat asam akan menyebabkan adanya terjadi pada tebing sungai adalah debrisfall
lahar letusan. Selain itu, hal ini juga dapat dan slide dengan dominasi butiran berupa
diperbesar dengan tingginya intensitas dan batu dan kerikil. Selain longsor, menurut
lamanya durasi hujan yang akan keterangan para warga, bahaya yang sering
memperbesar debit sungai. Akumulasi air terjadi khususnya ketika musim penghujan
adalah banjir bandang ketika hujan terjadi mengalir ke selatan kawah akan memiliki
dengan durasi lebih dari 2 jam. jangkauan sebesar 27 km (Zaennudin dkk,
Bahaya gunungapi yang terjadi di 2012). Melihat jangkauan yang cukup jauh
bagian tengah DAS Bendo tidak tentu harus diwaspadai mengingat
sekompleks di bagian hulu. Hal ini tingginya curah hujan dan morfologi
dikarenakan jangkauan bahaya langsung sungai yang relatif miring. Selain itu, pada
tidak semua sampai ke bagian tengah. bagian hilir, aktivitas manusia yang terjadi
Bahaya gunungapi yang masih berpotensi cukup besar sehingga perlu adanya upaya
menjadi ancaman besar adalah banjir lahar mitigasi untuk meminimalisir risiko yang
hujan. Bentuk DAS Bendo bagian tengah dapat terjadi akibat bahaya gunungapi.
yang memanjang dan sempit ini Peta bahaya Gunungapi Ijen bagian hilir
memudahkan aliran lahar untuk mengalir ditunjukkan pada Gambar 13.c.
hingga bagian hilir. Jangkauan untuk aliran
lava dan material piroklastik masih
mungkin terjadi hingga ke tengah apabila
skala erupsi yang terjadi adalah eksplosif.
Berdasarkan Gambar 13.b, bahaya aliran
lava dan material piroklastik hanya sampai
pada lereng gunungapi tengah karena
prakiraan jangkauan aliran piroklastik
adalah 12 km dari Kawah Ijen dan untuk
aliran lava adalah 15 km (Zaennudin dkk,
2012).
Gambar 13.c. Peta Bahaya Gunungapi
Ijen di DAS Bendo Bagian Hilir
2) Potensi Penggunaan Lahan Terdampak
Bahaya Gunungapi Ijen di DAS Bendo
Tabel 1. Luas Penggunaan Lahan yang
Terkena Dampak Bahaya Gunungapi
Ijen di DAS Bendo (Ha)

Gambar 13.b. Peta Bahaya Gunungapi


Ijen di DAS Bendo Bagian Tengah
Bahaya gunungapi pada bagian
hilir hanya berupa lahar hujan. Pada
bentuklahan dataran fluviovulkan banyak
ditemukan adanya endapan lahar sehingga
dapat diindikasikan bahwa daerah ini
merupakan zona pengendapan aliran lahar. Potensi bahaya Gunungapi Ijen di
Berdasarkan prakiraan bahaya Gunungapi DAS Bendo akan menimbulkan dampak
Ijen, aliran lahar akibat erupsi yang
bagi penggunaan lahan yang terdapat di gunungapi, kelas VIIw di laguna dan
dalamnya. Berdasarkan Tabel 1, potensi gisik serta kelas kemampuan VIIIes
bahaya hujan abu lebat menimbulkan berada di lereng atas gunungapi.
dampak terluas yang mengenai semak Penggunaan lahan di DAS Bendo
belukar, hutan dan tanah berbatu di bagian secara keseluruhan sudah sesuai
hulu DAS Bendo. Hal ini disebabkan dengan kelas kemampuan lahannya.
karena potensi bahaya abu lebat 4. Potensi ancaman bahaya di bagian hulu
diprakirakan dapat mengitari kawasan DAS Bendo adalah hujan abu lebat,
sekitar kawah sejauh 7 km. Penggunaan lontaran batu dan hujan lumpur, lava,
lahan berupa semak belukar, hutan, kebun, aliran piroklastik, lahar letusan dan
dan sawah irigasi terkena dampak bahaya lahar hujan. Bahaya yang mengancam
gunungapi dengan luasan terbesar. pada bagian tengah berupa aliran lava,
aliran piroklastik, lahar letusan dan
KESIMPULAN DAN SARAN
lahar hujan. Pada bagian hilir terdapat
Kesimpulan ancaman bahaya berupa aliran lahar
1. Geomorfologi DAS Bendo bagian hulu hujan.
dan tengah merupakan perkembangan 5. Penggunaan lahan yang dapat terpapar
dari proses vulkanik masa lampau. bahaya Gunungapi Ijen pada bagian
Geomorfologi DAS Bendo bagian hilir hulu DAS Bendo adalah kawasan cagar
berkembang dari beberapa proses alam semak belukar, tegalan dan
geomorfologi yang terjadi, antara lain kebun, ada bagian tengah adalah
fluviovulkan, dan marin. kebun, sawah irigasi, dan permukiman,
2. Karakteristik tanah yang ada di DAS sedangkan bagian hilir yang dapat
Bendo berasal dari proses pedogenesis terpapar adalah permukiman dan
material vulkanik. Tanah di bagian sawah irigasi di sepanjang badan
hulu memiliki kedalaman yang sungai.
bervariasi dengan perkembangan Saran
horison genetic yang berbeda pula
Sumberdaya yang ada di Gunungapi Ijen
tetapi mampu membentuk horison O,
perlu dikenali dengan baik agar bermanfaat
tanah di bagian tengah memiliki
untuk mensejahterakan masyarakat. Oleh
kedalaman tanah yang dalam (>1,5 m)
karena itu juga dibutuhkan pengelolaan
dengan perkembagnan tanah yang baik,
yang berkelanjutan. Agar pemanfaatan
dan di bagian hilir memiliki kedalaman
sumberdaya optimal, perlu dikaji terkait
bervariasi dengan karakteristik tanah
bahaya yang mengancam dan faktor
yang sangat dipengaruhi lingkungan.
pembatas pemanfaatan sumberdaya.
3. Kemampuan lahan DAS Bendo
memiliki variasi kelas II hingga VIII. DAFTAR PUSTAKA
Kelas kemampuan lahan IIw terdapat
pada bentuklahan dataran fluviovulkan, Zaennudin, A., Wahyudin, D., Sumaryadi,
kelas IIIe terletak di kaki gunungapi M., dan Abdurachman, E. 2012.
dan lereng bawah gunungapi, kelas Prakiraan Bahaya Letusan
kemampuan lahan IVw pada benting Gunungapi Ijen Jawa Barat. Jurnal
gisik, kelas VIe di lereng tengah Lingkungan dan Bencana Geologi
Vol. 3 No. 2. Hal 109-132.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai