Anda di halaman 1dari 14

Potensi Pengembangan Lahan untuk Tanaman Pala (Myristica Fragrans

Houtt) di Kecamatan Rimbo Pengadang dan Kecamatan Topos


Kabupaten Lebong

RENI NABELLA
E1F019027

Dosen Pembimbing Utama : Ir. Kanang Setyo Hindarto, MSc.


Dosen Pembimbing Pendamping: Prof. Dr. Ir. Yudhi Harini Bertham, MP.
Dosen Penelaah : 1. Dr.Ir. Faiz Barchia, M.Sc.
2. Ir. Supanjani, Ph.D.

10 R
November .
LATAR BELAKANG

Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan tanaman rempah dan tanaman perkebunan yang
memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Selain memiliki nilai ekonomi yang tinggi, tanaman pala juga
merupakan tanaman MPTS (Multy Purpose Tree Species) yang bermanfaat sebagai penghambat
aliran permukaan dan erosi, perakarannya berfungsi sebagai pengikat struktur tanah yang dapat
memperbesar ketahanan geser tanah, serta tanaman MPTS (Multy Purpose Tree Species) yang
tumbuh maksimal dan menghasilkan perakaran, mampu mencengkram agregat tanah dan dapat
mengurangi bahaya longsor pada lahan berlereng dan mampu merehabilitasi lahan kritis yang
disebabkan oleh penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan upaya konservasi.

Pada umumnya tanaman pala tumbuh dan berproduksi dengan baik pada ketinggian 500-700 m
DPL dan topografinya bergelombang, dengan suhu udara optimum berkisaran 200C-300C, curah
hujan antara 2.000 mm – 3.500 mm/tahun, pH tanah 5,5 – 7,0, serta mendapat
sinar matahari yang cukup. 2
LATAR BELAKANG

Kecamatan Rimbo Pengadang dan Kecamatan Topos memiliki topografi wilayah berupa perbukitan dan
bergelombang. Kecamatan Rimbo Pengadang memiliki luas wilayah 13,548 Ha, wilayah Kecamatan Rimbo
Pengadang terdiri dari lereng dan lembah. Sedangkan Kecamatan Topos memiliki luas wilayah h 34.428 Ha
dengan hampir 2/3 kawasannya hutan lindung. Salah satu penghasilan utama penduduk kedua kecamatan tersebut
merupakan perkebunan kopi. Namun usaha tani berbasis kopi telah diyakini para ahli sebagai penyebab terjadinya
erosi dan sedimentasi. Dari hasil penelitian Afandi et al. (2002) pada lahan berlereng 30% dengan kopi berumur 2
tahun dan lantai kebun kopi disiang secara periodik menunjukkan tingkat erosi yang terjadi adalah 22,7 Mg ha-1.
Penerapan teknik konservasi dengan tanaman Pala salah satu upaya yang baik, karena menurut Arsyad (2010)
salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi dan dapat dikendalikan adalah faktor vegetasi. Namun,
dalam mengembangkan tanaman pala diperlukan beberapa pertimbangan seperti aspek konservasi mengingat
wilayah yang akan dijadikan sentra budidaya tanaman pala banyak berada di kawasan hutan lindung. Oleh karena
itu, diperlukan studi terkait tanaman pala dan sumberdaya lahan untuk mengkaji kondisi lahan yang ada untuk
potensi pengembangan tanaman pala. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat mendukung
aspek konservasi kawasan.
3
RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan topografinya, Kecamatan Rimbo Pengadang dan Kecamatan Topos adalah lembah dan
lereng dengan dominasi kelerengan lahan curam, serta perkebunannya didominasi oleh tanaman kopi
pada kemiringan mencapai 45%. Kemiringan lereng merupakan unsur topografi yang paling
berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi, makin miring lereng maka air yang mengalir lebih
cepat dan menyebakan daya gerus air meningkat. Berdasarkan pertimbangan tersebut, untuk
mengurangi terjadinya erosi perlu dilakukan upaya konservasi tanah dengan tanaman pala serta melihat
potensi pengembangan tanaman pala di Kecamatan Rimbo Pengadang dan Kecamatan Topos.

Maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:


1. Bagaimanakah tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman pala di Kecamatan Rimbo Pengadang dan
Kecamatan Topos Kabupaten lebong?

4
TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk memetakan kelas kesesuaian lahan guna menentukan
potensi pengembangan tanaman pala di Kecamatan Rimbo Pengadang dan Topos
Kabupaten Lebong

5
METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Kecamatan Rimbo Pengadang dan Kecamatan Topos, Kabupaten
Lebong, Provinsi Bengkulu pada bulan November – Januari 2023. Pengambilan sampel akan
dilakukan di Kecamatan Rimbo Pengadang dan Kecamatan Topos. Serta analisis sampel tanah
akan dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu.

6
METODE PENELITIAN

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, peta administrasi skala 1: 50.000 sebagai peta dasar
bersumber dari Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) didapatkan dari Badan Informasi Geospasial (BIG).
unit lahan skala 1 : 250.000 bersumber dari peta satuan lahan lembar 0912 (Bengkulu) peta lereng skala
1 : 50.000 didapat dari analisis DEM (Digital Elevation Model) SRTM resolusi 30 meter bersumber dari
USGS (united states geological Survey) menggunakan software Arc Gis 10.8. Data curah hujan tahunan
bersumber dari BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) laporan penelitian dan informasi
kelas kesesuaian lahan tanaman pala bersumber dari petunjuk teknis evaluasi lahan. Serta bahan yang
digunakan untuk analisis laboratorium.

7
METODE PENELITIAN

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga jenis alat yaitu analisis GIS,
peralatan untuk survei lapang, dan peralatan untuk analisis sampel tanah di laboratorium.
Peralatan analisis GIS Peralatan survei lapangan
1. Seperangkat laptop Pisau lapangan
2. Printer GPS (Global Position System)
3. Sistem operasi windows Klinometer
4. Software ArcGis 10.8 Munsell soil color

8
METODE PENELITIAN

Tahapan Penelitian

1. Pra-Survei

Tahap ini dimulai dengan mengumpulkan alat dan bahan yang diperlukan, membuat satuan peta
lahan (SPL) skala 1:50.000 sebagai peta kerja dengan cara menumpang tindih (overlay) peta
lereng skala 1:50.000 dan peta unit lahan skala 1:250.000 menggunakan software ArcGis10.8.
guna melakukan survei lapangan. Selain pembuatan peta lahan, pada kegiatan pra-survei juga
perlu mempersiapkan perizinan baik dari universitas maupun perangkat desa setempat agar
penelitian dapat berjalan dengan lancer.

9
METODE PENELITIAN

Tahapan Penelitian

2. Survei Lapangan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah survei lapangan meliputi beberapa aktifitas yaitu
pengamatan, pengukuran, pengambilan contoh tanah, untuk penetapan variabel fisik dan kimia lahan.
Pada saat survei lapangan juga dilakukan wawancara petani untuk mendapatkan data pendukung lainnya.
3. Analisis Laboratorium

Kegiatan analisis di laboratorium dilakukan untuk mengukur beberapa sifat kimia tanah seperti KTK
(metode destilasi dan titrasi), pH dan kejenuhan basa (metode elektrometrik), N total (metode
kjehdahl), 𝑃2𝑂5 (metode Bray), 𝐾2𝑂 (metodeflamefotometer), dan tekstur
(metode hydrometer). 10
METODE PENELITIAN

Tahapan Penelitian

4. Analisis Data dan Penyesuaian Data

Tahapan ini dilakukan untuk mengkorelasikan data lapangan dan hasil analisis laboratorium untuk
melakukan evaluasi dan penilaian kesesuaian lahan. Data dikelompokkan berdasarkan masing-masing
kualitas lahan yang didasarkan pada metode yang dikembangkan oleh FAO (1967) menggunakan 5
kategori kelas ordo.
5. Pembuatan Peta Kelas Kesesuain Lahan

Tahap ini merupakan tahap terakhir, yaitu pembuatan peta kesesuaian lahan tanaman pala di Kecamatan
Rimbo Pengadang dan Topos Kabupaten Lebong.
11
VARIABEL YANG DIAMATI

Iklim
Kelerengan

Media perakaran

Unsur Hara N,P,K


Retensi Hara

12
ANALISIS DATA

Data disajikan secara deskriptif mengenai karakteristik lahan dan interpolasi tanah dalam
mendapatkan kelas kesesuaian lahan yang kemudian digambarkan dalam bentuk peta
kesesuaian lahan.

13
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai