Anda di halaman 1dari 30

EVALUASI KECOCOKAN LAHAN UNTUK UBI JALAR

(Ipomoea batatas L) DI DESA YEH KUNING,

KEC. JEMBRANA.

Oleh

I Wayan Sedana

PROGRAM STUDY AGROEKOTEKNOLOGI, FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2017
EVALUASI KESESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN UBI JALAR
(Ipomoea batatas L) DI DESA YEH KUNING, KECAMATAN
JEMBRANA, KABUPATEN JEMBRANA

ASTRAK

Evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman, Ubi jalar (Ipomoea


batatas L) dengan menggunakan metode Survey, Penentuan lokasi
sampel didasarkan atas kompilasi peta lokasi sampel.
Hasil yang diperoleh adalah lahan sawah desa yeh Kuning,
Kecamatan Jembrana berpotensi cukup untuk tanaman Ubi jalar (Ipomoea
batatas L).
Faktor pembatas diseluruh wilayah penelitian adalah unsur hara N, P
dan tekstur.

LAND SUITABLE EVALUATION FOR CORN AT DISTRICK JEMBRANA

ABSTRACT

Land suitable evaluation Corn and district Jembrana was conducted


using grid combination and slope transect approach methode. Sample
location based on compilation maps and were ploted location.
The finding of this research, at Distrik Jembrana moderately suitable
for moize. Limited factor at soil fertility is low, Nitrogen, phosphor, and
texture.

1
RINGKASAN

Penelitian tentang evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman, Ubi


jalar (Ipomoea batatas L) di lahan sawah Desa Yeh Kuning, kecamatan
Jembrana, Kabupaten Jembrana, telah dilaksanakan bulan juli 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari pemecah masalah terhadap faktor
Pembatas dalam meningkatkan produksi. Tanaman, Ubi jalar (Ipomoea
batatas L) dan produktifitas lahan.
Pengambilan data di lapangan dilakukan dengan satuan unit lahan,
Sampel tanah diambil dilokasi disertai dengan pengukuran dan
pengamatan parameter topografi dan jenis tanaman yang diusahakan.
Hasil yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian lapang, analisa
tanah di laboratorium, seluruh wilayah kecamatan Jembrana berpotensi
cukup sesuai untuk tanaman, ubi jalar, Faktor pembatas diseluruh wilayah.
Penelitian adalah rendahnya unsur hara N dan P, juga tekstur. Lahan
yang berbukit berpotensi untuk tanaman Ubi jalar (Ipomoea batatas L)
sedang lahan yang datar berpotensi bagus untuk tanaman Untuk
meningkatkan produksi tanaman dan produktifitas tanah perlu ditambah
pupuk organik dan an organik, mengadakan pengolahan tanah.

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Tahan Yang Maha Esa atas rahmat dan
berkat-Nya Panelitian dengan judul "Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk
Tanaman Ubi jalar (Ipomoea batatas L) di kecamatan Jembrana,
Kabupaten Jembrana'' dapat di selesaikan.
Penelitian ini terlaksana dan dapat diselesaikan karena bantuan
serta dorongan berbagai pihak, untuk itu melalui tulisan ini penulis
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Bapak Rektor Universitas Udayana
2. Bapak Kepala Pusat Penelitian Universitas udayana
3. Bapak Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana
4. Bapak Ketua Program study Agroekoteknolgi Fakultas Pertanian
UnIversitas Udayana
5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran untuk, perbaikan sangat
diharapkan. semoga tulisan ini ada manfaatnya.

Denpasar, Juli 2017


Penulis

3
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................ i
ABSTRAK ....................................................................................................... ii
RINGKASAN................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3
BAB III BAHAN METHODE ........................................................................... 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 12
4.1 Interpretasi Hasil Evaluasi Kesesuaian Lahan ................................... 14
4.2 Klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman Ubi jalar ....................... 14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN

4
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Karakteristik lahan yang digunakan sebagai parameter


Tabel 2.2 Karakteristik dan kualitas lahan menurut (CSR/FOA Staff, 1983)
Tabel 4.1 Karakteristik lahan sawah Yeh Kuning
Tabel 4.2 Kesesuaian lahan aktual dan potensial ubi jalar

5
I. PENDAHULUAN

Meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan lahan


baik untuk keperluan produksi pertanian maupun keperluan lainnya,
memerlukan pemikiran yang seksama dalam pengambilan keputusan dan
pemanfaatan yang paling menguntungkan dari sumber alam yang terbatas
ini. Oleh karena itu perlu adanya suatu perencanaan atau penataan
kembali penggunaan lahan agar lahan dapat dimanfaatkan secara efisien
(Santun Sitorus, 1935) selanjutnya perencanaan secara menyeluruh dan
terarah dapat terlaksana berkat adanya informasi fisik lingkungan yang
meliputi sifat fisik dan potensi lahan. Penyediaan data dan informasi yang
penting untuk penggunaan lahan ini dapat diperoleh melalui evaluasi
lahan.
Ubi jalar (Ipomoea batatas L) di Indonesia merupakan tanaman
pangan pokok kedua setelah padi Program pembangunan pertanian
tanaman pangan pada dasarnya adalah untuk meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat khususnya petani. Hal tersebut diatas
dapat dicapai melalui peningkatan produksi pangan baik kualitas maupun
kuantitasnya dengan tetap menjaga kelestarian sumber daya alam tanah
dan air.
Didalam rangka penunjang program pembangunan dibidang
pertanian terutama peningkatan produksinya maka diperlukan
perencanaan penggunaan lahan yang baik dan tepat peruntukannya
sesuai dengan kemampuan lahannya.
Sasaran pembangunan pertanian tanaman pangan masih diarahkan
untuk menjaga peningkatan produksi beras, disamping itu untuk
meningkatkan kualitas swasembada pangan melalui penyediaan
karbohidrat, protein, vitamin dan mineral nabati guna mencukupi gizi yang
baik dan seimbang, produksi seperti Ubi jalar, kacang hijau, perlu
ditingkatkan (Anon, 1990) .

6
Pengetahuan mengenai kesesuaian lahan disuatu lokasi tertentu
akan memudahkan pengolahan lahan sesuai dengan kondisi fisiknya,
karena dari hasill evaluasi lahan akan diperoleh beberapa faktor pembatas
dari produktifitas.
Lahan-Lahan di kecamatan Jembrana adalah sebagian besar adalah
sawahnya sering diberokan akibat kurangnya air di musim kemarau, oleh
karena itu agar supaya produktifitas lahan dapat ditingkatkan sesuai
dengan potensi lahannya, maka perlu diadakan Penelitian evaluasi
kesesuaian lahan untuk tanaman, Ubi jalar ( Ipomoea batatas L)di
kecamatan Jembrana Kabupaten Jembrana.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengklasifikasikan kesesuaian
lahan berdasarkan kesesuaian lahannya. Mencari alternatif pemecahan
masalah terhadap faktor pembatas untuk meningkatkan produksi tanaman
dan membuat peta klas kesesuaian lahan skala 1 : 50 000.

7
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lahan
Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang
mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief,
tanah, hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation)
yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan
lahan (FAO, 1976). Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk
yang telah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas flora, fauna dan manusia
baik di masa lalu maupun saat sekarang, seperti lahan rawa dan pasang
surut yang telah direklamasi atau tindakan konservasi tanah pada suatu
lahan tertentu.
Penggunaan yang optimal memerlukan keterkaitan dengan
karakteristik dan kualitas lahannya. Hal tersebut disebabkan adanya
keterbatasan dalam penggunaan lahan sesuai dengan karakteristik dan
kualitas lahannya, bila dihubungkan dengan pemanfaatan lahan secara
lestari dan berkesinambungan.
Pada peta tanah atau peta sumber daya lahan, hal tersebut
dinyatakan dalam satuan peta yang dibedakan berdasarkan perbedaan
sifat-sifatnya terdiri atas: iklim, landform (termasuk litologi, topografi/relief),
tanah dan/atau hidrologi. Pemisahan satuan lahan/tanah sangat penting
untuk keperluan analisis dan interpretasi potensi atau kesesuaian lahan
bagi suatu tipe penggunaan lahan (Land Utilization Types = LUTs).
Evaluasi lahan memerlukan sifat-sifat fisik lingkungan suatu wilayah
yang dirinci ke dalam kualitas lahan (land qualities), dan setiap kualitas
lahan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan (land
characteristics).
Beberapa karakteristik lahan umumnya mempunyai hubungan satu
sama lainnya di dalam pengertian kualitas lahan dan akan berpengaruh
terhadap jenis penggunaan dan/atau pertumbuhan tanaman dan

8
komoditas lainnya yang berbasis lahan (peternakan, perikanan,
kehutanan).

2.2 Karakteristik lahan


Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau
diestimasi. Dari beberapa pustaka menunjukkan bahwa penggunaan
karakteristik lahan untuk keperluan evaluasi lahan bervariasi. Sebagai
gambaran Tabel 1 menunjukkan variasi dari karakteristik lahan yang
digunakan sebagai parameter dalam evaluasi kesesuaian lahan oleh
beberapa sumber (staf PPT, 1983; Bunting, 1981; Sys et al., 1993;
CSR/FAO, 1983; dan Driessen, 1971).

Tabel 2.1. Karakteristik lahan yang digunakan sebagai parameter


dalam evaluasi lahan.

Staf PPT Bunting Sys et al. CSR/FAO Driessen


(1983) (1981) (1993) (1983) (1971)
Tipe hujan Periode Temperatur Temperatur Lereng
(Oldeman et pertumbuhan rerata (°C) atau rerata (°C)
al.) tanaman elevasi atau elevasi
Kelas Temperatur Curah hujan Curah hujan Mikrorelief
drainase rerata pada (mm) (mm)
periode
pertumbuhan
Sebaran Curah hujan Lamanya masa Lamanya Keadaan
besar butir tahunan kering (bulan) masa kering batu
(lapisan atas) (bulan)
Kedalaman Kelas Kelembaban Kelembaban Kelas
efektif drainase udara udara drainase
Ketebalan Tekstur Kelas Drainase Kelas Regim
gambut tanah drainase kelembaban
Dekomposisi Kedalaman Tekstur/Struktur Tekstur Salinitas/
gambut/jenis perakaran alkalinitas

9
gambut

KTK Reaksi tanah Bahan kasar Bahan kasar Kejenuhan


(pH) basa
Kejenuhan Salinitas/ Kedalaman Kedalaman Reaksi
basa DHL tanah tanah tanah (pH)
Reaksi tanah Pengambilan KTK liat Ketebalan Kadar pirit
(pH) hara (N, P, gambut
K) oleh
tanaman
C-organik Pengurasan Kejenuhan Kematangan Kadar
hara (N, P, basa gambut bahan
K) dari tanah organik
P-tersedia Reaksi tanah KTK liat Tebal
(pH) bahan
organik
Salinitas/DHL C-organik Kejenuhan Tekstur
basa
Kedalaman Aluminium Reaksi tanah Struktur,
pirit (pH) porositas,
dan
tingkatan
Lereng Salinitas/DHL C-organik Macam liat
(%)/mikrorelief
Erosi Alkalinitas Aluminium Bahan
induk/
cadangan
mineral
Kerusakan Lereng Salinitas/DHL Kedalaman
karena banjir efektif
Batu dan Genangan Alkalinitas
kerikil,

10
penghambat
pengolahan
tanah
Pori air Batuan di Kadar pirit
tersedia permukaan
Penghambat CaCO3 Lereng
pertumbuhan
karena
kekurangan
air
Kesuburan Gypsum Bahaya erosi
tanah
Permeabilitas Jumlah basa Genangan
lapisan atas total
Batuan di
permukaan
Singkapan
batuan

Evaluasi lahan tingkat tinjauan dibutuhkan 15 ciri/karakteristik lahan yang


dikelompokkan ke dalam 7 kualitas dalam (CSR/FAO Staf, 1983)

Tabel 2.2 Karakteristik dan kualitas lahan menurut (CSR/FAO Staf, 1983)

Kualitas Lahan Ciri lahan / karakteristik

1. Regim Temp (t) 1. Temperatur rata-rata tahunan


(°C)
2. Ketersediaan air (w) 1. Bl Kering (< 75 mm)

2. CH tahunan rata-rata (mm)

3. Kondisi Perakaran (r) 1. Kelas drainase tanah

2. Tekstur tanah bagian permukaan

11
3. Kedalaman perakaran (cm)

4 Daya menahan unsur hara (n) 1 KTK me /100 gr tanah (subsoil)

2. PH (lapisan permukaan)

5. Ketersediaan unsur hara (n) 1. N Total

2. P2O5 tersedia

3. K2O tersedia

6. Keracunan (x) 1. salinitas mmhos (lap bawah)

7. Medan (s) 1. Kemiringan lereng (%)

2. Batuan di permukaan

3. Batuan yang muncul


dipermukaan (rock out crop)

Lahan adalah salah satu sumberdaya yang langka yang


dimanfaatkan untuk berbagai macam penggunaan seperti perkebunan,
pertanian tanaman pangan, hortikultura dan lain sebagainya (Dijkerman j.c
et, al). Selanjutnya dikatakan bahwa lahan terdiri dan semua lingkungan
fisik yang penting untuk penggunaan lahan potensial, jadi tidak hanya
untuk tanah, akan tetapi termasuk iklim relief hidrologi, vegetasi dan
geologi .
Lahan sangat bervariasi dalam berbagai faktor seperti keadaan
topografi, iklim, geologi, tanah dan vegetasi yang menutupinya. Berbagai
keterangan tentang kemungkinan pemanfaatan dan pembatas-pembatas
dari faktor-faktor lingkungan yang relatif permanen, penting dalam pola
penggunaan lahan ( Santun, 1985)
Evaluasi lahan adalah merupakan salah satu usaha untuk
melakukan klasifikasi kemampuan lahan untuk penggunaan tertentu
(Sarwono, 1987). Selanjutnya Santun (1985) mengatakan evaluasi lahan

12
pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi sumber daya
tahan bagi berbagai penggunaan. Kerangka dasar evaluasi lahan adalah
membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan
tertentu dengan sifat sumber daya lahan yang ada pada lahan tersebut
yang menyangkut tiga hal utama yaitu lahan, Penggunaan lahan dan
aspek ekonomis.
Nurhayati, dan kawan-kawan (1986) menyatakan bahwa Klasifikasi
lahan adalah metode pengelompokan lahan atau bagian-bagian ke dalam
kals-klas, sedang Evaluasi lahan merupakan bagian dari klasifikasi lahan
dimana dasar pengelompokannya adalah sesuai lahannya. Selanjutnya
menurut Beek (1987) menyatakan bahwa kesesuaian lahan adalah salah
satu penafsiran dari hasil survey dan pemetaan tanah. Peta yang
dihasilkan memperlihatkan lokasi dan penyebaran satuan-satuan tanah.
Kesesuaian lahan secara fisik didasarkan atas segala sifat fisik lahan yang
mampu mendukung pertumbuhan tanaman secara optimum. Dalam hal ini
kemampuan manusia memodifikasikan suatu lahan sehingga lebih sesuai
memegang peranan penting (Young, 1976 dalam Ginting 1988).
Dijkerman, J.C. (1985) mengatakan bahwa untuk evaluasi lahan
suatu daerah harus dibagi ke dalam satuan peta lahan yaitu suatu daerah
dari lahan yang dipetakan dengan karakteristik tertentu. Kualitas lahan
adalah sifat lahan yang biasanya majemuk dan komplek serta mempunyai
pengaruh langsung dalam penggunaan lahan. Untuk dapat menentukan
kualitas lahan yang tepat maka harus diketahui karakteristik dari lahan
serta lahan tersebut digunakan untuk apa.
Menurut Beek (1978) kualitas lahan dapat dibedakan menjadi empat
antara lain :
1. Kualitas lahan ekologi yaitu kualitas lahan yang sangat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hewan seperti

13
ketersediaan air, ketersediaan unsur hara, bahaya banjir, temperatur
dan lain-lain.
2. Kualitas lahan pengolahan yaitu kualitas lahan yang mempengaruhi
pengelolaan usaha pertanian seperti kemungkinan untuk mekanisasi,
sifat dapat dimasuki pada berbagai musim, ukuran dari blok
pengelolaan yang potensial dan lokasi dal am hubungannya dengan
pasar.
3. Kualitas lahan konservasi yaitu sangat berpengaruh pada degradasi
lahan seperti bahaya erosi, bahaya salinitas dan alkalinitas dan lain-
lain.
4. Kualitas lahan perbaikan yaitu kualitas lahan yang mungkin untuk
dirubah kondisinya seperti sifat dapat diari, respon terhadap
pemupukan.
Dari basil penelitian kesesuaian lahan di Desa Melaya (Ismet, 1389)
diketemukan bahwa faktor pembatas utama adalah ketersediaan air pada
musim kemarau, kurangnya unsur hara N dan K dari hasil penelitian
Lanya dkk di dapat bahwa faktor pembatas utama di kecamatan Mendoyo
adalah unsur hara N dan P terdapat di daerah berombak sampai
bergelombang.
Sistem klasifikasi kemampuan lahan yang berlaku di Indonesia ada
bebrapa sistim seperti sistem USDA, (dalam Young, 1376 dan Arsyad,
1383). Sedang sistem klasifikasi kesesuaian lahan CSR / FAO staf (1973)
lebih baik dari sistem PPT (1983) dan sistem deptrans (1984). Sistem
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem klasifikasi kesesuaian
lahan modifikasi dari CSR / FAO staf (1983).
Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut metode FAO (1976)
terdiri dari empat kategori yang merupakan tingkat generalisasi yang
bersifat menurun yaitu :

14
Ordo Kesesuaian lahan : Menunjukkan jenis atau macam
kesesuaian atau keadaan
kesesuaian secara umum.
Kelas Kesesuaian Lahan : Menunjukkan tingkat kesesuaian
dalam ordo.
Sub-kelas Kesesuaian Lahan : Menunjukkan .jenis pembatas atau
macam perbaikan yang diperlukan di
dalam kelas.
Satuan Kesesuaian Lahan : Menunjukkan perbedaan kecIl yang
diperlukan dalam pengelolaan di
dalam sub kelas.
Kesesuaian Lahan Pada Tingkat Ordo
Kesesuaian lahan pada tingkat ordo menunjukkan apakah lahan
sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan tertentu. Oleh sebab itu ordo
kesesuaian lahan dibagi dua yaitu :

Ordo S : Sesuai (suitable)


Lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang dapat digunakan
untuk penggunaan tertentu secara lestari tanpa atau dengan sedikit resiko
kerusakan terhadap sumber daya lahannya.
Keuntungan yang diharapkan dari hasil pemanfaatan lahan ini akan
melebihi masukan yang diberikan.

Ordo N : Tidak sesuai (not suitable)


Lahan yang termasuk ordo ini mempunyai pembatas sedemikian
rupa sehingga dapat mencegah penggunaan secara lestari.

Kesesuaian Lahan pada Tingkat Kelas


Kelas kesesuaian lahan adalah pembagian lebih lanjut dari ordo
dan menggambarkan tingkat-tingkat kesesuaian dari ordo. Kelas ini dalam

15
simbolnya diberi nomor urut yang ditulis di belakang simbol ordo. Nomor
urut ini menunjukkan tingkat kelas yang menurun dalam suatu ordo
Jumlah kelas dalam tiap ordo sebetulnya tidak terbatas, akan tetapi
dianjurkan untuk memakai tiga kelas dalam ordo sesuai dua kelas dalam
ordo tidak sesuai.

Kesesuaian Lahan Pada Tingkat Unit


Kesesuaian lahan pada tingkat unit merupakan pembagian lebih
lanjut dari sub-kelas. Semua satuan yang berbeda dalam satu sub-kelas
mempunyai tingkat kesesuaian yang sama dalam kelas dan mempunyai
jenis pembatas yang sama dalam sub-kelas. Unit-unit lahan berbeda satu
sama lainnya dalam sifat-sifat atau aspek tambahan dari pengelolaan
yang diperlukan dan merupakan perbedaan yang detail dari pembatas-
pembatasnya.
Diketahui pembatas yang detail memudahkan penafsiran
mengelola rencana suatu usaha tani. Simbol kesesuaian lahan pada
tingkat unit dibedakan oleh angka-angka arab yang ditempatkan setelah
simbol sub-kelas, misalnya S3r-2. Tidak ada pembatas mengenai jumlah
satuan dalam sub-kelas.

16
III. BAHAN DAN METHODE

3.1 Deskripsi Daerah Penelitian


Daerah penelitian terletak di Kecamatan Jembrana, Kab. Jembrana
Secara geografis terletak antara 80 18’ 24” sampai 80 15’ 52” LS dan 1140
37’ 45” sampai 1140 39’ 30” BI. Batas-batas daerah penelitian sebelah
utara, Kab. Buleleng, sebelah Barat Kec. Negara, sebelah selatan
Samudra Hindia dan sebelah timur Kec. Mendoyo.
Menurut Purbo Hadiwijoyo (1971) daerah penelitian merupakan
wilayah formasi Palasari, yang tersusun atas konglomerat, batu pasir, dan
batu gamping terumbul.
Dai dan Rosman (1970) menyatakan jenis tanah penelitian tergolong
dalam tanah aluvial dengan fisiografi dataran aluvial, lateral coklat dan
litosol dengan fisiografi krucut dan lungur volkan. Penggunaan lahan di
daerah penelitian tegalan dan sawah. Berdasarkan data curah hujan rata-
rata tahunan 1.167.9 mm dengan suhu rata-rata 28,90c, tergolong
kedalam tipe iklim D3 (Oldeman, dkk 1980).
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian.
Penelitian lapang dilakukan dari bulan Juli-Agustus 2016. Pada lahan
lahan sawah di Desa Yeh Kuning, Kecamatan Jembrana, Kabupaten.
Jembrana. Analisis Sifat fisik dan kimia dilakukan bulan September-
Oktober 2016 di Lab. jurusan tanah Fakultas Pertanian Unud.

3.3 Bahan dan Alat


Bahan-bahan yang digunakan adalah bahan-bahan untuk analisis
sifat tanah di laboratorIum, sesuai dengan sifat-sifat tanah yang dianalisis
serta sejumlah peta-peta untuk analisis satuan peta lahan yaitu peta
topografi Bali skala 1 : 50.000 (US Army service For Fast, 1964) peta
geologi Bali skala 1 : 250.000 (Dai dan Rosman, 1370) dan peta
penggunaan lahan Kabupaten Jembrana skala 1 : 50.000 (Agraria
Propinsi Bali, 1989).

17
Alat-alat yang digunakan adalah seperangkat peralatan lapang untuk
survey tanah yaitu bor tanah, meteran, ring, sample, PH, stick, abney level,
altimeter dan peralatan yang dipergunakan untuk analisis sifat tanah
sesuai dengan sifat tanah yang di analisa.
3.4 Metode Penelitian
Sebelum penelitian lapangan, dilakukan analisis satuan lahan dari
interpretasi peta topografi yang dibantu dengan peta geologi, peta tanah
tinjau dan peta penggunaan lahan.
Lokasi pengambilan contoh-contoh tanah diplot diatas peta tersebut,
berdasarkan keseragaman dan perubahan satuan lahannya. Peta hasil
analisis satuan lahan digunakan sebagai dasar untuk pengamatan di
lapangan.
Pengecekan dan pengamatan di lapang disesuaikan dengan satuan
lahan. Pengamatan di lapang ditujukan untuk pengecekan kebenaran hasil
pembatasan satuan lahan melalui pengamatan sifat tanah secara
pengeboran (boring) dari satuan-satuan lahan tersebut.
Pengambilan contoh tanah dilakukan secara proporsional dengan
luas satuan lahan. Contoh tanah diambil pada kedalaman 0 - 30 cm (lap.
atas). pada daerah yang datar digunakan sistem grid bebas.
Analisis tanah dilakukan di laboratorium meliputi sifat dan kimia
seperti Ph tanah (PH meter) KTK tanah (NH4OAc), N total (Kjeldal) P
tersedia (olsen), tersedia, salinitas, textur (Hidrometer) dan permeabilitas
(double ring sample).
Pengelompokan klas kesesuaian lahan menurut kriteria sistem
klasifikasi lahan CSR/FAO staf (1983). Pembuatan peta klas kesesuaian
lahan didasarkan pada klas kesesuaian lahan yang sama pada skala 1 :
50.

18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diberikan penilaian kesesuaian lahan menurut tingkat


pemetaannya, yaitu untuk evaluasi lahan pada tingkat semi detil.

Berikut ini adalah data tanah dan lingkungan fisik hasil dari identifikasi
dan karakterisasi tingkat semi detil skala 1:50.000 di desa Yeh Kuning

Tabel 4.1 Karakteristik Lahan


Karakteristik Lahan Desa Yeh kuning

Tem. Udara rata-rata tahunan 28°C

Bulan Kering (<100mm / bulan ) 6-7 bulan

Curah Hujan Tahunan 1550 mm / thn

Drainase Tanah Baik

Tekstur Tanah SL

Kedalaman Efektif Baik (60 cm)

Gambut - Kematangan Bukan gambut

- Ketebalan -

KTK Tanah 17,90 me / 100 gram

PH 7,39

N Total 0,08 %

P2O5 Tersedia 22,0 ppm

K2O Tersedia 0,77 ppm

Periode Banjir Tidak pernah

Frekuensi -

Salinitas 2,30

Kejenuhan AL

Kedalaman Pirit -

19
Struktur Tanpa

Konsistensi Tidak lekat

Kemiringan Lahan 3 – 8%

Batu di Permukaan 0%

Singkapan Batuan (Rock out Crops) 0%

Total Bahaya Erosi Ringan

Tabel 4.2 Kesesuaian Kesesuaian Lahan Aktual dan PotensialJagung


Persyaratan penggunaan Kelas kesesuaian lahan

Kelas kes. Usaha Kelas kes. lahan


lahan/karakteristik lahan Nilai data
lahan aktual perbaikan potensial

Rejim Temperatur (tc) S1 S1

Temperatur rerata (°C) 28 S1 S1

Ketersediaan air (wa) S2 S2

Curah hujan tahunan S2


1.550 S2
(mm)

Kelembaban (%) 80 S1 S1

Kondisi perakaran (r)

Drainase sedang S2 S2

Media perakaran (re) > 60 S1

Lempung S3
Tekstur Tanah S2
berpasir

Bahan kasar (%) <5 S1 S1

Kedalaman tanah (cm) 55 S2 S2

Gambut: S1 S1

20
Ketebalan (cm) 0 S1 S1

Ketebalan (cm), jika ada

sisipan

bahan mineral/ pengkayaan

Kematangan

Retensi hara (nr) S2 S1

KTK liat (cmol M/kg ) 12 S2 S1

Kejenuhan basa (%) 45 S2 S1

PH H2O 6,0 S1 S1

C-organik (%) 0,8 S1 S1

Ketersediaan unsur hara (n)

N Total 0.08

P2O5 22.0

K2O5 0.77

Toksisitas (xc)

Salinitas (dS/m)

Sodisitas (xn)

Alkalinitas/ESP (%)

Medan (s)

Bahaya erosi (eh) S2

Lereng (%) 3-8 S1 S2

Bahaya erosi S2 S2
sedang
Bahaya banjir (fh) S1 S1

Tidak
Genangan S1 S1
pernah

Penyiapan lahan (Ip) S1 S1

21
Batuan di permukaan (%) 0 S1 S1

Singkapan batuan (%) 0 S1 S1

Kelas kesesuaian lahan Aktual S 2nr Potensial (P) S1

Keterangan:

*Usaha perbaikan dapat dilakukan, kelas kesesuaian lahan naik satu tingkat

Hasil evaluasi lahan dinyatakan dalam kondisi aktual (kesesuaian

lahan aktual) dan kondisi potensial (kesesuaian lahan potensial), seperti

disajikan pada Tabel 4.2.

Pada Tabel 4.2, terlihat bahwa usaha perbaikan untuk menaikkan

kelas kesesuaian lahan tidak dapat dilakukan karena faktor pembatas

paling minimum adalah tekstur (lempung berpasir). Hasil evaluasi lahan

akhir adalah sebagai berikut:

- Kesesuaian lahan aktual termasuk kelas S3rc

- Usaha perbaikan yang dapat dilakukan adalah retensi hara/ kesuburan

tanah dari S2 menjadi SI, tetapi tekstur tanah tidak dapat diperbaiki

tetap S2, sehingga kesesuaian lahan potensial tetap menjadi kelas S1.

4.1 Interpretasi Hasil Evaluasi Kesesuaian Lahan

Dengan melakukan evaluasi lahan mengikuti prosedur tersebut di

atas, maka akan diperoleh hasil penilaian yang berupa kelas kesesuaian

lahan aktual! dan kelas kesesuaian lahan potensial. Dalam penilaian

potensi suatu lahan yang perlu diperhatikan adalah asumsi-asumsi yang

akan digunakan mencakup tingkat pengelolaan dan teknologi yang akan

diterapkan.

22
Kelas kesesuaian lahan pada kondisi aktual menyatakan kesesuaian

lahan berdasarkan data dari hasil survei tanah atau sumber daya lahan

belum mempertimbangkan masukan-masukan yang diperlukan untuk

mengatasi kendala atau faktor pembatas yang berupa sifat fisik

lingkungan termasuk sifat

4.2 Klasifikasi Kesesuaian lahan untuk tanaman Ubi jalar

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan analisis contoh tanah

di laboratorium, diperoleh data ciri lahan dari lokasi contoh disajikan

dalam Tabel 4.1. Hasil klasifikasi kesesuaian lahan menurut sistem

CSR/FAO staf (1983) untuk tanaman (Ubi jalar)diperoleh data dan

informasi seperti Tabel 4.1

Penggunaan lahan pada masing-masing lokasi yang diamati pada

waktu penelitian antara lain adalah, ubi jalar. Berdasarkan Tabel 2 dengan

mempertimbangkan penggunaan lahan maka diperoleh informasi tingkat

kesesuaian lahan untuk tanaman, Ubi jalar (Ipomoea batatas L) dengan

urutan prioritas penggunaan pada masing-masing lokasi serta alokasi

penggunaannya di Kecamatan Jembrana.

Kesesuaian lahan aktual lokasi penelitian sebagian besar tergolong

cukup. Wilayah sekitar yang tergolong sesuai marginal S3n antara lain

Perancak, Air kuning, Dangin Tukad Daya dengan faktor pembatas adalah

unsur hara N dan P. faktor pembatas adalah Drainase, kedalaman efektif,

dan unsur hara N dan P. Pembatas drainase dan textiar dapat diperbaiki

dengan memberikan bahan organik dan pengolahan tanah, sedang

pembatas kekurangan unsur hara N dan P dapat diatasi dengan

mengadakan pemupukan urea dan TSP dengan dosis 1.20 kg urea/ha

dan 90 kg TSP/ha.

23
Kesesuaian lahan daerah penelitian dari cukup sesuai (S2) dapat

ditingkatkan menjadi sesuai (S1). Lahan daerah penelitian berpotensi

cukup sesuai untuk , adapun faktor pembatasnya adalah P, Tekstur,

kesuburan dan kemiringan lereng terdapat di lokasi Desa Yeh Kuning

Kemiringan lereng dapat diatasi dengan pembuatan terasering,

sedangkan kesuburan tanah pada semua lokasi adalah rendah. yang

tinggi dapat diturunkan dengan pemberian sulfur, Tanaman sudah

diusahakan penduduk diseluruh daerah penelitian, untuk lahan sawah

utama setelah panen padi menjelang musim kemarau dengan cara tanam

disebar tanpa dilakukan pengolahan tanah Kesesuaian lahan seluruh

daerah penelitian tergolong sesuai Marginal (S3n) meliputi Daerah

penelitian berpotensi cukup sesuai (S2) untuk tanaman dengan faktor

pembatas curah hujan, kemiringan lereng dan temperatur.

Beberapa faktor pembatas yang mudah diatasi terutama rendahnya

unsur hara dapat diberikan pupuk, PHtanah yang rendah dapat

ditingkatkan dengan pengapur

24
25
DAFTAR PUSTAKA

FAO Staff (1983). Reconnaissance Land Resource Surveys. l : 250.000 scale Atlas
Forma Prosedures. Bogor Indonesia.

Dai, Junus-dnn Rosmen (1970). Reconnaissance Soil Map of Bali, skala l : 200.000.
Soil Research Institute.

David Dent and Anthony Young (l98l). Soil Survey and Land Evaluation. School of
Environmental Science, University of East Angilia, Norwich. London.

Dijkermen J.C. den Julia Widianingsih (1985). Evaluasi Lahan. Komunikasi Ilmu
Tanah; Jurusan llmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya - Malang.

Hakim, Nurhajati, dkk. (1986). Dasar-Dasnr Ilmu Tenah. Penerbit Universitas


Lampung.

Nalingreau J.P. dan Karmono Mangunsukardjo (1978). Evaluasi Lahan dan Pendekatan
Terpadu untuk Pembangunan Pedesaan. Disiapkan Dalam Rangka Kuliah Pada
Pusat Pendidikan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh den Survei Terpadu. UGM
- BAKORSTANAL.

Oldemen, Irsal and Nuladi (I980). The Agro climate Naps of Kalimantan, Maluku, Irian
Jaya and Bali. West and East Nusa Tenggara. Central Research Institute for
Agricultural Bogor, Indonesia.

Sitorus. (1985). Evaluasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Tarsito Bandung,

U.S. Army Service for Enst1(l964). Peta Topografi Pulau Bali.

26
LAMPIRAN

19
TABEL LAMPIRAN 1
PEMBANDING CIRI LAHAN LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL

Karakteristik /CIRI LAHAN


CURAH
KTK
HUJAN KEDALAM P H N.TOTAL P2on K2o5 KADAR LEREN6 BATU
TEMP DRAINASE TEXTUR (me/
NO. LQKASI RATA- EFEKTIF (H20) (Kjeldhal (01sen) (NADAC) Gr mmhos ( %. ) (%)
(0 C) c r r 100 gr)
RATA /cm (r) f n n n x s s
f
(mm) w
1 2 3 4 5 6 7 8 3 10 11 12 13 14 15
1 Perancak 23 D3 W S > 60 22,50 6,85 0,08 3,90 0,43 2,41 0
2 Air Kuning 28 D3 W SL > 60 17,30 7,39 0,08 22,0 0,77 2,30 0
3 Tegal Badeng 28 D3 MW CL > 50 28,20 7.21 0,06 12,8 0,70 2,31 1
4 Dangin Tukad Aya 23 D3 MW C > 50 34,60 7,20 0,12 3,30 0,53 0,19 4
5 B.B. Agung 23 D3 P P > 60 40,40 6,72 0,10 2,70 0,23 0,10 0
6 Kali Akah 28 03 P C > 60 38,20 6,72 0,08 2,10 0,37 0,11 0
7 Satria 23 D3 MW C > 60 33,40 6,72 0,11 14,40 0,80 0,30
8 Brangbang 28 D3 P C > 60 35,50 7,33 0,08 2,70 0,43 0,35 13
9 Sawe 28 D3 SP SP > 60 36,10 6,92 0,08 0,60 0,23 0,20 10
10 Munduk waru 28 D3 MW CL > 60 41,30 6,75 0,08 0,30 0,33 0,19 20
11 Hunduk Tuapeng 28 D3 W L > 60 32,50 5,61 0,08 7,70 0,33 0,21 15
12 Baluk 28 D3 P L > 60 43,11 7,52 0,016 3,40 14,46 0,20 4,79
13 Banyu Biru 28 D3 W SL > 60 17,90 6,60 0,019 0,13 9,62 0,01 2,4

Keterangan :
W = Baik
MW = Agak baik
P = Terhambat
SP = Agak terhambat
S = Pasir
SL = Lempung berpasir
CL = Lempung berliat
C = Liat
SIC = Lempung liat berdebu
L = Lempung
SIL = Lempung berdebu

20
TABEL LAMPIRAN 2
PEMBANDING KLASIFIKASI KESESUAIAN LAHAN DI KECAMATAN NEGARA

KACANG KETELA
NO LOKASI KEDELAI JAGUNG
TANAH PAMBAT
1 Perancak a S3n S3n S3cn S3n
b S2n S2n S2c n f S2cn
2 Air Kuning a S3n S3n S3cn S3n
b S2fn S2fn S2cr n 32crfn
3 Tegal Badeng S3n S3n S3cn S3n
b S2r f S2r fn S2cwrfn S2cfn
4 Dangin Tukad Aya a S3n S3n S3cn 33r n
b S2r f 32r f n S2cwr fn S2c f n
5 Baler Bale Agung a S3rn S3rn 33c rn S3rn
b S2r n S2r n 32cwrn S2cr n
6 KaiIakah a S3rn S3r n 33c r n
b S2r n S2r n S2cwrn S2c r n
7 Satria a S3r S3r S2c w 33r n
b S2r n S2rn S2c S2r
8 Brangbang a S3rn S3rn S3rn S3r n
b S2rnfs S2f r n S2cwrfn S2cr fnx
9 Sawe a S3r n S3r n S3c r n S3r n
b S2srn S2rns S2r ns 32r ns
10 Nunduk Waru a S3xr n S3sr n S3r cn 33r n
b S2xr n S2r n S2c wr n 32c rn
11 Munduk Tumpeng a S3xn S3sn S3csn ousn
b S2xn S2sxcwf 32cwns S z' c s n
12 Baluk a S3rn S3rn S3c r n S3r n
b S2fn% S2crnx 32cw fnx 32c rn

Keterangan :
a = Kesesuaian aktual
b = Kesesuaian Potensial

21

Anda mungkin juga menyukai