Anda di halaman 1dari 13

ARTIKEL ILMIAH

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA

Nama : Ade Gunawan


NIM : C1051171079
Program Studi : Ilmu Tanah
Judul Penelitian : Studi Pengaruh Tingkat Kelerengan Terhadap Status Kesuburan
: Tanah Pada Kebun Kelapa Sawit Di Desa Pana Kecamatan Kapuas
: Kabupaten Sanggau
Pembimbing : 1. Dr. Sulakhudin, S.P., M.P
: 2. Abdul Mujib Alhaddad, S.P., M.Sc

Penguji : 1. Dr. Ir. Bambang Widiarso, M.P


: 2. Ir. Rita Hayati, M.Si
STUDI PENGARUH TINGKAT KELERENGAN TERHADAP STATUS
KESUBURAN TANAH PADA KEBUN KELAPA SAWIT DI DESA
PANA KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

Ade Gunawan1), Sulakhudin2) dan Abdul Mujib Alhaddad2)


1)
Mahasiswa 2)Dosen Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,Universitas
Tanjungpura

email: ade_gunawa99@student.untan.ac.id

ABSTRAK

Kesuburan tanah seperti ketersediaan dan jumlah hara yang ada di dalam tanah merupakan
faktor penting yang dibutuhkan tanaman kelapa sawit untuk berproduksi dengan baik. Satu
di antara faktor yang mengakibatkan penurunan atau hilangnya unsur hara dalam perakaran
tanaman adalah erosi atau pengikisan tanah oleh air pada daerah berlereng. Penelitian ini
bertujuan untuk memberikan informasi mengenai status kesuburan sifat kimia tanah pada
tingkat kemiringan 15-30%, 30-45% dan 45-65%. Penelitian dilakukan menggunakan
metode survey pada jenis penggunaan lahan kelapa sawit dengan cara menentukan titik
pengamatan sampel tanah pada kedalaman 0-30 cm dengan menggunakan ring sampel untuk
tanah utuh, sedangkan tanah terganggu diambil dengan cara komposit. Hasil Uji-t
menujukan bahwa lereng tidak berpengaruh nyata terhadap beberapa parameter penelitian
kecuali parameter K-tertukar tanah pada beberapa perbandingan yang memiliki nilai
berbeda nyata atau signifikan. Selain itu evaluasi status kesuburan tanah menunjukan bahwa
pada kemiringan 15-30% tergolong kriteria rendah sedangkan lokasi dengan kemiringan 30-
45% dan 45-65% tergolong sangat rendah dengan faktor pembatas Kapasitas tukar kation,
kejenuhan basa, K-total, P-total dan C-organik tanah.
Kata Kunci: Kelapa sawit, kelerengan, kesuburan tanah, ultisol
STUDY OF THE INFLUENCE OF SLOPE LEVEL ON SOIL
FERTILITY STATUS IN PALM OIL GARDENS IN PANA VILLAGE,
KAPUAS DISTRICT, SANGGAU REGENCY

Ade Gunawan1), Sulakhudin2) dan Abdul Mujib Alhaddad2)


1)
Students 2) Lecturer Of The Department Of Soil Science Faculty Of Agriculture
University Of Tanjungpura

Email : ade_gunawan99@student.untan.ac.id

ABSTRACT

Soil fertility, such as the availability and amount of nutrients in the soil, are important factors
needed for oil palm plants to produce well. One of the factors that cause a decrease or loss of
nutrients in plant roots is erosion or erosion of the soil by water in sloping areas. This study
aims to provide information on the fertility status of the chemical properties of the soil at a
slope of 15-30%, 30-45% and 45-65%. The research was conducted using a survey method
on the type of land use for oil palm by determining the point of observation of soil samples at
a depth of 0-30 cm using a ring sample for intact soil, while disturbed soil was taken by
composite method. The results of the T-test indicate that the slope has no significant effect on
several research parameters except for the K-soiled soil parameter in several comparisons
which have significantly different values. In addition, evaluation of soil fertility status shows
that the slope of 15-30% is classified as low, while locations with a slope of 30-45% and 45-
65% are classified as very low with limiting factors: cation exchange capacity, base
saturation, K-total, P-total and C-organic soil
Keywords: Oil palm, slope, soil fertility, ultisol
PENDAHULUAN kelapa sawit sangat disarankan untuk
mengetahui terlebih dahulu mengenai
Kesuburan tanah merupakan
kondisi lahan tersebut, seperti karakteristik
kemampuan tanah menyediakan unsur hara
sifat kimia dan kesuburan tanahnya.
bagi tanaman untuk mendukung
Sehingga pengelolaan lahan pada bidang
pertumbuhan dan reproduksinya. Keadaan
pertanian di lokasi penelitin dapat
tanah yang subur memiliki tata air, udara
ditentukan sesuai dengan potensi lahannya.
dan unsur hara dalam keadaan cukup
seimbang baik fisik, kimia dan biologi
METODE PENELITIAN
tanah (Sitorus dkk, 2015). Satu diantara
faktor yang mengakibatkan penurunan atau Penelitian ini dilaksanakan pada
hilangnya unsur hara dalam perakaran kawasan kebun kelapa sawit rakyat di Desa
tanaman adalah erosi atau pengikisan tanah Pana, Kecamatan Kapuas, Kabupaten
oleh air pada daerah berlereng. Sanggau pada tiga kemiringan lereng yaitu
Lereng merupakan parameter kemiringan 15-30%, kemudian 30-45% dan
topografi dimana lereng mempunyai 45-65%. Analisis beberapa sifat kimia dan
pengaruh yang besar terhadap pengolahan fisika tanah dilakukan di laborotorium
atau penggunaan suatu lahan dan berperan kimia dan kesuburan tanah dan
penting dalam proses pembentukan serta laboratorium fisika dan konservasi tanah
perkembangan tanah melalui proses erosi, fakultas pertanian universitas tanjungpura.
transportasi dan deposisi (Arifin dkk, Bahan utama yang digunakan pada
2019). Lahan yang bertofografi datar penelitian ini adalah sampel tanah yang di
hingga bergelombang dan sebagian kecil ambil dari kebun kelapa sawit rakyat di
bergelombang hingga berbukit Desa Pana,Kecamatan Kapuas, Kapubaten
menyebabkan lahan tersebut mempunyai Sanggau. Bahan lainnya seperti bahan-
kelerengan yang bervariasi, kondisi tersebut bahan kimia merupakan bahan yang
banyak terjadi pada lahan perkebunan digunakan di laboratorium. Alat yang
kelapa sawit digunakan untuk kegiatan survey lapangan
Kelapa sawit merupakan satu terdiri dari pisau, dodos, cangkul,
dianatara komoditas hasil perkebunan yang klinometer, GPS (Global Positioning
mempunyai peran cukup penting karena System) kantong plastik, meteran, bor tanah
kemampuannya menghasilkan minyak mineral, cangkul, ring sampel, kertas label,
nabati yang banyak dibutuhkan oleh sektor alat tulis dan alat dokumetasi. Alat yang
industri. Penyebaran kelapa sawit di digunakan di laboratorium terdiri dari
Kalimantan Barat banyak di temukan di neraca analitik, pH meter, labu ukur, pipet
Kabupaten Sanggau dengan luas tanaman gendok,spectrophotometer, flamephometer
pada Tahun 2019 mencapai 149.864 persen labu kjeldahl, oven, kantong plastik, kertas
dengan produksi sebesar 198.778 persen label, kertas tisu alat tulis dan lain-lain.
yang berasal dari perkebunan kelapa sawit Data sifat kimia dan fisika tanah
rakyat (BPS, 2019). Kalimantan Barat diperoleh dengan cara menentukan titik
sebagai provinsi penghasil tanaman kelapa pengamatan sampel tanah dilakukan dengan
sawit dengan kondisi tanah yang kurang cara purposive sampling sebanyak 9 titik
subur dan banyak terdapat lahan kering pengamatan, setiap titik pengamatan di
masam, kondisi lahan tersebut dapat di ambil sampel tanahnya pada kedalaman 0-
jumpai di Desa Pana 30 cm dengan menggunakan ring sampel
Desa Pana belum terdapat informasi untuk tanah utuh, sedangkan tanah
tentang penilaian status kesuburan tanah, terganggu diambil dengan cara komposit,
oleh karena itu dalam rangka meningkatkan yakni contoh tanah diambil dengan jarak
produktivitas pertanian terutama tanaman masing-masing 100 m searah mata angin.

1
Tanah yang sudah diambil kemudian di juga dapat mempengaruhi beberapa sifat
campur dan diaduk secara merata kimia tanah.
(dikompositkan) sebanyak ±1 kg untuk
analisis di laboratorium untuk mengetahui B. Sifat Kimia Tanah
keadaan sifat kimia dan fisika tanahnya. Sifat kimia tanah merupakan sifat
Beberapa sifat tanah yang di tetapkan antara tanah yang berkaitan dengan berbagai
lain pH, C-organik tanah, KTK, KB, N- reaksi yang terjadi di dalam tanah. Sifat
total, P-total, P-tersedia, K-total dan K- kimia tanah berupa pH, C-organik tanah,
tersedia serta tekstur dan bobot isi tanah KTK, dan KB. Satu di antara sifat kimia
tanah yang penting bagi kesuburan tanah
adalah pH (reaksi tanah).
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Lahan Penelitian 1. Reaksi Tanah (pH)
Curah hujan yang tinggi diduga Kemasaman tanah dapat disebabkan
menjadi faktor terjadinya erosi dan proses beberapa faktor atara lain bahan induk,
pembentukan tanah yang menyebabkan bahan organik maupun tingginya curah
reaksi kimia berjalan dengan cepat sehingga hujan pada wilayah penelitian. Hal ini
tanah bersifat masam. Unsur hara tanah sesuai dengan pendapat Bintang dkk (2012)
yang tersedia rendah disebabkan oleh yang menyatakan bahwa tanah yang
beberapa faktor satu di antaranya adalah berkembang seperti Ultisol mempunyai
faktor iklim. kemasaman yang tinggi karena kation-
Faktor iklim yang berpengaruh kation basa seperti Ca, K, dan Mg sudah
terhadap erosi antara lain hujan, temperatur, tercuci (leached) selama proses
angin kelembaban dan radiasi matahari perkembangan Ultisol atau terpakai oleh
(Wassmann dkk 2009). Sifat hujan yang tanaman yang tumbuh diatasnya.
mempengaruhi erosi antara lain curah Kemiringan lereng 15-30%
hujan, intensitas hujan dan distribusi hujan. memiliki ∆ pH sebesar -0,28 kemudian
Ketiga sifat ini akan bersama-sama kemiringan 30-45% juga memiliki ∆ pH -
menentukan kemampuan hujan untuk 0,21 sedangkan kemiringan 45-65%
menghancurkan butir-butir tanah dan memiliki ∆ pH sebesar -0,56. Nilai ∆ pH
kecepatan limpasannya. Selain itu, hujan tersebut menunjukan permukaan koloid
tanah memiliki muatan negatif.

Tabel 1. Nilai pH Tanah pada Tiga Kemiringan Lereng


pH ∆ pH Kriteria
Kemiringan Lereng
H2O KCl
45-65 % 4,66 4,10 -0,56 Masam
30-45 % 4,25 4,04 -0,21 Masam
15-30 % 4,29 4,01 -0,28 Masam
Sumber: Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas, Tanjungpura 2021

Muatan tanah yang negatif Hasil analisis data pH tanah


permanen mampu menjerap kation-kation menggunakan Uji-t menunjukan bahwa
yang dapat dipertukarkan. Pernyataan nilai pH H2O pada tiga kemiringan lereng
tersebut sejalan dengan Subandiono (2014) tidak berbeda nyata. Hal tersebut
bahwa sebagian ∆ pH menunjukan sebagian disebabkan oleh satu di antara faktor yang
permukaan koloid sudah tidak bermuatan mempengaruhi kemasaman tanah (pH)
nol tetapi didominasi muatan negatif. adalah bahan induk karena sebagian besar

2
bahan induk tanah didominasi batuan Hasil analisis data bahan organik
sedimen masam. Batuan sedimen masam tanah pada tiga kemiringan lereng tersebut
berupa batu pasir, batu liat, maupun batu dengan Uji-t menunjukan bahwa persebaran
lanau. Hal tersebut sejalan dengan nilai bahan organik tanah pada tiga
pernyataan Suharta (2010) bahwa tanah dari kemiringan lereng tidak berbeda nyata. hal
batuan sedimen masam di Provinsi ini menunjukan bahwa bahan organik yang
Kalimantan Barat, berdasarkan Taksonomi rendah pada masing-masing kemiringan
Tanah (Soil Survey Staff, 2003) satu di lereng bukan hanya dipengaruhi oleh
antarnya adalah Ultisols. Satu di antara keadaan topografi wilayah tetapi diduga
yang mempengaruhi kemasaman tanah dipengaruhi oleh keadaan temperatur di
adalah terbentuknya asam-asam organik wilayah tersebut. Pernyataan tersebut
yang berasal dari senyawa C-organik tanah. sejalan dengan penelitian Karim dan
Hifnalisa (2008) yang menyatakan bahwa
2. C-organik Tanah semakin tinggi elevasi suatu wilayah,
Hasil analisis C-organik tanah pada tempratur semakin rendah, sehingga
(Gambar 1) menunjukan bahwa pada tiga pelapukan semakin lambat, akibatnya
kemiringan lereng di lokasi penelitian karbon organik semakin rendah.
memiliki nilai C-organik dari 1,45% –
1,70% dengan kriteria rendah. Nilai C- 3. Kapasitas Tukar Kation
organik pada tiga kemiringan lereng secara Hasil analisis nilai KTK tanah
umum dapat dikriterikan rendah meskipun (Tabel 2) menunjukan bahwa pada tiga
pada kemiringan 15-30% memiliki nilai kemiringan lereng tersebut memiliki nilai
yang cenderung lebih tinggi. Sedangkan KTK dari 7,00 – 8,01 Cmol (+) kg -1dengan
bahan organik pada kemiringan lereng yang kriteria rendah.
>45% menunjukan adanya penurunan nilai Nilai KTK pada kemiringan lereng
yang lebih cenderung dari lokasi yang yang >45% terlihat ada kecenderungan
landai ke lokasi yang lebih curam. penurunan nilai yang dipengaruhi oleh
bahan organik tanah karena adanya korelasi
Nilai Bahan Organik dan C-

2.93
nyata yang bersifat positif antara KTK dan
3 2.56 Bahan Organik bahan organik. Hubungan KTK dan bahan
Organik Tanah

2.49
2.5 C-organik organik tanah tersebut memiliki nilai
1.7
2 1.49 1.45 koefisien (r = 0.987**). Koefisien korelasi
1.5 ini memiliki hubungan yang searah karena
1 bersifat positif oleh sebab itu semakin
0.5
rendahnya jumlah bahan organik tanah
0
15-30% 30-45% 45-65%
maka semakin kecil jumlah kandungan
Kemiringan Lereng KTK dalam tanah.
Gambar 1. Nilai C-organik dan bahan organik
Tanah pada Tiga Kemiringan Lereng Tabel 2. Nilai Kapasitas Tukar Kation
Tanah
Hal tersebut disebabkan karena pada
wilayah penelitian tidak terdapat tanaman Kemiringan KTK Kriteria
penutup tanah (legume cover crop) maupun Lereng (Cmol(+)
tanaman penutup lainnya kecuali tanaman kg -1)
kelapa sawit yang mampu menyumbangkan 45-65 % 7,09 Rendah
bahan organik bagi tanah. Menurut Ispandi 30-45 % 7,00 Rendah
(2002) tanaman penutup tanah juga 15-30 % 8,01 Rendah
melindungi bahan organik dari sinar Sumber: Laboratorium Kimia dan KesuburanTanah,
matahari lansung yang menurunkan Fakultas Pertanian, Universitas
temperatur tanah dan memperbaiki Tanjungpura 2021
kesuburan tanah
3
Analisis nilai KTK tanah kation basa tersebut seperti Ca dan Mg juga
menggunakan Uji-t ternyata menunjukan mempengaruhi rendahnya nilai KB tanah.
bahwa nilai KTK tanah pada tiga
kemiringan lereng tidak berbeda nyata.
Faktor yang dapat meningkatkan KTK 25 21.14

Nilai Kejenuhan Basa Tanah(%)


tanah juga didasarkan pada jumlah fraksi 20
18.24
16.93
liat yang tersedia dalam tanah. Hal tersebut
15
selaras dengan pendapat Hardjowigeno
(2003) bahwa tanah-tanah dengan 10

kandungan bahan organik atau kandungan 5


liat yang rendah serta tanah yang berpasir
0
akan memiliki nilai KTK yang lebih rendah 15-30 % 30-45 % 45-65 %
pula. Kemiringan Lereng
Tanah dengan KTK rendah biasanya
Gambar 2. Nilai Kejenuhan Basa Tanah pada Tiga
didominasi oleh kation masam, Al, dan H+ Kemiringan Lereng
yang dapat mengurangi kesuburan tanah.
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji Nilai KB tanah tidak berbeda nyata
korelasi KTK terhadap nilai Ca dan Mg pada tiga lokasi penelitian karena terdapat
tanah yang berkorelasi nyata masing- faktor yang lebih besar yang dapat
masing memiliki nilai koefisien korelasi (r memberikan pengaruh selain dari
= 0.734*) dan (r = 0.802**) yang bersifat kemiringan lereng yang dianggap dapat
positif sehingga menunjukan hubungan menyebabkan tererosinya sifat kimia tanah
yang searah artinya rendahnya katin-kation yang lebih besar seperti KB. Nilai KB tanah
basa Ca dan Mg yang berpengaruh terhadap yang rendah juga dipengaruhi oleh nilai pH
rendahnya nilai pH (masam) pada tanah tanah yang rendah. Pernyataan tersebut
tersebut sehingga dapat menyebabkan nilai sejalan dengan penelitian Suarjana (2015)
KTK menjadi rendah. bahwa kejenuhan basa berhubungan erat
dengan pH tanah, sehingga tanah dengan
4. Kejenuhan Basa (KB) pH rendah mempunyai kejenuhan basa
Nilai KB tanah pada (Gambar 2) rendah, sedangkan tanah dengan pH tinggi
menunjukan bahwa pada setiap kemiringan mempunyai kejenuhan basa yang tinggi
lereng umumnya berkisar antara 16,93% pula. Satu di antara unsur hara tanah yang
hingga 21,14% dengan kriteria rendah mudah tercuci adalah nitrogen.
hingga sangat rendah. Hasil analisis KB
tanah pada lokasi penelitian menunjukan 5. N-total Tanah
nilai kejenuhan basa tanah <35% sehingga Nilai N-total yang cenderung tinggi
kesuburan tanahnya dapat dikatakan terdapat pada kemiringan lereng 15-30%
rendah. dengan nilai 0,48% dengan kriteria sedang
Kejenuhan Basa tanah yang rendah dan terendah terdapat pada kemiringan
mengindikasikan proses pencucian basa- lereng 45-65% dengan nilai 0,17% dengan
basa seperti K, Ca, Mg, dan Na tanah yang kriteria rendah. Sedangkan pada kemiringan
terjadi sangat intensif. Hal tersebut terlihat lereng 30-45% atau lereng tengah nilai N
dari hasil uji korelasi bahwa Ca dan Mg total sebesar 0,23% dengan kriteria sedang.
memiliki korelasi yang nyata terhadap KB
tanah secara berturut-turut dengan koefisien
nilai korelasi sebesar (r = 0.719*) dan (r =
0.712*). Koefisien korelasi tersebut bersifat
positif oleh karena itu rendahnya kation-

4
Tabel 3. Nilai N-total Tanah pada Tiga Kemiringan Lereng
Kemiringan Lereng N-total Kriteria
45-65 % 0,17 Rendah
30-45 % 0,23 Sedang
15-30 % 0,48 Sedang
Sumber: Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura 2021

Nilai N-total tanah terlihat pada Nilai P-total tanah pada (Gambar 3)
(Tabel 3) bahwa semakin tinggi kemiringan menunjukan bahwa pengukuran P-total
lereng maka semakin cenderung mengalami pada setiap kemiringan lereng memiliki
penurunan hal tersebut selaras dengan nilai sebesar 1,45 mg/100g pada kemiringan
rendahnya nilai kandungan bahan organik lereng 45-65% dan 1,68 mg/100g pada
tanah pada kemiringan lereng 45-65%. kemiringan lereng 15-30% dengan kriteria
Keadaan ini disebabkan karena vegetasi sangat rendah. Nilai P-total yang cenderung
penyumbang bahan organik ke dalam tanah, tinggi terdapat pada kemiringan lereng 30-
miskin akan kandungan unsur N, serta 45% yaitu 2,12 mg/100g.
suplai bahan organik dari vegetasi yang
tumbuh di atas tanah sedikit dan belum 25 21.2 P-total
sepenuhnya bahan orgnaik tersebut
Nilai P-total dan P-tersedia

20 16.8 P-tersedia
mengalami dekomposisi. Pernyataan 14.5
15.87
13.89
Tanah (ppm)

tersebut sejalan dengan penelitian Rahmi 15 10.98


dan Biantary (2012) bahwa vegetasi yang 10
tumbuh di atas tanah dan kecepatan
5
dekomposisinya merupakan faktor
penyebab perubahan terhadap kandungan N 0
45-65% 30-45% 15-30%
dalam tanah. Kemiringan Lereng
Hasil analisis N-total tanah Gambar 3. Niai P-total dan P-tersedia Tanah
menggunakan Uji-t ternyata menunjukan pada Tiga Kemiringan Lereng
nilai yang tidak berbeda nyata pada tiga
kemiringan lereng tersebut. Kandungan Nilai P-tersedia yang rendah di
Nitrogen yang cenderung rendah pada lokasi penelitian disebabkan rendahnya
kemiringan lereng yang >45% juga nilai pH tanah (masam) dengan nilai pada
disebabkan oleh curah hujan yang tinggi kisaran (4,29-4,66). Tanah yang masam
serta tekstur tanah pada lahan penelitian akan mengakibatkan ketersediaan unsur
yang didominasi oleh fraksi pasir sehingga hara P semakin rendah karena unsur hara P
pencucian dan penguapan N ke udara akan sangat erat hubungannya dengan pH tanah.
berlangsung dengan sangat cepat. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Firnia
Nitrogen merupakan unsur hara (2018) bahwa pada kebanyakan tanah
yang bersifat mobile dalam tanah sehingga ketersediaan P maksimum dijumpai pada
sangat dimungkinkan terjadi kehilangan kisaran pH antara 5,5-7.
akibat pencucian. Hal tersebut sejalan Faktor yang mempengaruhi
dengan pendapat Damanik dkk. (2010) rendanya P-tersedia tanah juga dapat di
bahwa kehilangan Nitrogen dari tanah lihat dari rendahnya nilai P-total tanah pada
terdiri dari kehilangan dalam bentuk gas lokasi penelitian. Hal ini dapat di lihat dari
(N2, N2O, NO, dan NH3), kehilangan akibat korelasi antara P-total terhadap P-tersedia
pencucian dan kehilangan hara bersama yang memiliki koefisien korelasi (r =
panen. 0.930**). Koefisien korelasi ini memiliki
hubungan yang searah karena bersifat
6. P-total dan P-tersedia Tanah positif oleh karena itu rendahnya nilai P-

5
total akan memberikan pengaruh juga bagi pertumbuhan tanaman, unsur hara K
terhadap rendahnya nilai P-tersedia. diserap dari tanah dalam bentuk ion K+
Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil
penelitian Pakpahan dkk (2019) bahwa 7. K-total dan K-dd Tanah
korelasi positif yang ditunjukkan oleh P- Hasil analis K-total tanah dari lahan
total dengan P-tersedia dapat diartikan penelitian menunjukan bahwa pada setiap
bahwa semakin menurunya nilai P-total kemiringan lereng memiliki nilai K-total
maka nilai P-tersedia akan semakin rendah. tanah secara berturut-turut yaitu pada
Hasil analisis data P-total dan P- kemiringan lereng 15-30% dengan nilai
tersedia tanah menggunakan Uji-t sebesar 9,49 mg/100gr, selanjutnya pada
menunjukan bahwa nilai P-total dan P- kemiringan lereng 30-45% yaitu 8,17
tersedia tanah pada tiga kemiringan lereng mg/100gr sedangkan pada kemiringan
tidak berbeda nyata. Selain dari faktor lereng 45-65% memiliki nilai 7,11%
kemiringan lereng, rendahnya nilai pH dan mg/100gr. Nilai K-total yang rendah karena
pasokan bahan organik tanah, kandungan P dipengaruhi oleh rendahnya pasokan input
dalam tanah juga dipengaruhi oleh faktor pupuk pada masing-masing lokasi titik
pengelolaan lahan seperti kegiatan pengamatan. Hal tersebut berdasarkan hasil
pemupukan P. Penambahan pupuk yang wawancara terhadap petani di lapangan
rendah di lokasi penelitian diduga menjadi bahwa pengelolaan yang kurang intensif
satu di antara penyebab rendahnya dan minimnya pemberian pupuk KCl.
kandungan P dalam tanah, sedangkan Agustina dkk (2016) menyebutkan
tanaman kelapa sawit membutuhkan unsur kapasitas input kalium tanah akibat ketidak
hara P dalam jumlah yang cukup besar. cukupan pemberian pupuk kalium
Selain unsur hara N dan P, unsur hara K anorganik sehingga rendahnya efisiensi
juga merupakan unsur hara makro penting penyerapan pupuk merupakan penyebab
rendahnya kadar K-total dalam tanah.

Tabel 4. Nilai K-total dan K-dd Tanah pada Tiga Kemiringan Lereng
K-total ekstark HCl 25% K-dd (cmol(+)kg-1)
Kemiringan Lereng (mg/100gr)
Nilai Status Nilai Status
45-65% 7,11 Sangat Rendah 0,06 Sangat Rendah
30-45 % 8,17 Sangat Rendah 0,08 Sangat Rendah
15-30 % 9,49 Sangat Rendah 0,14 Tinggi
Sumber: Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura 2021

Hasil Uji-t data K-total tanah Nilai KTK tanah yang rendah pada
menunjukan bahwa nilai K-total tanah pada masing-masing kemiringan lereng juga
tiga kemiringan lereng menunjukan bahwa mempengaruhi rendahnya kapasitas
nilai K-total tidak berbeda nyata. Faktor pasokan kalium dalam tanah. Nilai K-
yang juga memberikan pengaruh terhadap tertukar juga menunjukan hasil yang
nilai K adalah rendahnya C-organik bervariasi pada setiap kemiringan lereng.
mempengaruhi ketersediaan koloid organik Perbandingan nilai K-tertukar pada
(humus) di dalam tanah sehingga KTK kemiringan 15-30% dan 30-45%
tanah menjadi rendah dan kemampuan menunjukan nilai yang tidak berbeda nyata.
tanah untuk menjerap unsur hara K menjadi Sedangakan pada perbandingan kemiringan
rendah. 15-30% dan 45-65% kemudian 45-65% dan

6
30-45% memiliki nilai yang berbeda nyata. tersusun. Adapun beberapa diantara sifat
Hal tersebut sejalan dengan nilai K-total fisika tersebut adalah sebagai berikut.
yang cenderung lebih tinggi terdapat pada
kemiringan 15-30%. 1. Tekstur Tanah
Kandungan K-tertukar yang rendah Hasil analisis tekstur dari ketiga
pada lereng bagian atas diduga karena hara kemiringan lereng pada lahan penelitian
K mengalami pencucian akibat kadar air menunjukan bahwa tekstur pada tiga
yang tinggi pada waktu hujan sehingga kemiringan lereng berada pada kelas yang
terjadi akumulasi unsur K pada lereng sama yaitu lempung berpasir, yang
bagian bawah. Menurut Supriyadi (2007) ditampilkan pada (Tabel 5).
bahwa rendahnya unsur kalium di tanah Lahan dengan kemiringan 15-30%
tropika ada kaitannya dengan intensifnya tergolong kelas lempung berpasir dengan
pencucian yang terjadi oleh tingginya curah kisaran pasir 55,82%, debu 29,97%, liat
hujan di wilayah tersebut. 14,20%. Begitu pula lahan dengan
kemiringan 30-45% berada pada kelas
C. Sifat Fisika Tanah lempung berpasir dengan kisaran pasir
Sifat fisika tanah adalah sifat tanah 61,94%, debu 25,31%, liat 12,77%.
yang dapat diukur secara visual. Setiap Sedangkan lahan dengan kemiringan 45-
tanah memiliki sifat fisik yang tertentu, 65% berada pada kelas lempung berpasir
tergantung kepada sifat setiap dengan kisaran pasir 63,41%, debu 24,58%,
komponennya, jumlah komponen liat 12,00%.
penyusunnya, serta cara komponen tersebut

Tabel 5. Nilai Tekstur Tanah pada Tiga Kemiringan Lereng


Fraksi Tanah
Kemiringan Lereng Tekstur
Pasir Debu Liat
45-65% 63,41 24,58 12,00 Lempung Berpasir
30-45% 61,94 25,31 12,77 Lempung Berpasir
15-30% 55,82 29,97 14,20 Lempung Berpasir
Sumber: Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura 2021

Tanah pasiran pada umumnya 2. Bobot Isi Tanah


rendah kandungan bahan organiknya, Hasil analisis bobot isi tanah dari
sehingga jarang berada dalam ikatan lahan penelitian menunjukkan bahwa bobot
partikel tanah. Kandungan pasir yang tinggi isi tanah dengan nilai kisaran 1,19-1,28
pada lahan tersebut menyebabkan kapasitas gr/cm3 dengan kriteria sangat berat seperti
tanah untuk mengikat air menjadi rendah, yang ditampilkan pada (Gambar 4).
ruang antar partikel ini dikatakan longgar Nilai bobot isi tanah yang
shingga air cepat diteruskan. Hal ini sesuai cenderung tinggi pada kemiringan 15-30%
dengan Sutedjo dan Kartasapoetra (2002) dan 45-65% karena dipengaruhi oleh
yang menyatakan partikel pasir berbentuk pemadatan tanah akibat faktor pengelolaan
bulat dan tidak beratur dan jika tidak tanah yang lebih intensif. Pernyataan
diliputi oleh liat ataupun debu maka tersebut sejalan dengan Hardjowigeno
keadaannya akan mudah dipencarkan. (2007) menyatakan bahwa bobot isi tanah
dipengaruhi oleh, isi bahan organik,
pengelolaan tanah dan praktek budidaya
yang dapat merubah bobot isi dengan cepat.

7
1.28 D. Status Kesuburan Tanah
1.3
Hasil evaluasi satatus kesuburan
1.25 1.19 tanah pada lahan penelitian yang terdiri dari
Tanah(gram/cm3 )
Nilai Bobot Isi

1.2
tiga kemiringan lereng yaitu 15-30%, 30-
1.15 1.1
45% dan 45-65%. Kapasitas tukar kation,
1.1
kejenuhan basa, K-total, P-total dan C-
1.05
organik tanah secara bersama-sama menjadi
1
15-30% 30-45% 45-65%
faktor pembatas kesuburannya. Lereng pada
Kemiringan Lereng
kemiringan 45-65% dan 30-45% status
Gambar 4. Nilai Bobot Isi Tanah pada Tiga kesuburan tanah tersebut masuk dalam
Kemiringan Lereng
kelompok sangat rendah. Sedangkan lereng
dengan kemiringan 15-30% memiliki status
Bobot isi tanah pada kemiringan 30-
kesuburan yang tergolong rendah karena
45% cenderung lebih rendah karena adanya
nilai KB yang cenderung tinggi
pengaruh dari bahan organik tanah.
dibandingkan dengan kemiringan 30-45%
Pernyataan tersebut didukung oleh Afrianti
dan 45-65%.
dkk (2019) bahwa semakin besar
kejenuhan basa yang tinggi berarti
kandungan bahan organik yang terkandung
ketersediaan kation-kation basa cukup
dalam tanah, maka makin kecil nilai
banyak untuk keperluan tanaman dari segi
kerapatan partikelnya. Selain itu, dalam
hara tanah. Jumlah maksimum kation yang
volume yang sama, bahan organik memiliki
dapat dijerap tanah menunjukkan besarnya
berat yang lebih kecil daripada benda padat
nilai kapasitas tukar kation tanah tersebut.
tanah mineral sehingga jumlah bahan
Berikut dapat dilihat pada Tabel 6 nilai
organik dalam tanah mempengaruhi
status kesuburan tanah.
kerapatan butir.

Tabel 6. Nilai Status Kesuburan Tanah


KTK K2O C-
Kemiringan PO2O5 Status
(cmol(+) KB (%) (mg/ organik
Lereng (me/100g) Kesuburan
kg-1
) 100g) (%)
45-65% 7,09(R) 16,93(SR) 1,45(SR) 7,11(SR) 1,45(R) Sangat rendah
30-45% 7,00(R) 18,24(SR) 2,12(SR) 8,17(R) 1,49(R) Sangat rendah
15-30% 8,01(R) 21,14(R) 1,68(SR) 9,49(R) 1,70(R) Rendah
Keterangan: SR=(Sangat Rendah), R=(Rendah), T=(Tinggi), ST=(Sangat Tinggi)
Sumber: Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura 2021

KESIMPULAN kejenuhan basa, K-total, P-total dan C-


organik tanah.
Berdasarkan hasil pengamatan tanah
2. Lereng tidak berpengaruh nyata terhadap
di lapangan dan hasil analisis tanah
status kesuburan tanah pada beberapa
laboratorium, dapat disimpulkan bahwa :
parameter penelitian kecuali parameter
1. Status kesuburan tanah pada tiga
K-tersedia tanah pada perbandingan
kemiringan di lokasi penelitian tergolong
kemiringan 15-30% dan 45-65%
sangat rendah hingga rendah dengan
kemudian 45-65% dan 30-45% memiliki
faktor pembatas Kapasitas tukar kation,
nilai yang berbeda nyata atau signifikan.

8
DAFTAR PUSTAKA Sultan Ageng Tirtayasa. Jurnal
Agroekotek 10 (1) : 45 – 52.
Agustina, C., Rayes, M., L., Dan Kuntari, Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah.
M. 2020. Pemetaan Sebaran Status Penerbit Akademika Pressindo.
Unsur Hara N, P dan K Pada Jakarta.
Lahan Sawah di Kecamatan Turen,
Kabupaten Malang. Ispandi, Anwar. 2002. Pemupukan NPKS
Jurusan Tanah, Fakultas dan Dinamika Hara dalam Tanah
Pertanian, Universitas dan Tanaman Kacang Tanah di
Brawijaya. Vol 7 No 2 : 273-282. Lahan Kering Tanah Alfisol.
Penelitian Pertanian Tanaman
Afrianti, S. Mahardika P. Purba. dan Pangan, 21 (1): 48-56
Napitupulu, K. 2019. Karakteristik
Sifat Fisika Tanah pada Karim dan Hifnalisa. 2008. Kajian Awal
Berbagai Kelas Umur Tegakan Varietas Kopi Arabika Berdasarkan
Kelapa Sawit di PT. PP. London Ketinggian Tempat di Dataran
Sumatera Indonesia, Tbk Unit Sei Tinggi Gayo. Agrista1.
Merah Estate. Fakultas Agro Pakpahan, I., Guchi, H., dan Jamilah.
Teknologi Universitas Prima 2019. Pemetaan Kandungan P-
Indonesia. Jurnal Agroprimatech. Tersedia, P- Total dan
Arifin, M., Putri, N, D., Sandrawati, A, Logam Berat Kadmium
dan Harryanto, R. 2019. Pengaruh pada Lahan Sawah di Desa
Posisi Lereng terhadap Sifat Fisika Pematang Nibung Kecamatan
dan Kimia Tanah pada Inceptisols Medang Deras Kabupaten
di Jatinangor. Batu Bara. Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
[BPS] Badan Pusat Statistik 2019. Medan. Jurnal Agroekoteknologi
Statistik Kelapa Sawit FP USU. E- ISSN No.
Indonesia 2019. 2337-659. Vol.7.No.2,
Bintang., Guchi H., dan Simanjuntak G. Rahmi, A. dan Biantary, M., P. 2014.
2012. Perubahan Sifat Tanah Karakteristik Sifat Kimia Tanah
Ultisol Untuk Mendukung dan Status Kesuburan Tanah
Perumbuhan Tanaman Rosella Lahan Pekarangan dan Lahan
(Hibiscus sabdariffa L.) oleh Usaha Tani Beberapa Kampung di
Perlakuan Kompos dan Jenis Air Kabupaten Kutai Barat. Fakultas
Penyiram.Diakses dari Pertanian Universitas Samarinda.
http://digilib.unimed.ac.id Jurnal ZIRAA’AH, Volume 39
Damanik, V., Musa, L., Marbun, P., 2013. Nomor 1. ISSN 1412-1468.
Pengaruh Pemberian Kompos Kulit Sitorus, A., Sitorus, B., dan Sembiring, M.
Durian Dan Kompos Kulit Kakao 2015. Kajian Kesuburan Tanah
Pada Ultisol Terhadap Beberapa pada Lahan Pertanian di
Aspek Kimia Kesuburan Tanah. Kecamatan Lumban Julu
Jurnal Online Agroteknologi. Kabupaten Toba Samosir. Jurnal
Fakultas Pertanian USU Medan. Agroekoteknologi FP USU.
Firnia, Dewi. 2018. Dinamika Unsur Fosfor Subandiono, R., E., Suryani, E., dan
pada Tiap Horison Profil Tanah Subardja, D. 2014. Sifat-Sifat Tanah
Masam. Jurusan.Agroekoteknologi pada Lahan Potensial untuk
Fakultas Pertanian, Universitas Pengembangan Pertanian di Provinsi
Jambi dan Implikasi

9
Pengelolaannya. Jurnal Tanah dan Supriyadi, S. 2007. Kandungan Bahan
Iklim Vol. 38 No. 1. Organik Sebagai Dasar
Pengelolaan tanah di Lahan
Suarjana, I., W., Supadma, N., dan
Kering Madura.
Arthagama, I., D., M. 2015. Kajian
Status Kesuburan Tanah Sawah Sutedjo, M.M., Kartasapoetra, A.G.,
Untuk Menentukan Anjuran Sastroatmodjo, S. 2002.
Pemupukan Berimbang Spesifik Mikrobiologi Tanah. Rhineka
Lokasi Tanaman Padi di Kecamatan Cipta,Jakarta.
Manggis. Program Studi Wassmann, R., S.V.K. Jagadish, S. Heuer,
Agroekoteknologi, Fakultas A. Ismail, E. Redona, R. Serraj,
Pertanian, Universitas Udayana. E- R.K. Singh, G. Howell, H.
Jurnal Agroekoteknologi Tropika Pathak, dan K. Sumfleth. 2009.
ISSN: 2301-6515 Vol. 4, No. 4. Climate change affectingrice
Suharta, N. 2010. Karakteristik dan production: The physiological and
Permasalahan Tanah Marginal dari agronomic basis for possible
Batuan Sedimen Masam di adaptation strategies. Adv. Agron,
Kalimantan. Balai Besar Penelitian 101, 59–122.
dan Pengembangan Sumberdaya
Lahan Pertanian. Bogor. Jurnal
Litbang Pertanian.

10

Anda mungkin juga menyukai