The Effect of Land Use and Slope on C-Organic and Soil Permeability
in Sub Watershed Cisangkuy, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Oleh
Reza Septianugraha dan Abraham Suriadikusumah
ABSTRAK
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan C-organik dan permeabilitas yang terjadi di
Sub DAS Cisangkuy Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung dan juga pengaruh penggunaan lahan dan
kemiringan lereng terhadap C-organik dan permeabilitas tanah di Sub DAS tersebut. Penelitian ini dilakukan
dengan metode survei fisiografik secara bebas, peta satuan lahan di buat untuk keperluan dalam pengambilan
sampel dilapangan. Sebanyak 27 sampel didapatkan dari penggunaan lahan dan kemiringan lereng yang berbeda
di lapangan. Penggunaan lahan yang diamati adalah hutan, perkebunan, dan tegalan sedangkan kemiringan
lereng yang diamati adalah 8% - 15%, 16% - 25%, dan 26% - 40%. Hasil sampel yang sudah terkumpul
dianalisis di laboratorium untuk menentukan nilai kandungan C-organik dan permeabilitas tanah dan akan di
tentukan juga pengaruhnya terhadap penggunaan lahan dan kemiringan lereng menggunakan uji lanjut Duncan
Multiple Range Test.Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh penggunaan lahan dan kemiringan
lereng terhadap kandungan C-organik dan permeabilitas di Sub DAS Cisangkuy Kecamatan Pangalengan.
Penggunaan lahan hutan dengan kemiringan lereng 16 - 25% memberikan pengaruh terbaik tehadap kandungan
C-organik (4,21%) di bandingkan dengan perlakuan lainnya dan penggunaan lahan hutan dengan kemiringan
lereng 8 - 15% hanya memberikan pengaruh terbaik terhadap permeabilitas (12,87 cm/jam) dibandingkan
dengan perlakuan lainnya.
Kata kunci: C-Organik, permeabilitas tanah, Sub DAS Cisangkuy
ABSTRACT
The objectives of this studi were to know the soil C-organic content and soil permeability in Sub-
Watershed District Cisangkuy, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung as well as the effect of landuse
and slope on soil C-organic and soil permeability in the sub-watershed. The methode used was free
physiographic survey. Map units are made for the purpose of soil sampling in the field. Sample point to a total of
27 samples taken on a combination of land use and slope. The use of primary forest land is observed,
plantations, and farm / moor while the observed slope is 8% - 15%, 16% - 25%, and 26% - 40%. Results of
samples already in the analysis can be tested in the laboratory to determined the value of the C-organic and
permeability and will be specified as well as its effects on land use and slope using advanced Duncan’s test. The
results showed that there is the influence of land use and slope towards the C-organic and permeability in the
Sub-Watershed Cisangkuy of Pangalengan. A landuse of the escarpment forest with the slope 16 - 25% only
gave the best effect in custom content of C-organic(4,21%) and a landuse of the escarpment forest with the
slope 8 - 16% gave the best effect in custom content of permeability (12,87 cm/hour) in area of research
between other treatment.
158
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 18, No. 2, Oktober 2014
Citarum Hulu terbagi ke dalam lima Sub pengaruhnya dalam pengolahan lahan.
DAS yaitu: Cikapundung, Citarik, Cirasea, Penggunaan lahan dan kemiringan lereng
Cisangkuy dan Ciwidey (Perum Otorita sangat diperhatikan karena pengaruhnya
Jatiluhur, 1990). terhadap erosi tanah, pembentukan tanah,
Deforestasi dan degradasi DAS serta sifat-sifat tanah (biologi, fisik, dan
Citarum Hulu saat ini telah menjadi kimia tanah). Sifat-sifat tanah yang
perhatian pemerintah Indonesia. Proses dipengaruhi oleh dua faktor tersebut
degradasi lingkungan akan meningkatkan diantaranya adalah kandungan bahan
aliran permukaan dan erosi yang akut di organik dan nilai permeabilitas
daerah hulu DAS yang mengakibatkan tanah.Kemiringan lereng sangat
merosotnya produksi pertanian, selain itu berpengaruh terhadap proses pelapukan dan
secara musiman akan berdampak pada perkembangan tanah, pencucian dan
menurunya surplus dan defisit suplai air di pengangkutan tanah. Penggerusan tanah
daerah hilir. oleh air pada daerah berlereng juga
Pertumbuhan penduduk yang tinggi mengakibatkan tanah mulai terkikis dan
mengakibatkan kebutuhan akan lahan terangkut, pada akhirnya meninggalkan
semakin meningkat, sehingga dapat tanah yang kurang subur sehingga
menjadi suatu ancaman bagi lingkungan produktivitas tanah dan tanaman menurun.
hidup. Selama ini pemanfaatan sumberdaya Bermanakusumah (1978), mengungkapkan
lahan untuk kepentingan kegiatan bahwa kecepatan aliran permukaan yang
pembangunan telah mengakibatkan tinggi menyebabkan kapasitas
terganggunya keseimbangan lahan dan penghancuran semakin tinggi pula,
sumberdaya alam lainya. Berkurangnya sehingga apabila kemiringan semakin
hutan, hilangnya habitat alami, pencemaran curam maka akan lebih cepat pula tanah
dan erosi tanah menjadi permasalahan tersebut megalami penurunan kualitasnya.
yang semakin memperburuk kondisi Sub Penggunaan lahan mempengaruhi besarnya
DAS Cisangkuy. kandungan C-organik, nitrogen, fosfor,
Penelitian ini difokuskan pada kapasitas tukar kation (Maranon et al.,
wilayah Kecamatan Pangalengan, yang 2002), permeabilitas, porositas, infiltrasi
dominan merupakan daerah perkebunan, (Arifin et al., 2003), serta erosi tanah.
peternakan dan pariwisata. Daerah Pernyataan tersebut sejalan dengan
penelitian ini memiliki penggunaan lahan penelitian Yusrial et al. (2004), bahwa pada
dan kemiringan lereng yang beragam, dan lahan tegalan terjadi penurunan bahan
dua faktor tersebut selalu dipertimbangkan organik, permeabilitas dan porositas tanah.
159
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 18, No. 2, Oktober 2014
160
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 18, No. 2, Oktober 2014
Tabel 1. Kombinasi pengambilan contoh tanah pada setiap kelas kemiringan lereng dan
penggunaan lahan
Unit Penggunaan lahan Kemiringan lereng (%)
A Hutan 8 – 15
B Hutan 16 – 25
C Hutan 26 – 40
D Perkebunan 8 – 15
E Perkebunan 16 – 25
F Perkebunan 26 – 40
G Tegalan 8 – 15
H Tegalan 16 – 25
I Tegalan 26 – 40
Permasalahan penting yang dicermati dalam Setiap unit lahan yang telah di ambil
penelitian ini adalah kelas kemiringan dan sampelnya dan sudah di analisis, hasilnya
pola penggunaan lahan sehingga, dari dihitung persen C-organik dan
satuan fisiografis dibentuk satuan peta permeabilitasnya dan juga dilakukan uji
lahan yang dibedakan oleh penggunaan statistik untuk mengetahui pengaruh atas
lahan dan kemiringan lereng. penggunaan lahan dan kemiringan lereng
Survai dimaksudkan untuk mengecek terhadap C-organik dan permeabilitas
kelas kemiringan lereng dan penggunaan tanah.
lahan di lapangan. Pengamatan penggunaan
lahan dilakukan dengan rujukan peta HASIL DAN PEMBAHASAN
penggunaan lahan serta data penggunaan Pengaruh Penggunaan Lahan dan
Kemiringan Lereng Terhadap C-organik
lahan. Adapun pengamatan kemiringan
Analisis ragam menunjukkan bahwa
lereng dilakukan dengan menggunakan alat
penggunaan lahan dan kemiringan lereng
klinometer.
berpengaruh nyata terhadap kandungan C-
Pengambilan data tanah dari beberapa
organik dan hasil uji lanjut Duncan
contoh tanah bertujuan untuk menentukan
menunjukan bahwa nilai kandungan C-
beberapa sifat tanah. Pengambilan contoh
organik berbeda nyata pada setiap
tanah langsung dilakukan dengan membuat
kombinasi penggunaan lahan dan
minipit. Pengambilan contoh tanah utuh
kemiringan lereng.
dilakukan untuk penentuan permeabilitas
Terdapatnya pengaruh nyata pada
tanah dengan menggunakan ring sampler.
berbagai penggunaan lahan dan kemiringan
Pengambilan contoh tanah komposit
lereng diduga karena sudah tingginya
dilakukan untuk penentuan kelas tekstur
tingkat erosi di daerah penelitian, sehingga
dan kandungan bahan organik tanah.
161
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 18, No. 2, Oktober 2014
kandungan C-organik pada tanah sudah lain, pada lahan hutan dengan kemiringan
banyak tergerus, terlebih pada lereng yang lereng 8%-15% banyak masyarakat sekitar
curam dan pada lahan berkanopi kurang memanfaatkan ranting dan dahan kayu
rapat. Pengamatan di lokasi pengambilan hutan sebagai kayu bakar. Selain itu, pada
sampel khusunya pada lahan perkebunan daerah kemiringan lereng 8-15%
dan tegalan menunjukan adanya erosi alur masyarakat lebih mudah menjangkau lokasi
dengan pembentukan parit-parit sedalam 20 dibandingkan dengan kemiringan hutan 16-
cm dan tidak jarang batuan induk pun sudah 25%.
muncul di permukaan tanah. Secara umum terlihat bahwa
Berdasarkan uji Duncan (Tabel 2) penggunaan lahan non hutan menunjukan
memperlihatkan bahwa kandungan C- kadar C-organik yang relative rendah
organik tertinggi terdapat pada penggunaan dibandingkan dengan penggunaan lahan
lahan hutan dengan kemiringan lereng hutan, namun kerapatan vegetasi juga
16%-25%, dibandingkan dengan mempengaruhi terhadap kandungan c-
penggunaan lahan hutan dengan kemiringan organik, hal ini terlihat pada kondisi pada
lereng 8%-15% yang hanya memiliki lahan tegalan, rata-rata memiliki kandungan
kandungan C-organik terbesar kedua. Hal C-organik yang lebih rendah dibandingkan
ini diduga karena pada penggunaan hutan dengan lahan hutan dan perkebunan.
dengan kemiringan lereng 16-25% Rendahnya kandungan C-organik
memiliki vegetasi yang rapat, dan disebabkan pada lahan tegalan memiliki
banyaknya serasah dari sisa-sisa tanaman jumlah tegakan pohon yang lebih sedikit
yang terdekomposisi sehingga menjadi dibandingkan dengan unit satuan lahan
asupan C-organik ke dalam tanah. Disisi yang lain, sehingga kerapatan
Tabel 2. Pengaruh penggunaan lahan dan kemiringan lereng terhadap C-organik tanah (%)
Unit Variabel C-organik (%)
A Hutan (8 - 15%) 4,18 bc
B Hutan (16 - 25%) 4,21 c
C Hutan (26 - 40%) 4,08 abc
D Perkebunan (8 - 15%) 4,06 abc
E Perkebunan (16 - 15%) 4,01 ab
F Perkebunan (26 - 40%) 4,01 ab
G Tegalan (8 - 15%) 4,00 a
H Tegalan (16 - 15%) 3,99 a
I Tegalan (26 - 40%) 3,93 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
menurut uji Duncan pada taraf nyata 5%.
162
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 18, No. 2, Oktober 2014
163
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 18, No. 2, Oktober 2014
atas tanah juga menjadi besar energi dikarenakan terjadi pemadatan tanah yang
tersebut merupakan salah satu syarat disebabkan oleh pengolahan tanah yang
terjadinya erosi di suatu tempat. Setelah terus menerus, sehingga mengakibatkan
terjadi pengangkutan lapisan atas tersebut, berkurangnya porositas tanah. Gaya tekan
kandungan C-organiknya menjadi rendah, yang diberikan oleh alat pengolahan tanah
karena lapisan atas tanah yang kaya akan akan memperkecil ukuran pori-pori tanah
bahan organik ikut hanyut oleh aliran sehingga akan mengurangi kemampuan
permukaan menuju ke daerah yang lebih tanah tersebut dalam meloloskan air. Hal ini
landai. Hal senada diungkapkan oleh dibuktikan pada penggunaan lahan tegalan
Monde et al. (2008) bahwa system memiliki nilai permeabilitas yang lebih
pertanian yang relative terbuka rendah, jika dibandingkan dengan
memungkinkan terjadinya erosi sangat penggunaan lahan lainya.
besar, ketika terjadi aliran permukaan Pengolahan tanah pada lahan tegalan
sebagian besar c-organik terbawa erosi. lebih intensif dibandingkan pada lahan
Sebaliknya pada lahan hutan memiliki perkebunan. Sedangkan pada penggunaan
kandungan C-organik yang lebih tinggi, lahan hutan memiliki nilai permeabilitas
kondisi ini disebaban penumpikan bahan paling tinggi diantara penggunaan lahan
organic pada lantai hutan lebih banyak. lainnya, dikarenakan tidak adanya
Pengaruh Penggunaan Lahan dan pengolahan tanah. Arifin (2010)
Kemiringan Lereng Terhadap
menyatakan bahwa pengelolaan tanah yang
Permeabilitas Tanah
Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan intensif secara terus menerur tanpa
(Tabel 3). Hasil uji lanjut menunjukan berakibat pada permeabilitas tanah yang
kemiringan lereng memberikan respon yang Selain itu sistem perakaran diduga
Jenis penggunaan lahan diduga Hal ini dibuktikan pada lahan hutan yang
permeabilitas dari ada atau tidaknya dalam dan kokoh. Hutan juga memiliki
pengolahan tanah pada tiap-tiap jenis sistem penyangga kehidupan. Pohon yang
164
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 18, No. 2, Oktober 2014
Tabel 3. Pengaruh Penggunaan Lahan dan Kemiringan Lereng terhadap Nilai Permeabilitas
Tanah.
Unit Variabel Permeabilitas
(cm/jam)
A Hutan (8 - 15%) 12,87 d
B Hutan (16 - 25%) 12,08 cd
C Hutan (26 - 40%) 9,86 bcd
D Perkebunan (8 - 15%) 7,28 abc
E Perkebunan (16 - 15%) 7,53 abc
F Perkebunan (26 - 40%) 7,31 abc
G Tegalan (8 - 15%) 6,30 ab
H Tegalan (16 - 15%) 6,11 ab
I Tegalan (26 - 40%) 4,22 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
menurut uji Duncan pada taraf nyata 5%.
atas tanah. Dengan bantuan tumbuhan lantai humus sehingga pada saat hujan turun
hutan, serasah dan humus memiliki peranan butiran air hujan akan langsung mengenai
yang sangat penting bahkan lebih penting di permukaan tanah yang berakibat tanah
banding dengan tegakan pohon itu sendiri. tersebut terpecah dan lapisan atas dari tanah
Serasah dan humus berperan dalam tersebut akan terbawa aliran permukaan
meningkatkan pori tanah karena banyak yang diperparah dengan topografi daerah
disukai oleh organisme tanah sehingga penelitian yang sangat beragam sehingga
meningkatkan permeabilitas tanah dan energi aliran permukaan akan menjadi besar
mencegah butiran-butiran air hujan di daerah lahan berlereng miring selain itu
mengenai langsung permukaan tanah. sistem perakaran pada daerah ini kurang
Butiran-butiran tersebut yang akan mampu melakukan penetrasi sehingga pori-
menghancurkan agregasi tanah sehingga pori yang dihasilkan kurang baik di
tanah tersebut akan mudah terangkut saat bandingkan dengan pada penggunaan lahan
adanya aliran permukaan, selain itu secara hutan.
tidak langsung akar-akar tanaman dengan
selaput koloidalnya akan mengikat butir- KESIMPULAN
butir tanah, sehingga tanah menjadi remah 1. Jenis penggunaan lahan dan
dan memiliki pori yang baik. kemiringan lereng berpengaruh
Lain halnya yang terjadi pada terhadap kandungan C-organik dan
penggunaan lahan perkebunan dan tegalan, permeabilitas tanah di Sub DAS
pada penggunaan tersebut sangat sedikit Cisangkuy Kecamatan Pangalengan.
sekali di temukan serasah-serasah dan
165
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 18, No. 2, Oktober 2014
166