Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH KONSERVASI TERHADAP LAJU INFILTRASI DAN PRODUKSI TANAMAN SEMUSIM DI LAHAN KRITIS ULTISOL DAERAH

TANGKAPAN AIR (DTA) SINGKARAK PADA TAHUN KEEMPAT

(The Effect Of Conservation Tillage Against Infiltration Rate and Annual Crop Production at Ultisol, on Critical Land of Singkarak Water Catchment Area, in The Fourth Years )

Oleh : Dedi Suhartono Padang*, Aprisal dan Yulnafatmawita** *) Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Andalas **) Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas

ABSTRAK. Infiltrasi merupakan parameter yang penting dalam upaya mengetahui tingkat erosi dan kesuburan
tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cara pengolahan tanah konservasi, jenis tanaman, dan pengaruh interaksi dari pengolahan tanah dan jenis tanaman yang dibudidayakan terhadap infiltrasi tanah di lahan kritis DTA Singkarak. Penelitian telah dilaksanakan di Aripan dan dilanjutkan di Laboratorium Fisika Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang pada bulan Maret sampai dengan September 2012. Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi dengan perlakuan petak utama (3 cara pengolahan lahan marginal alangalang) dan anak petak (3 jenis tanaman) yang terdiri dari 3 ulangan. Data dianalisis statistic, bila uji F hitung > F tabel (berbeda nyata) maka dilakukan uji lanjut Duncans New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan tanah dan interaksi antara cara pengolahan tanah dan penanaman jenis tanaman tidak berpengaruh terhadap laju infiltrasi, namun jenis tanaman semusim berpengaruh terhadap laju infiltrasi. Dari ketiga jenis tanaman, laju infiltrasi tercepat terdapat pada kacang tanah sebesar 6,49 cm/jam. Produksi tanaman tertinggi (dihitung dalam rupiah) terdapat pada kacang tanah (87.750 rupiah/petak), diikuti tanaman jagung (59.111 rupiah/petak), dan yang terendah terdapat pada kedelai (25.511rupiah/petak). Kata kunci : Pengolahan Tanah Konservasi, Infiltrasi, Lahan Kritis.

Abstract Infiltration is an important parameter to determine the level of erosion and soil fertility. This research aimed to identify the effect of conservation tillage methods, crop types, and the interaction effect of both on soil infiltration in the critical lands of DTA (water catchment area) Singkarak. This research was carried out in Aripan and continued in Soil Physical Laboratory, Faculty of Agriculture, Andalas University, Padang from March until September 2012. This research used a split plot design with the main plot was (3 types of soil tillage) and subplot was types of crop, with three replications. The data were analyzed statistically for the varience, if F count> F table (significantly different), then conducted a further test using Duncan's New Multiple Range Test (DNMRT) at the 5% significance level was conducted. The result of the research showed that the soil tillage and interaction between soil tillage methods and types of crop did not affect the rate of infiltration, but the types of crops affected the infiltration rate. Of the three types of crop, the fastest rate of infiltration was found in peanut plots was 6.49 cm/hour. The highest crop production (counted in Rupiahs) was peanuts (Rp 87,750 /plot), followed by maize (Rp 59,111/plot), and the lowest was in soybean (Rp 25,511/plot). Keywords: Conservation Soil Cultivation, Infiltration, Critical land

PENDAHULUAN Indonesia memiliki iklim dengan kondisi curah hujan dan suhu yang tinggi, khususnya Indonesia bagian barat. Hal ini menyebabkan tanah-tanah di Indonesia didominasi oleh tanah berpelapukan lanjut seperti Ultisol dan Oxisol. Secara alamiah tanah-tanah ini tergolong tanah marjinal dan mudah terdegradasi menjadi lahan kritis. Degradasi Ultisol dan Oxisol semakin cepat karena adanya pengaruh pengelolaan yang tidak mempertimbangkan kemampuan dan kesesuaian lahan. Salah satu sifat fisik tanah yang penting untuk diketahui adalah laju infiltrasi. Infiltrasi adalah suatu istilah yang diterapkan pada proses masuknya air kedalam tanah umumnya oleh aliran ke bawah melalui seluruh atau sebagian permukaan tanah. Kecepatan proses ini relatif terhadap kecepatan pemberian air, sehingga akan menentukan berapa banyak air yang memasuki zona perakaran serta berapa banyak yang akan menjadi aliran permukaan. Hal ini berhubungan dengan besar kecilnya aliran permukaan yang terjadi. Lahan marjinal yang ditumbuhi alang-alang di daerah Tangkapan Air Singkarak khususnya di Nagari Aripan Kabupaten Solok penyebarannya cukup luas. Menurut Agus (2004), Danau Singkarak memiliki luas DTA sekitar 129.000 ha dimana sekitar 39.000 ha atau 30% luasnya merupakan lahan kritis yang banyak ditumbuhi alang-alang. Jenis tanah pada DTA ini didominasi oleh Ultisol yang memiliki sifat fisik yang buruk seperti pori tanah didominasi pori mikro, BV yang tinggi, TRP yang rendah, BO yang rendah, dan agregat tanah yang kurang mantap. Prasetyo dan Suriadikarta (2006), menyatakan bahwa permasalahan Ultisol dicirikan oleh adanya akumulasi liat pada horizon bawah permukaan (Horizon Argilik) sehingga mengurangi daya resap air dan meningkatkan aliran permukaan serta erosi tanah. Horizon argilik umumnya kaya akan Al sehingga peka terhadap perkembangan akar tanaman, yang menyebabkan akar tanaman tidak dapat menembus horizon ini dan hanya berkembang diatas horizon argilik. Kurang mantapnya agregat tanah dan bahan organik menyebabkan pori mikro mendominasi Ultisol sehingga aliran permukaan air kedalam tanah tidak dipertahankan menyebabkan resapan

air ke dalam tanah berkurang sehingga berpengaruh terhadap laju infiltrasi . Berkurangnya air masuk ke dalam tanah karena tersumbatnya pori-pori tanah oleh percikan air, sehingga jumlah aliran permukaan meningkat yang akan menyebabkan terjadinya erosi. Akibat dari rendahnya laju infiltrasi ini membuat tanah menjadi bertambah padat sehingga akar lebih sulit untuk berkembang. Olah tanah konservasi salah satu upaya agar dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah menjadi lebih menguntungkan pertumbuhan tanaman. Untuk memperbaiki pori tanah perlu dilakukan pengolahan tanah yang intensif, dengan pengolahan yang benar maka apabila air hujan jatuh ke tanah dapat meresap ke dalam tanah dan mengurangi aliran permukaan air. Air yang tersimpan di dalam tanah dapat menjadi cadangan untuk tanaman pada musim kemarau. Selain dapat mengatur ketersediaan air, infiltrasi yang baik juga dapat mengatur udara di dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman dengan pori tanah yang meningkat (Saidi, 2006). Berlatar belakang dari informasi diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pengolahan Tanah Konservasi Terhadap Laju Infiltrasi Dan Produksi Tanaman Semusim Di Lahan Kritis Ultisol Daerah Tangkapan Air (DTA) Singkarak Pada Tahun Keempat. Tujuan penelitian ini adalah 1) mengetahui pengaruh cara pengolahan tanah konservasi terhadap infiltrasi tanah di lahan kritis DTA Singkarak, 2) mengetahui pengaruh jenis tanaman yang dibudidayakan terhadap infiltrasi tanah, 3) mengetahui interaksi antara pengolahan tanah konservasi dan jenis tanaman terhadap infiltrasi tanah BAHAN DAN METODA Penelitian ini telah dilaksanakan pada Lahan kritis Ultisol yang ditumbuhi alang-alang di Jorong Data Tampunik, Kanagarian Aripan, Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat, dimulai dari bulan Maret sampai dengan September 2012. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Petak Terbagi (RPT). Petak utama terdiri atas tiga macam cara pengolahan tanah, P1 (alang-alang dibakar + tanah diolah secara konvesional), P2 ( tanah diolah secara konvesional + alang-alang

dijadikan mulsa, dan P3 (tanah diolah secara konvesional + kapur + kompos alang-alang + pupuk kandang). Anak petak terdiri atas jenis tanaman semusim, T1 (jagung), T2 (kedelai) dan T3 (kacang tanah). Petak utama dibuat dengan ukuran 2,5 m x 18 m dan membaginya menjadi 3 anak petak dengan tiga kali ulangan. Contoh tanah awal merupakan data akhir penelitian sebelumnya (Putra, 2011), contoh tanah akhir diambil setelah 3 bulan tanah diperlakukan. Contoh tanah diambil pada lapisan (kedalaman) 0 20 cm, pada setiap petak percobaan untuk dianalisis sifat-sifat tanahnya. Penyulaman,

pemupukan, dan pemiliharaan tanaman dilakukan selama percobaan berlangsung. Parameter yang diamati terdiri dari 1) analisis sifat fisika tanah, meliputi berat volume (BV), total ruang pori (TRP), dan bahan organik (BO) tanah. BV dan TRP tanah ditetapkan dengan metode Ring. Pengukuran BO tanah dengan metoda Walkley dan Black, dan 2) pengamatan curah hujan, aliran permukaan, erosi tanah, dan produksi tanaman di lapangan. Data hasil penelitian dianalisis dengan ANOVA menggunakan program Statistik 8.0, dan apabila berbeda nyata maka diuji lanjut dengan uji DNMRT (Duncans New Multiple Range Test) pada taraf 5 %. III) yang meliputi pengaruh pengolahan tanah dan jenis tanaman terhadap sifat fisika tanah yang meliputi berat volume (BV), total ruang pori (TRP), bahan organik (BO) dan laju infiltrasi tanah, yang selanjutnya hasil analisis tanah awal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Sifat Fisika Tanah Musim Ketiga Data hasil analisis sampel tanah awal pada daerah penelitian di Kanagarian Aripan, Kabupaten Solok merupakan data hasil akhir dari penelitian sebelumnya (Penelitian Tahun

Tabel 1. Pengaruh pengolahan tanah dan jenis tanaman terhadap sifat fisika tanah hasil penelitian musim tanam ketiga
Parameter Tekstur Pasir (%) Debu (%) Liat (%) Bobot Volume (g/cm3) P1(alang-alang dibakar + konvesional) P2 (konvesional + alang-alang dijadikan mulsa) P3 (konvesional + kapur + kompos alang-alang + pupuk kandang) Bahan Organik (%) P1(alang-alang dibakar + konvesional) P2 (konvesional + alang-alang dijadikan mulsa) P3 (konvesional + kapur + kompos alang-alang + pupuk kandang) Total Ruang Pori P1(alang-alang dibakar + konvesional) P2 (konvesional + alang-alang dijadikan mulsa) P3 (konvesional + kapur + kompos alang-alang + pupuk kandang) Laju Infiltrasi P1(alang-alang dibakar + konvesional) P2 (konvesional + alang-alang dijadikan mulsa) P3 (konvesional + kapur + kompos alang-alang + pupuk kandang)
*) Lembaga Penelitian Tanah (LPT) Bogor, 1979

Nilai 9,22 37,82 52,92 1,26 1,08 1,14 8,31 8,95 9,95 46,28 55,84 53,27 5,04 6,26 6,62

Kriteria*

Liat

Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah Sedang lambat Sedang lambat Sedang lambat

Dari Tabel 1 terlihat tekstur tanah adalah liat. Sesuai dengan hasil penelitian Yulnafatmawita (2007) bahwa tanah Ultisol bertekstur lempung berpasir hingga liat, hal ini berarti kemampuan retensi air yang sangat

tinggi. Akan tetapi, jumlah air yang tersedia bagi pertumbuhan tanaman tidak linier dengan kemampuan retensi dan total ruang pori, tetapi ditentukan oleh jumlah pori. Jika tanah mempunyai bahan organik yang rendah maka

tanah ini akan kekurangan oksigen bagi pertumbuhan tanaman atau aerase yang kurang lancar. Pada kondisi yang demikian terlihat bahwa tekstur tanah sangat mempengaruhi laju infiltrasi, semakin kasar tekstur tanah semakin cepat air masuk ke dalam tanah. Menurut Sarief (1985) dalam tekstur tanah, perbedaan komposisi antara pasir, debu, liat akan menyebabkan laju infiltrasi yang berbeda pula. Selain mempengaruhi infiltrasi, tekstur juga dapat mempengaruhi sifat fisika lainnya seperti berat volume (BV) dan total ruang pori (TRP). Dari hasil analisis didapatkan nilai BV tertinggi pada pengolahan tanah konvensional. Nilai BV tanah menentukan tingkat kepadatan suatu tanah serta perkembangan terhadap akar tanaman. Pada tanah yang padat akar sukar menembus tanah dan berkembang (Yulnafatmawita, 2007). Berat volume tanah juga mempengaruhi laju infiltrasi, semakin tinggi nilai BV pada tanah dengan tekstur sama maka laju infiltrasi semakin lambat. Selanjutnya, nilai BV tanah akan berpengaruh pada total ruang pori tanah.

Semakin tinggi berat volume tanah maka akan semakin rendah total ruang porinya atau berbanding terbalik. Dalam hal ini, tanah Ultisol bertekstur liat memiliki total ruang pori yang tinggi tetapi didominasi oleh pori mikro, sehingga aerase kurang lancar. Kandungan bahan organik tanah juga mampu memodifikasi tekstur tanah. Tanah yang ditambahkan bahan organik akan lebih stabil dan mempunyai pori makro dan mikro yang lebih seimbang dalam mengikat air dan udara. Dari hasil analisis yang dilakukan kandungan bahan organik pada Ultisol tergolong kriteria rendah, hal ini menyebabkan agregat tanah menjadi tidak mantap sehingga kemampuan lahan untuk memasukkan air lebih sedikit sehingga laju infiltrasi lambat (Soepardi, 1983). Dengan penambahan bahan organik diduga pori tanah menjadi stabil sehingga udara dan air tersedia didalam tanah menjadi seimbang. Dengan perbaikan sifat fisik tanah diduga akar tanaman berkembang lebih baik.

Analisis Sifat Fisika Tanah Tahun Keempat Bahan Organik Tanah Hasil penetapan kandungan bahan organik tanah pada berbagai pengolahan tanah dan tanaman disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Pengaruh interaksi antara pengolahan tanah dan jenis tanaman terhadap bahan organik tanah Jenis Tanaman (T) Perlakuan
Jagung (T1) Kedelai (T2) Kacang Tanah (T3)

Pengolahan Tanah (P)

Bahan Organik (%)

P1
(Alang-alang dibakar + konvesional )

3,36 A
a

3,47 A
c

3,63 A
b

P2
(Konvesional + Mulsa alang-alang)

4,13 A
a

4,14 A
b

3,61 B
b

P3
(Konvesional + Kapur + Kompos alang-alang + Pupuk kandang)

4,12 B
a

4,93 A
a

5,02 A
a

Keterangan : Huruf kecil dibaca vertikal, untuk membandingkan antara perlakuan P pada T yang sama. Sedangkan huruf besar dibaca horizontal, untuk membandingkan T pada perlakuan P yang sama.

Dari analisis statistik terlihat bahwa pengolahan tanah memberikan hasil nyata dalam peningkatakan bahan organik tanah. Sedangkan perlakuan jenis tanaman semusim memberikan hasil yang berbeda tidak nyata. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa interaksi pengolahan tanah konvensional dengan pukan,

kompos, dan kapur memberikan interaksi yang nyata. Pengolahan dengan pukan, kompos, dan kapur paling berpengaruh dalam peningkatan bahan organik. Kandungan bahan organik tanah terendah terdapat pada interaksi pengolahan tanah konvensional. Dari jenis tanaman terlihat tanaman kedelai dan kacang tanah pada

pengolahan tanah konvensional yang ditambahkan dengan pemberian kapur,pukan, dan kompos yang tertinggi. Untuk memperbaiki sifat fisik Ultisol seperti kandungan bahan organik yang rendah, laju infiltrasi yang lambat dan peka terhadap erosi, maka dengan pengolahan tanah yang ditambahkan bahan organik (pukan dan kompos) dan kapur pada Ultisol yang paling Berat Volume Tanah Hasil penetapan berat volume tanah memperlihatkan bahwa cara pengolahan tanah dan penanaman jenis tanaman semusim yang dilakukan berpengaruh tidak nyata terhadap BV

direkomendasikan. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Prasetyo dan Suriadikarta (2006), bahwa peningkatan produktivitas tanah Ultisol dapat dilakukan melalui perbaikan tanah (ameliorasi), pemupukan dan pemberian bahan organik, diantara ketiga cara tersebut penambahan bahan organik yang paling direkomendasikan.

tanah. Nilai BV akibat perbedaan cara pengolahan tanah dan penanaman berbagai jenis tanaman semusim dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh pengolahan tanah dan jenis tanaman terhadap berat volume tanah Perlakuan BV (g/cm3)
Pengolahan Tanah (P) P1 (alang-alang dibakar + konvesional ) P2 (konvesional + mulsa alang-alang) P3 (konvesional + kapur + kompos alang-alang + pupuk kandang) Jenis Tanaman (T) T1 (Jagung) T2 (Kedelai) T3 (Kacang tanah) 1,13 a 1,07 a 1,01 a 1,06 a 1,04 a 1,11 a

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak nyata menurut uji lanjut DNMRT pada taraf 5 %.

Dari analisis statistik (Tabel 3) terlihat bahwa cara pengolahan tanah yang dilakukan belum nyata menurunkan BV tanah. Kandungan bahan organik yang dalam kriteria sedang menjadi salah satu faktor BV tanah belum terlihat meningkat secara nyata. Namun bila dibandingkan dari hasil analisis tanah awal, maka nilai BV tanah mengalami penurunan untuk semua perlakuan. Penurunan ini mampu merubah kriteria BV tanah dari tinggi menjadi sedang (LPT, 1980 dalam Luki (2009). Penurunan nilai BV disebabkan oleh beberapa faktor seperti pengolahan tanah yang sempurna pada berbagai perlakuan sehingga tanah menjadi gembur. Faktor yang mampu menurunkan nilai BV tanah yaitu penambahan bahan organik kedalam tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarief (1989) bahwa semakin tinggi bahan

organik suatu tanah maka BV semakin menurun. Dengan penambahan bahan organik kedalam tanah maka kualitas sifat fisik tanah meningkat seperti laju infiltrasi tidak terhambat, pembentukan pori tanah yang baik (menciptakan rongga-rongga atau pori-pori yang lebih seimbang) sehingga agregat tanah semakin mantap infiltrasi meningkat. Pada perlakuan penanaman jenis tanaman semusim, nilai BV tanah terendah terdapat pada tanaman kedelai. Hal ini diduga karena faktor jarak tanam yang lebih rapat dibandingkan tanaman jagung dan kacang tanah, Selain itu akar tanaman kedelai yang lebih dalam dan cepat beradaptasi didalam tanah terlihat dari rambut akar yang lebih banyak dibandingkan jagung dan kacang tanah.

Total Ruang Pori (TRP) Tanah Hasil penetapan total ruang pori (TRP) tanah dari berbagai cara pengolahan tanah dan jenis tanaman disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh pengolahan tanah dan jenis tanaman terhadap total ruang pori tanah Perlakuan TRP (%) Pengolahan Tanah (P) P1 (alang-alang dibakar + konvesional) 56,18 a P2 (konvesional + mulsa alang-alang) 58,49 a P3 (konvesioanl + kapur + kompos alang-alang + pupuk kandang) 60,64 a Jenis Tanaman (T) T1 (Jagung) T2 (Kedelai) T3 (Kacang tanah) 58,98 a 59,46 a 56,86 a

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak nyata menurut uji lanjut DNMRT pada taraf 5 %.

Pada Tabel 4 terlihat bahwa pengolahan tanah konvensional + alang-alang dibakar, konvensional + mulsa, dan konvensional + kapur +pukan + kompos berbeda tidak nyata terhadap total ruang pori Ultisol. Dari Tabel 4 terlihat pada jenis tanaman semusim (jagung, kedelai, dan kacang tanah) berbeda tidak nyata terhadap TRP. Selain dipengaruhi BV tanah berbeda tidak nyata, nilai TRP diduga juga dipengaruhi oleh BO yang ditambahkan kedalam tanah. Adanya kecenderungan penurunan TRP pada pengolahan konvensional dan tanaman kacang tanah karena ada faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti tingginya berat volume tanah, rendahnya kandungan BO, perakaran, vegetasi (tanaman) yang tumbuh diatasnya turut mempengaruhi, melalui penutupan lahan dan sistem perakaran tanaman. Menurut Buckman dan Brady (1982 cit putra, 2011) bahwa pada lahan terbuka dengan

vegetasi yang tidak rapat, jatuhnya butir-butir hujan akan lebih mudah sampai permukaan tanah dan menyebabkan hancurnya agregat yang lebih banyak menjadi butir-butir yang lebih kecil dan menutupi pori tanah akibatnya TRP menjadi rendah dan BV tanah meningkat. Dengan berbagai cara pengolahan tanah terlihat perbedaan dari nilai BV dan TRP. Hal ini disebabkan karena cara pengolahan tanah yang dilakukan berdasarkan banyaknya bahan organik yang ditambahkan kedalam tanah, sehingga terlihat sifat fisik tanah yang mulai membaik. Pengolahan tanah intensif menyebabkan tanah menjadi gembur untuk sementara waktu, tetapi dengan pemberian pupuk kandang, kompos dan kapur maka kualitas tanah lebih baik dari pori tanah yang lebih seimbang (tanah menjadi lebih remah) oleh bahan organik yang merangsang terjadinya granulasi sehingga agregat tanah menjadi lebih stabil.

Pengamatan Curah Hujan, Infiltrasi Tanah, dan Produksi Tanaman di Lapangan Pengamatan Curah Hujan Intensitas Curah hujan umumnya (mm/jam). Jumlah curah hujan selama 3 bulan dinyatakan dalam satuan yang sama dengan penelitian ditampilkan pada Gambar 1. satuan laju infiltrasi, yaitu millimeter per jam

175

163,17 mm

Curah Hujan (mm)

150 125 100 75 50 25 0 Juni Juli Agustus 36,32 mm 94,96 mm

Bulan Pengamatan

Gambar 1. Jumlah curah hujan selama 3 bulan penelitian. Dari Gambar 1 terlihat bahwa selama penelitian curah hujan yang diamati di lokasi penelitian pada bulan Juni, Juli dan Agustus yang berkisar antara 36,32 mm 163,17 mm. Jumlah curah hujan tertinggi selama penelitian terdapat pada bulan Juli (163, 17 mm) dan terendah pada bulan Agustus (36,32 mm). Salah satu faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi adalah curah hujan. Pada proses laju infiltrasi saat hujan maka terjadi peningkatan volume tanah dengan kandungan air yang mengisi pori-pori tanah. Air hujan meresap ke Pengamatan Laju Infiltrasi Hasil penetapan laju infiltrasi pada hasil perlakuan cara pengolahan tanah dan dalam tanah maka kadar lengas tanah meningkat hingga mencapai kapasitas lapang. Pada kondisi kapasitas lapang air yang masuk menjadi perkolasi dan mengisi daerah yang lebih rendah energi potensialnya sehingga mendorong terjadinya aliran antara (interflow) dan aliran bawah permukaan lainnya (base flow). Air yang berada pada lapisan air tanah jenuh dapat pula bergerak ke segala arah (ke samping dan ke atas) dengan gaya kapiler atau dengan bantuan penyerapan oleh tanaman melalui tudung akar.

penanaman jenis tanaman semusim disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengaruh pengolahan tanah dan tanaman terhadap laju infiltrasi pada tahun keempat Perlakuan Laju Infiltrasi (cm/jam) Pengolahan Tanah (P) P1 (alang-alang dibakar + konvesional ) 5,64 a P2 (konvesional + mulsa alang-alang) 6,00 a P3 (konvesional + kapur + kompos alang-alang + pupuk kandang) 6,24 a Jenis Tanaman (T) T1 (Jagung) T2 (Kedelai) T3 (Kacang tanah) 5,53 b 5,82 ab 6,49 a

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak nyata menurut uji lanjut DNMRT pada taraf 5 %.

Hasil analisis statistik yang dapat dilihat pada Tabel 5, menunjukkan bahwa laju infiltrasi pada cara pengolahan tanah konvensional+alang-alang dibakar,konvensional + mulsa dan konvensional +kapur +pukan +kompos berbeda tidak nyata. Hal ini disebabkan jenis tekstur tanah liat yang terdapat

pada lahan yang dikelola. Syarief (1989), menjelaskan bahwa tekstur tanah turut menentukan tata air dalam tanah, yaitu mempengaruhi kecepatan laju infiltrasi, penetrasi dan kemampuan pengikatan air oleh tanah. Selain itu perlakuan yang diberikan berpengaruh tidak nyata dalam memperbaiki

sifat fisik tanah seperti nilai BV dan TRP tanah (lihat Tabel 3 dan 4) yang manjadi faktor-faktor yang mempengaruhi proses laju infiltrasi, sehingga laju infiltrasi berbeda tidak nyata. Pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa laju infiltrasi pada perlakuan kacang tanah berbeda nyata dengan perlakuan jagung, namun berbeda tidak nyata pada jenis tanaman kedelai. Hal ini disebabkan pada perlakuan kacang tanah memiliki penutupan kanopi tanaman yang besar, yang mana menurut Ziliwu (2002) penutupan kanopi tanaman yang besar berfungsi dalam meredam pukulan butir-butir air hujan secara langsung pada permukaan tanah, sehingga mengurangi penyumbatan pori tanah,

menghambat aliran permukaan, sehingga air terinfiltrasi lebih besar. Selain itu tanaman juga akan menyumbangkan bahan organik yang tinggi kedalam tanah. Tanah dengan bahan organik yang tinggi akan mempunyai makro pori yang lebih banyak dan lebih stabil bila diairi. Tanah dengan bahan organik rendah akan lebih padat sehingga mengakibatkan sulitnya air terinfiltrasi. Harto (1993) menjelaskan bahwa untuk satu jenis tanah yang sama dengan pemadatan yang berbeda mempunyai laju infiltrasi yang berbeda pula. Untuk melihat kurva laju infiltrasi model Horton dapat dilihat pada Gambar 2.

10.00 9.00 8.00

P1T1 P2T1 P3T1

P1T2 P2T2 P3T2

P1T3 P2T3 P3T3

Laju Infiltrasi (Cm)

7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 0.17 0.33 0.50 0.67 0.83 1.00 1.17 1.33 1.50

Waktu (Jam) Gambar 2. Kurva laju infiltrasi model Horton Dari Gambar 2, terlihat laju infiltrasinya menunjukan hasil bahwa vegetasi (tanaman) berpengaruh terhadap laju infiltrasi. Dari Gambar 2 laju infiltrasi tertinggi terlihat pada pengolahan tanah konvensional + kapur + pukan + kompos yang ditanami kacang tanah menunjukkan hasil yang paling tinggi. Hal itu karena sistem perakaran tanaman akan menciptakan total ruang pori yang lebih tinggi, sehingga laju infiltrasi meningkat. Seta (1992) menyatakan pori makro tanah juga terbentuk oleh akar tanaman. Akar tanaman akan memasuki celah-celah dan membuat lubanglubang baru, lubang yang semula kecil akan menjadi besar yang disebabkan membesarnya akar yang terus tumbuh, kemudian akar tanaman yang telah mati akan membusuk dan meninggalkan bekas yang dapat berfungsi sebagai saluran air. Hal ini sejalan dengan tingginya kandungan bahan organik tanah dan nilai TRP tanah pada masing-masing perlakuan, kandungan bahan organik tanah tertinggi terdapat pada perlakuan konvensional + kapur + pukan +kompos, kemudian konvensional + mulsa dan terendah pada perlakuan konvensional+alang-alang dibakar. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Juanda et al. (2003), bahwa penurunan kandungan bahan organik tanah akan berakibat kurang terikatnya butir-butir primer menjadi agregat oleh bahan organik sehingga porositas tanah menurun, penurunan porositas tanah dapat berakibat penurunan terhadap laju infiltrasi.

Hasil Produksi Tanaman Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan cara pengolahan tanah dan penanaman jenis tanaman semusim berpengaruh nyata terhadap hasil produksi tanaman, namun interaksi antar kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap hasil produksi tanaman. Hasil pengamatan produksi tanaman hasil perlakuan cara pengolahantanah dan penanaman berbagai jenis tanaman semusim disajikan pada Tabel 6.

Pada Tabel 6, hasil produksi tanaman dikonversikan ke Rupiah (Rp) berdasarkan harga pasar untuk masing-masing tanaman pada saat panen, bertujuan untuk menyamakan unit satuannya, sehingga memudahkan dalam analisis statistiknya. Selain itu untuk melihat jumlah rupiah yang didapatkan, bila petani setempat mengusahan budidaya jenis tanaman tersebut.

Tabel 6. Pengaruh pengolahan tanah dan jenis tanaman terhadap produksi tanaman setelah dikonversikan ke rupiah (Rp) Perlakuan Produksi Tanaman (rupiah/petak) Pengolahan Tanah (P) P1 (alang-alang dibakar + konvesional) 47.106 b P2 (konvesional + mulsa alang-alang) 46.072 b 79.194 a P3 (konvesional + kapur + kompos alang-alang + pupuk kandang) Jenis Tanaman (T) T1 (Jagung) T2 (Kedelai) T3 (Kacang tanah) 59.111 b 25.511 c 87.750 a

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak nyata menurut uji lanjut DNMRT pada taraf 5 %.

Perlakuan cara pengolahan tanah konvensional+kapur+pukan+kompos memperlihatkan hasil produksi tanaman tertinggi (Tabel 6) dan berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan cara pengolahan tanah lainnya (konvensional+alangalang dibakar dan konvensional+mulsa). Hal ini disebabkan pada perlakuan cara pengolahan tanah konvensional +kapur +pukan +kompos, pemberian pupuk kandang dan kompos alangalang yang dilakukan memberikan sumbangan bahan organik yang besar kedalam tanah, sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah. Tanah yang subur merupakan media tumbuh yang baik bagi tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman dapat optimal dan dapat berproduksi dengan baik. Menurut Utomo (2008), BO mampu memperbaiki sifat fisik tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation, menambahh kemampuan tanah menahan air, dan meningkatkan biologi tanah. pada beberapa tanah masam bahan organik dapat meningkatkan pH tanah (menetralkan Al dengan membentuk Al Organik). BO juga dapat

meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah melalui khelat. Perlakuan cara pengolahan tanah konvensional + kapur + pukan + kompos mampu memberikan keuntungan sekitar 32.088 33.122 rupiah/petak dibandingakan perlakuan cara pengolahan tanah konvensional+alangalang dibakar dan konvensional+mulsa, bila diterapkan oleh petani setempat pada saat penelitian dilaksanakan (Tabel 6). Sedangkan untuk perlakuan penanaman jenis tanaman semusim, hasil produksi tertinggi terdapat pada perlakuan kacang tanah yaitu sebesar 87.750 rupiah/petak, kemudian perlakuan jagung sebesar 59.111rupiah/petak, dan yang terendah kedelai sebesar 25.511 rupiah/petak. Perlakuan penanaman jenis tanaman kacang tanah, memberikan keuntungan sebesar 62.639 rupiah/petak bila dibandingkan dengan perlakuan kedelai, sedangkan jagung sebesar 33.600 rupiah/petak. Tingginya hasil produksi tanaman pada perlakuan budidaya jenis tanaman kacang tanah disebabkan karena didukung oleh

faktor lingkungan dan kondisi lahan yang sesuai KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian tipe pengolahan tanah dan jenis tanaman terhadap laju infiltrasi Ultisol pada DTA Singkarak pada Tahun ke 4 dapat disimpulkan bahwa: 1. Interaksi antara cara pengolahan tanah dan penanaman jenis tanaman tidak berpengaruh terhadap laju infiltrasi 2. Cara pengolahan tanah juga tidak berpengaruh terhadap laju infiltrasi tanah 3. Jenis tanaman semusim berpengaruh nyata terhadap laju infiltrasi. Laju infiltrasi DAFTAR PUSTAKA Agus F, Van Noordwijk, M., dan Rahayu, S (Editor). 2004. Dampak Hidrologis Hutan, Agroforestri, dan Pertanian Lahan Kering sebagai Dasar Pemberian Imbalan kepada Penghasil Jasa Lingkungan di Indonesia. Prosiding Lokakarya di Padang/Singkarak, Sumatera Barat, Indonesia, 25-28 Februari 2004. ICRAF-SEA, Bogor, Indonesia. Harto. 1993. Analisis Hidrologi. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Lembaga Penelitian Tanah (LPT). 1979. Penuntun Analisa Fisika Tanah. Departemen Ilmu Tanah. Badan Penelitian dan Pengembangan pertanian. Bogor. 47 halaman. Prasetyo B, dan Suriadikarta D. 2006. Karakteristik, Potensi, dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. Putra, R. A. R. 2011. Pengaruh Pembukaan Lahan Marjinal Alang-Alang terhadap Besar Aliran Permukaan, Erosi dan Produksi Tanaman (Jagung, Kedelai,

untuk pertumbuhan kacang tanah. tertinggi terjadi pada penanaman tanaman kacang tanah sebesar 6,49 cm/jam. Untuk meningkatkan laju infiltrasi tanah pada daerah penelitian di sarankan untuk melakukan perbaikan sifat fisik tanah. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan penambahan BO ke dalam tanah baik berupa pupuk kandang maupun kompos alang-alang. Selain itu penanaman jenis tanaman kacang tanah juga dapat meningkatkan laju infiltrasi.

Kacang Tanah) Pada Musim Tanam Tahun Kedua. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang. Saidi, A. 2006. Fisika Tanah dan Lingkungan. Andalas University Press. Padang. Sarief, S. 1985. Konservasi Tanah dan Air. Pustaka Buana. Bandung. 145 halaman. Seta, A. K. 1992. Konservasi Sumber Daya Tanah dan Air. Penerbit Kalam Mulia. Jakarta. 221 halaman. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Istitut Pertanian Bogor. 591 halaman. Yulnafatmawita, Asmar, dan Ramayani, A. 2007. Kajian Sifat Fisika Empat Tanah Utama Sumatera Barat. Lembaga Penelitian Universitas Andalas. Padang. Ziliwu, Y. 2002. Pengaruh Beberapa Macam Tanaman terhadap Aliran Permukaan dan Erosi. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang.

Anda mungkin juga menyukai