Arsyad A. R.1
Abstract
A study on the effect of conservation tillage and cropping systems on the physical properties of soil has been
carried out at the Mendalo Research Farm, Faculty of Agriculture, University of Jambi, from January
through to July 2001. A Split-split plot with randomised block design with three replicates was used in this
investigation. The main plots were crop rotations (with or without) cover crops, the sub plots were tillage
systems (zero tillage, minimum tillage, conventional tillage), and the sub-sub plots were cropping systems
(monoculture or intercropping of maize and peanut). Data obtained from the experiment were analysed using
analysis of variance, followed by Duncan’s Multiple Range Test at 5% protection level. The results of the
study indicated that the application of conservation tillage (zero tillage and minimum tillage) along with
intercropping or monoculture system could control the physical properties of soil and increase the production
of maize and peanut crops.
111
Jurnal Agronomi 8(2): 111-116
duktivitas tanah akibat buruknya sifat fisika tanah kondisi tanah dan iklim di Jambi serta pengaruh-
dan hilangnya hara bersama erosi (Arsyad, 1989). nya terhadap hasil jagung dan kacang tanah pada
Dampak dari kondisi ini di lapangan dapat dilihat Ultisol.
terutama dengan memburuknya kualitas fisik tanah
antara lain meningkatnya kepadatan tanah dan
terganggunya pertumbuhan tanaman. BAHAN DAN METODA
Dalam rangka konservasi lahan kering Ulltisol,
maka perlu penerapan sistem olah tanah konser- Penelitian dilaksanakan pada tanah Ultisol di
vasi sekaligus pola atau sistem pertanaman (pola Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
tanam) yang dapat melindungi tanah sepanjang Jambi di Mendalo (kemiringan lereng 11%) dari
tahun sesuai dengan kondisi tanah dan iklim bulan Januari sampai Juli 2001. Sebelum
setempat. perlakuan, tanah lapisan atas mempunyai tekstur
Pengolahan tanah konservasi relatif tidak me- lempung berdebu, BV 1,29 g cm-3, porositas
rusak tanah karena dilakukan sesedikit mungkin 49,80% dengan C-organik 2,35%.
tergantung pada kondisi tanah dan kebutuhan ta- Percobaan ini menggunakan rancangan split-
naman. Adanya mulsa dapat melindungi tanah dari split plot dalam pola acak kelompok dengan tiga
tumbukan butiran hujan, sehingga dapat mengen- ulangan (kelompok). Petak utama adalah tanpa ro-
dalikan aliran permukaan dan erosi (Mannering tasi (C0) dan rotasi dengan penutup tanah (C1),
dan Fenster, 1983). Efektivitas sistem olah tanah anak petak adalah tanpa olah tanah (O0), olah ta-
konservasi dalam konservasi tanah dan air tergan- nah minimum (O1) dan olah tanah konvensional
tung pada topografi, kepekaan tanah terhadap ero- (O2), sementara anak-anak petak adalah monokul-
si, lingkungan setempat (misalnya iklim), dan pe- tur jagung (M) dan tumpangsari jagung-kacang ta-
ngaruhnya terhadap kondisi permukaan tanah yang nah (Ts). Penanaman penutup tanah (C1) dilaku-
dihasilkan, seperti kekasaran permukaan tanah dan kan 4 bulan sebelum tanaman utama dan hijauan-
guludan-guludan kecil yang terbentuk, sisa tanam- nya digunakan sebagai mulsa untuk perlakuan olah
an atau gulma yang terbenam serta persentase pe- tanah konservasi. Pada perlakuan C0 lahan dibiar-
nutupan permukaan tanah oleh tanaman dan sisa kan ditumbuhi alang-alang atau semak belukar. Pa-
tanaman (Sinukaban, 1989). da perlakuan O0 tanah diolah hanya sekedar mem-
Pola tanam dua kali panen dan sekali reklamasi buat lubang tanam dan pada O1 tanah diolah de-
dengan tanaman penutup tanah (rotasi tanaman de- ngan pencangkulan satu kali, masing-masing
ngan penutup tanah) yang hijauannya dikembali- menggunakan mulsa, sedangkan pada olah tanah
kan ke bidang olah merupakan alternatif yang da- konvensional (O2) tidak digunakan mulsa.
pat dipertimbangkan untuk lahan kering Ultisol Penanaman jagung dan kacang tanah secara tu-
(Wigena et al., 1994). Rotasi tanaman dengan pe- gal dengan jarak tanam 100 cm x 25 cm untuk ja-
nutup tanah dari jenis kacang-kacangan dapat gung dan 25 cm x 25 cm untuk kacang tanah. Pu-
memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah. Guna puk diberikan secara tugal sesuai dengan kebu-
meningkatkan ketersediaan bahan untuk mulsa dan tuhan tanaman, yaitu 200 kg Urea, 200 kg SP-36
meningkatkan efisiensi penggunaan lahan sekali- dan 100 kg KCl per hektar untuk jagung, dan 50
gus diversifikasi tanaman dan meningkatkan pen- kg Urea, 200 kg SP-36 dan 100 kg KCl per hektar
dapatan petani, olah tanah konservasi dapat dikom- untuk kacang tanah. Data yang dihimpun meliputi
binasikan dengan pola usaha tani campuran (multi- BV, TRP, pori drainase cepat dan pori air tersedia,
ple cropping). kandungan C-organik dan N-total tanah serta hasil
112
Arsyad A. R.: Olah Tanah Konservasi dan Pola Tanam.
Pengaruh masing-masing sistem olah tanah dan dengan tanaman terdapat dua macam pori tanah
pola tanam terhadap BV dan TRP tanah disajikan yang penting yaitu pori aerase dan pori air tersedia.
pada Tabel 1, sedangkan pengaruhnya terhadap Pengolahan tanah dan sistem pertanaman dapat
pori aerase atau drainase cepat dan pori air tersedia mempengaruhi distribusi pori tersebut di dalam ta-
disajikan pada Tabel 2. Tabel 1 menunjukkan bah- nah.
wa BV dan TRP tanah tidak berbeda nyata antar Tabel 2 menunjukan, bahwa pada tanah dengan
perlakuan sistem olah tanah dan pola tanam. Hal kombinasi perlakuan olah tanah minimum dan per-
ini disebabkan kandungan bahan organik tanah (C- tanaman tumpangasari (C0O1Ts) pori aerase tanah
organik) yang tidak berbeda nyata antar perlakuan nyata lebih besar dibandingkan dengan kombinasi
(Tabel 3) dan diduga akibat perbedaan waktu perlakuan olah tanah konvensional dan pertanaman
penanaman penutup tanah dan perlakuan lainnya monokultur (C0O2M) maupun pertanian tumpang-
yang hanya 4 bulan. Perbaikan sifat fisika tanah sari (C0O2Ts). Hal ini disebabkan dengan olah ta-
relatif sulit dan umumnya membutuhkan waktu nah minimum kerusakan agregat tanah lebih
yang lama kecuali dengan pemberian bahan sedikit, dan adanya mulsa dapat melindungi
organik dalam jumlah besar. permukaan tanah dan tanaman lebih baik, sesuai
Nilai BV paling tinggi dan TRP paling rendah dengan data pada Tabel 1 yang menunjukkan
diperoleh pada kombinasi perlakuan tanpa rotasi bahwa perlakuan olah tanah minimum dan sistem
dengan penutup tanah dan olah tanah konvensional tumpangsari menghasilkan BV lebih rendah dan
dengan pertanaman monokultur jagung (C0O2M). TRP lebih tinggi. Variabel tersebut menunjukkan
Nilai BV dan TRP tanah pada kombinasi perlaku- bahwa kondisi tanah lebih sarang, sehingga pori
an tersebut berbeda nyata dengan BV dan TRP aerase juga lebih banyak. Pori air tersedia nyata
yang paling rendah yaitu pada kombinasi perlaku- lebih kecil pada tanah yang diolah intensif
an tanpa rotasi dengan penutup tanah dan olah ta- dibandingkan dengan tanpa olah tanah, tetapi tidak
nah minimum dengan pertanaman tumpangsari ja- berbeda nyata dengan olah tanah minimum;
gung-kacang tanah (C0O1Ts). Hal ini disebabkan kombinasinya dengan sistem pertanaman tidak
pada olah tanah minimum kerusakan tanah akibat nyata mempengaruhi pori air tersedia.
pengolahan tanah dan tumbukan butir hujan lebih
kecil karena adanya mulsa dan sistem tumpangsari Kandungan bahan organik dan N-total tanah
dengan populasi tanaman lebih banyak, sehingga Tabel 3 menunjukkan bawa C-organik dan N-
memberikan perlindungan lebih baik terhadap ta- total tanah dengan kombinasi perlakuan tanpa olah
nah. Pengolahan tanah intensif menyebabkan tanah tanah dan sistem tumpangsari (C0O0Ts, C1O0Ts)
menjadi gembur untuk sementara waktu, tetapi ka- nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan
rena tanpa mulsa maka tanah mudah mengalami olah tanah minimum dan pertanaman monokultur
pemadatan akibat rusaknya struktur atau agregat (C1O1M, C1O1Ts). Terlihat bahwa C-organik dan
tanah dan terjadinya penyumbatan pori oleh par- N-total tanah tanpa diolah lebih besar
tikel tanah. dibandingkan dengan tanah yang diolah secara
Tabel 1 menunjukkan bahwa BV tanah pada intensif maupun minimum. Kondisi ini
sistem olah tanah minimum (1,29 g cm-3) tidak dikarenakan pada tanah yang diolah, dekomposisi
berbeda dengan BV sebelum perlakuan (1,29 g cm- bahan organik berjalan lebih cepat akibat
3
) dan lebih kecil dibandingkan dengan BV tanah perubahan aerase tanah dibandingkan dengan
yang diolah intensif (1,38 g cm-3) maupun tanpa tanah yang tidak diolah.
olah tanah (1,37 g cm-3). Hal ini berarti bahwa tan- Bila dibandingkan dengan kandungan C-
pa olah tanah menyebabkan BV tanah meningkat, organik dan N-total tanah sebelum perlakuan yang
karena tanah semakin padat; sedangkan pengolah- masing-masing 2,5 dan 0,6%, pengolahan tanah
an tanah intensif menyebabkan tanah gembur se- konservasi (tanpa olah tanah) dengan sistem
mentara dan tanpa mulsa menyebabkan tanah mu- pertanaman tumpangsari dapat memelihara
dah mengalami pemadatan akibat rusaknya struk- kandungan C-organik dan N-total tanah
tur tanah dan terjadinya penyumbatan pori. Hal ini dibandingkan dengan olah tanah konvensional. Hal
berarti pengolahan tanah satu kali pencangkulan ini disebabkan pada sistem olah tanah konservasi
disertai mulsa di permukaan tanah (sistem olah mi- tidak terjadi peningkatan aerase tanah yang dapat
nimum) dapat memelihara kondisi fisik tanah. meningkatkan proses dekomposisi bahan organik.
Kemudian, tanaman kacang tanah sebagai
Pori aerase dan pori air tersedia leguminosa dapat menyumbangkan nitrogen ke
Total ruang pori menunjukkan jumlah semua dalam tanah melalui fiksasi nitrogen bebas oleh
pori yang ada di dalam tanah. Dalam hubungannya bakteri Rhizobium yang terdapat pada bintil akar.
113
Jurnal Agronomi 8(2): 111-116
Tabel 1. pengaruh sistem olah tanah konservasi dan pola tanam terhadap BV dan TRP tanah Ultisol
Kebun Percobaan Unja Mendalo.
M Ts
Perlakuan Rata-rata
C0 C1 C0 C1
-3
BV (g cm )
O0 1,33 ab 1,40 ab 1,36 ab 1,39 ab 1,37 p
O1 1,33 ab 1,30 ab 1,21 b 1,33 ab 1,29 p
O2 1,45 a 1,40 ab 1,39 ab 1,28 b 1,38 p
Rata-rata 1,37 x (M) 1,33 x (Ts)
TRP (%)
O0 48,36abc 45,41 bc 47,00 bc 46,05 bc 46,70 p
O1 48,23 abc 50,13 ab 52,85 a 48,72 abc 49,98 p
O2 44,03 c 45,92 bc 46,21 bc 50,54 ab 46,69 p
Rata-rata 47,01 x (M) 48,56 x (Ts)
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut DMRT.
Tabel 2. pengaruh sistem olah tanah konservasi dan pola tanam terhadap pori aerase dan pori air tersedia
tanah Ultisol Kebun Percobaan Unja Mendalo.
M Ts
Perlakuan Rata-rata
C0 C1 C0 C1
Pori aerase (%)
O0 7,67 d 8,95 cd 9,36 cd 8,13 cd 8,53 p
O1 11,57 bcd 12,67 abcd 16,45 a 12,17 abcd 13,21 p
O2 9,14 cd 12,88 abc 9,40 cd 15,19 ab 11,65 p
Rata-rata 10,48 x (M) 11,78 x (Ts)
Pori air tersedia (%)
O0 19,40 a 13,70 a 18,25 a 16,65 a 17,00 p
O1 17,67 a 15,95 a 11,87 a 15,95 a 15,36 pq
O2 12,98 a 12,24 a 13,93 a 13,99 a 13,28 q
Rata-rata 15,32 x (M) 15,11 x (Ts)
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut DMRT.
Tabel 3. pengaruh sistem olah tanah konservasi dan pola tanam terhadap C-organik dan N-toal tanah
Ultisol Kebun Percobaan Unja Mendalo.
Perlakuan M Ts Rata-rata
C0 C1 C0 C1
C-organik (%)
O0 2,38 ab 2,30 ab 2,61 a 2,10 ab 2,35 p
O1 2,37 ab 1,48 b 2,22 ab 1,66 ab 1,94 p
O2 1,90 ab 1,96 ab 1,74 ab 2,01 ab 1,90 p
Rata-rata 2,07 (M) 2,05 (Ts)
N-total (%)
O0 0,19 ab 0,16 ab 0,16 bc 0,21 a 0,18 p
O1 0,16 ab 0,15 bc 0,15 bc 0,11 c 0,14 p
O2 0,15 bc 0,14 bc 0,14 bc 0,15 bc 0,14 p
Rata-rata 0,16 x (M) 0,15 x (Ts)
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut DMRT.
114
Arsyad A. R.: Olah Tanah Konservasi dan Pola Tanam.
Tabel 4. Pengaruh sistem olah tanah dan pola tanam terhadap hasil panen pada Ultisol Kebun Percobaan
UNJA Mendalo.
Perlakuan M Ts Rata-rata
C0 C1 C0 C1
Jagung (kg per petak)
O0 4,39 c 7,10 a 6,33 ab 5,90 abc 5,93 p
O1 6,45 ab 6,44 ab 5,84 abc 6,36 ab 6,27 p
O2 5,55 abc 6,54 ab 5,06 bc 5,94 abc 5,77 p
Rata-rata 6,08 x (M) 5,91 x (Ts)
Kacang tanah (kg per petak)
O0 - - 3,73 3,70 3,71
O1 - - 3,37 3,98 3,68
O2 - - 3,60 3,83 3,71
Rata-rata - 3,70
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut DMRT.
Selain itu, adanya mulsa dapat melindungi per- tanaman, menaikkan hasil panen dan total sisa
mukaan tanah, sehinga terhindar dari kerusakan tanaman (karena ada dua jenis tanaman),
akibat tumbukan butiran air hujan, aliran permuka- meningkatkan efisiensi penggunaan lahan yang
an maupun erosi. Mulsa juga merupakan sumber berarti meningkatkan penutupan permukaan tanah
bahan organik dan berperanan penting dalam me- oleh tanaman. Tingginya penutupan permukaan
ngurangi laju dekomposisi bahan organik tanah, tanah oleh tanaman berarti meningkatkan
karena mulsa dapat menurunkan suhu tanah perlindungan tanah dari kerusakan, baik oleh erosi
sebesar 11, 7 dan 5 oC pada kedalaman 5, 10 dan maupun kehilangan bahan organik dan unsur hara.
12 cm. Menurunnya suhu tanah dapat
memperlambat dekomposisi bahan organik,
sehingga tidak cepat berkurang di dalam tanah. KESIMPULAN DAN SARAN
115
Jurnal Agronomi 8(2): 111-116
Hussain, I. K., R. Olson dan S. A. Ebelhar. 1999. Long- Sutrisno, N. dan L. N. Nurida. 1995. Penanganan
term tillage effects on soil chemical properties and Perladangan Berpindah melalui Usaha tani
organic matter fraction. Soil Science Society of Konservasi, Kongres Nasional VI Himpunan Ilmu
America Journal 63: 1335-1341. Tanah Indonesia, tanggal 12 - 15 Desember 1995 di
Mannering, J. P. dan C. R. Fenster. 1983. What Jakarta, Himpunan Ilmu Tanah Indonesia.
conservation tillage is? Journal of Soil and Water Vyn, T. J., J. G. Faber, K. J. Janovicj dan E. G.
Conservation 38: 140-143. Beauchamp. 2000. Cover crop effects on nitrogen
Notohadiprawiro, T. 1999. Memanfaatkan Tanah Selaras availability to corn following wheat. Agronomy
dengan Alam, Prosiding Kongres Nasional VII HITI Journal 92: 915-924.
di Bandung, tanggal 2 - 4 November 1999, Wigena, I. G. P., W. Sugeng dan P. Joko. 1994. Kendala
Himpunan Ilmu Tanah Indonesia. dan Kemungkinan Pemecahannya dalam
Schomberg, H. H. dan O. R. Jones. 1999. Carbon and Mempertahankan dan Meningkatkan Kesuburan
nitrogen conservation in dryland tillage and Lahan Kering Marginal, pp. 9-24. Prosiding
cropping systems. Soil Science Society of America Seminar Penanganan Lahan Kering Marginal
Journal 63: 1359-1366. melalui Pola Usaha tani Terpadu tanggal 2 Juli 1994
Sinukaban, N. 1989. Konservasi Tanah dan Air di di Jambi, Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat,
Daerah Transmigrasi. P. T. INDECO Duta Utama - Badan Litbang Pertanian Depertemen Pertanian.
BCEOM, Jakarta.
116