Disusun Oleh:
A. Siklus Hara
Hubungan Tanah, tanaman, hara dan air merupakan bagian yang paling dinamis di
dalam ekosistem. Tanaman menyerap hara dan air dari dalam tanah untuk digunakan
dalam proses metabolism di dalam tubuh tanaman, begitu juga sebaliknya tanaman juga
memberikan masukan bahan organik melalui seresah yang tertimbun di permukaan tanah
berupa daun dan ranting yang rontok. Bagian akar tanaman juga memberikan masukan
bahan organik melalui akar – akar dan tudung akar yang mati serta dari eksudasi akar
(Hariah et al 2000). Inilah yang disebut sebagai siklus hara.
Siklus hara merupakan proses penyerapan senyawa – senyawa kimia yang
dibutuhkan untuk metabolisme dan pertumbuhan tanaman (Mengel et al 1987 cit Delvina
2006). Siklus hara dibagi menjadi 2 yaitu siklus hara tertutup dan siklus hara terbuka.
Siklus hara tertutup merupakan suatu sistem yang memiliki efisiensi penggunaan hara
tertinggi dan terjadi secara alami, contohnya adalah hutan alami, talun, dll. Siklus hara
terbuka adalah suatu sistem yang memiliki jumlah kehilangan hara yang besar.
Contohnya adalah pekarangan, sawah, tegal, dll.
b. Tegal / Pekarangan
Suatu pengelolaan lahan dengan budidaya tanaman untuk mencukupi kebutuhan
pangan dengan tanaman semusim, tanpa meninggalkan tanaman tahunan/keras yang
dapat memberikan hasil tanaman tahunan yang ditanam secara teratur disepanjang
galengan. Pola ini sangat sesuai diterapkan pada lahan dengan kemiringan lereng
kurang dari 15% dan biasanya dekat dengan rumah.
Abdurachman, A., A. Dariah, dan A. Mulyani. 2005. Strategi dan teknologi pengelolaan
lahan kering mendukung pengadaan pangan nasional.
http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/ publikasi
Ahyani, M. 2011. Pengaruh kegiatan penambangan emas terhadap kondisi kerusakan
tanah pada wilayah pertambangan rakyat di Bombana Provinsi Sulawesi
Tenggara. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.
Aryanti E dan Novita H .2019. Sifat kimia tanah area pasca tambang emas: (studi kasus
pertambangan emas tanpa izin di Kenegerian Kari Kecamatan Kuantan Tengah,
Kabupaten Kuantan Singingi). J Agroteknologi 9(2): 21- 26
Delvina 2006. Siklus hara (Faktor penting bagi pertumbuhan pohon dalam
pengembangan hutan tanaman industry). USU Repository
Hairiah K, Widianto, S R Utami, D Suprayogo, Sunaryo, SM Sitompul, B. Lusiana, R
Mulia, M van Noordwijk dan G Cadisch, 2000. Pengelolaan Tanah Masam
Secara Biologi: Refleksi Pengalaman dari Lampung Utara. ICRAF SE Asia,
Bogor, 182 p.
Hairiah, K., Sarjono, MA., dan Sabrnudin, S. 2003. Pengantar Agroforestry, Bogor.
Ajaran Agroforestri 1 World Agroforestry Centre (ICRAF). Bogor. Indonesia
Pinatih IDAS, Tati B K, Ketut D S. 2015. Evaluasi status kesuburan tanah pada lahan
pertanian di Kecamatan Denpasar Selatan. E – Jurnal Agroekoteknologi Tropika
4(4) : 282 – 292
Pitaloka D 2018. Lahan kering dan pola tanam untuk mempertahankan kelestarian alam.
F Saintek Unira Malang 2(1): 22 – 28
Suarjana I W, A.A Nyoman S, I Dewa M A. 2015. Kajian status kesuburan tanah sawah
untuk menentukan anjuran pemupukan berimbang spesifik lokasi tanaman padi
Di Kecamatan Manggis. E – Jurnal Agroekoteknologi Tropika 4(4) :
314 – 323
Subiksa IGM dan Husnain. 2019. Pengaruh pembenah tanah organomineral pada lahan
kering masam terhadap sifat kimia tanah dan pertumbuhan jagung J Penelitian
Pertanian Tanaman Pangan.3(1) :23 – 30