Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting perlu mendapat perhatian
sungguh-sungguh agar terhindar dari kerusakan yang dapat menurunkan produktivitasnya.
Kerusakan tanah dapat terjadi karena salah dalam pengelolaan. Banyak usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan produktivitas tanah, salah satu diantaranya adalah melalui modifikasi cara olah tanah dan intensitas pengolahan tanah. Pengolahan tanah ialah kegiatan manipulasi mekanik terhadap tanah untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Berbagai sistem pengolahan tanah akan berpengaruh terhadap pemadatan tanah dan kandungan kadar bahan organik tanah (Fuady, 2010). Fuady, Z. 2010. Pengaruh sistem olah tanah dan residu tanaman terhadap laju mineralisasi nitrogen tanah. J. Ilmiah Sains dan Teknologi 10(1): 94-101. Pengolahan tanah untuk memperbaiki aerease tanah yang baik untuk perkembangan akar dan pertumbuhan tanaman. Pada umumnya dalam usaha tani tanaman pangan di lahan kering dilakukan olah tanah intensif sejak awal tanam tanpa memanfaatkan sisa tanaman, yang disebut juga pengolahan tanah konvensional. Selain membutuhkan waktu dan tenaga yang besar, pengolahan tanah konvensional dapat mempercepat kerusakan struktur dan komposisi bahan organik tanah, yang pada gilirannya akan meningkatkan laju erosi, terutama di lahan berlereng (Arsyad, 2001) Arsyad, A.R. 2001. Pengaruh olah tanah konservasi dan olah tanam terhadap sifat fisika tanah Ultisol dan hasil jagung. J. Agronomi. 8(2):111-116. Penurunan kandungan bahan organik di dalam tanah akibat praktik pengolahan tanah intensif mengakibatkan tanah menjadi tidak optimal dalam menunjang pertumbuhan tanaman dan kurang responsif terhadap pemupukan. Pengembalian sisa tanaman untuk meningkatkan kadar bahan organik tanah masih jarang dilakukan oleh sebagian besar petani. Sementara itu, dosis pupuk organik yang dibutuhkan cukup besar, umumnya mencapai kisaran ton per hektar. Hal tersebut dianggap kurang praktis bagi petani dalam mencari sumber pupuk organik dalam jumlah banyak maupun saat pemberiannya di lapang (putra. 2019). Putra. Y. A., sarno, d. Wiharso, dan A. Niswati.2017.pengaruh pengolahan tanah dan aplikasi herbisida terhadap kandungan asam humat pada tanah ultisol gedung meneng bandar lampung. 5(1): 51-56. Pengolahan tanah intensif adalah sistem pengolahan tanah yang memanfaatkan lahan dengan intensitas yang tinggi untuk mendapatkan hasil yang maksimum dengan cara melakukan penggarapan dan penggunaan tanah secara intensif, menggemburkan tanah, dan membolak-balikkan tanah sampai pada kedalaman 20 cm tanpa menambahkan sisa-sisa tanaman dan gulma sebagai mulsa yang dapat melindungi tanah dari erosi permukaan. Tujuannya untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Tanpa disadari, dalam waktu yang panjang sistem pengolahan ini dapat menyebabkan penurunan kualitas tanah baik dari segi fisik, kimia maupun biologi. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan tanah yang berlebihan menjadi penyebab utama terjadinya kerusakan struktur tanah (Larson and Osborne 1982; Suwardjo et al. 1989), dan kekahatan kandungan bahan organik tanah. Oleh karena itu, penanganan terhadap pengolahan tanah yang baik untuk meningkatkan produktivitas sangat penting dilakukan. Salah satu cara yang baik adalah denganmenerapkan sistem pengolahan tanah secara konservasi seperti yang dikatakan oleh Sinukaban (1990). Sistem pengolahan tanah konservasi adalah sistem pengolahan tanah yang dapat mempertahankan bahkan meningkatkan produktivitas suatu lahan. Larson WE, Osborne GJ. 1982. Tillage accomplishments and potential. In Predicting Tillage Effects on Soil Physical Properties and Processes. ASA Special Publication No. 44, Suwardjo H, Abdurachman A, Abujamin S. 1989. The use of crop residue mulch to minimize tillage frequency. Pembrit. Penel. Tanah dan Pupuk, 8: 31-37, Sinukaban N. 1990. Pengaruh pengolahan tanah konservasi dan pemberian mulsa jerami terhadap produksi tanaman pangan dan erosi hara. Tanah dan pupuk, 9: 32-38. Pengolahan tanah konservasi adalah sistem pengolahan tanah dengan menggunakan tanaman atau tumbuhan dan memanipulasi gulma atau sisa tanaman sebagai mulsa dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi laju erosi dengan cara mengurangi daya rusak hujan yang jatuh dan aliran permukaan. Sistem pengolahan tanah konservasi memiliki beberapa kelebihan, seperti meningkatkan kandungan bahan organik, meningkatkan ketersediaan air dalam tanah, memperbaiki kegemburan dan porositas tanah, mengurangi erosi, memperbaiki kualitas air, meningkatkan jumlah fauna tanah, menghemat tenaga, waktu, dan mengurangi penggunaan alat berat sebagai pengolah tanah seperti tractor (jambak, 2017). Jambak. M. K. F. A., D . P. T. Baskoro, dan E. D. Wahjunie. 2017.KARAKTERISTIK SIFAT FISIK TANAH PADA SISTEM PENGOLAHAN TANAH KONSERVASI (STUDI KASUS: KEBUN PERCOBAAN CIKABAYAN) Buletin Tanah dan Lahan, 1 (1): 44-50