Anda di halaman 1dari 31

Laporan Praktikum Tempat: Laboratorium

Agrostologi Fakultas Peternakan IPB


Mata Kuliah Agrostologi

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PERTUMBUHAN HIJAUAN MAKANAN TERNAK

Disusun oleh:
Nanda Perdana Putra
D24070282
Kelompok V11

Dosen Pembimbing:
Edi. S

PROGRAM STUDI NUTRISI HEWAN


DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Secara umum hijauan makanan ternak ( HMT ) yang diberikan pada ternak
dibagi menjadi dua macam, yaitu rumput-rumputan dan polong-polongan (legum).
Keduanya mempunyai kandungan dan ketahanan hidup yang berbeda sehingga
lebih dari 60% dari seluruh pakan yang dikonsumsi oleh ternak ruminansia adalah
hijauan, baik dalam bentuk segar atau kering. Jenis-jenis hijauan ini dapat
diberikan secara campuran berupa legum dengan rumput untuk pakan utama
ternak ruminansia yang mengandung zat makanan yaitu, energi, protein, vitamin,
dan mineral.
Daya tahan dan pertumbuhan hijauan makanan ternak dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain : faktor iklim, faktor tanah, sifat fisik, kelembaban
tanah, jenis musim, dan unsur hara yang terdapat di dalam tanah. Hijauan
makanan ternak dapat dikonsumsi oleh ternak dengan kualitas yang baik maka
perlu diketahui proporsi yang baik dari faktor-faktor tersebut.
Tanaman akan tumbuh dengan baik apabila faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dapat terpenuhi secara sempurna. Pemberian pupuk
yang cukup merupakan hal yang penting karena tidak semua mineral yang
dibutuhkan oleh tanaman tersedia dalam tanah, sehingga perlu adanya pemberian
zat tambahan dengan dosis yang tepat. Persyaratan tumbuh juga berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman, persyaratan tumbuh tersebut meliputi kebutuhan
cahaya, nutrisi, air, CO2, dan gas-gas lainnya.

Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui tektur tanah, pengaruh


tekstur tanah (remah, pasir, dan liat), kesuburan tanah (pemupukan N, P, K),
intensitas cahaya, dan ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman hijauan makanan ternak.
.
TINJAUAN PUSTAKA
Hijauan Makanan Ternak
Hijauan makanan ternak bahan makanan yang berupa daun-daunan, kadang-
kadang masih bercampur dengan batang, ranting, serta bunganya yang umumnya
masih berasal dari tanaman sebangsa rumput (Graminea, Cyperaceae) atau daun
kacang-kacangan (Leguminosae) atau jenis lainnya (Lubis, 1963).
Beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh hijauan makanan ternak antara
lain : sebagai penghasil hijauan yang banyak dan mempunyai bagian tumbuhan
yang banyak untuk memudahkan pemulihan akibat renggutan ternak, jaringan
yang baru-baru tumbuh terlindungi oleh organ lain, dapat berkembang bika
secara vegetatif dan generatif, dan memiliki system perakaran yang luas dan
dalam sehingga mampu memenfaatkan unsure-unsur hara dalam kondiis kering
(McIlroy, 1976).
Tekstur Tanah
Menurut Suwardi dan Wiranegara (1998), tekstur tanah adalah
perbandingan relative antara fraksi pasir, debu, liat yang terkandung dalam suatu
massa tanah. Sifat tanah seperti aerosi, konsistensi tanah, permeabilitas dan
infiltrasi dapat dengan mudah diketahui bila kita mengenal tekstur tanah.
Berdasarkan penelitian, di dapatkan 3 kelas dasar dari tanah yaitu pasir lempung
dan liat. Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah, berdasarkan
perbandingan banyaknya butir – butir pasir, debu dan clay maka tanah
dikelompokkan ke dalam beberapa macam kelas tekstur yaitu kasar (sand, loamy
sand), agak kasar (sandy loam, small sandy loam), sedang (very small sandy loam,
loam, silty loam, silty), agak halus (sandy, clay, silty clay, clay).
Tanah merupakan bagian-bagian bumi dimana akar tanaman tumbuh,
tanah juga merupakan komponen hidup dari lingkungan yang penting dan dapat di
manipulasi untuk mempengaruhi penampilan tanaman (Harjadi, 1979). Tanah
terdiri dari 3 fase yang tersusun dari padatan (bahan mineral dan organik), cairan
dan gas disamping jasad-jasad, yang karena pengaruh berbagai macam faktor
lingkungan terhadap permukaan bumi dan kurun waktu tertentu, membentuk
berbagai hasil perubah yang memiliki ciri-ciri morfologis yang khas, sehingga
berperan sebagai tempat tumbuh bermacam-macam tanaman. Tiga fase penyusun
tanah tersebut tidak berada dalam bagian yang terpisah-pisah, melainkan
merupakan suatu sistem yang saling berinteraksi (Baver dalam Kusharsoyo,
2001).
Klasifikasi Tanah
Partikel tanah memiliki ukuran yang berbeda-berbeda. Partikel tersebut
digunakan kedalam ukuran pasir, debu, dan tanah liat. Fraksi kasar yang meliputi
batu, kerikil, pasir berperan untuk menumpu atau menunjang tegaknya tanaman.
Peranan dari fraksi dalam retenan air dan nutrisi tanaman kecil sekali. Fraksi halus
yang terdiri dari debu dan tanah liat sangat menentukan kapasitas penahanan air
tanah, aerasi tanah, dan penyediaan unsur hara dalam bentuk tersedia ( Indranada,
1998 dalam Kusharsoyo, 2001).
Luas permukaan dan muatan listriknya tiap satuan massa sangat besar
sehingga menjadi pemeran utama pada proses yang berlangsung didalam tanah.
Koloid tanahlah yang menahan air dan unsur hara yang kemudian akan diserahkan
kepada tanaman. Tanah berstuktur halus memegang terlalu banyak air, sehingga
udara tanahnya tidak kebauan ruang pori-pori lagi. Dan akibatnya tanaman malah
mengalami defisiensi air ( Indranada, 1998 dalam Kusharsoyo, 2001).
Dalam pengelolaan kesuburan tanah, penetapan tekstur tanah sangat perlu
sekali dilakukan, karena dapat memberikan gambaran luas mengenai sifat-sifat
tanah lainnya. Tanah liat dan humus ( bahan organik aktif ) sebenarnya tergolong
koloid dan mempunyai sifat menguntungkan ( Indranada, 1998 dalam
Kusharsoyo, 2001).
 Tanah Liat
Tanah liat merupakan tanah yang tergolongkan koloid dengan diameter
kurang dari 0,002 mm. Luas permukaan dan muatan listriknya tiap satuan massa
begitu besar sehingga tanah liat yang menjadi pemeran utama pada proses yang
berlangsung dalam tanah. Koloid tanahlah yang menahan air dan unsur hara yang
kemudian akan diserahkan kepada tanaman. Tanah liat memegang terlalu banyak
air sehingga udara tanahnya tidak kebagian ruang pori lagi dan akibatnya tanaman
malah mengalami defisiensi air (Indranada,1989 dalam Kusharsoyo, 2001).
Menurut Kartasapoetra (1989.), tanah liat adalah tanah yang berbutir
halus yang bersifat seperti lempung yang memiliki kapasitas, tidak
memperlihatkan sifat dilatasi dan tidak mengandung sejumlah butir kasar yang
berarti mekanika tanah. Tanah lempung berbentuk lempeng berkenaan daya
stukturnya yang berlapis-lapis-lapis kecuali mengandung oksida dan hidroksida
besi. Lempung berwarna kelabu, putih, dan merah jika mterselaputi oleh besi.
Tanah berstuktur halus sering bersifat berat diolah karena sangat liat dan lekat
sewaktu basah dan keras sewaktu kering. Tanah yang dirajai fraksi lempeng juga
disebut berstuktur berat ( Hadiprawiro, 1989).
 Tanah Pasir
Pasir adalah tanah yang berasal dari hasil palapukan berupa mineral primer
yang terlepas dari timbunan batuan dan bibir batuan. Pasir biasanya berbentuk
gumpal membulat, gumpal menyudut atau kubik. Tanah yang dirajai fraksi pasir
dapat bersifat kasar, pasiran atau ringan mudah diolah karena longgar dan gembur
( Hadiprawiro, 1998).
Tanah pasir tidak pernah menyediakan air dan unsur hara yang tinggi
jumlahnya. Tanah pasir ini memiliki diameter antara 2,00-0,02 mm. Zarah pasir
biasanya berbentuk gumpal membulat, gumpal menyudut atau kubik. Zarah
tersebut adalah hasil pelapukan berupa mineral primer yang terlepas dari embanan
dan sibir batuan. Tanah pasir tidak penah menyediakan air dan unsur hara yang
tinggi jumlahnya (Hadiprawiro,1998).
 Tanah Remah
Tanah yang berstruktur remah pada umumnya mempunyai perbandingan
yang relatif seimbang antara bahan padat dan ruang pori-pori pada tanahnya.
Keseimbangan ini sangat berpengaruh pada pencukupan kebutuhan tanaman akan
air dan udara bagi kelangsungan pertumbuhannya yang baik, sedang bahan
padatnya dapat menjadi pegangan akar sehingga pertumbuhannya kuat dan
resistensi terhadap berbagai pengaruh yang akan merobohkannya
(Kartasapoetra, 1989).
Kesuburan Tanah
Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk dapat menyediakan
unsur hara dalam jumlah berimbang untuk pertumbuhan dan produksi tanaman.
Petunjuk yang berguna untuk mengestimasi kesuburan tanah adalah struktur,
tekstur, dan keasaman tanah (Nyakpa et al, 1988).
Menurut Harjadi (1979) menyatakan kesuburan tanah secara tidak
langsung berhubungan dengan komposisi kimia dari mineral-mineral anorganik.
Faktor yang paling penting adalah tingkatan bentuk hara yang tersedia bagi
tanaman. Tingkatan tersebut tergantung faktor kelarutan zat hara, pH tanah,
kapasitas pertukaran kation, tekstur tanah dan jumlah bahan organik yang ada.
Tanah yang subur dapat menghasilkan banyak bahan makanan ternak, karena
disiram air hujan atau dengan pengairan. Kesuburan tanah dapat dipelihara dan
ditingkatkan dengan pengelolaan yang baik, termasuk pemberian pupuk hijau,
kompos, kandang, dan pupuk buatan (Tafal, 1981).
Pupuk.
Leiwekabessy dan Sutandi (1988) menyatakan bahwa pupuk adalah semua
bahan yang mengandung unsur-unsur yang berfungsi sebagai hara tanaman serta
tidak mengandung unsure-unsur toksik yang dapat memperburuk keadaan
tanaman. Pengaruh kesuburan tanah berkaitan erat dengan pemberian pupuk pada
tanah tersebut, baik pupuk organik maupun pupuk anorganik
Menurut Sarief (1985) dalam Kusharsoyo, (2001), pupuk adalah setiap
bahan yang diberikan ke dalam tanah atau disemprotkan pada tanaman dengan
maksud menambah unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Arti pemupukan
adalah setiap usaha pemberiaan pupuk yang bertujuan menambah persediaan
unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk meningkatkan produksi dan mutu
hasil tanaman.
Pupuk Kandang
Pupuk kandang merupakan pupuk organik yang dihasilkan oleh ternak.
Leiwakabessy (1998), pupuk kandang merupakan kotoran padat dan cair dari
hewan ternak yang tercampur dengan sisa makanan. Setiawan (1996)
menyebutkan bahwa pengaruh pemberian pupuk kandang terhadap sifat tanah
antara lain : memudahkan penyerapan air hujan, memeperbaiki kemampuan tanah
dalam mengikat air, mengurangi erosi, memberikan lingkungan tumbuh yang baik
bagi kecambah biji dan akar, dan merupakan sumber unsur hara tanaman. Pupuk
kandang membuat tanah lebih subur, gembur, mudah diolah. Kegunaan ini tidak
dapat digantikan oleh pupuk buatan.
Leiwakabessy (1998) menyatakan bahwa pemberian bahan organik yang
mudah didekomposisikan misalnya pupuk kandang membantu memperbaiki
struktur tanah. Penyusun organik dari pupuk kandang yang penting adalah
komponen hidup yaitu jasad mikro terutama dalam hewan pemamah. Sejumlah
tertentu dari unsur hara yang terdapat dalam pakan dapat dijumpai kembali dalam
kotoran mereka. Pupuk kandang merupakan sumber N2, F yang sangat dibutuhkan
tanaman, selain itu juga merupakan sumber unsur Fe, Zn, Cu, dan B.
Pupuk SP36
Pupuk pospor yang sering digunakan petani saat ini adalah SP 36
[Ca(H2PO4)2]. Pupuk ini merupakan pupuk soper pospor yang mengandung kadar
P2O3 sebanyak 36%. SP36 berbentuk butir kecil berwarna abu-abu, larut dalam air,
bekerja lambat sehingga dianjurkan untuk pemupukan sebelum tanam
(Hardjowigeno, 1995). Menurut Anonymous (1967), unsure P dapat menstimulasi
pembentukan akar, mempercepat kematangan dan pertumbuhan akar serta
menstimulir pembungaan dan pembentukkan biji.
Pupuk ini disebut juga dengan pupuk Enkel-Super Fosfat. SP 36 ini mudah
larut dalam air dan agak sedikit higroskopis. Bentuknya berwarna abu-abu dan
mengandung zat fosfat 14-20% (Lingga,1998). Menurut Rismunandar (1990),
fosfor merupakan unsur yang penting bagi setiap tanaman dalam bagian
protoplasma. Fosfor penting untuk pertumbuhan, pembentukan protein,
pembentukan akar, mempercepat tuanya buah.
Kalium
Leiwakabessy (1988) menyatakan bahwa kalium merupakan unsur hara
mineral yang paling banyak dibutuhkan tanaman setelah nitrogen dan tanaman
monokotil biasanya membutuhkan lebih banyak kalium daripada tanaman dikotil.
Selain itu, jumlah kalium yang diserap tanaman tergantung pada jenis dan
besarnya produksi tanaman.
Peranan unsur kalium pada tanaman menurut Leiwakabessy (1988) antara
metabolisme karbohidrat; pembentukan, pemecahan, dan translokasi pati;
mengatur bebrbagai unsur mineral lain; menetralisasi asam-asam organik yang
penting bagi proses fisiologi; mengaktifkan berbagai enzim; mempercepat
pertumbuhan jaringan meristematik karena pada tanaman unsur kalium terkumpul
pada titik tumbuh; mengeraskan jerami dan bagian kayu tanaman sehingga dapat
meningkatkan daya tahan tanaman terhadap gangguan hama serta dapat
meningkatkan kualitas buah. Ahn (1993) menyatakan bahwa kalium akan diserap
tanaman dalam bentuk K+ bersama kation lainnya dari larutan tanah dalam jumlah
yang relatif besar.
Urea
Pupuk urea adalah pupuk yang berupa hablur atau serbuk putih (prill),
hampir tidak berbau atau mengeluarkan bau amonia. Urea merupakan pupuk
nitrogen dalam bentuk amida dengan rumus kimia CO(NH 2)2. Bahan baku utama
urea adalah amonia, NH3, dan gas Co2 tanpa menggunakan bahan penunjang
(Sutedjo, 1994 dalam Kusharsoyo, 2001 ). Pupuk urea mempunyai fungsi antara
lain sebagai sumber nitrogen terbesar, memperbaiki pertumbuhan vegetatif
tanaman dan pembentukan protein (Endah, 1987 dalam Kusharsoyo, 2001). Sifat
urea adalah higroskopis dengan kelembaban nisbi 73% sudah dapat menyerap air
dari udara dan mudah larut dalam air.
Menurut Hardjowigno (1995), Urea [CO(NH2)2] berbentuk kristal yang
berwarna putih, kadar N sebesar 45%, ekonomis, higroskopis (mulai menarik uap
air pada kelembaban nisbi udara 73% sering diberi selaput untuk mengurangi sifat
higroskopis ini). Pemupukan N akan membantu tanaman dalam pembentukan
klorofil, mempercepat laju pertumbuhan serta memperbesar ukuran daun (Russel,
1961).
Bahan Tanam
Pennisetum purpuroides (Rumput Raja)
Pennisetum purpuroides (Rumput Raja) merupakan hasil persilangan
antara Pennisetum purpureum smchu dengan Pennisetum thypoides burm. Rumput
ini mudah di tanam, dapat tumbuh di dataran rendah dan dataran tinggi, juga
mampu hidup di daerah yang curah hujannya di atas 1000 mm pertahun (Siregar,
1988). Rumput raja termasuk tanaman berumur panjang, yang tumbuh tegak
membentuk rumpun perakaran cukup dalam, tingginya dapat mencapai 1 meter,
batang tebal dan keras apabila rumput lebih tua, daun lebar dan panjang, tulang
daun agak keras dan memberikan rasa manis (Balai Informasi Pertanian Lembang,
1988).
Menurut Siregar (1988), rumput raja dapat ditanam dengan mudah
menggunakan stek batang atau sobekan rumput. Batang yang digunakan untuk
stek sebauknya yang sudah cukup tua, yaitu yang telah berumur 8 bulan, panjang
stek kira-kira 25 – 30 cm dan mengandung dua mata tunas. Ayala, Sistas dan
Tuero (1983) melaporkan bahwa yang terbaik dari 3 atau lebih mata tunas dan
akan lebih baik apabila menggunakan batang utuh yang dihilangkan helai
daunnya.
Rumput raja lebih dikenal dengan seburtan “King Grass” merupakan hasil
persilangan antara Pennisteum purpureum dengan Pennisetum purprthypoides
yang belum banyak dikenal, berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai
hijauan pakan mengingan produksi dan kandungan nutrisinya tinggi (Jayadi,
1991). Balai Penelitian Ternak Ciawi (1988) dalam Jayadi (1991) rumput raja
dapat tumbuh pada dataran rendah hingga tinggi dengan curah hujan yang merata
sepanjang tahun, sebaiknya di atas 1000 mm.
Pannicum maxcimum (Rumput Benggala)
Pannicum maxcimum berasal dari Afrika tropik dan sub tropik.
Perbanyakan tanaman ini dapat dilakukan dengan pols dan biji. Adaptasi tanaman
ini pada jenis tanah mulai dari struktur ringan, sedang sampai berat, tetapi lebih
disukai tanah sedang yang subur tanaman ini dapat tumbuh pada dataran rendah
maupun tinggi dengan ketinggian 0 – 1200 m dengan curah hujan 1000 – 2000
mm/tahun (AAK, 1995). Pannicum maxcimum merupakan tanaman tahunan yang
tidak membentuk rumpun, tekstur daun halus, lebih lebar dan panjang dengan
tulang daun tengah yang lebih nyata, daun besar, bunganya berbentuk mayang dan
mudah berbiji (Mannetje dan Jones, 1992).
Setaria splendida
Menurut Mannetje dan Jones (1992) rumput Setaria splendida stapf
merupakan rumput yang produktif pada periode 4 bulan, laju pertumbuhan
sebesar 43 kg berat kering (BK) perhektar perhari (15,695 ton BK perhektar
pertahun). Rumput Setaria sp. merupakan rumput yang diperbanyak dengan biji
dan pols (Bogdan, 1977). Tumbuh dalam bentuk rumpun seperti varietas serecae
tetapi lebih tinggi dan lebih kasar, tingginya mencapai 1,5 – 3,5 m dengan daun
lebih lebar dari serecae, panjang daun 70 cm dan lebar 12 – 20 mm. Malai lebih
panjang, berwarna coklat tua dan bulirdikelilingi oleh bulu kasar, merupakan
rumput hasil introduksi dari Afrika tropika selatan sebagai pusat penyebarannya
(Bogdan, 1977).
Brachiaria humidicola
Rumput Brachiaria humidicola merupakan rumput asli Afrika Selatan,
kemudian menyebar ke daerah Fiji dan Papua New Guinea dan terkenal dengan
nama Koronivia grass. Bogdan (1977) menyatakan bahwa rumput ini mempunyai
banyak stolon yang akan membentuk suatu hamparan yang tebal. Rumput ini
mempunyai helai daun berwarna hijau terang (bright green) lebar 5 – 16 mm dan
panjang 12 – 25 cm (Jayadi, 1991).
Brachiaria humidicola mempunyai batang yang mencapai tinggi 20 – 60
cm, lebar 5 – 16 mm dan panjang 12 – 25 cm. rumput biasa hidup di dataran
rendah tropika basah, resisten tinggi terhadap invasi gulma dan drainase jelek dan
lebih tahan terhadap tekanan penggembalaan berat (Jayadi, 1991). Brachiaria
humidicola merupakan rumput berumur panjang, berkembang vegetatif dengan
stolon yang begitu cepat sehingga bila ditanam di lapangan segera membentuk
hamparan (Jayadi, 1991).
Brachiaria decumbens
Menurut Reksohadiprodjo (1985) dalam Kusharsoyo, 2001), B.decumbens
termasuk rumput tropika basah, yang memiliki karakteristik seperti membentuk
rumpun yang lebat dan sedikit tegak. Ciri lain dari rumput ini adalah cocok
tumbuh pada tanah rendah yang basah. Dilihat dari tingkat produksinya yang
bervariasi, rumput jenis ini produksi bahan keringnya sangat bergantung pada
curah hujan, kesuburan tanah dan responsivitasnya yang tinggi terhadap
pemupukan.
Brachiaria mutica (Para Grass)
B.mutica berasal dari Afrika tropika dan Amerika Selatan, cocok untuk
padang penggembalaan tanah rendah yang lembab dan merupakan tanaman
makanan trenak yang bernilai tinggi tetapi harus dimakan pada umur muda karena
lignifikasi terjadi dengan cepat,serta tidak tahan terhadap penggembalaan berat.
Rumput ini merupakan tanaman tahunan yang menjalar dengan stolon, berbatang
setinggi 180 cm atau lebih (Mcllroy,1964 dalam Kusharsoyo, 2001).
Panicum maximum
Panicum maximum terkenal dengan sebutan Guinea grass, Herbede
Guinea, Pasto Guinea, rumput Benggala dan suket londo. Berasal dari Afrika
Tropika dan subtropika dan sekarang tumbuh disemua daerah tropika. Rumput ini
sesuai untuk dataran rendah di daerah pegunungan yang tinggi, peka embun beku
(frost). Dapat ditanam dengan biji atau pols. Pada daerah yang terbatas kadang –
kadang penanaman dilakukan dengan potongan – potongan batang (stek). Interval
pemotongan kurang lebih 6 minggu tergantung kondisi musim. Produksinya dapat
mencapai 100 – 150 to hijauan segar per hektar per tahun (Jayadi, 1991).
Paspalum notatum (Bahia Grass)
Paspalum Notatum merupakan rumput penggembalaan, tahan kering,
dapat ditanam denagn stek atau biji, dan baik untuk pengawetan tanah. Rumput ini
juga tanaman tahunan berizhoma, berakar dalam, tingginya dapat mencapai 60
cm, berasal dari Amerika Tengah serta dapat beradaptasi di daerah tropik dan
subtropik. Palatabilitas dari rumput ini umumnya rendah, mudah membentuk
hamparan rumput yang rapat dan dapat digembalai tiga bulan setelah penanaman
(Mcllroy,1964 dalam Kusharsoyo, 2001).
Zea mays (Jagung)
Zea mays merupakan ordo Tripsaccae, famili Poacaea, sub famili
Panicoidae dan genus Zea. Zea mays mudah beradaptasi dengan baik karena
jagung dalam prosesnya sangat efisien terutama pemanfaatan energi dari sinar
matahari (Tafal, 1981). Jagung tergolong tanaman C4 yang mampu beradaptasi
terhadap terbatasnya faktor tumbuh seperti intensitas radiasi surya tinggi,
perbedaan suhu siang dan malam yang mencolok, curah hujan rendah, suhu tinggi
serta kesuburan tanah yang relative rendah sehingga cocok untuk daerah marginal
maupun daerah kering (Effendi, 1985 dalam Widodo, 2004).
Fisher dan Palmer (1990) dalam Kusharsoyo( 2001), jagung dengan nama
Zea mays L. bulgaricus termasuk kedalam subfamili Panicodeae dan famili
Poaceae pada ordo Tripsaceae Jagung merupakan tanaman yang sangat efisien
dalam penggunaan energi, karena tergolong tanaman yang berfotosintesis melalui
jalur C - 4 yang mempunyai keuntungan sebagai berikut: titik kompensasi CO 2
mendekati 0, rendah fotosintesa, traslokasi assimilat, penyerapan Ca dan laju
pertuimbuhan relatif (Kusworo, 1982). Jagung bersifat protandus yaitu mekarnya
bunga jantan (pelepasan tepung sari) biasanya terjadi satu atau dua hari sebelum
munculnya tangkai putik. Sekitar umur 4-6 bulan setelah biji jagung ditanam,
tanaman akan muncul diatas permukaan tanah pada kondisi tanah yang cukup
lembab. Laju pertumbuhan tinggi pada fase awal relatif lambat tetapi tanaman
akan tumbuh dengan cepat setelah berumur 4 minggu. Sistem perakaran jagung
akan berkembang dengan cepat pada saat tanaman berdaun lima sampai tujuh
helai (Sutoro et al.,1988).
Ketersediaan Air
Air merupakan bagian dari semua sel, jumlahnya bervariasi tergantung
dari jaringannya. Air merupakan sistem pelarut dari sel dan memberikan suatu
medium untuk pengangkutan di dalam tanah. Air dapat mempertahankan turgor
yang sangat perlu dalam kerumitan transpirasi dan pertumbuhan pada tanaman.
Air juga diperlukan sebagai hara untuk pembentukan senyawa baru (Harjadi,
1979). Air merupakan senyawa yang penting bagi tanaman, pada sebagian besar
sel-sel dan jaringan tanaman tingkat tinggi jumlah air dapat mencapai 80 % berat
segarnya.
Jumin (1992) menjelaskan beberapa fungsi air bagi tanaman yaitu sebagai
unsur penting pada pembentukan protoplasma, sebagai pelarut dan pengangkut
media unsur hara, berperan dalam proses fotosintesis dan respirasi, sebagai
penjaga turgor sel tanaman dan pengatur mekanisme gerakan dalam tanaman,
karena pentingnya air bagi banyak proses di dalam tanah, maka kestabilan
ketersediaan air dalam tanah akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi
akhirnya.

Menurut Soepardi (1983) Aerasi tanah yang kurang baik dapat


mengakibatkan kekurangan O2, terganggunya kegiatan bakteri seperti nitrifikasi,
perikatan nitrogen, dan amonifikasi. Kelebihan air juga akan menghilangkan
unsur hara karena pencucian. Air tersedia merupakan air yang terdapat antara air
kapasitas lapang dan koefisien layu. Penelitian irigasi menunjukkan bahwa untuk
pertumbuhan optimum tanaman, air yang harus ditambahkan adalah 50% hingga
85 % dari air tersedia telah habis.

Produksi tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air yang


diantaranya berasal dari curah hujan menyatakan bahwa kebutuhan air yang
berbeda pada setiap fase pertumbuhan, akibat kekurangan air pada setiap fase
menyebabkan gangguan yang berbeda. Air yang melebihi kapasitas lapang (air
berlebihan) kurang berguna bagi tanaman karena akan menyebabkan aerasi yang
buruk sehingga akan menyebabkan tanah kekurangan oksigen yang diperlukan
oleh tanaman dan bakteri penambat nitrogen dalam tanah (Gupta dan O’toole,
1986). De datta , 1981)

Intensitas cahaya (penyiranan) adalah jumlah energi yang diterima oleh


bumi pada waktu dan areal tertentu (Wetzel and Licken, 1979 dalam Kusharsoyo,
2001 ). Jumlah energi yang diterima oleh bumi bergantung pada kualitas dan lama
periode penyinaran (Porcella dan Bishop, 1975 dalam Kusharsoyo, 2001).
Intensitas cahaya yang tinggi mempengaruhi kandungan air daun dan daun akan
mengalami defisit air yang akan diikuti oleh penutupan stomata sehingga akan
mengurangi laju fotosintesis (Harjadi, 1989). Intensitas cahaya tinggi juga
meningkatkan ketebalan batang dengan pertumbuhan yang baik dari xylem dan
menyebabkan jaringan dan internode pendek, juga akan mempengaruhi
perkembangan dan perluasan daun yang baik bila dalam keadaan cocok
(Daryanto,1973 dalam Kusharsoyo, 2001).
Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya (penyiranan) adalah jumlah energi yang diterima oleh
bumi pada waktu dan areal tertentu (Wetzel and Licken, 1979 dalam Kusharsoyo,
2001 ). Jumlah energi yang diterima oleh bumi bergantung pada kualitas dan lama
periode penyinaran (Porcella dan Bishop, 1975 dalam Kusharsoyo, 2001).
Intensitas cahaya yang tinggi mempengaruhi kandungan air daun dan daun akan
mengalami defisit air yang akan diikuti oleh penutupan stomata sehingga akan
mengurangi laju fotosintesis (Harjadi, 1979). Intensitas cahaya tinggi juga
meningkatkan ketebalan batang dengan pertumbuhan yang baik dari xylem dan
menyebabkan jaringan dan internode pendek, juga akan mempengaruhi
perkembangan dan perluasan daun yang baik bila dalam keadaan cocok
(Daryanto,1973 dalam Kusharsoyo, 2001).
Cahaya merupakan bagian spectrum radiasi matahari dan merupakan
komponen lingkungan fisik yang sangat penting bagi seluruh makhluk hidup
khususnya tanaman, yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Jumin, 1992). Menurut Setiadi (1986),
bahwa pertumbuhan tanaman tergantung pada intensitas, kualitas, lamanya
(perioditas) dan arah cahaya. Energi cahaya bertanggung jawab terhadap kegiatan
fotosintesis dan sejumlah pengikatan N melalui reaksi kimia.
Aspek dasar dari cahaya yang penting secara biologi adalah kuantitas dan
kualitasnya. Kedua karakter ini berfluktuasi di laut, bergantung pada waktu
(harian, musiman dan tahunan), ruang (perbedaan lokasi di bumi dan kedalaman),
kondisi cuaca, penyebaran sudut datang termasuk arah perubahan maksimum dan
tingkat difusi, dan tingkat polarisasi (Parson et al,. dalam Kusharsoyo, 2001).
Makin dalam penetrasi cahaya kedalam perairan menyebabkan semakin besar
daerah di mana proses fotosintesis dapat berlangsung, sehingga kandungan
oksigen terlarut masih tinggi pada lapisan air yang lebih dalam (Ruttner dalam
Widodo, 2004).
Secara tidak langsung intensitas cahaya matahari mempengaruhi
pertumbuhan melalui proses transpirasi. Pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan
tanaman tergantung pada intensitas, kualitas, lamanya penyinaran dan
periodesitasnya.variasi dari faktor-faktor tersebut menentukan kuantitas dan
kualitas pertumbuhan. Panjang gelombang yang paling bermanfaat bagi tanaman
adalah 400-700 nm. Laju fotosintesa diperlambat oleh intensitas cahaya yang
melebihi atau di bawah kisaran normal bagi kebutuhan normal karena intensitas
cahaya matahari adalah peubah yang kritis pada proses fotosintesa (Monteith,
1977 dalam Kusharsoyo 2001).
Intensitas cahaya yang tinggi akan menyebabkan perubahan di dalam sifat-
sifat morfologi pohon, perkembangan akar dan rasio akar pucuk aka meningkat.
Daun yang mendapat cahaya penuh akan lebih tebal karena cahaya penuh
merangsang pembentukan sel-sel palisade. Disamping itu daun yang mendapat
intensitas cahaya yang tinggi mempunyai banyak stomata dengan dinding sel yang
tebal, ukuran kloroplas besar tapi jumlahnya sedikit. Smith (1982) dalam
Kusharsoyo (2001) berpendapat bahwa beberapa jeis tanaman memerlukan
cahaya penuh untuk pertumbuhan dan produksi, sedangkan beberapa yang lain
memerlukan naungan.

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1995. Hijauan Makanan Ternak Potong dan Kerja. Kanisus. Yogyakarta.
Anonymous. 1967. Rice Production Manual. Compiled by Coorperation with
IRRI. Philipines.
Ahn, P. M. 1993. Tropical Soils and Fertilizer Use. Longman Scientific and
Technical. England.

Ayala, J. R., M. Sistach and R. Tuero. 1983. Faktor Effecting The Establishment
of King Grass ( Pennisetum purpureum x Pennisetum thypoides ) .
Planting Depth and Number / Seed Pieces in The Day Season . Cuban
Agric. Sci 17 (2).
Balai Informasi Pertanian Lembang. 1988. King Grass. Departemen Pertanian
Balai Penelitian Ciawi. 1988. Apa itu King Grass. Departemen Pertanian
Bogdan. 1977. Tropical Pasture and Fodder Plants (Grasses and Legume).
Longman Ltd and New York.
De Datta. 1981. Pinciples and Practice of rice Production. John Willey and Sons,
Inc. New York.
Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akademi Pressindo. Jakarta.
Harjadi, S. S. 1979. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia. Jakarta.
Harjadi, S. S. 1989. Dasar-dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Jayadi, S. 1991. Tanaman Makanan Ternak Tropika. Karya Ilmiah. Fakultas
Peternakan. IPB. Bogor.
Jumin, H. B. 1992. Ekologi Tanaman sebagai Pendekatan Fisiologis. Rajawali
Press.
Kusharsoyo, A.P. 2001. Pengaruh Pupuk NPK, Asam Humat dan Frekuensi
Pemanenan terhadap Produktivitas dan Rendemen Handeuleum pada
Intensitas cahaya matahari yang berbeda. Skripsi. Manajemen Hutan.
Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kusworo, J. 1982. Diktat Kuliah Jagung. Departemen Agronomi Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Leiwakabessy, F. M. 1988. Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor, Bogor. 294 hal.
Lingga, P. 1998. petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.
Indonesia.
Lubis, D. A. 1963. Ilmu Makanan Ternak. Cetakan ke-2. PT. Pembangunan
Jakarta.
Mannetje, L. T. and R. M. Jones. 1992. Tropical Grass Food and Agricultural of
the United Nations. Rome.
Mcilroy, R. J. 1976. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika (terjemahan).
Pradnya Paramita. Jakarta. 167 hal.
Prawirohartono, S. 1989. Biologi Edisi Kedua. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Nyakpa, M.Y., A.M. Lubis, M.A. Pulung, A.G. Amrah, A. Munanar, Go Ban
Hong, N. Hakim, 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung.
Lampung.
Russel, J. E. and E Russel. 1961. Soil Condution and Plant Growth. 9 th ed.
Congmang. Furrold and Sons Ltd. Norwich.
Rismunandar. 1990. Mendayagunakan Tumbuhan Rumput. Penerbit Sinar Baru.
Bandung.
Setiadi. 1986. Bertanam Durian. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setiawan, A. 1996. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soepandi, G. 1989. Sifat dan Ciri-ciri Tanah. Terjemahan : Harry O Buckman and
Nyle C. Brady. Depaertemen Ilmu-ilmu Tanah. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen ilmu Tanah Fakultas
Pertanian. Intitut Pertanian Bogor. Bogor.
Soewardi dan H. Wiranegara.1998. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Jurusan
Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sutoro, Y. S. Dan Iskandar. 1988. Budidaya Tanaman Jagung. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Bogor. Bogor.
Tafal, Z. B. 1981. Ranci Sapi (Usaha Peternakan yang Lebih Bermanfaat).
Bharata Karya Aksara. Jakarta.
Widodo. 2004. Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Kosentrasi Pupuk Daun Organik
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays L.). Skripsi.
Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
MATERI DAN METODE

Tekstur Tanah

 Materi :
Pengaruh tekstur tanah ( liat, pasir, remah ) pada pertumbuhan rumput gajah
(Penisetum purpurium ).
 Tujuan:
Untuk mengetahui pertumbuhan yang optimal dari 3 jenis tekstur baik
pertumbuhan atau biomassa.
 Alat : - pot
- cangkul
- arit
 Bahan : - stek rumput
- tanah liat
- tanah pasir
- tanah remah
 Cara Kerja :
I. Pembuatan stek
a. Usia tanaman rumput gajah harus lebih dari enam bulan
b. Stek diambil pada node ( buku ) yang belum keluar akar, serta nodanya
menonjol
c. Batang tanaman rumput gajah tersebut dipotong-potong dengan 20 – 30
cm
II. Penaman stek pada media ( tanah liat, pasir, tanah remah)
a. Tanah liat, pasir dan tanah remah dimasukkan kedalam pot yang berbeda
dan sisakan kira-kira dua cm dari bibir pot
b. Tanah yang sudah dimasukkan kedalam pot disiram dengan air
secukupnya dan diberi label sesuai dengan kelompok masing-masing
c. Stek ditanam dengan kemiringan 45o dengan arah node keatas
III. Pengamatan pertumbuhan
a. Media diusahakan dalam keadaan basah
b. Parameter tumbuh pennisetum purpureum diamati : - tinggi vertikal
- jumlah daun
- jumlah anakan

Kesuburan Tanah
 Materi:
Alat dan bahan yang digunakan adalah pot plastik, cangkul, label,
timbangan, penggaris, tanah, pupuk kandang, NPK (Urea, SP 36 dan KCl) dan
rumput Setaria splendida.

Bahan : - Pals rumput setaria splandida


- 4 macam pupuk kandang, yaitu:
1. pupuk organik dengan dosis : 80 ton/ha
2. SP36 dengan dosis : 200 kg/ha : P2O5 = 36 % butiran abu-abu
3. KCl dengan dosis : 200 kg/ha : K2O = 50-60 % butiran merah muda
4. Urea dengan dosis : 400 kg/ha : N = 46 % butiran putih, kristal

Alat : - Pot Plastik kapasitas 5 kg


- Neraca
- Arit

 Cara Kerja:
1 Perlakuan kontrol.:
d. Tanah liat dimasukkan kedalam pot kurang lebih dengan kapasitas 5 kg
dan sisakan kira-kira 2 cm dari bibir pot
e. Tanah yang sudah dimasukkan kedalam pot disiram dengan air
secukupnya dan diberi label sesuai dengan kelompok masing-masing
f. Lubang tanam dibuat sedalam kurang lebih 5 cm lalu rumput ditanam
sampai warna merah tertutup tanah
2. Perlakuan + organik:
a. Tanah liat dimasukkan kedalam pot kurang lebih dengan kapasitas 5 kg
dan sisakan kira-kira 2 cm dari bibir pot
b. Tanah yang sudah dimasukkan kedalam pot ditumpahkan lalu di campur
dengan pupuk organik kemudian tanah dimasukkan kembali kedalam pot
c. Disiram dengan air secukupnya dan diberi label sesuai dengan kelompok
masing-masing
d. Lubang tanam dibuat sedalam kurang lebih 5 cm
e. Rumput ditanam sampai warna merah tertutup tanah
3. Perlakuan lengkap:
a. Tanah liat dimasukkan kedalam pot kurang lebih dengan kapasitas 5 kg
dan sisakan kira-kira 2 cm dari bibir pot
b Tanah dimasukkan kedalam pot lalu di beri pupuk organik + SP36 + KCl
c. Disiram dengan air secukupnya dan diberi label sesuai dengan kelompok
masing-masing
d. Lubang tanam dibuat sedalam kurang lebih 5 cm kemudian rumput
ditanam sampai warna merah tertutup tanah
4. Pemupukan urea dilakukan 3 minggu setelah tanam

Penghitungan :
1. Kapasitas 5 kg
 Rumah kaca : 80.000.000 x 5 x 200 = 40.000 kg = 40 gram
2 x 10 6
 untuk dilahan : 80.000.000 x 5 = 40.000 kg = 40 gram
10.000
2. SP 36
 Rumah kaca : 200.000 x 5 = 0.5 gram
2 x 10 6
 Literatur : P2O5 = 100 x 200.000 x 5 = 1, 39 gram
36 x 2 x 10 6
3. Kcl
 Rumah kaca : 200.000 x 5 = 0.5 gram
2 x 10 6
 Literatur : K2O = 100 x 200.000 x 5 = 10 gram
50 x 2 x 10 6
4. Urea
 Rumah kaca : 200.000 x 5 = 0.5 gram
2 x 10 6
 Literatur : N = 100 x 200.000 x 5 = 10, 87 gram
46 x 2 x 10 6

Ketersediaan Air
 Materi :
Alat dan bahan yang digunakan adalah polybag (2 buah), plastic putih utuh
(1 buah), cangkul, label, penggaris, timbangan, air, tanah, serta bahan tanam
rumput Brachiaria mutica
 Cara Kerja :
1. Alat dan bahan dipersiapkan.
2. Plastik putih utuh dimasukan pada salah satu polybag kemudian diisi
tanah.
3. Polybag yang tidak memakai plastik putih juga diisi tanah.
4. Masing-masing polybag diberi label sesuai perlakuannya.
5. Bahan tanam rumput Brachiaria mutica ditanam pada masing-masing
polybag.
6. Polybag yang berisi plastik putih disiram sampai tergenang air
sedangkan polybag yang satu lagi disiram air hanya berkapasitas lapang,
kemudian diinkubasi dalam rumah kaca.
7. Pengamatan dilakukan setelah 8 minggu terhadap tinggi vertical,
jumlah daun, jumlah anakan, serta bobot tajuk dan bobot akar.
8. Hasil pengamatan dicatat dalam tabel hasil pengamatan.

Intensitas Cahaya
 Materi
Alat dan bahan yang digunakan adalah polybag, cangkul, timbangan,
kertas label, naungan (25%,50% dan 100% cahaya matahari), penggaris, tanah
dan bahan tanam jagung (Zea mays).
 Cara Kerja
1. Tiga buah polybag masing-masing diisi tanah sebagai media tanam.
2. Polybag diberi label sesuai dengan perlakuan (25%,50% dan 100%)
cahaya matahari.
3. Masing-masing polybag ditanami bahan tanam jagung (Zea mays)
sebanyak dua biji, kemudian diinkubasi di dalam naungan (untuk perlakuan
25% dan 50% cahaya matahari) dan diruangan terbuka bagi perlakuan 100%
cahaya matahari.
4. Pengamatan dilakukan setelah 8 minggu terhadap tinggi vertikal,
jumlah daun, jumlah anakan, serta bobot tajuk dan bobot akar.
5. Hasil pengamatan dicatat dalam tabel hasil pengamatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Tabel 1. Pengaruh tekstur tanah terhadap pertumbuhan dan produksi rumput gajah
(Penisatum purpureum).
Tinggi Jumlah (buah)
Berat
No. Perlakuan vertikal
Daun Anakan Total (gr)
(cm)
1. Tekstur liat 117 8 2 67
2. Tekstur remah 129 8 1 71
3. Tekstur pasir 102 9 2 97

Diagram 1. Pengaruh tekstur tanah terhadap pertumbuhan dan produksi rumput


raja (Penisatum purpureum).

Tanah sebagai media tanam mempunyai pengaruh yang besar terhadap


pertumbuhan hijauan makanan ternak. Menanam hijauan makanan ternak perlu
diperhatikan tanah yang digunakan (tekstur tanah) sebab setiap jenis hijauan
makanan ternak menghendaki jenis tanah yang sesuai dengan kebutuhan
hidupnya. Pengaruh tekstur tanah terhadap pertumbuhan dan produktifitas hijauan
makanan ternak dapat di lihat pada tabel 1.
Hasil praktikum pada kelompok kami menunjukkan pertumbuhan yang baik
pada rumput gajah menggunakan tanah liat dibandingkan dengan remah dapat
dilihat dari parameter yang digunakan untuk penilaian tersebut adalah tinggi
tanaman yang mampu dicapai, jumlah anakan, jumlah daun, berat daun, dan
berat akarnya, hal ini disebabkan karena beberapa hal yaitu diantaranya efek dari
rumah kaca, kesalahan praktikan pada waktu menanam.
Pada struktur yang baik, terdapat tata udara dan tata air yang baik pula.
Tata udara yang lancar menjamin cukup udara untuk pernapasan akar,
pengambilan unsur hara lebih banyak. Sedangkan yang menunjukkan hasil
terburuk adalah pada remah, karena remah lebih banyak pori-pori makro berisi
udara dan lebih banyak air sehinga lebih mudah merembeskan air dan peka
terhadap pencucian unsur hara.

Tabel 2. Pengaruh keadaan tanah terhadap pertumbuhan dan produksi rumput


Setaria splendida.

Tinggi Jumlah (buah) Berat


No. Perlakuan
vertikal (cm) Daun Anakan Total (gr)
1. Kontrol 72 18 7 108
2. Pupuk 77 20 9 100
3. kandang 68.5 19 12 95
Diagram 2. Pengaruh keadaan tanah terhadap pertumbuhan dan produksi rumput
Setaria splendida.
Hasil pengamatan pengaruh pemberian pupuk terhadap produksi Setaria
splendida tinggi vertikal, jumlah daun dan berat total pada k1 yaitu 77 , 20, dan
108 lebih tinggi dibandingkan dengan k0 dan k2 sedangkan pada jumlah daun k2
mempunyai jumlah anakan yang paling tinggi yaitu 12. Hasil tersebut
menjelaskan penambahan dari pupuk lengkap yang terdiri dari pupuk N, KCl,
Sp36 dan Organik efektif untuk pertumbuhan Setaria splendida.
Kandungan unsur hara pada pupuk kompos tidak terlalu tinggi
dibandingkan pupuk lengkap tapi pupuk Kompos dapat memperbaiki sifat-sifat
fisik tanah, menjaga kegemburan tanah, menampung air lebih banyak, dan mampu
menyediakan unsur hara untuk jangka waktu yang lama. Tetapi untuk jumlah
anakan dan jumlah anakan K0 lebih rendah dibandingkan dengan K1 dan K2, hal
ini disebabkan oleh penggunaan pupuk Urea yang mudah menguap terutama
unsur nitrogen sehingga kandungan nitrogen dalam pupuk Urea hanya tinggal
sedikit. Kandungan pupuk urea tadi hanya tinggal residu yang mungkin menjadi
toksik atau racun bagi rumput Setaria splendida sehingga pertumbuhannya yang
seharusnya optimal menjadi tidak optimal dibandingkan dengan K0 dan K1 yang
tidak ditambahkan pupuk urea
Kesuburan tanah ditentukan oleh 3 hal yaitu kesuburan fisik, kimia, dan
biologi. Kesuburan fisik adalah kesuburan tanah yang dicerminkan oleh
kondisifisik yaitu kedalaman lapisan olah dan struktur tanah. Kesuburan kimiawi
adalah kesuburan tanah yang dicerminkan oleh kemampuan tanah untuk
menyediakan zat-zat-zat hara yang diperlukan oleh tanaman untuk
pertumbuhannya. Sedangkan kesuburan biologi adalah kesuburan tanah yang
dicerminkan kandungan organisme yang berguna bagi perombakan bahan organik.
Adanya penambahan unsur hara dalam tanah akan memperbaiki kesuburan tanah
dan keseimbangan unsur hara didalamnya.
Respon penambahan hara pada hijauan makanan ternak dapat dilihat pada
tabel 2. Kesuburan tanah erat kaitannya dengan pemupukan. Pertumbuhan
tanaman dipengaruhi oleh beberapa unsur hara antara lain: Nitrogen (N), Phospor
(P), dan Kalium (K). Pemberian pupuk pada tanaman menyebabkan tanaman
memiliki pertumbuhan akar, batang, dan daun yang lebih cepat dibandingkan
dengan tanpa pemberian pupuk. Perlakuan terhadap pengaruh kesuburan tanah
terhadap rumput Setaria splendida dilakukan dengan pemberian pupuk anorganik
(urea, SP36, KCl) dan pupuk organik atau pupuk kandang.
Pengaruh pemberian pupuk KCl pada tanaman adalah peranan unsur
kaliumnya, menurut Setyawidjaja (1986) dan Leiwakabessy (1988) peranan unsur
kalium antara lain mempercepat pertumbuhan jaringan meristematik karena pada
tanaman unsur kalium terkumpul pada titik tumbuh, akibatnya tanaman yang
diberi pupuk KCl yang tinggi pertumbuhannya akan cepat, hal ini terlihat pada
tinggi vertikal tanaman.
Akibat lain yang terjadi yaitu daun yang tumbuh kecil dan berwarna abu,
serta dapat menyebabkan kematian (Ahn, 1993). Faktor lain yang perlu
diperhatikan dalam hubungan antara respon tanaman dengan dosis pupuk adalah
tingkat mana terjadi akumulasi N pada tanaman. Penggunaan varietas yang
memiliki respon tinggi terhadap N terutama pada awal pertumbuhan, penempatan
pupuk serta waktu pemberian N yang tepat pada fase-fase pertumbuhan, cara, dan
waktu pemberian pupuk mempertinggi efisiensi penggunaan pupuk.

Tabel 3. Pengaruh ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan produksi rumput


Brachiaria mutica
Tinggi Jumlah (buah) Berat
No. Perlakuan
vertikal (cm) Daun Anakan Total (gr)
1. Kapasitas 85 28 - 39
lapang
2. Air tergenang 72,5 21 1 42

Diagram 3. Pengaruh ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan produksi rumput


Brachiaria mutica.
Grafik pada tiap-tiap jenis rumput dibuat secara terpisah antara kondisi
genangan dan kondisi tidak genangan, hal ini bertujuan agar terlihat secara nyata
pengaruh dari kedua perlakuan tersebut. Pada grafik kapasitas lapang berat total
mempunyai bobot total, tinggi vertikal, jumlah anakan, dan jumlah daun paling
tinggi dibandingkan dengan genangan. Hal ini berarti rumput Brachiaria mutica
memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap kondisi lapang.
Pada tanah yang kekurangan air terjadi perubahan mineral tanah, bentuk,
dan ketersediaan hara berhubungan langsung dengan kelembaban tanah.
Perubahan zat hara pada kelembaban tanah yang kurang baik mempunyai efek
yang besar terhadap serapan zat hara dan pertumbuhan tanaman (De datta, 1982).
Noggle dan Fritz (1979) mengatakan pada keadaan air cukup tersedia,
tanaman dapat tumbuh normal, tetapi pada keadaan kurang air laju pengambilan
air tanah lebih rendah daripada transpirasi sehingga menurunkan laju transpirasi
netto. Stress air menyebabkan terjadi perubahan struktur dan konfigurasi protein,
sehingga aktifitas enzim dan laju metabolisme menurun. Pada daun sendiri stress
air menyebabkan stomata menutup, hal ini karena turgiditas sel-sel penyangga
menurun.
Berdasarkan hasil praktikum, Braciaria mutica dapat tumbuh optimal pada
kondisi air kapasitas lapang. Secara keseluruhan, semua jenis tanaman dapat
hidup pada kondisi air kapasitas lapang dan dapat hidup relative lebih lama di
kondisi cekaman air. Hal ini ditunjukkan oleh besar bobot total dari masing-
masing tanaman pada perlakuan kapasitas lapang dan cekaman air. Lain halnya
dengan kondisi genangan air, rumput dapat tumbuh bobotnya kecil walaupun
jumlah daun dan anakannya lebih baik.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, menunjukkan bahwa perlakuan air
terhadap tanaman benar-benar sangat mempengaruhi kemampuan adaptasi
(pertumbuhan) dan juga kemampuan produksi suatu jenis tanaman
Air memiliki peranan yang sangat penting bagi tanaman. Kekurangan
maupun kelebihan air akan mengganggu aktivitas fisiologis maupun morfologis
sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan bahkan menyebabkan
kematian. Adanya air yang cukup berarti lebih banyak tersedianya unsur hara
dalam larutan air tanah. Adanya tata air dan tata udara yang baik memberikan
kondisi yang sehat bagi kegiatan mikroba tanah dalam mengurai bahan oranik.
Ketersediaan air yang seimbang dan cukup sesuai dengan kebutuhan
tumbuhan maka akan memberikan efek yang positif dan sangat baik bagi
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, hijauan makanan ternak khususnya.
Air sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Wilson dan Loomis (1962)
mengatakan bahwa aktifitas fisiologis tanaman sangat ditentukan oleh persentase
fase air yang terkandung dalam tanaman tersebut, dimana secara fisiologis
tanaman yang masih aktif mengandung air 60-95%. Air ini berperan dalam
pembentukan sitoplasma, pelarut dan media pengangkut hara, media
berlangsungnya reaksi metabolis, dan bahan baku fotosintesis.

Tabel 4. Pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan jagung (Zea mays).

Tinggi Jumlah (buah) Berat


No. Perlakuan
vertikal (cm) Anakan Total (gr)
1. 0% - - -
2. 50 % 52 5 14
3. 100 % 28,5 3 14
Diagram 3. Pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan jagung (Zea mays).
Ket : 1 = 0 %
2 = 50 %
3 = 100 %
Pengaruh intensitas cahaya dapat berlangsung apabila tanaman dapat
mengembangkan luas daunnya. Jumlah daun tidak berpengaruh terhadap
banyaknya cahaya yang diserap tanaman, melainkan posisi daun pada tanaman,
sudut daun dan distribusi daun lebih berpengaruh. Persaingan tanaman untuk
memperoleh cahaya dapat terjadi apabila satu atau beberapa daun menutupi
cahaya yang akan mengenai daun lainnya dalam satu atau lain tanaman.
Cahaya sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, karena
berhubungan dengan proses fotosintesis, pembukaan dan penutupan stomata
respirasi, permeabilitas dinding sel, absorpsi air, dan unsur hara, aktivitas enzim
koagulasi protein dan sintesa klorofil serta mempengaruhi pembesaran sel yang
dapat dilihat pada pertambahan tinggi, ukuran daun serta struktur daun dan
batang. Semakin banyak cahaya matahari yang diperoleh maka pertumbuhan dan
produksi tanaman akan semakin baik, ini berkaitan dengan proses fotosintesis dari
tanaman. Cahaya matahari yang didapatkan adalah cahaya matahari yang baik
bagi pertumbuhan maka belumlah tentu hasil optimal yang di dapatkan. Hal ini
dikarenakan semakin tinggi suat.
Jagung merupakan tanaman makanan ternak yang sangat membutuhkan
unsur N pada hidupnya, dan merupakan tanaman yang sangat berpengaruh
terhadap cahaya. Pemberian cahaya pada tanaman jagung dengan presentasi
sebesar 100% memiliki pengaruh yang positif terhadap jagung, yaitu memiliki
tinggi vertikal, daun yang tinggi, dan berat total yang tinggi begitu juga fenomena
visual menunjukkan daun berwarna hijau dibandingkan dengan perlakuan
intensitas cahaya yang lain.

KESIMPULAN

Hasil praktikum ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan


dan perkembangan HMT yaitu berhubungan dengan pemupukan, intensitas
cahaya, kandungan air dan kapasitas lapang
Pertumbuhan dan produksi HMT yang meliputi kualitas dan kuantitas
sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut diantaranya adalah faktor
edafik (tanah), klimatik (iklim) dan biotik (makhluk hidup).
Rumput Pennisetum purpureum akan tumbuh dengan baik pada struktur
tanah remah karena pupuk yang diberikan lengkap yaitu pupuk organik dan pupuk
anorganik (KCl, dan SP36 dan urea). Rumput Setaria splendida akan tumbuh
dengan baik pada k2 karena pupuk yang diberikan lengkap yaitu pupuk organik
dan pupuk anorganik (KCl, dan SP36 dan urea).
Pemberian pupuk yang lengkap, memberikan respon produksi yang baik
dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Hal ini disebabkan karena ketersediaan
unsur hara yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhan dan produksinya
lengkap, sehingga memungkinkan pertumbuhan yang optimal.
Faktor klimatik (iklim), termasuk didalamnya faktor intensitas cahaya dan
ketersediaan air mempengaruhi fungsi fisiologis dan morfologis dari tanaman.
Sedangkan secara spesifik cahaya mempengaruhi pada proses pertumbuhan
vegetatif dan generatif tanaman. Lain halnya dengan air, faktor air mempengaruhi
tanaman dalam bentuk bagian dari protoplasma, reagen, dalam proses fotosintesis
dan hidrolitik, pelarut garam, dan berbagai materi yang bergerak kedalam
tanaman, dan memegang fungsi esensial untuk menjamin adanya turgiditas
tanaman.

Anda mungkin juga menyukai