PRAKTIKUM II
PENGOLAHAN LAHAN
OLEH :
Latar Belakang
Pengolahan lahan adalah proses mengolah tanah untuk menjadi lahan yang
untuk menciptakan kondisi fisik, kimia dan biologis tanah menjadi lebih baik,
membunuh gulma dana tanaman yang tidak di inginkan, serta menyatukan pupuk
Tanah yang terbentuk dari bahan-bahan berupa bahan mineral dan organik, air
serta udara tersusun didalam ruangan yang membentuk tubuh tanah. Akibat
kimia, fisis, biologi dan morfologi dari tanah yang berbeda-beda pula (Ovie, dkk,
2016).
ternak ruminansia, karena sebagian besar pakan ternak ruminansia berasal dari
pakan berkualitas tinggi dan sebagai sumber nitrogen tanah. Untuk penanaman
persyaratan jenis tanah dan iklim yang sesuai dengan yang dikehendaki(Nurlaha,
dkk, 2014). Hal inilah yang melatarbelakangi dilaksanakannya praktikum Ilmu
Pengolahan Lahan adalah untuk membersihkan lahan dari tanaman liar atau
Lahan yaitu sebagai informasi untuk mengetahui alat-alat serta bahan yang
Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief,
baik pada masa lalu maupun sekarang, seperti reklamasi daerah-daerah pantai,
Penyiapan lahan merupakan salah satu kultur teknis baku yang dilakukan
umum penyiapan lahan terdiri dari dua kegiatan yaitu pembersihan areal dari sisa
hasil tebangan (batang maupun tunggul) dan pengolahan tanah. Pengolahan tanah
memiliki manfaat yang sangat besar dalam mendukung budidaya tanaman karet.
Bulk density tanah yang diolah akan menurun sehingga tanah menjadi gembur dan
memudahkan penetrasi akar tanaman karet, aerasi tanah menjadi lebih baik karena
jamur akar putih (JAP). Pengolahan tanah yang terlalu berat berpotensi
bahan organik. Dekomposisi bahan organic akan melepaskan gas CO2 yang
Pengolahan tanah menjadi penting dilakukan karena dalam tahap ini tanah
irigasi dan sampai pada tahap panen. Kegiatan pengolahan tanah berkaitan dengan
roda dua, yaitu agar lebih efektif dan efisien. Sehingga, dapat menekan biaya
Tanah
Tanah yang terbentuk dari bahan-bahan berupa mineral dan organik air serta udara
proses pembentukan tanah, maka terbentuklah perbedaan sifat kimia fisika biologi
dan morfologi dari tanah yang berbeda-beda pula (Ovie, dkk., 2014).
biaya paling besar pada kegiatan budidaya padi sawah. Pada beberapa daerah
sistem pengolahan tanah yang memanfaatkan lahan dengan intensitas yang tinggi
tebal sehingga akan mempunyai sifat fisik yang baik yaitu mempunyai
kemampuan menghisap air sampai beberapa kali berat keringnya dan juga
memiliki porositas yang tinggi. peranan bahan organik terhadap sifat fisik tanah
tanah. Olah tanah konservasi merupakan salah satu pendekatan sistem produksi
memenuhi kriteria olah tanah konservasi adalah pengolahan tanah minimum dan
Iklim
Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu yang relatif lama dan
meliputi wilayah luas. Proses terjadinya cuaca dan iklim merupakan kombinasi
dari variabel-variabel atmosfer yang sama yang disebut unsur-unsur iklim. Iklim
makhluk hidup lainnya. Banyak metode yang dapat digunakan untuk melihat
pengaruh kondisi cuaca dan iklim serta pola dan kecenderungan berdasarkan
resiko iklim dan mengambil aksi adaptasi membutuhkan peran semua pihak mulai
dari aksi individu dan kolektif, dengan menyertakan perusahaan, masyarakat dan
kenaikan suhu adalah pola hujan tidak teratur, meningkatnya kejadian iklim
tinggi dalam periode cukup lama yang menyebabkan banjir, angin kencang,
naiknya permukaan air laut, dan berkuragnya sumber air permukaan dan air tanah
Spesies Tanaman
alaminya. Sampai dengan tahun 2010 tercatat 38.000 spesies tumbuhan termasuk
Spesies tanaman juga terdiri dari tanaman herbal, yang dimana Tanaman
serangan serangga dan jamur. Setidaknya 12 ribu senyawa telah diisolasi dari
berbagai tumbuhan obat di dunia, namun jumlah ini hanya sepuluh persen dari
jumlah total senyawa yang dapat diekstraksi dari seluruh tumbuhan obat (Fajar,
dkk., 2015).
membentuk suatu hubungan yang kompleks satu sama lain. Hubungan yang
kompleks ini mengakibatkan suatu komunitas akan lebih tahan terhadap gangguan
Tatalaksana
operasional menyangkut kejelasan apa yang dilakukan dan siapa mengerjakan apa
(who does what) untuk mencapai tujuan yang telah disepakati (blue print) yang
memberikan kondisi tempat tumbuh yang optimal untuk bibit tanaman yang akan
ditanam. Pengolahan tanah akan memperbaiki kualitas sifat fisik tanah seperti
pemanfaatan bahan organik blotong dan abu ketel mampu memperbaiki sifat fisik
tertentu. Kesesuaian lahan dapat dinilai pada keadaan sekarang dan yang akan
dilaksanakan pada hari Sabtu, 02 Oktober 2021 pukul 15.30 WITA sampai selesai
Makassar.
Materi Praktikum
dan ember.
Prosedur Kerja
gamal menggunakan tali rafia. Setelah itu memotong ujung gamal menjadi
gamal pada tiap-tiap tempat yang telah diberi jarak sebelumnya agar tanaman
Pembersihan
yang ada pada areal tersebut, namun dalam didalam proses pembersihan ini
alang, gulma, semak-semak dan rumput lainnya karena merupakan faktor yang
proses pengolahan lahan tidak terdapat lagi tumbuhan atau pepohonan sehingga
lahan siap untuk ditanami. Hal ini sesuai dengan pendapat (Prayogo, dkk., 2017)
bahwa pengerjaan tanah untuk mendapat keadaan olah tanah yang baik
olah tanah yang diperlukan oleh akar tanaman dan akhirnya akan meningkatkan
peredaran udara, infiltrasi air, pertumbuhan akar dan pengambilan unsur hara oleh
akar.
Pengolahan lahan ditentukan oleh kemiringan lahan pada lahan yang berada pada
lereng gunung tidak melakukan pengolahan atau dengan sistim TOT (tanpa Olah
Tanah), pada dataran rendah mengunakan sistim pengolahan lahan. Setelah lahan
dibersihkan maka lahan tersebut akan di bagi berdasarkan jumlah kepala keluarga
yang turun membantu dalam pembukaan lahan dengan memberikan batasan
berupa potongan kayu yang diletakkan dilahan sesuai dengan luas lahan yang
Pembajakan (Ploghing)
masih cukup besar dan padat, biasanya masih di perlukan tambahan pengerjaan
untuk mendapatkan hasil tanah yang lebih halus. Pembajakan adalah pemecahan
lahan ditanami dan membersihkan dari sisa akar tanaman gulma sehingga proses
oleh sifat genetis dari tanaman tersebut dan dipengaruhi oleh kondisi tanah atau
media tumbuh tanaman, kondisi tanah yang mempengaruhi pola penyebaran akar
yaitu hambatan mekanis tanah, suhu tanah, aerasi, ketersediaan air dan
ketersediaan unsur hara, olah tanah akan menghasilkan kondisi kegemburan tanah
yang baik untuk pertumbuhan akar, sehingga membentuk struktur dan aerasi tanah
Adapun dua jenis bajak yaitu bajak singkal dan bajak rotary. Bajak singkal
bongkahan tanah yang masih cukup besar dan padat, biasanya masih di perlukan
tambahan pengerjaan untuk mendapatkan hasil tanah yang lebih halus. Sedangkan
bajak rotary merupakan bajak yang memiliki banyak mata pisau untuk mencacah
tanah, selain untuk mencacah tanah mata pisau pada bajak rotary juga cukup baik
Penggaruan (Harrowing)
tumbuh tumbuhan liar. Tanah yang sudah diolah dengan baik siap ditanami
tanaman hijauan.
mengawetkan lengas tanah dan meningkatkan kandungan unsur hara pada tanah
tanah dan memberikan tanah olah yang langsung hancur dan merata. Hal ini
tanah sebagai salah satu alat pengolahan tanah dipandang sebagai peralatan
mekanis yang dirancang terutama untuk menciptakan sistem mekanis yang dapat
bongkahan tanah sehingga terbentuk struktur tanah yang lebih remah (gembur).
Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan cara tradisional yaitu dengan tenaga
helvan (misalnya: sapi, kerbau atau kuda). Banyak kelemahan pengolahan tanah
secara tradisional ini salah satunya adalah kapasitas kerja hewan yang serba
terbatas. Hal ini akan sangat berbeda jika dibandingkan dengan pengolahan tanah
dengan cara mekanis yaitu dengan tenaga mesin (traktor). Dengan memakai
tenaga mesin (traktor) maka kapasitas kerja mesin dapat diukur dan dapat
disesuaikan dengan luas lahan yang akan diolah sehingga jadwal tanam tidak
PENUTUP
Kesimpulan
lahan merupakan kegiatan untuk membersihkan semak, rumput dan sisa tanaman
pertumbuhan tanaman. Selain itu pengolahan tanah juga dapat merubah atau
sekunder (penggaruan).
Saran
Lahan disarankan untuk lebih banyak menyiapakan alat dan bahan praktikum
untuk mengolah lahan seperti parang, garpu baja, dan cangkul. Dan untuk asisten
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, R., I. S. Banuwa, dan M. Utomo. 2015. Pengaruh sistem olah tanah
dan residu pemupukan nitrogen jangka panjang terhadap struktur
tanah, bobot isi, ruang pori total dan kekerasan tanah pada pertanaman
kacang hijau (vigna radiata l.). Jurnal Agrotek Tropika. 3(2): 283-289.
Artawan, G. B. A. B., I. W. Tika, dan N. Sucipta. 2019. Pengolahan tanah
menggunakan bajak singkal lebih sedikit memerlukan air irigasi
daripada bajak rotary. Jurnal Beta. 7(1): 120-126.
Handayani, T. 2017. Efisiensi penggunaan bahan bakar pada traktor roda terhadap
pengolahan lahan. Jurnal Hijau Cendekia. 2(2): 83-86.
Harahaf, F. S., Rahmania., S. H. Sidabuke, dan M. Zuhirsyam. 2021. Evaluasi
kesesuaian lahan tanaman (Shorgum bicolor) di kecamatan bilah barat
kabupaten labuhanbatu. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan. 8(1):
231-238.
Hidayanto, F., dkk. 2015. Tanaman herbal sebagai tanaman hias dan tanaman
obat. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan. 4(1). 1-4.
Ichdayati, L. I., 2014. Respon petani dan adaptasinya terhadap perubahan iklim.
Jurnal Agribisnis. 8(2): 155-170.
Istiqomah, N., Madiannoor, dan F. Rahman. 2016. Metode pengolahan tanah
terhadap pertumbuhan ubi alabio (dioscorea alata L.). Jurnal Ziraa’ah.
41(2): 233-236.
Jambak, M. K. F. A., D. P. T. Baskoro, dan E. D. Wahjunie. 2017. Karakteristik
sifat fisik tanah pada sistem pengolahan tanah konservasi (studi kasus :
kebun percobaan cikabayan). Buletin Tanah dan Lahan. 1(1): 44-50.
Latiefuddin, H., dan M. Lutfi. 2013. Uji kinerja berbagai tipe bajak singkal dan
kecepatan gerak maju traktor tangan terhadap hasil olah pada tanah
mediteran. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. 1(3):
274-281.
Lestari, S. C., dan M. Arsyad. 2018. Studi penggunaan lahan berbasis data citra
satelit dengan metode sistem informasi geografis (SIG). Jurnal Sains
dan Pendidikan. 14(1): 81-88.
Mardiyanti, D. E., K. P. Wicaksono, dan M. Baskara. 2013. Dinamika
keanekaragaman spesies tumbuhan pasca pertanaman padi. Jurnal
Produksi Tanaman. 1(1): 24-35.
Miftahuddin. 2016. Analisis unsur-unsur cuaca dan iklim melalui uji mann-
kendall multivariat. Jurnal Matematika, Statistika dan Komunikasi.
13(1): 26-38.
Nita, C. E., B. Siswanto, dan W. H. Utomo. 2015. Pengaruh pengolahan tanah dan
pemberian bahan organik (blotong dan abu ketel) terhadap porositas
tanah dan pertumbuhan tanaman tebu pada ultisol. Jurnal Tanah dan
Sumberdaya Lahan. 2(1): 119-127.
Ovie, I., P. Manurung, dan Fauzi. 2016. Klasifikasi tanah desa sihiong, sinar
sabungan, dan lumban lobu kecamatan bonatua lunasi kabupaten toba
samosir berdasarkan taksonomi tanah 2010. Jurnal Penelitian Pertanian
Bernas. 12(2): 42-50.
Prayogo, D. P., H. T. Sebayang, dan A. Nugroho. 2017. Pengaruh pengendalian
gulma pada pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max (L.)
Merril) pada berbagai sistem olah tanah. Jurnal Produksi Tanaman.
5(1): 24-32.
Ryan, I. 2019. Teknik budidaya tanaman sayuran berdasarkan kearifan lokal
masyarakat suku damal di kabupaten puncak. Jurnal Fapertanak, 4(1):
1-9.
Syakir, M., dan E. Surmaini. 2017. Perubahan iklim dalam konteks sistem
produksi dan pengembangan kopi di Indonesia. Jurnal Litbang
Pertanian. 36(2): 77-90.
Wahyuni, S., dan T. Pranadja. 2015. Konsep, implementasi, dan faktor penentu
keberhasilan program konsolidasi usahatani. Jurnal Manajemen dan
Agribisnis. 12(1): 14-26.
Widata, S. 2015. Uji kapasitas kerja dan efisiensi hand traktor untuk pengolahan
tanah lahan kering. Jurnal Agro. 6(2): 64-70.
Nurlaha, Setian,. Dan Asminaya, N.S. 2014. Identifikasi jenis hijauan ternak
dilahan persawahan Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten
Bogor. Jurnal Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. 55(1): 54-
55
DOKUMENTASI