Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU TANAMAN PAKAN

PRAKTIKUM II
PENGOLAHAN LAHAN

OLEH :

NAMA : MUTHIA MAHANI


NIM : I011201156
KELOMPOK : VI (ENAM)
WAKTU : SABTU, 02 OKTOBER 2021
ASISTEN : UMI KALSUM

LABORATORIUM ILMU TANAMAN DAN PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengolahan lahan adalah proses mengolah tanah untuk menjadi lahan yang

siap tanam. Pengolahan lahan merupakan suatu proses mengubah sifat tanah

dengan mempergunakan alat pertanian sedemikian rupa sehingga dapat

diperoleh lahan pertanian yang sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki

manusia dan sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Pengolahan lahan bertujuan

untuk menciptakan kondisi fisik, kimia dan biologis tanah menjadi lebih baik,

membunuh gulma dana tanaman yang tidak di inginkan, serta menyatukan pupuk

dengan tanah(Widata, dkk, 2015)

Tanah merupakan medium alam untuk pertumbuhan tanaman. Tanah

menyediakan unsur-unsur hara sebagai makanan tanaman untuk pertumbuhannya.

Tanah yang terbentuk dari bahan-bahan berupa bahan mineral dan organik, air

serta udara tersusun didalam ruangan yang membentuk tubuh tanah. Akibat

berlangsungnya proses pembentukan tanah, maka terbentuklah perbedaan sifat

kimia, fisis, biologi dan morfologi dari tanah yang berbeda-beda pula (Ovie, dkk,

2016).

Tanaman pakan adalah tanaman penghasil hijauan pakan yang sengaja

dibudidayakan dari family rerumputan dan kacang-kacangan. Tanaman pakan

merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan peningkatan produktivitas

ternak ruminansia, karena sebagian besar pakan ternak ruminansia berasal dari

tanaman pakan ternak (rumput dan leguminosa). Leguminosa merupakan hijauan

pakan berkualitas tinggi dan sebagai sumber nitrogen tanah. Untuk penanaman

tanaman pakan dibutuhkan tanah yang subur dan memenuhi persyaratan-

persyaratan jenis tanah dan iklim yang sesuai dengan yang dikehendaki(Nurlaha,
dkk, 2014). Hal inilah yang melatarbelakangi dilaksanakannya praktikum Ilmu

Tanaman Pakan Uji Pengolahan Lahan.

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilaksanakannya praktikum Ilmu Tanaman Pakan mengenai

Pengolahan Lahan adalah untuk membersihkan lahan dari tanaman liar atau

tanaman pengganggu, menjamin perkembangan sistem perakaran sempurna,

memperbaiki aerasi tanah dan kelembaban, kelestarian dan kesuburan tanah

seperti persediaan air.

Kegunaan dari praktikum Ilmu Tanaman Pakan mengenai Pengolahan

Lahan yaitu sebagai informasi untuk mengetahui alat-alat serta bahan yang

digunakan untuk membersihkan tanah dari tumbuhan liar atau pengganggu,

menjamin perkembangan sistem perakaran sempurna, memperbaiki aerasi tanah

dan kelembaban, kelestarian dan kesuburan tanah seperti persediaan air.


TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Pengolahan Lahan

Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief,

hidrologi, dan vegetasi dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi

penggunaannya. Termasuk didalamnya adalah akibat-akibat kegiatan manusia,

baik pada masa lalu maupun sekarang, seperti reklamasi daerah-daerah pantai,

penebangan hutan, dan akibat-akibat merugikan seperti erosi dan akumulasi

garam. Penggunaan lahan merupakan campur tangan manusia baik secara

permanen atau periodik terhadap lahan dengan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan, baik kebutuhan kebendaan, spiritual maupun gabungan keduanya.

Penggunaan lahan merupakan unsure penting dalam perencanaan suatu wilayah

(Lestari dan Arsyad, 2018).

Penyiapan lahan merupakan salah satu kultur teknis baku yang dilakukan

di lahan pasture. Penyiapan lahan pada prinsipnya bertujuan untuk menciptakan

kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Secara

umum penyiapan lahan terdiri dari dua kegiatan yaitu pembersihan areal dari sisa

hasil tebangan (batang maupun tunggul) dan pengolahan tanah. Pengolahan tanah

memiliki manfaat yang sangat besar dalam mendukung budidaya tanaman karet.

Bulk density tanah yang diolah akan menurun sehingga tanah menjadi gembur dan

memudahkan penetrasi akar tanaman karet, aerasi tanah menjadi lebih baik karena

peningkatan nilai porositas. Selain proses pengerjaannya yang lebih cepat,

pengolahan tanah secara mekanis dapat mempersingkat periode belum

menghasilkan dan cukup efektif dalam memusnahkan sumber inokulan penyakit

jamur akar putih (JAP). Pengolahan tanah yang terlalu berat berpotensi

menimbulkan dampak negatif diantaranya laju dekomposisi bahan organik


meningkatdan dalam jangka panjang tanah akan mengalami penurunan kandungan

bahan organik. Dekomposisi bahan organic akan melepaskan gas CO2 yang

berbahaya bagi lingkungan (Nugroho, 2018).

Pengolahan tanah menjadi penting dilakukan karena dalam tahap ini tanah

dipersiapkan untuk ditanami suatu komoditas tertentu. Pengolahan tanah menjadi

berpengaruh karena berkaitan erat dengan tahapan selanjutnya yaitu penanaman

bibit, pemupukan tanaman, perawatan tanaman dari gulma pengganggu, sistem

irigasi dan sampai pada tahap panen. Kegiatan pengolahan tanah berkaitan dengan

waktu yang terbuang akibat dilakukannya pembelokan selama mengolah tanah

pertanian. Pengolahan tanah harus memperhitungkan tujuan penggunaan traktor

roda dua, yaitu agar lebih efektif dan efisien. Sehingga, dapat menekan biaya

produksi untuk pembelian bahan bakar (Handayani, 2017).

Faktor-Faktor Tumbuh Hijauan

Tanah

Tanah merupakan medium alam untuk pertumbuhan tanaman. Tanah

menyediakan unsur unsur hara sebagai makanan tanaman untuk pertumbuhannya.

Tanah yang terbentuk dari bahan-bahan berupa mineral dan organik air serta udara

tersusun di dalam ruang yang membentuk tubuh tanah. Akibat berlangsungnya

proses pembentukan tanah, maka terbentuklah perbedaan sifat kimia fisika biologi

dan morfologi dari tanah yang berbeda-beda pula (Ovie, dkk., 2014).

Pengolahan tanah merupakan aktivitas yang membutuhkan energi dan

biaya paling besar pada kegiatan budidaya padi sawah. Pada beberapa daerah

pengolahan tanah dilakukan menggunakan traktor tangan, namun masih terdapat

penggunaan kerbau dalam mengolah tanah. Pengolahan tanah intensif adalah

sistem pengolahan tanah yang memanfaatkan lahan dengan intensitas yang tinggi

untuk mendapatkan diinginkan (Jambak, dkk., 2017).


Tanah yang banyak mengandung bahan organik mempunyai humus yang

tebal sehingga akan mempunyai sifat fisik yang baik yaitu mempunyai

kemampuan menghisap air sampai beberapa kali berat keringnya dan juga

memiliki porositas yang tinggi. peranan bahan organik terhadap sifat fisik tanah

adalah dapat meningkatkan kemantapan agregat tanah dan memperbaiki struktur

tanah. Olah tanah konservasi merupakan salah satu pendekatan sistem produksi

tanaman yang memperhatikan konservasi lahan. Cara persiapan lahan yang

memenuhi kriteria olah tanah konservasi adalah pengolahan tanah minimum dan

tanpa pengolahan tanah (Ardiansyah, dkk., 2015).

Iklim

Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu yang relatif lama dan

meliputi wilayah luas. Proses terjadinya cuaca dan iklim merupakan kombinasi

dari variabel-variabel atmosfer yang sama yang disebut unsur-unsur iklim. Iklim

beserta unsurnya adalah hal penting untuk diperhatikan, dipelajari, diantisipasi

efeknya, karena pengaruhnya sering menimbulkan masalah bagi manusia serta

makhluk hidup lainnya. Banyak metode yang dapat digunakan untuk melihat

pengaruh kondisi cuaca dan iklim serta pola dan kecenderungan berdasarkan

unsur-unsur yang mempengaruhi maupun signifikansinya (Miftahuddin, 2016).

Perubahan iklim merupakan proses multi dimensi. Perubahan iklim

diperlukan integrasi komponen-komponen seperti peningkatan kesadaran,

pengaturan prioritas, menyuarakan perencanaan, membangun kapasitas, transfer

dan pengembangan penelitian dan teknologi dan sumber penggerak. Mengurangi

resiko iklim dan mengambil aksi adaptasi membutuhkan peran semua pihak mulai

dari aksi individu dan kolektif, dengan menyertakan perusahaan, masyarakat dan

pemerintah (Ichdayati, 2014).


Perubahan iklim itu sendiri ditandai antara lain oleh kenaikan suhu,

keragaman cuaca hujan, dan meningkatnya kejadian iklim ekstrim. Konsekuensi

kenaikan suhu adalah pola hujan tidak teratur, meningkatnya kejadian iklim

ekstrim seperti kemarau panjang yang menyebabkan kekeringan, curah hujan

tinggi dalam periode cukup lama yang menyebabkan banjir, angin kencang,

naiknya permukaan air laut, dan berkuragnya sumber air permukaan dan air tanah

(Syakir dan Surmaini, 2017).

Spesies Tanaman

Keanekaragaman tumbuhan (spesies tanaman) merupakan

keanekaragaman spesies tumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Indonesia

kaya akan keanekaragaman hayati, baik tumbuhan maupun hewan. Interaksi

maupun keanekaragaman spesies sangat penting untuk diamati dalam tujuannya

untuk mengetahui dinamika keanekaragaman suatu spesies tumbuhan dihabitat

alaminya. Sampai dengan tahun 2010 tercatat 38.000 spesies tumbuhan termasuk

27.500 spesies tumbuhan berbunga (Mardiyanti, 2013).

Spesies tanaman juga terdiri dari tanaman herbal, yang dimana Tanaman

herbal adalah tumbuhan yang telah diidentifikasi dan diketahui berdasarkan

pengamatan manusia memiliki senyawa yang bermanfaat untuk mencegah,

menyembuhkan penyakit, melakukan fungsi biologis tertentu, hingga mencegah

serangan serangga dan jamur. Setidaknya 12 ribu senyawa telah diisolasi dari

berbagai tumbuhan obat di dunia, namun jumlah ini hanya sepuluh persen dari

jumlah total senyawa yang dapat diekstraksi dari seluruh tumbuhan obat (Fajar,

dkk., 2015).

Keanekaragaman spesies seringkali digunakan untuk mengetahui

kestabilan suatau komunitas. Spesies yang beragam di dalam komunitas akan

membentuk suatu hubungan yang kompleks satu sama lain. Hubungan yang
kompleks ini mengakibatkan suatu komunitas akan lebih tahan terhadap gangguan

dibandingkan dengan komunitas dengan hubungan yang sederhana. Oleh karena

itu semakin tinggi keanekaragaman spesies akan meningkatkan kestabilan suatu

komunitas (Futuyma, 2011).

Tatalaksana

Tatalaksana memerlukan tindakan nyata dalam pelaksanaan atau

operasional menyangkut kejelasan apa yang dilakukan dan siapa mengerjakan apa

(who does what) untuk mencapai tujuan yang telah disepakati (blue print) yang

secara umum dilengkapi dengan pedoman umum, petunjuk pelaksanaan dan

petunjuk teknis (Wahyuni dan Pranadji, 2015).

Tatalaksana pengolahan lahan atau tanah merupakan proses untuk

memberikan kondisi tempat tumbuh yang optimal untuk bibit tanaman yang akan

ditanam. Pengolahan tanah akan memperbaiki kualitas sifat fisik tanah seperti

meningkatkan porositas dan aerasi tanah sementara waktu, sedangkan

pemanfaatan bahan organik blotong dan abu ketel mampu memperbaiki sifat fisik

tanah dalam jangka waktu yang lama (Nita, dkk., 2015).

Evaluasi lahan adalah usaha penilaian suatu lahan untuk penggunaan

tertentu. Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan lahan untuk penggunaan

tertentu. Kesesuaian lahan dapat dinilai pada keadaan sekarang dan yang akan

datang setelah diperbaiki. Kesesuaian lahan sangat perlu diperhatikan dalam

berbudidaya agar mendapat hasil yang optimal (Harahap, dkk., 2021).


METODOLOGI PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum Ilmu Tanaman Pakan mengenai Pengolahan Lahan

dilaksanakan pada hari Sabtu, 02 Oktober 2021 pukul 15.30 WITA sampai selesai

bertempat di Lahan Pastura, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin,

Makassar.

Materi Praktikum

Alat yang digunakan dalam praktikum Ilmu Tanaman Pakan mengenai

Pengolahan Lahan yaitu parang/sabit, linggis, cangkul, meteran, sarung tangan,

dan ember.

Bahan yang digunakan dalam praktikum Ilmu Tanaman Pakan mengenai

Pengolahan Lahan adalah batang gamal dan tali.

Prosedur Kerja

Menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan. Pertama-

tama menggunakan sarung tangan. Kemudian membersihkan area lahan dari

tumbuhan-tumbuhan pengganggu seperti semak-semak, alang-alang atau

tumbuhan pengganggu lainnya menggunakan parang atau sabit. Setelah itu

menarik dan mengangkat tumbuhan-tumbuhan pengganggu tersebut ke tempat

pembuangan. Kemudian membuat penanda jarak tempat tumbuhnya tanaman

gamal menggunakan tali rafia. Setelah itu memotong ujung gamal menjadi

runcing agar mudah saat melakukan penanaman. Kemudian menanam batang

gamal pada tiap-tiap tempat yang telah diberi jarak sebelumnya agar tanaman

gamal dapat tumbuh dengan baik.


PEMBAHASAN

Pembersihan

Berdasarkan praktikum Ilmu Tanaman Pakanmengenai Pengolahan Lahan

membahas tentang pembersihan adalah proses membersihkan areal pepohonan,

semak-semak, alang-alang, dan rumput lainnya. Pembersihan merupakan suatu

cara membersihkan lahan dari rumput-rumputan, menebang pohon,

mengumpulkan batang pohon serta bebatuan serta membersihkan sampah-sampah

yang ada pada areal tersebut, namun dalam didalam proses pembersihan ini

tidaklah seluruh pepohonan dihancurkan, sisanya sebagian pohon pelindung.

Pembersihan dilakukan dengan membersihkan pepohonan, rumput, alang-

alang, gulma, semak-semak dan rumput lainnya karena merupakan faktor yang

dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Pembersihan dilakukan agar dalam

proses pengolahan lahan tidak terdapat lagi tumbuhan atau pepohonan sehingga

lahan siap untuk ditanami. Hal ini sesuai dengan pendapat (Prayogo, dkk., 2017)

bahwa pengerjaan tanah untuk mendapat keadaan olah tanah yang baik

mempunyai tujuan memberantas gulma, memasukkan dan mencampurkan sisa

tanaman kedalam tanah dan menggemburkan tanah, sehingga terdapat keadaan

olah tanah yang diperlukan oleh akar tanaman dan akhirnya akan meningkatkan

peredaran udara, infiltrasi air, pertumbuhan akar dan pengambilan unsur hara oleh

akar.

Pembersihan untuk mengumpulkan sisa-sisa tanaman dan dibakar.

Pengolahan lahan ditentukan oleh kemiringan lahan pada lahan yang berada pada

lereng gunung tidak melakukan pengolahan atau dengan sistim TOT (tanpa Olah

Tanah), pada dataran rendah mengunakan sistim pengolahan lahan. Setelah lahan

dibersihkan maka lahan tersebut akan di bagi berdasarkan jumlah kepala keluarga
yang turun membantu dalam pembukaan lahan dengan memberikan batasan

berupa potongan kayu yang diletakkan dilahan sesuai dengan luas lahan yang

telah dibagi (Ryan, 2019).

Pembajakan (Ploghing)

Berdasarkan hasil praktikum Praktikum Ilmu Tanaman Pakan mengenai

Pengolahan Lahan pada pembajakan dapat memperoleh bongkahan tanah yang

masih cukup besar dan padat, biasanya masih di perlukan tambahan pengerjaan

untuk mendapatkan hasil tanah yang lebih halus. Pembajakan adalah pemecahan

lapisan tanah menjadi bongkahan-bongkahan sehingga penggemburan selanjutnya

lebih mudah dilakukan.

Pembajakan dilakukan agar keadaan olah tanah menjadi baik sebelum

lahan ditanami dan membersihkan dari sisa akar tanaman gulma sehingga proses

merealisasikan bahan-bahan organik akan berlangsung cepat. Hal ini sesuai

dengan pendapat (Istiqomah, dkk., 2016) bahwa perakaran tanaman dikendalikan

oleh sifat genetis dari tanaman tersebut dan dipengaruhi oleh kondisi tanah atau

media tumbuh tanaman, kondisi tanah yang mempengaruhi pola penyebaran akar

yaitu hambatan mekanis tanah, suhu tanah, aerasi, ketersediaan air dan

ketersediaan unsur hara, olah tanah akan menghasilkan kondisi kegemburan tanah

yang baik untuk pertumbuhan akar, sehingga membentuk struktur dan aerasi tanah

lebih baik dibanding tanpa olah tanah.

Adapun dua jenis bajak yaitu bajak singkal dan bajak rotary. Bajak singkal

berguna untuk melempar dan membalikan tanah untuk menggemburkan tanah

olahan. Pengolahan tanah menggunakan bajak singkal dapat memperoleh

bongkahan tanah yang masih cukup besar dan padat, biasanya masih di perlukan

tambahan pengerjaan untuk mendapatkan hasil tanah yang lebih halus. Sedangkan

bajak rotary merupakan bajak yang memiliki banyak mata pisau untuk mencacah
tanah, selain untuk mencacah tanah mata pisau pada bajak rotary juga cukup baik

untuk mencacah gulma (Artawan, dkk., 2019).

Penggaruan (Harrowing)

Berdasarkan hasil Praktikum Ilmu Tanaman Pakan mengenai Pengolahan

Lahan pada penggaruan (Harrowing) yaitu penghancuran bongkahan-bongkahan

besar menjadi struktur remah, sekaligus membersihkan sisa-sisa pekarangan

tumbuh tumbuhan liar. Tanah yang sudah diolah dengan baik siap ditanami

tanaman hijauan.

Penggunaan garu sebagai pengolah tanah kedua, selain bertujuan untuk

menghancurkan dan meratakan permukaan tanah, juga bertujuan untuk

mengawetkan lengas tanah dan meningkatkan kandungan unsur hara pada tanah

dengan jalan lebih menghancurkan sisa-sisa tanaman dan mencampurnya dengan

tanah dan memberikan tanah olah yang langsung hancur dan merata. Hal ini

sesuai dengan pendapat (Latiefuddin dan Musthofa, 2013) bahwa pembajakan

tanah sebagai salah satu alat pengolahan tanah dipandang sebagai peralatan

mekanis yang dirancang terutama untuk menciptakan sistem mekanis yang dapat

mengontrol pemakaian gaya, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan dalam

tanah seperti penggemburan, pembalikan dan pemotongan serta pergerakan tanah.

Penggaruan merupakan kegiatan pengolahan tanah untuk menghancurkan

bongkahan tanah sehingga terbentuk struktur tanah yang lebih remah (gembur).

Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan cara tradisional yaitu dengan tenaga

helvan (misalnya: sapi, kerbau atau kuda). Banyak kelemahan pengolahan tanah

secara tradisional ini salah satunya adalah kapasitas kerja hewan yang serba

terbatas. Hal ini akan sangat berbeda jika dibandingkan dengan pengolahan tanah

dengan cara mekanis yaitu dengan tenaga mesin (traktor). Dengan memakai

tenaga mesin (traktor) maka kapasitas kerja mesin dapat diukur dan dapat
disesuaikan dengan luas lahan yang akan diolah sehingga jadwal tanam tidak

terganggu (Widata, 2015).

PENUTUP
Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari praktikum dapat disimpulkan bahwa pengolahan

lahan merupakan suatu proses mengubah sifat tanah dengan mempergunakan alat

pertanian sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh lahan pertanian yang sesuai

dengan kebutuhan yang dikehendaki manusia dan sesuai untuk pertumbuhan

tanaman. Adapun metode pengolahan lahan terbagi menjadi 3 yaitu pembersihan

lahan merupakan kegiatan untuk membersihkan semak, rumput dan sisa tanaman

produksi sebelumnya yang tumbuh pada lahan yang akan mengganggu

pertumbuhan tanaman. Selain itu pengolahan tanah juga dapat merubah atau

memperbaiki struktur tanah serta memberantas gulma. Dua jenis pengolahan

tanah yaitu pengolahan tanah primer (pembajakan) dan pengolahan tanah

sekunder (penggaruan).

Saran

Saran untuk untuk praktikum Ilmu Bahan Pakan mengenai Pengolahan

Lahan disarankan untuk lebih banyak menyiapakan alat dan bahan praktikum

untuk mengolah lahan seperti parang, garpu baja, dan cangkul. Dan untuk asisten

Praktikum Ilmu Tanaman pakan mengenai Pengolahan Lahan disarankan untuk

isa lebih mengarahkan praktikannya dalam menyusun laporan serta diharapkan

tetap mematuhi protocol kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, R., I. S. Banuwa, dan M. Utomo. 2015. Pengaruh sistem olah tanah
dan residu pemupukan nitrogen jangka panjang terhadap struktur
tanah, bobot isi, ruang pori total dan kekerasan tanah pada pertanaman
kacang hijau (vigna radiata l.). Jurnal Agrotek Tropika. 3(2): 283-289.
Artawan, G. B. A. B., I. W. Tika, dan N. Sucipta. 2019. Pengolahan tanah
menggunakan bajak singkal lebih sedikit memerlukan air irigasi
daripada bajak rotary. Jurnal Beta. 7(1): 120-126.
Handayani, T. 2017. Efisiensi penggunaan bahan bakar pada traktor roda terhadap
pengolahan lahan. Jurnal Hijau Cendekia. 2(2): 83-86.
Harahaf, F. S., Rahmania., S. H. Sidabuke, dan M. Zuhirsyam. 2021. Evaluasi
kesesuaian lahan tanaman (Shorgum bicolor) di kecamatan bilah barat
kabupaten labuhanbatu. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan. 8(1):
231-238.
Hidayanto, F., dkk. 2015. Tanaman herbal sebagai tanaman hias dan tanaman
obat. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan. 4(1). 1-4.
Ichdayati, L. I., 2014. Respon petani dan adaptasinya terhadap perubahan iklim.
Jurnal Agribisnis. 8(2): 155-170.
Istiqomah, N., Madiannoor, dan F. Rahman. 2016. Metode pengolahan tanah
terhadap pertumbuhan ubi alabio (dioscorea alata L.). Jurnal Ziraa’ah.
41(2): 233-236.
Jambak, M. K. F. A., D. P. T. Baskoro, dan E. D. Wahjunie. 2017. Karakteristik
sifat fisik tanah pada sistem pengolahan tanah konservasi (studi kasus :
kebun percobaan cikabayan). Buletin Tanah dan Lahan. 1(1): 44-50.
Latiefuddin, H., dan M. Lutfi. 2013. Uji kinerja berbagai tipe bajak singkal dan
kecepatan gerak maju traktor tangan terhadap hasil olah pada tanah
mediteran. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. 1(3):
274-281.
Lestari, S. C., dan M. Arsyad. 2018. Studi penggunaan lahan berbasis data citra
satelit dengan metode sistem informasi geografis (SIG). Jurnal Sains
dan Pendidikan. 14(1): 81-88.
Mardiyanti, D. E., K. P. Wicaksono, dan M. Baskara. 2013. Dinamika
keanekaragaman spesies tumbuhan pasca pertanaman padi. Jurnal
Produksi Tanaman. 1(1): 24-35.
Miftahuddin. 2016. Analisis unsur-unsur cuaca dan iklim melalui uji mann-
kendall multivariat. Jurnal Matematika, Statistika dan Komunikasi.
13(1): 26-38.
Nita, C. E., B. Siswanto, dan W. H. Utomo. 2015. Pengaruh pengolahan tanah dan
pemberian bahan organik (blotong dan abu ketel) terhadap porositas
tanah dan pertumbuhan tanaman tebu pada ultisol. Jurnal Tanah dan
Sumberdaya Lahan. 2(1): 119-127.
Ovie, I., P. Manurung, dan Fauzi. 2016. Klasifikasi tanah desa sihiong, sinar
sabungan, dan lumban lobu kecamatan bonatua lunasi kabupaten toba
samosir berdasarkan taksonomi tanah 2010. Jurnal Penelitian Pertanian
Bernas. 12(2): 42-50.
Prayogo, D. P., H. T. Sebayang, dan A. Nugroho. 2017. Pengaruh pengendalian
gulma pada pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max (L.)
Merril) pada berbagai sistem olah tanah. Jurnal Produksi Tanaman.
5(1): 24-32.
Ryan, I. 2019. Teknik budidaya tanaman sayuran berdasarkan kearifan lokal
masyarakat suku damal di kabupaten puncak. Jurnal Fapertanak, 4(1):
1-9.
Syakir, M., dan E. Surmaini. 2017. Perubahan iklim dalam konteks sistem
produksi dan pengembangan kopi di Indonesia. Jurnal Litbang
Pertanian. 36(2): 77-90.
Wahyuni, S., dan T. Pranadja. 2015. Konsep, implementasi, dan faktor penentu
keberhasilan program konsolidasi usahatani. Jurnal Manajemen dan
Agribisnis. 12(1): 14-26.
Widata, S. 2015. Uji kapasitas kerja dan efisiensi hand traktor untuk pengolahan
tanah lahan kering. Jurnal Agro. 6(2): 64-70.
Nurlaha, Setian,. Dan Asminaya, N.S. 2014. Identifikasi jenis hijauan ternak
dilahan persawahan Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten
Bogor. Jurnal Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. 55(1): 54-
55

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai