Anda di halaman 1dari 16

PRAKTIKUM I

PENGOLAHAN LAHAN

OLEH :

MUHAMMAD MISBAH AHMAD RUHANI


I111 17 529

LABORATORIUM ILMU TANAMAN PAKAN DAN PASTURA


DEPARTEMEN NUTRISI DAN MAKAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lahan merupakan suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup semua

komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada di

atas dan di bawah wilayah tersebut, termasuk atmosfer, tahan, batuan induk,

relief, hidrologi, tumbuhan dan hewan, serta segala akibat yang ditimbulkan oleh

aktivitas manusia di masa lalu dan sekarang yang berpengaruh terhadap

penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan di masa yang akan datang.

Pembukaan lahan tersebut dilaksanakan baik oleh masyarakat maupun

perusahaan. Namun bila pembukaan lahan dilaksanakan dengan pembakaran

dalam skala besar, kebakaran tersebut sulit terkendali. Pembukaan lahan

dilaksanakan untuk usaha perkebunan, HTI, pertanian lahan kering, sonor dan

mencari ikan. pembukaan lahan yang paling berbahaya adalah di daerah

rawa/gambut.

Pengolahan lahan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan petani

sebelum memulai proses penanaman dengan membersihkan areal yang ditanami,

sampai siap untuk digunakan. Kegiatan pengolahan lahan yang dilakukan petani

kemenyan dahulu dan petani kemenyan sekarang memiliki kearifan lokal dalam

setiap ketentuan. Para petani dulu apabila memulai kegiatan pengolahan lahan,

yang pertama harus meminta izin kepada penunggu hutan (Siloan Na Bolon).
Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilakukannya praktikum Ilmu Tanaman Pakan mengenai

Pengolahan Lahan yaitu untuk mengetahui tekstur, kelembaban, suhu, dan pH

yang diamati pada saat praktikum untuk mengetahui cara pengolahan lahan yang

baik.

Kegunaan dilakukannya praktikum Ilmu Tanaman Pakan mengenai

Pengolahan Lahan yaitu sebagai informasi kepada mahasiswa dan masyarakat

agar mengetahui tekstur, kelembaban, suhu, dan pH diamati pada saat praktikum

agar dapat mengetahui cara pengolahan lahan.


TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Lahan

Lahan (land) merupakan suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup

semua komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang

berada di atas dan di bawah wilayah tersebut, termasuk atmosfer,tahan,batuan

induk,relief,hidrologi,tumbuhan dan hewan, serta segala akibat yang ditimbulkan

oleh aktivitas manusia di masa lalu dan sekarang; yang kesemuanya itu

berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan di

masa yang akan datang (Wastiko dan Pigawati, 2016).

Penggunaan lahan merupakan hasil akhir dari setiap bentuk campur tangan

kegiatan (intervensi) manusia terhadap lahan di permukaan bumi yang bersifat

dinamis dan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup baik material maupun

spiritual. Secara umum penggunaan lahan di Indonesia merupakan akibat nyata

dari suatu proses yang lama dari adanya interaksi yang tetap, adanya

keseimbangan, serta keadaan dinamis antara aktifitas-aktifitas penduduk diatas

lahan dan keterbatasan-keterbatasan di dalam lingkungan tempat hidup (As-

syakur, 2010 ).

Sumberdaya lahan merupakan salah satu input utama bagi setiap aktivitas

manusia. Permintaan akan lahan umumnya merupakan jenis permintaan efektif.

Pada jenis permintaan ini harga diasumsikan konstan dan permintaan akan lahan

ditentukan oleh faktor-faktor lain. Faktor penting yang menentukan permintaan

akan lahan untuk tujuan penggunaan tertentu adalah pertumbuhan ekonomi,


kepadatan penduduk, dan ketersediaan sumberdaya lahan itu sendiri (Pakpahan

dan Anwar, 2016).

Jenis Tanah

Jenis tanah di Indonesia di dasarkan dari Lembaga Penelitian Tanah di

kembangkan oleh Sopraptohardjo. Secara garis besar, tanah di Indonesia

dikelompokkan atas tanah organik, tanah tanpa diferensiasi horizon, tanah merah,

tanah andosol, tanah grumusol, tanah hidrosol, tanah garam, tanah podsol (Yani

dan Ruhimat, 2007).

Berdasarkan Peta Jenis Tanah DAS Bondoyudo mempunyai 5 jenis tanah

yaitu tanal Aluvial, tanah Mediteran, tanah Regosol, tanah Grumosol dan tanah

Andosol. Nilai Indeks Erodibilitas Tanah (K) diperoleh dari Klasifikasi Nilai K

Tanah (Desifindiana dkk, 2013).

Menurut Wibowo (2006) dalam peta tanah tinjau propinsi Jawa Barat, dari

lembaga penelitian tanah bogor, tahun 1966, tanah dikawasan taman nasional

gunung Gede-pangrango terdiri atas :

1) Jenis tanah regosol dan litosol pada lereng pegunungan yang tinggi. Jenis

tanah ini umumnya berwarna gelap; mempunyai prositas tinggi, struktur lepas

dan kapasitas menyimpan air tinggi

2) Jenis tanah asosiasi Andosol dan Regosol pada lereng lereng pegunungan

yang lebih rendah dimana tanahnya telah mengalami pelapukan yang lebih

lanjut.
3) Jenis tanah latosol coklat pada lereng paling bawah. Jenis tanah ini

mengandung liat dan tidak lekat, serta lapisan tanah bawahnya gembur, mudah

ditembus akar, dan lapisan bawahnya telah lapuk.

Teknik Pengolahan Lahan

Pengolahan tanah mempengaruhi sifat fisika tanah seperti struktur tanah

dan distribusi pori serta sifat biologi tanah melalui perubahan kondisi lingkungan

yang mempengaruhi organisme tanah. Pengolahan tanah merupakan suatu

manipulasi mekanik terhadap tanah dengan tujuan memperbaiki struktur tanah,

pertumbuhan gulma, laju dekomposisi bahan organik, aktivitas dan populasi

mikroorganisme tanah, kisaran suhu tanah, perkecambahan dan pertumbuhan biji,

serapan dan efisiensi hara, serta pertumbuhan tanaman (Margarettha, 2014).

Ada beberapa teknik pengolahan tanah yang telah diterapkan oleh petani

dalam usaha budidaya tanaman, yaitu pengolahan tanah secara minimum yang

merupakan upaya perlakuan terhadap tanah seadanya saja. Pengolahan tanah

seperti ini biasanya dilakukan oleh petani dalam budidaya tanaman untuk

produksi skala kecil. Pengolahan tanah konservasi juga telah lama diterapkan oleh

masyarakat. Pengolahan tanah seperti ini dilakukan dengan cara memperhatikan

kaidah konservasi tanah dan air untuk tujuan ketahanan tanah dan air dalam

jangka panjang (Fuady dan Mustaqim, 2015).

Pengolahan tanah yang baik dilakukan melalui tiga tahap pengolahan

tanah tahap pertama adalah pembajakan tanah dengan menggunakan traktor

singkal atau alat bajak yang di tarik hewan. Pengolahan tahap kedua yaitu

penggemburan gumpalan-gumpalan tanah hasil pembajakan dengan cara


mencangkul tanah tipis-tipis sampai di peroleh struktur tanah yang gembur.

Pengolahan tanah tahap ketiga adalah penggemburan tanah tanah kembali, dengan

cara mencngkul tanah tipis-tipis sedlam 30 cm – 40 cm, serta membentuk

bendengaan-bendengan dan parit-parit (Cahyono, 2002).

Faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Lahan

Kerusakan tanah akibat pengolahan tanah yang dilakukan secara intensif

dapat diperbaiki dengan cara melakukan kombinasi pengolahan tanah dan

memanfaatkan bahan organik dari limbah tebu yang telah digiling yaitu blotong

dan abu ketel. Pengolahan tanah akan memperbaiki kualitas sifat fisik tanah

seperti meningkatkan porositas dan aerasi tanah sementara waktu, sedangkan

pemanfaatan bahan organik blotong dan abu ketel mampu memperbaiki sifat fisik

tanah dalam jangka waktu yang lama. Dari kedua kombinasi ini diharapkan dapat

meningkatkan dan memperbaiki kualitas sifat fisik tanah dan pertumbuhan

tanaman tebu (Saccharum officinarum L) (Nita dkk, 2015).

Penanaman secara monokultur dan berlangsung secara terus menerus

sepanjang tahun dapat menurunkan kesuburan tanah, yang pada akhirnya

menyebabkan penurunan hasil. Monokultur dapat menurunkan C-organik (bahan

organic), N, K, Mg tersedia, KPK, pH tanah, stabilitas agregat, kemampuan

memegang air dan meningkatkan berat volume (Juarti, 2016).

Perubahan iklim, peningkatan jumlah penduduk, clan proses urbanisasi

merupakan penyebab umum yang dianggap sebagai faktor-faktor yang

berkontribusi terhadap terjadinya perubahan penggunaan lahan akan tetapi

kenyataannya perubahan penggunaan lahan tidak terjadi karena adanya faktor


tunggal. Kompleksitas antara faktor fisik, biologi, sosial, politik, dan ekonomi

yang terajadi dalam dimensi ruang dan waktu pada saat yang bersamaan

merupakan penyebab utama proses perubahan penggunaan lahan (As-Syakur,

2011).
METODOLOGI PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum Ilmu Tanaman Pakan mengenai Pengolahan Lahan dilaksanakan

pada hari Minggu 23 September 2018, pukul 08.00 wita sampai selesai dan

dilaksanakan di Kebun Rumput Fakultas Peternakan Unhas, Fakultas Peternakan,

Universitas Hasanuddin, Makassar.

Materi Praktikum

Alat yang digunakan dalam praktikum Ilmu Tanaman Pakan mengenai

Pengolahan Lahan yaitu adalah parang atau sabit yang digunakan sebagai

pemotong rumput liar atau pengganggu, cangkul digunakan sebagai penggali

tanah atau lahan yang akan ditanami rumput, dan meteran digunakan untuk

mengukur panjang bedengan, jarak antar bedengan, tinggi bedengan, dan dan

jarak antar tanaman.

Bahan yang digunakan dalam praktikum Ilmu Tanaman Pakan mengenai

Pengolahan Lahan adalah tali rapiah yang digunakan sebagai pembatas antar area

lahan dan pembatas antar bedengan.

Prosedur Kerja

Membersihkan tanah terlebih dahulu dari tanaman pengganggu, sisa-sisa

tanaman dengan menggunakan cangkul. Setelah bersih, mengukur tanah tersebut

selebar 3 x 3 m dan memberikan tali sebagai batasan. Setelah itu, membagi tanah

menjadi 3 petakan dengan jarak setiap petakan 40 cm. Kemudian menggemburkan

tanah menggunakan cangkul sambil membersihkan sisa-sisa gulma yang


tertinggal dengan parang/sabit, Tanah digemburkan, dan setelah lahan

digemburkan lahan siap untuk ditanami tanaman.

Parameter yang diamati

Parameter yang diamati pada praktikum ilmu tanaman pakan tentang

pengolahan lahan yaitu :

Tekstur

Tekstur tanah adalah perbandingan atau komposisi dari partikel halus

berdiameter kurang dari 2 mm yang ada di dalam tanah. Partikel tersebut yaitu,

pasir, debu, dan liat. Tekstur tanah terbagi dalam beberapa klas. Tiap klas

memiliki pengaruh berbeda terhadap daya menahan air, menyimpan zat hara, dan

daya tembus akar. Pembagian klas tekstur dapat ditentukan dari hasil survey tanah

di lapangan atau analisis laboratorium, dan menggunakan segitiga tekstur

(Siagian, 2015).

Bentuk

Bentuk tanah bermacam-macam tergantung pada jenis tanhanya. Sebelum

menjadi tanah, tanah itu berbentuk batu batuan atau lumpur sebelum menjadi

tanah

Warna

Tanah merupakan kumpulan dari benda- benda alam dipermukaan bumi

yang tersusun dari horizon-horizon yang terdiri dari campuran mineral, bahan

organik, air, udara, dan media tumbuh tanaman. Pengolohan tanah pada

kandungan air yang dapat meningkatkan volume pori total air tanah atau dapat

mendorong proses strukturisasi tanakaman yang lebih baik. Tanah sangat


dibutuhkan dalam kehidupan karena tanah dapat dimanfaatkan oleh tumbuh-

tumbuhan untuk perkembangan

Bau

Bau tanah pada umumnya sama. Tergantung pada situasi dilingkungannya

jika tanah tersebut tercemari olrh lingkungan pasti baunya akan berubah.

Kelembaban

Kelembaban tanah juga dapat mempengaruhi penyakit, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Tumbuhan membutuhkan kelembaban tanah

yang cukup, tetapi air yang dapat ditanahnya tergantung dari jenis tumbuhan pada

umumnya, kekurangan air menyebabkan hambatan pertumbuhan., warna daun

pucat, dan tumbuhan cukup tua. Hal ini menyebabkan tanaman menjadi lemah dan

rentan terhadap serangan pathogen. Tetapi tanah yang lembab dapat mempermuah

pathogen menginfeksi bagian tanaman di dalam tanah (Chatri, 2016).

Ph

Pengukuran pH tanah di lapangan dengan prinsip kilometer menggunakan

indicator (larutan, kertas pH) yang menunjukkan warna tertentu pada pH yang

berbeda. Saat ini sudah banyak dibuat pH-meter jinjing yang dapat di bawa ke

lapangan. Disamping itu, ada beberapa tipe pH-meter yang dilengkapi dengan

elektroda yang secara langsung dapat digunakan untuk mengukur pH tanah, tetapi

dengan syarat kandungan lengas pada saat pengukuran cukup tinggi (Sutanto,

2005.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tekstur

Tekstur tanah pada Praktikum Ilmu Tanaman Pakan mengenai Pengolahan

Lahan memiliki tekstur yang berpasir, padat, keras dan berbatu sehingga sulit

diolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Wibowo, (2006) yang menyatakan bahwa

jenis tanah latosol coklat pada lereng paling bawah. Jenis tanah ini mengandung

liat dan tidak lekat, serta lapisan tanah bawahnya gembur, mudah ditembus akar,

dan lapisan bawahnya telah lapuk.

Bentuk

Bentuk atau struktur tanah pada Praktikum Ilmu Tanaman Pakan mengenai

Pengolahan Lahan yaitu kumpulan butir-butir pasir yang berasal dari terkikisnya

batuan karena tanah yang diolah adalah tanah jenis litosol yang berasal dari

batuan endapan. Hal ini sesuai dengan pendapat Wibowo, (2006) yang

menyatakan bahwa jenis tanah latosol coklat pada lereng paling bawah. Jenis

tanah ini mengandung liat dan tidak lekat, serta lapisan tanah bawahnya gembur,

mudah ditembus akar, dan lapisan bawahnya telah lapuk.

Warna

Warna tanah pada Praktikum Ilmu Tanaman Pakan mengenai Pengolahan

Lahan yaitu berwarna coklat agak kemerahan yang berasal dari warna kandungan

batu yang terlah terkikis. Tanah yang diolah adalah jenis tanah litosol dan yang

seperti kita ketahui bahwa tanah litosol berasal dari batuan endapan dan warna

tanah litosol berasal dari warna kandungan batu. Hal ini sesuai dengan pendapat
Wibowo, (2006) yang menyatakan bahwa jenis tanah latosol coklat pada lereng

paling bawah. Jenis tanah ini mengandung liat dan tidak lekat, serta lapisan tanah

bawahnya gembur, mudah ditembus akar, dan lapisan bawahnya telah lapuk.

Bau

Bau yang muncul pada tanah litosol yang diolah di lahan adalah bau

batuan yang telah mengalami pelapukan. Dimana bau tanah akan akan bertambah

saat hujan. Hal ini sesuai dengan pendapat Wibowo, (2006) yang menyatakan

bahwa jenis tanah latosol coklat pada lereng paling bawah. Jenis tanah ini

mengandung liat dan tidak lekat, serta lapisan tanah bawahnya gembur, mudah

ditembus akar, dan lapisan bawahnya telah lapuk.

pH

pH tanah pada Praktikum Ilmu Tanaman Pakan mengenai Pengolahan

Lahan memiliki pH 6,5 yang di ukur dengan indikator ph. Hal ini sesuai dengan

pendapat Susanto, (2005) yang menyatakan bahwa pengukuran pH tanah di

lapangan dengan prinsip kilometer menggunakan indicator (larutan, kertas pH)

yang menunjukkan warna tertentu pada pH yang berbeda.

Suhu

Suhu tanah pada Praktikum Ilmu Tanaman Pakan mengenai Pengolahan


o
Lahan memiliki suhu 47 C. Suhu merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi pengolahan lahan dan suhu digunakan untuk mengatur manipulasi

tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Margarettha, (2014) yang menyatakan

bahwa pengolahan tanah merupakan suatu manipulasi mekanik terhadap tanah


dengan tujuan memperbaiki struktur tanah, pertumbuhan gulma, laju dekomposisi

bahan organik, aktivitas dan populasi mikroorganisme tanah, kisaran suhu tanah,

perkecambahan dan pertumbuhan biji, serapan dan efisiensi hara, serta

pertumbuhan tanaman.

Kelembaban

Kelembaban tanah pada Praktikum Ilmu Tanaman Pakan mengenai

Pengolahan Lahan memiliki kelembaban 0,4%. Kelambaban yang cukup sangat

dibuthkan oleh tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Chatri, (2016) yang

menyatakan bahwa tumbuhan membutuhkan kelembaban tanah yang cukup, tetapi

air yang dapat ditanahnya tergantung dari jenis tumbuhan pada umumnya,

kekurangan air menyebabkan hambatan pertumbuhan., warna daun pucat, dan

tumbuhan cukup tua.


PENUTUP

Kesimpulan

Proses pengolahn lahan ada 3 yaitu membersihkan areal, pembajakan, dan

penggaruan. Jenis tanah yang ada di lahan adalah jenis tanah litosol yang memilik

struktur yang padat, keras, berbatu, serta mempunyai sifat berpasir. Warna tanah

yang diolah yaitu warna kandungan batuan yang berwarna coklat agak kemerahan

dan bau pada tanah yang diolaha berasal dari bau batuan yang sudah terkikis atau

lapuk.

Saran

Sebaiknya pada saat pembersihan lahan, pembajakan, maupun penggaruan

lahan sebaiknya dilakukan dengan benar dan hati-hati. Karena sangat banyak

kejadian-kejadian yang berbahaya yang terjadi pada saat pengolahan lahan.


DAFTAR PUSTAKA

As-Syakur, R. 2010. Perubahan penggunaan lahan di Provinsi Bali. Jurnal


Echotropic. 6 (1) : 1-7.

Cahyono, B. 2002. Wortel Teknik Budidaya Analisis Usaha Tani . Yogyakarta :


Kanisus.

Chatri, M. 2016. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Jakarta : Penamedia Group.

Desifindiana, M. D, B. Suharto, dan R. Wirosoedarmo. 2013. Analisa tingkat


bahaya erosi pada das bondoyudo lumajang dengan menggunakan metode
musle (in press). Jurnal keteknikan pertanian tropis dan biosistem. 1 (2) :
9-17.

Fuady, Z dan Mustaqim. 2015. Pengaruh olah tanah terhadap sifat fisika tanah
pada lahan kering berpasir. Lentera. 15 (15).

Juarti. 2016. Analisis indeks kualitas tanah andisol pada berbagai penggunaan
lahan di desa sumber brantas kota batu. 21 (2) : 58-71.

Margarettha. 2014. Studi biologi tanah dalam penerapan beberapa teknik


pengolahan tanah dan sistem pertanaman pada ultisol. Jurnal agronomi. 8
(2) : 117-120.

Nita, C. E, B. Siswanto, W. H. Utomo. 2015. Pengaruh pengolahan tanah dan


pemberian bahan organik (blotong dan abu ketel) terhadap porositas tanah
dan pertumbuhan tanaman tebu pada ultisol. Jurnal tanah dan sumber daya
lahan. 2 (1) : 119-127.

Pakpahan, A dan A. Anwar. 2016. Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi


lahan sawah

Siagian, N. 2015. Cara Modern Mendongkrak Produktivitas Tanaman Karet.


Jakarta : Agromedia Pustaka

Sutanto, R. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta : Penerbit Kanisus.

Wastiko1, A. F. R, dan B. Pigawati. 2016. Keterkaitan alih fungsi lahan dengan


perubahan aktivitas di tembalang (Kelurahan Tembalang, Bulusan, Dan
Mangunharjo) Semarang. Jurnal TWK. Vol 5 (2) : 81-92.

Wibowo, C. 2006. Hubungan antara keberadaan saninten (castanopis argentea


blume) dengan beberapa sifat tanah : kasus diTaman Nasional Gunung
Gede- Pangrango, Jawa Barat. Tesis. Institut Pertanian Bogor.

Yani, A., dan M. Ruhimat. 2007. Geografi : Menyingkap Fenomena Geosfer.


Jakarta : Grafindo Media Pratama.

Anda mungkin juga menyukai