Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI TANAMAN

ACARA III
KEANEKARAGAMAN VEGETASI PADA BEBERAPA
AGROEKOSISTEM

Nama
NIM
Rombongan
PJ

Oleh:
: Arie Gustav Dwianjasmara
: A1L014021
:5
: Desy Wulan Sari

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENEDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016

I.

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Agroekosistem adalah komunitas tanaman dan hewan yang berhubungan


dengan lingkungannya (baik fisik maupun kimia) yang telah diubah oleh manusia
untuk menghasilkan pangan, pakan, serat, kayu bakar dan produk-produk lainnya
yang dibutuhkan manusia.
Di dalam agroekosistem terdapat ekosistem yang menjadi tempat interaksi
antar faktor biotik dan abiotik. Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang
meliputi faktor fisik dan faktor kimia. Faktor fisik yang mempengaruhi ekosistem
adalah suhu, sinar matahari, air, tanah, ketinggian, angin. Faktor biotik adalah
faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup baik hewan maupun tumbuhan.
Di permukaan bumi, sekian banyak spesies hewan ternyata bagian
adalah serangga. Hal ini disebabkan oleh daya tahan tubuhnya yang baik, cepatnya
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan penyebaran yang sangat luas yaitu
mulai dari daerah tropis hingga daerah kutub. Dari jumlah tersebut, lebih dari
750.000 spesies telah diketahui dan diberi nama. Jumlah tersebut merupakan
kurang lebih 80% dari filum anthropoda.
Salah satu kondisi yang berpengaruh pada ekosistem adalah tutupan lahan
oleh vegetasi yang merupakan bagian penting yang tidak dapat terpisahkan dalam
penanganan pengolahan baik dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka

panjang. Dalam pengelolaan agroekosistem, data vegetasi meliputi tanaman


budidaya maupun tumbuhan yang tumbuh di ekosistem.

B Tujuan

Untuk mengetahui distribusi dan jenis vegetasi budidaya maupun


gulma yang tumbuh berdasarkan hamparan agroekosistem yang berbeda
serta pengamatan terhadap faktor-faktor lingkungannya.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Agroekosistem adalah suatu sistem kawasan tempat membudidaya


makhluk hidup meliputi apa saja yang hidup didalamnya serta material yang
saling berinteraksi. Lahan pertanian merupakan agroekosistem yang sangat luas ,
sehingga didalamnya terdapat pula dimasukan hutan prosuksi dengan komoditas
tanaman industri maupun pangan. Kawasan peternakan dengan pandang
pengembalaan serta tembak tembakitan. Indonesia yang secara geografis terletak
di wilayah yang beriklim tropis sehingga memiliki agroekosistem yang dapat
digolongkan sebagai agroekosistem tropik. Agroekosistem yang dimaksuk dalam
hal ini merupakan agroekosistem pertanian yang terletak didalam kawasan daerah
tropika secara geografik memiliki vegetati dan edafis yang dipengaruhi oelh
faktor iklim setempat(Soedjiran resosoedarmo, 1990)
Agroekosistem pada hakikatnya merupakan ekosistem alam yang dikelola
untuk

kepentingan tertentu yang disebut dengan eksosistem binaa. Setiap

agroekosistem memeliki sifat dan reaksi yang berbeda sesuai dengan kondisi
ekosistem asalnya. Variasi jenis vegetasi, baik berupa tanaman budidayakan
maupun tanaman liar atau gulma yang merupakan produk alam sebagai nila dan
keanekaragaman.Keanekaragaman tanaman budidaya yang ada di Indonesia
sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar. Terdapat beberapa tanaman
yang hanya dapat tumbuh pada daerah tertentu atau yang sekarang lebih dikenal
dengan istilah tanaman spesifik lingkungan. Akan tetapi ada pula beberapa jenis

tanaman yang mampu tumbuh diberbagai lokasi berbeda meskipun dengan


keadaan atau kondisi lingkungan yang berbeda pula (Kartasapoetra, 1993).
Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak
positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum
peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan
karbon dioksida dan oksigen dalam udara,

perbaikan sifat fisik, kimia dan

biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum
kehadiran vegetasi

pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi

pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang


tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi
laju erosi tanah, tetapi besarnya tergantung struktur dan komposisi tumbuhan
yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut (Sheil, 2004).
Transek adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari / diselidiki
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan
lingkungannya atau untuk mengetahui jenis vegetasi yang ada di suatu lahan
secara cepat (Kimmins, 1987). Keunggulan analisis vegetasi metode transek
adalah data yang diperoleh juga jauh lebih baik dan lebih banyak, akurasi data
dapat diperoleh dengan baik, penyajian struktur komunitas (seperti persentase
tumbuhan yang mati mati, kekayaan jenis, dominasi, frekuensi kehadiran, ukuran
koloni dan keanekaragaman jenis) dapat disajikan secara lebih menyeluruh, dan
struktur komponen biotik maupun abiotik yang berasosiasi dengan tumbuhan juga
dapat disajikan dengan baik. Selain itu, analisis vegetasi metode transek juga
memiliki kelemahan seperti membutuhkan tenaga peneliti yang banyak, survei

membutuhkan waktu yang lama, dituntut keahlian peneliti dalam identifikasi,


minimal life form dan sebaliknya genus atau spesies (Sheil, 2004).
Ekosistem disusun oleh dua komponen, yaitu lingkungan sik atau tidak
hidup (komponen abiotik) dan berbagai jenis makhluk hidup (komponen biotik).
Berbagai jenis makhluk hidup tersebut dapat dikelompokkan menjadi satuansatuan makhluk hidup dan ekosistem : 1. Komponen Abiotik Komponen abiotik
merupakan komponen penyusun ekosistem yang terdiri dari benda-benda tak
hidup. Secara terperinci, komponen abiotik merupakan keadaan sik dan kimia di
sekitar organisme yang menjadi medium dan substrat untuk menunjang
berlangsungnya kehidupan organisme tersebut. Komponen abiotik meliputi:
A. Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup organisme. Air dibutuhkan tumbuhan dalam
pertumbuhan,

perkecambahan, dan penyebaran biji. Air mempunyai

beberapa fungsi yaitu sebagai daya pelarut unsur-unsur yang diambil oleh
tanaman,

mempertinggi

reaktivitas

persenyawaan

sederhana/kompleks, berperan dalam proses fotosintesis,

yang

penyangga

tekanan di dalam sel yang penting dalam aktivitas sel tersebut,


mengabsorbsi temperatur dengan baik/mengatur temperatur di dalam
tanaman, menciptakan situasi temperatur yang konstan. Air merupakan
substrat fotosintesis, tetapi hanya 0,1% dari jumlah air total digunakan
oleh tumbuhan untuk fotosintesis. Transpirasi meliputi 99% dari seluruh
air yang digunakan oleh tumbuhan, kira-kira 1% digunakan untuk

embasahi tubuh, mempertahankan tekanan turgor dan memungkinkan


terjadinya pertumbuhan (Suwasono Heddy, 2001).
B. Suhu Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pertumbuhan tanaman akan
baik pada suhu antara 15 O C sampai 40 oC. Suhu akan mengaktifkan
proses fisik dan kimia pada tanaman. Energi panas akan menggiatkan
reaksi biokimia pada tanaman atau reaksi fisiologis dikontrol oleh selang
suhu tertentu (Suwasono Heddy, 2001).
C. Cahaya Matahari Cahaya matahari sebagai sumber energi primer di muka
bumi, sangat menentukan kehidupan dan produksi tanaman, termasuk
dalam perkecambahan,pembentukan umbi dan bulb, pembungaan dan
perbandingan

kelamin

pada

bunga.

Cahaya

perkecambahaan dan pembungaan dengan

mempengaruhi

pengaruhnya terhadap

fitokrom. Pengaruh cahaya tergantung mutu berdasarkan

panjang

gelombang (antara panjang gelombang 0,4 0,7 milimikron). Pengaruh


cahaya ditentukan oleh intensitas cahaya, kualitas cahaya dan lama
penyinaran (panjang hari). Reaksi cahaya dari tanaman (fotosintesis,
fototropisme, dan fotoperiodisitas) didasarkan atas reaksi fotokimia yang
dilaksanakan

oleh

sistem

pigmen

spesifik

Faktor

kelembaban/kelembapan udara yaitu kadar air dalam udara dapat


mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan .
D. Tanah Tanah. Tanah Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme yang
terbentuk dari proses pelapukan. Tanah menyediakan unsur-unsur hara
yang diperlukan tumbuhan untuk pertumbuhan. Tanah akan memberikan
tanggapan yang baik pada tanaman apabila pengolahan tanah baik disertai

dengan pemberian pupuk yang cukup. Pengolahan tanah adalah


memanipulasi mekanik tanah terhadap tanah untuk menciptakan keadaan
tanah yang cukup baik untuk pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah
(Resosoedarmo, 1990).

III.

METODE PRAKTIKUM

A Alat dan Bahan

Kegiatan ini merupakan acara praktikum yang dilakukan di lapangan


maka sebagai materi praktikum adalah aneka vegetasi yang tumbuh pada
berbagai macam tipe agroekosistem. Alat yang dibutuhkan yaitu: tali rafia,
roll

meter,

ajir,

bambu,

buku

identifikasi

vegetasi,

pH

meter,

thermohygrometer, altimeter dan alat tulis

B Prosedur Kerja
Persiapan
Persiapan pelaksanaan kegiatan transek yang sebaiknya secara
khusus diperhatikan adalah mempersiapkan tim dan masyarakat yang
akan ikut, termasuk menetukan kapan dan dimana akan berkumpul. Juga
dipersiapkan alat-alat tulis, kertas lebar (palano), karton warna-warni,
kertas berwarna, lem, spidol warna-warni. Juga akan menyenangkan
apabila membawa perbekalan (makanan).
Peserta terdiri dari staf pengajar mata kuliah ekologi tanaman,
asisten praktikum dan praktikan,

untuk

memudahkan

pelaksanaan

transek maka melibatkan masyarakat yang menjadi penunjuk jalan.


Petani akan menjadi narasumber
diperkirakan

akan

dikaji dalam

yang memahami hal-hal yang sudah


kegiatan

transek

ini,

terutama

tujuan

kegiatan

masalah-masalah teknis pertanian.

Pelaksanaan

Sebelum berangkat, bahas

kembali maksud dan

penelusuran lokasi serta proses kegiatan yang akan dilakukan.

Sepakati

bersama

praktikan,

lokasi-lokasi

penting

yang

akan

dikunjungi serta topik- topik kajian yang akan dilakukan. Setelah itu,

sepakati lintasan penelusuran.


Sepakati titik awal perjalanan (lokasi pertama), biasanya diambil dari
titik terdekat dengan kita berada pada saat itu.
Lakukan perjalanan dan amati keadaan disepanjang perjalanan.
Biarkan petani (masyarakat) menunjukkan hal-hal yang dianggap
penting untuk diperlihatkan dan dibahas keadaannya. Didiskusikan

keadaan sumber daya tersebut dan amati dengan seksama.


Buatlah catatan-catatan hasil diskusi di setiap titik pengamatan

Setelah perjalanan
Bisa selama berhenti dilokasi tertentu, gambar bagan transek dibuat utnuk
setiap bagian lintasan yang sudah ditelusuri. Tetapi, yang sering terjadi adalah
pembuatan

bagan

setelah

seluruh

lintasan

ditelusuri.langkah-langkah

kegiatannya adalah sebagai berikut :

Jelaskan cara dan proses membuat bagan.


Sepakati simbol-simbol yang dipergunakan untuk menggambar bagan
transek. Catat simbol-simbol tersebut beserta artinya disudut kertas.

Pergunakan spidol berwarna agar jelas dan menarik.


Selama penggambaran perhatikan:
Pikirkan ketinggian (naik-turun permukaan bumi)
Perkiraan jarak antara satu lokasi drngan lokasi lain.

Pergunakan hasil gambar transek tersebut untuk

mendiskusikan lebih lanjut permasalahan, dan potensi.


Buatlah catatan-catatan hasil diskusi tersebut

Kegiatan ini lebih baik dilakukan pada pagi hari dan cuaca cerah
Kegiatan

ini memerlukan waktu 2-3 jam atau bahkan lebih perjalanan,

tergantung panjang lintasan yang ditelusuri, ditambah 2-3 jam pembuatan


bagan dan diskusi lanjutan. Karena waktu kegiatan yang cukup panjang,
persiapan dan persetujuan dengan masyrakat (pendamping) perlu dilakukan.
Hujan akan merupakan hambatan yang cukup serius dalam kegiatan teknik
penelusuran

lokasi ini,

oleh

karena

itu

cuaca harus

benar-benar

diperhatikan sebelum melaksanakan kegiatan penelusuran lokasi ini.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Hasil

Terlampir

B Pembahasan

Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan


bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu
kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan
sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili
habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu

jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang
digunakan. (Resosoedarmo, 1990).
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis
suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai
dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan
pesat seiring (Resosoedarmo, 1990).
Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta
herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen
utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan
merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti
hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain (Resosoedarmo, 1990).
Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu
jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil
agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau
pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan
jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat
mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies
Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan : (1) luas
minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2) jumlah
minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur
yang mewakili jika menggunakan metode jalur. (Resosoedarmo, 1990).

Caranya adalah dengan mendaftarkan jenis-jenis yang terdapat pada petak


kecil, kemudian petak tersebut diperbesar dua kali dan jenis-jenis yang ditemukan
kembali didaftarkan. Pekerjaan berhenti sampai dimana penambahan luas petak
tidak menyebabkan penambahan yang berarti pada banyaknya jenis. Luas
minimun ini ditetapkan dengan dasar jika penambahan luas petak tidak
menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 5-10% (Oosting, 1958; Cain &
Castro, 1959). Untuk luas petak awal tergantung surveyor, bisa menggunakan luas
1m x1m atau 2m x 2m atau 20m x 20m, karena yang penting adalah konsistensi
luas petak berikutnya yang merupakan dua kali luas petak awal dan kemampuan
pengerjaannya dilapangan. (Kamil, 1979)
Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen
penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus
dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu
vegetasi umumnya terdiri dari :
1. Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan
memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.
2. Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain
(biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemiparasit.

3. Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki


rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai
daun.
4. Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan
biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1
meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.
5. Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri
sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau
belukar.
6. Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai
rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang
menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang
kadang-kadang keras.
7. Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu
batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm. (Hedy,1986)
Berdasarkan

tujuan

dikelompokkan kedalam3

pendugaan

kuantitatif

komunitas

vegetasi

kategori yaitu (1) pendugaan komposisi vegetasi

dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal
lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda; (2) menduga
tentang keragaman jenis dalam suatu areal; dan (3) melakukan korelasi antara

perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor


lingkungan (Moenandir, J. 1993).
Untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan Metode
Berpetak (Teknik sampling kuadrat : petak tunggal atau ganda, Metode Jalur,
Metode Garis Berpetak) dan Metode Tanpa Petak (Metode berpasangan acak,
Titik pusat kwadran, Metode titik sentuh, Metode garis sentuh, Metode Bitterlich)
(Kamil, 1979).

Gambar 1. Transek Analisis Vegetasi


Hasil transek analisis vegetasi yang kami buat pada saat kami mengamati
vegetasi sekitar telaga sunyi. Dari hasil transek ini dapat dilihat bahwa vegetasi
disekitar wilayah telaga sunyi adalah umunya tanaman tahunan yaitu:
kopi,damar,aren,jambu air, mahoni, pinus. Dan tanaman lainnya adalah putri
malu, aren, puspa, talas, pisang, pinus, salak,anggrek, paitan, suplir. Tanaman ini
tumbuh secara polikultur dan umumnya adalah tanaman tahunan beriklim dingin
atau sejuk. Tanaman ini tumbuh karena kondisi ekologi yang mendukung

pertumbuhan tanaman tersebut. Lokasi Baturaden memiliki ketinggian 500-550 m


dpl, yang artinya pada ketinggian 500-550m dpl ini beriklim dingin atau sejuk,
dapat membantu pertumbuhan tanaman tahunan. Lingkungan abiotik lainnya
seperti curah hujan, kelembapan juga sangat mendukung pertumbuhan vegetasi
yang ada disana. Tingginya tempat membuat curah hujan juga meninggi atau
meningkat dan juga dapat meningkatkan kelembapan di daerah tersebut. Kondisi
seperti ini membuat gulma tumbuh subur dan hijau sekali di daerah ini. rumput,
teki, dan lainnya sangat subur. Seperti yang kita ketahui gulma sangat minim
sekali membutuhkan syarat untuk tumbuh, dikondisi tercekampun terkadang
gulma masih dapat tumbuh dengan baik. Kondisi iklim ini sangat mendukung
pertumbuhan gulma.
Wilayah vegetasi yang kami amati adalah bukan wilayah pertanian,
melaikan wilayah kehutan. Ini membuat komponen biotik yaitu manusia tidak
ada. Dan dampaknya adalah tanaman tidak dipanen atau tidak ada suatu unsur
yang diambil dari wilayah tersebut. Maka siklus kehilangan unsur dan
mendapatkan unsur berjalan sangat lambat. Dari hasil yang kami peroleh dapat
dikatakan bahwa hasil analisa yang kami dapatkan cocok dengan yang terdapat
pada literature.
Ekosistem disusun oleh dua komponen, yaitu lingkungan sik atau tidak
hidup (komponen abiotik) dan berbagai jenis makhluk hidup (komponen biotik).
Berbagai jenis makhluk hidup tersebut dapat dikelompokkan menjadi satuansatuan makhluk hidup dan ekosistem : 1. Komponen Abiotik Komponen abiotik

merupakan komponen penyusun ekosistem yang terdiri dari benda-benda tak


hidup. Secara terperinci, komponen abiotik merupakan keadaan sik dan kimia di
sekitar organisme yang menjadi medium dan substrat untuk menunjang
berlangsungnya kehidupan organisme tersebut. Komponen abiotik meliputi:
E. Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup organisme. Air dibutuhkan tumbuhan dalam
pertumbuhan,

perkecambahan, dan penyebaran biji. Air mempunyai

beberapa fungsi yaitu sebagai daya pelarut unsur-unsur yang diambil oleh
tanaman,

mempertinggi

reaktivitas

persenyawaan

sederhana/kompleks, berperan dalam proses fotosintesis,

yang

penyangga

tekanan di dalam sel yang penting dalam aktivitas sel tersebut,


mengabsorbsi temperatur dengan baik/mengatur temperatur di dalam
tanaman, menciptakan situasi temperatur yang konstan. Air merupakan
substrat fotosintesis, tetapi hanya 0,1% dari jumlah air total digunakan
oleh tumbuhan untuk fotosintesis. Transpirasi meliputi 99% dari seluruh
air yang digunakan oleh tumbuhan, kira-kira 1% digunakan untuk
embasahi tubuh, mempertahankan tekanan turgor dan memungkinkan
terjadinya pertumbuhan (Suwasono Heddy, 2001).
F. Suhu Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pertumbuhan tanaman akan
baik pada suhu antara 15 O C sampai 40 oC. Suhu akan mengaktifkan
proses fisik dan kimia pada tanaman. Energi panas akan menggiatkan

reaksi biokimia pada tanaman atau reaksi fisiologis dikontrol oleh selang
suhu tertentu (Suwasono Heddy, 2001).
G. Cahaya Matahari Cahaya matahari sebagai sumber energi primer di muka
bumi, sangat menentukan kehidupan dan produksi tanaman, termasuk
dalam perkecambahan,pembentukan umbi dan bulb, pembungaan dan
perbandingan

kelamin

pada

bunga.

Cahaya

perkecambahaan dan pembungaan dengan

mempengaruhi

pengaruhnya terhadap

fitokrom. Pengaruh cahaya tergantung mutu berdasarkan

panjang

gelombang (antara panjang gelombang 0,4 0,7 milimikron). Pengaruh


cahaya ditentukan oleh intensitas cahaya, kualitas cahaya dan lama
penyinaran (panjang hari). Reaksi cahaya dari tanaman (fotosintesis,
fototropisme, dan fotoperiodisitas) didasarkan atas reaksi fotokimia yang
dilaksanakan

oleh

sistem

pigmen

spesifik

Faktor

kelembaban/kelembapan udara yaitu kadar air dalam udara dapat


mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan .
H. Tanah Tanah. Tanah Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme yang
terbentuk dari proses pelapukan. Tanah menyediakan unsur-unsur hara
yang diperlukan tumbuhan untuk pertumbuhan. Tanah akan memberikan
tanggapan yang baik pada tanaman apabila

pengolahan tanah baik

disertai dengan pemberian pupuk yang cukup. Pengolahan tanah adalah


memanipulasi mekanik tanah terhadap tanah untuk menciptakan keadaan
tanah yang cukup baik untuk pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah
(Resosoedarmo, 1990).

Gambar 2. Foodweb
Foodweb yang kami buat berdasarkan penemuan kami di lapang,
membuktikan bahwa foodweb akan selalu berbeda di setiap wilayah. Contohnya
foodweb di wilayah pertanian dengan foodweb diwilayah perhutanan. Namun ada
beberapa organisme yang selalu ada dan sama. Contohnya adalah ulat. Dalam
foodweb ini tanaman kopi, paitan jambu air, mahoni, dan pisang menjadi inang
bagi ulat, ini di tandai dengan adanya bekas gigitan ulat di dedaunan, dan kami
juga menemukan ulatnya. Ulat akan tumbuh berkembang menjadi kupu-kupu dan
mendapat makanan dari tanaman putri malu yang tumbuh liar di wilayah tersebut.
Kupu-kupu juga mendapat nutrisi dari Paitan. Kami juga menemukan lebah di
wilayah ini. Kupu-kupu dan lebah ada karena paitan dan putir malu mempunya
bunga yang dapat diambil oleh organisme tersebut. Selain organisme tersebut ada
juga cacing kecil yang hidup disana, yang dapat dimakan oleh capung. Capung ini
dapat dimakan oleh burung yang terbang di sekitar wilayah tersebut. Selain
capung kadang juga memakan cacing-cacing tersebut. Kami juga menemukan
adanya tanda-tanda hidupnya ular diwilayah tersebut yang ditandai dengan adanya
lubang-lubang ditanah tempat ular hidup di wilayah tersebut.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Transek adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari/


diselidiki yang bertujuan untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi
dan perubahan lingkungannya atau untuk mengetahui jenis vegetasi yang
ada di suatu lahan secara cepat.
2. Transek merupakan cara ini paling efektif untuk mempelajari perubahan
keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi dan elevasi.
3. Di wilayah Telaga sunyi kami mendapatkan beberapa hewan yang terlibat
dalam foodweb. Yaitu: Ulat, Kupu-kupu, lebah, cacing, capung, ular,
burung, kadal, jangkrik, dan belalang.

B. Saran

Asisten agar lebih memilih tempat yang lebih baik dan melengkapi alat
alat dalam praktikum dan praktikan agar lebih on time menyelesaikan accan.

DAFTAR PUSTAKA

Bahan Latihan Pendamping , Yayasan Bina Masyarakat Sejahtera (BMS)


Jakarta, 2001
Heddy, Suwasono. 1986. Pengantar Ekologi. CV Rajawali. Jakarta.

Junaedi, A, M.A. Chozin dan K. Ho Kim, 2006., Ulasan perkembangan terkini


kajian alelopati (Current research status of allelopathy). Jurnal Hayati
Vol. 13. hal : 79-84.
Kamil, J., 1979. Teknologi benih 1. Penerbit PT Angkasa Raya Padang.
Kartasapoetra, W. A.G. 1989. Kerusakan Tanah Pertanian. Bina Aksara, Jakarta.
Moenandir, J. 1993. Pengantar ilmu dan pengendalian gulma. Pent. Rajawali
Press, Jakarta.
Moenandir, J. 1993b.

Persaingan tanaman budidaya dengan gulma.

Pent.

Rajawali Press, Jakarta.


Prabhu, R., Colfer, C.J.P., Dudley, R.G. 1999.
Panduan untuk
pen gemban gan, pengujian dan pemilihan kr iteria d an ind ikator un tu k
pen gelo laan hutan lestari. C enter for International Forestry Research.
192p.
Puntodewo, A., Dewi, S., Tarigan, J. 2003. Sistem Informasi Geo graf is Untu k
pen gelo laan sumberd aya alam. Center for International Forestry
Research. 142pp.
Resosoedarmo, Soedjiran. 1990. Pengantar Ekologi. PT Remaja Rosdakarya.
Jakarta.
Sheil, D, R.K. Puri, I. Basuki, M. Van Heist, N. Liswanty, et al. 2004.
Mengeksplorasi keanekaragaman hayati, lingkungan dan pandangan
masyarakat lokal mengenai berbagai landskap hutan. Center for
International Forestry Research 101p.

Lampiran

Gambar 1. Foodweb
Gambar 2. Transek Analisis Vegetasi

Gambar 3. Wilayah Telaga Sunyi


Gambar 4. Setelah Presentasi

Vegetasi yang terlihat

Anda mungkin juga menyukai