PENDAHULUAN
1
Laporan ini kami susun berdasarkan praktik penanaman pakcoi dan kedelai
pada 12 Oktober 2014 – 12 November 2014 yang dilaksanakan di UPT Nerseri,
Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya dan fieldtrip pada hari Minggu, 26
Oktober 2014 yang dilaksanakan di Kebun Percobaan di Jatikerto dan Cangar,
Kabupaten Malang. Kami harap laporan pembelajaran ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Kritik dan saran sangat kami harapkan untuk perbaikan
kedepannya.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui analisis vegetasi dan faktor abiotik
Untuk mengetahui faktor biotik dan abiotik tanah
Untuk mengetahui peran arthropoda dalam agroekosistem
Untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap tanaman
polybag
1.4 Manfaat
Dapat mengetahui pengaruh faktor biotik dan abiotik terhadap vegetasi
pada plot
Dapat mengetahui faktor biotik dan abiotik tanah
Dapat mengetahui peran arthropoda dalam agroekosistem
Dapat mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap tanaman
polybag
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.3 Pengaruh Faktor Abiotik Terhadap Pertumbuhan Tanaman
a) Tanah
Tanah berperan penting bagi pertumbuhan tanaman karena tanah
berfungsi sebagai tempat tumbuh dan penyedia kebutuhan tanaman, serta
juga sebagai pelindung tanaman dari serangan hama penyakit dan dampak
negatif pestisida dan limbah industri berbahaya.
Tanah yang subur merupakan media yang terbaik bagi tumbuhan.
Kesuburan tanah mencakup tiga aspek yaitu kesuburan fisik, kimia dan
biologi. Kesuburan fisik antara lain mencakup, struktur, tekstur, dan
kemampuan tanah memegang air. Kesuburan kimia terutama terkait
dengan status terutama terkait dengan status nutrisi atau unsur hara dalam
tanah. biologi menyangkut adanya aktivitas mikroorganisme dalam tanah
(Hanafiah, 2013).
b) Suhu
Suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup.
Suhu lingkungan adalah ukuran dari intensitas panas dalam unit standar
dan biasanya diekspresikan dalam skala derajat celsius. Keadaan
pergerakan molekul ditentukan oleh suhu.
Peran suhu bagi pertumbuhan tanaman ialah dalam proses
transpirasi. Makin tinggi suhu permukaan tanah maka makin cepat proses
transpirasinya. Makin rendah suhu permukaan tanah akan memperlambat
proses transpirasi. Suhu juga mempengaruhi penyerapan air oleh akar
tanaman. Semakin rendah suhu tanah semakin sedikit air yang diserap oleh
akar. Oleh karena itu akan mengakibatkan tanaman menjadi layu (Hakim,
2002).
4
c) Cahaya matahari
Sinar matahari merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh
tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis. Radiasi matahari dalam
suatu lingkungan berasal dari dua sumber utama:
a. Temperatur matahari yang tinggi.
b. Radiasi termal dari tanah, pohon, awan, dan atmosfir (Nyakpa,
2010).
d) Ketersediaan Air dan Udara
Air sangat dibutuhkan oleh mahluk hidup. Tubuh mahluk hidup
tersusun sekitar 80-90% air. Zat ini digunakan sebagai pelarut di dalam
sitoplasma untuk menjaga tekanan osmosis sel dan mencegah sel dari
kekeringan. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan,
perkecambahan dan penyebaran biji Bagi hewan dan manusia, air
diperlukan untuk pertumbuhan dan lain sebagainya. Di alam, air dapat
berbentuk gas, cair, dan padat. Air sangat berpengaruh terhadap
metabolisme makhluk hidup dan dipengaruhi pula oleh suhu, salinitas, dan
pH.
Udara dibutuhkan oleh tanaman dalam bentuk gas CO 2 dalam
proses fotosintesis. Udara di atmosfer tersusun atas gas Nitrogen (N 2,
78%), gas Oksigen (O2,21%), dan gas Karbondioksida (CO2,0,003%)
(Hardjowigeno, 2007).
e) Kelembaban
5
defist tekanan uap air. Kelembaban mutlak adalah kandugan uap air (dapat
dinyatakan dengan massa uap air atau tekanannya) persatu air aktual dengan
keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air.
Kapasitas udara untuk menampung uap air tersbeut (pada keadaan jenuh)
ditentukan oleh suhu udara. Sedangkan deficit tekanan uap air adalah slisih
antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap aktual
Kelembaban udara akan berpengaruh lansung pada transpirasi tanaman.
Transpirasi adalah hilangnya air (uap air) dari tanah melalui tubuh tanaman
ke ruangan sekelilingnya dan berusaha menjenuhi ruangan. Transpirasi
terjadi melalui stomata dan membutuhkan energi. Stomata membuka bila
ada intensitas cahaya matahari yang cukup di siang hari (Salikin, 2003).
FaktorAbiotik
Suhu
Pengertian suhu mencakup dua aspek, yaitu : derajat dan insolasi.
Insolasi menunjukkan energy panas dari matahari dengan satuan gram
kalori/ 〖 cm 〗 ^2/jam. Satu gram kalori adalah sejumlah energy yang
dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 (satu) gram air sebesar 1°C. Jumlah
insolasi atau suhu suatu daerah tergantung kepada (a). Latitude (letak
lintang) suatu daerah; (b). Altitude (tinggi tempat dari permukaan laut);
(c). Musim berpengaruh terhadap insolasi dalam kaitannya dengan
kelembaban udara dan keadaan awan; dan (d). Angin juga sering
berpengaruh terhadap insolasi, apalagi bilaangin tersebut membawa uap
panas.Suhu juga bervariasi berdasarkan waktu, baik suhu udara maupun
suhu tanah. Tanah lebih cepat menerima panas dari pada udara, akan tetapi
semakin siang panas yang diterima akan sama karena udara selaim
menerima radiasi dari matahari juga konduksi dari tanah. Masih dalam
kaitannya dengan terminology suhu, ada istilah lain yang sering digunakan
dalam bidang pertanian yaitu satuan panas (heat unit). Satuan panas adalah
jumlah panas yang dibutuhkan tanaman selama siklus hidupnya. Pada
6
tanaman yang sama, umur panen akan lebih panjang bila ditanam pada
daerah yang bersuhu rendah karena untuk mendapatkan sejumlah satuan
panas tertentu (Chambers,2001).
Radiasi Matahari
Radiasi matahari merupakan factor utama diantara factor iklim yang
lain, tidak hanya sebagai sumber energy primer karena berpengaruh
terhadap keadaan factor-faktor yang lain seperti: suhu, kelembaban, dan
angin.Intensitas radiasi matahari adalah banyaknya energy yang diterima
oleh suatu tanaman per satuan waktu. Biasanya diukur dengan satuan:
kal/ 〖 cm 〗 ^2/hari, sehingga pengertian intensitas disini sudah termasuk
didalamnya “lama penyinaran” (lama matahari bersinar dalm satu hari)
karena satuan waktunya menggunakan hari.
Besarnya intensitas radiasi yang diterima oleh tanaman tidak sama
untuk setiap tempat dan waktu, antara lain tergantung kepada: (1). Jarak
antara matahari dan bumi; (2). Besarnya intensitas radiasi matahari
tergantung pada musim; (3). Intensitas radiasi matahari yang diterima oleh
tanaman juga tergantung kepada letak geografis. Berdasarkan kebutuhan
dan adaptasi tanaman terhadap radiasi matahari, pada dasarnya tanaman
dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu :
Golongan sciophytes/shadespecies/shade loving
Tanaman yang tumbuh baik pada tempat yang ternaung
dengan intensitas radiasi matahari rendah. Tanaman kopi
misalnya, ia tumbuh baik pada intensitas sekitar 30-50 persen
dari radiasi penuh.
Golongan heliophytes/sunspecies/sun loving
Tanaman yang tumbuh baik pada intensitas radiasi mahari
penuh. Tanaman-tanaman golongan ini sudah barang tentu
tidak akan tumbuh baik bila ternaung oleh tanaman lain.
Tanaman padi, jagung, tebu, ubi kayu dan sebagian besar
tanaman pertanian termasuk kelompok ini. Bila tanaman
tumbuh pada intensitas radiasi matahari rendah sepintas lebih
subur karena tanaman lebih tinggi, daun-daun rimbun, tetapi
7
sebenarnya tanaman tersebut lemah. Sebaliknya bila intensitas
terlalu tinggi pertumbuhan tanaman terhambat, batang pendek
dan daun-daun kecil. Dengan demikian yang terbaik ialah
intensitas yang optimum, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu
rendah agar didapatkan pertumbuhan dari hasil yang
maksimum (Wisnubroto, 2005).
Ketersediaan Air dan Udara
Air sangat dibutuhkan oleh mahluk hidup. Tubuh mahluk hidup
tersusun sekitar 80-90% air. Zat ini digunakan sebagai pelarut di dalam
sitoplasma untuk menjaga tekanan osmosis sel dan mencegah sel dari
kekeringan. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan,
perkecambahan dan penyebaran biji Bagi hewan dan manusia, air
diperlukan untuk pertumbuhan dan lain sebagainya. Di alam, air dapat
berbentuk gas, cair, dan padat. Air sangat berpengaruh terhadap
metabolisme makhluk hidup dan dipengaruhi pula oleh suhu, salinitas, dan
pH.
Udara dibutuhkan oleh tanaman dalam bentuk gas CO 2 dalam
proses fotosintesis. Udara di atmosfer tersusun atas gas Nitrogen (N 2,
78%), gas Oksigen (O2,21%), dan gas Karbondioksida (CO2,0,003%)
(Hardjowigeno, 2007).
Kelembaban
8
dinyatakan dengan massa uap air atau tekanannya) persatu air aktual dengan
keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air.
Kapasitas udara untuk menampung uap air tersbeut (pada keadaan jenuh)
ditentukan oleh suhu udara. Sedangkan deficit tekanan uap air adalah slisih
antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap aktual
Kelembaban udara akan berpengaruh lansung pada transpirasi tanaman.
Transpirasi adalah hilangnya air (uap air) dari tanah melalui tubuh tanaman
ke ruangan sekelilingnya dan berusaha menjenuhi ruangan. Transpirasi
terjadi melalui stomata dan membutuhkan energi. Stomata membuka bila
ada intensitas cahaya matahari yang cukup di siang hari (Salikin, 2003)
Faktor Biotik
Organisme
9
2.5 Peran Arthropoda Dalam Ekosistem
4. Insecta :
- Merugikan manusia karena menimbulkan kerusakan (kutu buku, rayap)
- Berperan sebagai vektor penyerbukan (kupu-kupu)
- Berperan sebagai hama pertanian/perkebunan (kumbang,wereng)
- Sebagai sumber protein hewani (di thailand insecta, kecoa, jangkrik, dan lain-
lain diolah menjadi makanan kalengan)
- Berperan dalam rantai makanan darat (Suhardjono, 2000).
10
BAB III
Alat :
1. Alat Tulis :Untuk mencatat hasil pengamatan
2. Kamera :Untuk mendokumentasikan hasil
pengamatan
3. Luxmeter :Untuk mengukur intensitas radiasi
matahari
4. Thermohygrometer :Untuk mengukur kelembapan udara
5. Thermometer :Untuk mengukur suhu
Bahan :
1. Tali rafia :Untuk membuat sub plot
2. Plastik :Sebagai tempat menyimpan vegetasi
11
b. Metode (Diagram Alir)
Membuat Laporan
12
Metode Analisis Faktor Abiotik
Suhu
Menyiapkan alat dan bahan
Membuat laporan
13
Kelembaban
Membuat laporan
14
Intensitas cahaya Matahari
Menggeser tombol “off/on” ke arah on pilih kisaran range yang akan di ukur
(1x untuk dalam ruang, 10x untuk ternaungi dan 100x utuk di luar ruangan )
pada tombol range
Membuat laporan
15
c. Analisa Perlakuan
1. Analisa vegetasi
Tanaman tahunan
Hal pertama yang dilakukan saat mengamati vegetasi adalah menyiapkan
alat dan bahan kemudian mengamati vegetasi apa saja yang ada di plot
tersebut dengan menghitung jumlah pada setiap vegetasi lalu
mendokumentasikan setiap vegetasinya . Selanjutnya mencatat hasil
vegetasi yang sudah didapat dan membuat laporan
Tanaman semusim
16
Kelembaban
3.2 Tanah
Alat:
1. Thermometer : Untuk mengukur suhu
2. Alat tulis : Untuk mencatat hasil pengukuran
Bahan:
1. Tanah : Sebagai objek pengamatan
17
a. Analisa Perlakuan
Yang pertama dilakukan saat mengamati suhu tanah adalah menyiapkan alat
thermometer, gunanya untuk mengukur suhu tanah. Kemudian meletakkanalat
thermometer di tempat yang akandiukursuhunya supaya memudahkan dalam
proses pengamatan. Setelah itu membaca skalapengukurannya yang terdapat pada
thermometer dan mencatat hasil pengukuran.
Yang pertama dilakukan saat mengamati suhu tanah adalah menyiapkan alat
thermometer. Kemudian meletakkan alat ini di tempat yang akan diukur suhunya
lalu membaca skala pengukurannya dan mencatat hasil pengukuran.
Alat:
1. Cetok : Untuk menggali tanah
2. Penggaris besi : Untuk mengukur kedalaman tanah
3. Alat tulis : Untuk mencatat hasil pengamatan
4. Kamera : Untuk dokumentasi
Bahan:
1. Plastik : Sebagai wadah hama
2. Tali rafia : Untuk membuat sub plot
18
b. Metode (Diagram alir)
Biota Tanah
Menggali tanah sedalam 20 cm dan mengamati biota yang ada di dalam tanah tersebut
Membuat laporan
Seresah
19
Menyiapkan alat dan bahan
c. Analisa Perlakuan
Biota Tanah
Sebelum melakukan praktikum sebaiknya menyiapkan alat dan bahan.
Selanjutnya menentukan dua titik di dalam plot secara acak yang diperkirakan
memiliki banyak biota dan sedikit biota, dengan melihat apakah tanahnya
ternaungi atau tidak ternaungi. Setelah tempat ditentukan, menggali tanah
sedalam 20 cm menggunakan cetok sambil mengamati biota yang ada di
dalam tanah tersebut. Lalu mendokumentasikan biota tanah yang di dapat.
Kemudian, menaruhnya ke dalam plastik yang berisi kapas dengan alkohol
untuk membius biota tanah. Selanjutnya mencatat hasil biota yang didapat.
Lalu membuat laporan.
Seresah
20
Sebelum melakukan praktikum sebaiknya menyiapkan alat dan bahan,
yaitu penggaris besi, alat tulis dan tali rafia. Setelah itu membuat 5 sub plot di
dalam plot yang masing-masing sub plot berukuran 50 x 50 cm, yang
bertujuan untuk mendapatkan rata-rata ketebalan seresah di dalam plot
tersebut. Kemudian, menekan seresah yang terdapat pada sub plot dengan
menggunakan tangan agar di dapatkan ketebalan seresah yang sebenarnya.
setelah itu mengukur ketebalan sersah menggunakan penggaris besi untuk
mendapatkan pengukuran yang akurat. Setelah itu mencatat hasil pengukuran
ketebalan sersah dari sub plot tersebut. Lalu lakukan perlakuan yang sama
pada setiap sub plot yang lainnya. Terakhir, setelah mendapatkan data
ketebalan seresah dari 5 sub plot, menghitung rata-rata dari seluruh
pengukuran ketebalan seresah pada tiap sub plot tersebut yang bertujuan untuk
mewakili hasil data ketebalan seresah dari satu plot tersebut. Lalu membuat
laporan.
Alat:
1. Busur modifikasi : Untuk mengukur derajat
2. Meteran : Untuk mengukur jarak pengamat
3. Alat tulis : Untuk mencatat hasil pengamatan
4. Kamera :Untuk mendokumentasikan hasil
pengamatan
Bahan :
21
Memilih pohon yang ingin di amati
Membuat laporan
c. Analisa Perlakuan
22
Sebelum melakukan praktikum sebaiknya menyiapkan alat dan bahan,
yaitu meteran, busur modifikasi dan alat tulis. Setelah itu megukur jarak antara
pengamat berdiri dengan pohon yang diamati. Kemudian posisikan busur
modifikasi pada mata pengamat, karena tinggi pengamat diukur dari mata
hingga telapak kaki. Setelah itu mengarahkan ujung busur modifikasi hingga
tepat mengarah pada ujung pohon yang sedang diamati. Lalu melihat besar
sudut pada busur modifikasi, setelah itu menghitung tinggi pohon yang diamati
dengan menggunakan data yang telah didapatkan. Kemudian membuat laporan.
23
Memasukkan serangga yang ada di dalam sweepnet ke dalam plastik yang
berisi kapas dan alkohol
Membuat laporan
c. Analisa Perlakuan
Pertama-tama menyiapkan alat dan bahan, terutama sweepnet. Kemudian
mengayunkan sweepnet sebanyak tiga kali ke kanan dan ke kiri dan langsung
menutup ujung sweepnet agar serangga dalam sweepnet tidak lepas. Lalu
memasukkan serangga yang ada di dalam sweepnet ke dalam plastik berukuran 1
kg yang telah diberi kapas secukupnya dan alkohol dengan konsentrasi 70% yang
berfungsi untuk membius serangga. Setelah itu mengulangi setiap langkah sampai
mengelilingi seluruh bagian plot. Mendokumentasikan dan mencatat serangga
yang didapat. Lalu membuat laporan dari hasil pengamatan.
3.3.2 Pitfall
a. Alat, Bahan, dan Fungsi
Alat
24
1. Cetok : Untuk menggali tanah
2. Kamera : Untuk mendokumentasikan serangga
3. Alat tulis : Untuk mencatat hasil pengamatan
Bahan
1. Air : Sebagai media jebakan serangga
2. Detergen : Sebagai media jebakan serangga
3. Gelas plastik : Sebagai tempat campuran air dan detergen
4. Plastik 1 kg : Sebagai tempat meletakkan serangga
25
Menggali tanah pada setiap sudut plot
Membuat laporan
c. Analisa Perlakuan
Pertama-tama menyiapkan alat dan bahan. Setelah itu menggali tanah pada
setiap sudut plot sedalam ± 10 cm sebagai tempat meletakkan gelas plastik yang
berisi campuran air dan deterjen untuk membuat pitfall, detergen sendiri berfungsi
26
untuk mengurangi tegangan permukaan. Kemudian menaruh gelas plastik yang
berisi campuran air dan deterjen ke dalam lubang tersebut. Lalu mendiamkanya
selama satu hari satu malam untuk menunggu serangga-serangga terjebak dalam
pitfall. Lalu mengambil serangga yang terjebak dalam pitfall danmeletakkannya
ke dalam plastik berukuran 1 kg untuk disimpan lalu diidentifikasi. Selanjutnya
mendokumentasikan dan mencatat serangga yang didapat. Lalu membuat laporan
dari hasil pengamatan.
3.3.3 Yellowtrap
a. Alat, Bahan, dan Fungsi
Alat
1. Botol plastik : Untuk tempat menempelkan kertas yellow trap
2. Kayu : Untuk meletakkan botol plastik yang telah diberi
kertas yellow trap
3. Kamera : Untuk mendokumentasikan serangga
4. Alat tulis : Untuk mencatat hasil pengamatan
Bahan
1. Kertas yellow trap : Sebagai media penjebakan serangga
27
Menancapkan kayu ditengah-tengah plot
Menaruh botol plastik yang sudah ditempeli yellow trap pada ujung atas kayu
Membuat laporan
c. Analisa Perlakuan
Pertama-tama menyiapkan alat dan bahan. Lalu menancapkan kayu
ditengah-tengah plot. Lalu menempelkan yellow trap pada botol plastik, kemudian
menaruh botol plastik yang sudah ditempelkan yellow trap pada ujung atas kayu
agar mudah dalam penjebakan serangga-serangga yang terbang. Kemudian
membiarkan yellow trap selama satu hari satu malam untuk menunggu serangga
terjebak pada yellow trap. Setelah itu mendokumentasikan dan mencatat serangga
yang terjebak pada yellow trap. Selanjutnya membuat laporan hasil pengamatan.
28
2. Alat tulis : Untuk mencatat hasil pengamatan
3. Penggaris : Untuk alat pengukur tinggi tanamn
4. Botol plastik : Untuk mengambil air
Bahan
1. Polybag : Untuk media penanaman
2. Tanah biasa : Untuk media tanam
3. Bahan organik tanah : Untuk media tanam
4. Benih pak coi dan kedelai : Sebagai cikal bakal tanaman yang
akan diamati
29
Meletakkan benih ke dalam 16 polybag, dimana 8 polybag diisi benih kedelai
(tiap polybag 3 benih kedelai) dan 8 polybag sisanya diisi benih pakcoi (tiap
polybag diisi 5 benih)
Sebelum tumbuh polybag kedelai yang ternaungi dan tidak ternaungi disiram
sebanyak 2 kali sehari pagi dan sore
Polybag pakcoi kapasitas lapang 50% disiram 2 hari sekali dengan volume
300ml/polybag dan polybag pakcoi kapasitas lapang 100% disiram 2 hari
sekali dengan volume 600ml/polybag
Mendokumentasikan
c. Analisa perlakuan
30
bahan organik ini berfungsi untuk nutrisi bagi tumbuhan agar tampak subur.
Setelah itu Meletakkan benih ke dalam 16 polybag, dimana 8 polybag diisi benih
kedelai (tiap polybag 3 benih kedelai) dan 8 polybag sisanya diisi benih pakcoi
(tiap polybag diisi 5 benih). Selanjutnya sebelum tumbuh, menyiram benih setiap
hari untuk nutrisi tanaman supaya cepat tumbuh. Kemudian sebelum tumbuh
polybag kedelai yang ternaungi dan tidak ternaungi disiram sebanyak 2 kali sehari
pagi dan sore lalu Polybag pakcoi kapasitas lapang 50% disiram 2 hari sekali
dengan volume 300ml/polybag dan polybag pakcoi kapasitas lapang 100%
disiram 2 hari sekali dengan volume 600ml/polybag. Selanjutnya mengukur tinggi
tananam dan menghitung jumlah daunnya setiap hari. Kemudian mencatat hasil
pengamatan dan mendokumentasikan. Lalu membuat laporan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HasilPengamatan
4.1.1 AnalisaVegetasi dan Faktor Abiotik
31
a. Analisa Vegetasi + Interpretasi Tiap Tabel
Cangar
NO Spesies Jumlah
.
1. Wortel 473
2. Ludwigia 9
octovalvis
3. Lantana camara 2
4. Physalis 7
angulata
5. Teki 52
Intepretasi data: Data diatas diketahui bahwa setiap spesies
mempunyai jumlah yang berbeda yaitu wortel dengan jumlah
spesies sebanayak 473, Ludwigia octovalvisdengan jumlah spesies
sebanyak 9, Lantana camaradengan jumlah spesies sebanyak
2,Physalis angulata dengan jumlah spesies sebanyak 7,serta teki
dengan jumlah spesies sebanyak 52. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa spesies wortel lebih dominan diantara spesies
lain dengan jumlah 473
Jatikerto
NO Spesies Jumlah
.
1. Pohon jati 10
32
2. Petai belanang 2
3. Bidara upas 7
Intepretasi data: Data diatas diketahui bahwa setiap spesies
mempunyai jumlah yang berbeda yaitu pohon jati dengan jumlah
spesies sebanyak 10, petai belanang dengan jumlah spesies
sebanyak 2,bidara upas dengan jumlah spesies sebanyak 7.Dari
data tersebut dapat disimpulkan bahwa spesies pohon jati lebih
dominan diantara spesies lain dengan jumlah 10
33
camaramemiliki lebar kanopi pertama (D1) sepanjang 14 cm dan lebar kanopi
kedua (D2) sepanjang 9 cm,dan spesies ini tidak memiliki jumlah spesies pada
petak ke-1,pada petak ke-2 sebanyak 2 spesies,pada petak ke-3 jumlah spesiesnya
tidak ada,pada petak ke-4 jumlah spesiesnya tidak ada dan pada petak ke-5 jumlah
spesiesnya juga tidak ada. Kemudian spesies Physalis angulata memiliki lebar
kanopi pertama (D1) sepanjang 35 cm dan lebar kanopi kedua (D2) sepanjang 26
cm,dan spesies ini memiliki jumlah spesies pada petak ke-1 sebanyak 5
spesies,pada petak ke-2 sebanyak 2 spesies,pada petak ke-3 jumlah spesiesnya
tidak ada,pada petak ke-4 jumlah spesiesnya tidak ada dan pada petak ke-5 jumlah
spesiesnya juga tidak ada. Kemudian spesies teki memiliki lebar kanopi pertama
(D1) sepanjang 15 cm dan lebar kanopi kedua (D2) sepanjang 8,5 cm,dan spesies
ini memiliki jumlah spesies pada petak ke-1 sebanyak 8 spesies,pada petak ke-2
sebanyak 10 spesies,pada petak ke-3 jumlah spesiesnya sebanyak 15 spesies,pada
petak ke-4 jumlah spesiesnya sebanyak 1spesies dan pada petak ke-5 jumlah
spesiesnya sebanyak 8 spesies.
34
Tabel Perhitungan SDR
Intepretasi Data:
Dari data diatas diketahui bahwa spesies wortel memiliki kerapatan mutlak(KM) sebesar 94,6 dan kerapatan nisbi(KN)
sebesar 87,108%. Untuk frekuensi mutlak(FM) sebesar 1 dan frekuensi nisbi(FN) sebesar 31%. Lalu LBA nya sebesar 143,31.Untuk
dominasi mutlak(DM) sebesar 5,73 dan dominasi nisbi(DN) sebesar 41%. Lalu nilai IV nya sebesar 159,108% sehingga nilai SDR
nya didapatkan sebesar 53,036%. Kemudian untuk spesies Ludwigia octovalvismemiliki kerapatan mutlak(KM) sebesar 1,8 dan
kerapatan nisbi(KN) sebesar 1,657%. Untuk frekuensi mutlak(FM) sebesar 0,6 dan frekuensi nisbi(FN) sebesar 18%. Lalu LBA nya
sebesar 19,5. Untuk dominasi mutlak(DM) sebesar 0,78 dan dominasi nisbi(DN) sebesar 5,6%. Lalu nilai IV nya sebesar 25,257%
sehingga nilai SDR nya didapatkan sebesar 8,419%. Selanjutnya untuk spesies Lantana camara memiliki kerapatan mutlak(KM)
35
sebesar 0,4 dan kerapatan nisbi(KN) sebesar 0,368%. Untuk frekuensi mutlak(FM) sebesar 0,2 dan frekuensi nisbi(FN) sebesar
6,25%. Lalu LBA nya sebesar 20,06. Untuk dominasi mutlak(DM) sebesar 0,8 dan dominasi nisbi(DN) sebesar 5,7%. Lalu nilai IV
nya sebesar 12,318% sehingga nilai SDR nya didapatkan sebesar 4,106%. Selanjutnya untuk spesies Physalis angulata memiliki
kerapatan mutlak(KM) sebesar 1,4 dan kerapatan nisbi(KN) sebesar 1,749%. Untuk frekuensi mutlak(FM) sebesar 0,4 dan frekuensi
nisbi(FN) sebesar 12,5%. Lalu LBA nya sebesar144,9.Untuk dominasi mutlak(DM) sebesar 5,8 dan dominasi nisbi(DN) sebesar
41,7%. Lalu nilai IV nya sebesar 55,949% sehingga nilai SDR nya didapatkan sebesar 18,64%. Kemudian untuk spesies teki
memiliki kerapatan mutlak(KM) sebesar 10,4 dan kerapatan nisbi(KN) sebesar 9,576%. Untuk frekuensi mutlak(FM) sebesar 1 dan
frekuensi nisbi(FN) sebesar 31%. Lalu LBA nya sebesar20,3.Untuk dominasi mutlak(DM) sebesar 0,81 dan dominasi nisbi(DN)
sebesar 6%. Lalu nilai IV nya sebesar 46,576% sehingga nilai SDR nya didapatkan sebesar 15,52%.
36
c. Klasifikasi Vegetasi
Cangar
1.Wortel
Kingdom : Plantae
Divis :Spermatophyta
Kelas :Dicotyledon
Ordo :Umbelliferales
Family :Umbelliferae
Genus :Daucus
Species :Daucuscarota (Arief,2004).
2. Ludwigia octovalvis
Kingdom :Plantae
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
Ordo :Myrtales
Family :Onagraceae
Genus :Ludwigia
Spesies :Ludwigiaoctovalvis (Cahyana,2001).
3. Lantana camara
Kingdom :Plantae
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
Ordo :Lamiales
Famili :Verbenaceae
Genus :Lantana
Spesies :Lantana camara (Djajadirana,2000).
4. Physalis angulata
37
Kingdom :Plantae
Divisi :Spermatophyta
Kelas :Dicotyledonnae
Ordo :Solanales
Famili :Solanaceae
Marga :Physalis
Spesies :Physalis angulata (Indriyanto, 2006).
5.Teki
Kingdom :Plantae
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Liliopsida
Ordo :Cyperales
Famili :Poaceae
Marga :Panicum
Spesies :Panicum repens (Marlina, 2010).
Jatikerto
1.Pohon Jati
Kingdom :Plantae
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
Ordo :Lamiales
Famili :Verbenaceae
Genus :Tectona
Species :Tectona grandislinn (Siregar, 2008).
38
2.Bidari Upas
Kingdom :Plantae
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
Ordo :Solanales
Famili :Convolvulaceae
Genus :Merremia
Spesies :Merremiamammosachois (Rasidi,2004).
3.Petai Belanang
Kingdom :Plantae
Divisi :Spermatophyta
Kelas :Dicotyledonnae
Ordo :Solanales
Famili :Solanaceae
Genus :Physalis
Spesies :Physalis angulata (Sugito, 2010).
d.Faktor Abiotik
Intepretasi Data: Dari data di atas diketahui bahwa faktor abiotik pada
aspek BP (budidaya pertanian) di daerah Jatikerto memiliki suhu udara
sebesar 32,1̊C dan kelembaban 32%.
39
Radiasi matahari pada tempat yang ternaungi sebesar 989 sedangkan
radiasi matahari pada tempat yang tidak ternaungi sebesar 252. Sedangkan
untuk daerah Cangar memiliki suhu udara sebesar 20,05̊C dan kelembaban
60%. Radiasi matahari pada bedengan dan irigasi sama, yakni sebesar
1103.
4.1.2 Tanah
Biota Tanah+Interpretasi
2 Jatikerto - - -
40
ekosistem adalah sebagai musuh alami. Namun pada daerah
Jatikerto tidak ditemukan biota tanah apapun.
41
c. Tinggi Tanaman (Tahunan) + Interprestasi
Jatikerto
Intepretasi Data: Dari data diatas dapat diketahui bahwa spesies pohon jati 1pada
pengamatan tinggi pohon bahwa sudut yang digunakan adalah sebesar 45 ° dengan
tinggi pengamat 160cm dan jarak 19m sehingga tinggi pohon diketahui 27,9m
dengan DBH 89cm dan lebar canopynya 4m. Untuk spesies pohon jati 2 pada
pengamatan tinggi pohon bahwa sudut yang digunakan adalah sebesar 45 ° dengan
tinggi pengamat 146cm dan jarak 12m sehingga tinggi pohon diketahui 13,46m
dengan DBH 91cm dan lebar canopynya 3,7m. Untuk spesies pohon jati 3 pada
pengamatan tinggi pohon bahwa sudut yang digunakan adalah sebesar 45 ° dengan
tinggi pengamat 146cm dan jarak 6m sehingga tinggi pohon diketahui 7,46m
dengan DBH 43cm dan lebar canopynya 3m. Untuk spesies pohon jati 4 pada
pengamatan tinggi pohon bahwa sudut yang digunakan adalah sebesar 45 ° dengan
tinggi pengamat 146cm dan jarak 11m sehingga tinggi pohon diketahui 12,46m
dengan DBH 84cm dan lebar canopynya 4m.
42
Untuk spesies pohon jati 5 pada pengamatan tinggi pohon bahwa sudut yang
digunakan adalah sebesar 45° dengan tinggi pengamat 146cm dan jarak 9,5m
sehingga tinggi pohon diketahui 10,96m dengan DBH 69cm dan lebar canopynya
3,5m. Untuk spesies pohon jati 6 pada pengamatan tinggi pohon bahwa sudut
yang digunakan adalah sebesar 45° dengan tinggi pengamat 156cm dan jarak 10m
sehingga tinggi pohon diketahui 11,56m dengan DBH 72cm dan lebar canopynya
4m. Untuk spesies pohon jati 7 pada pengamatan tinggi pohon bahwa sudut yang
digunakan adalah sebesar 45° dengan tinggi pengamat 156cm dan jarak 10m
sehingga tinggi pohon diketahui 11,56m dengan DBH 53cm dan lebar canopynya
4,3m. Untuk spesies pohon jati 8 pada pengamatan tinggi pohon bahwa sudut
yang digunakan adalah sebesar 45° dengan tinggi pengamat 160cm dan jarak
4,8m sehingga tinggi pohon diketahui 6,2m dengan DBH 97cm dan lebar
canopynya 3,2m. Untuk spesies pohon jati 9 pada pengamatan tinggi pohon
bahwa sudut yang digunakan adalah sebesar 45° dengan tinggi pengamat 160cm
dan jarak 10m sehingga tinggi pohon diketahui 11,6m dengan DBH 51cm dan
lebar canopynya 4m. Untuk spesies pohon jati 10 pada pengamatan tinggi pohon
bahwa sudut yang digunakan adalah sebesar 45° dengan tinggi pengamat 160cm
dan jarak 10,5m sehingga tinggi pohon diketahui 12,1m dengan DBH 64cm dan
lebar canopynya 3,7m.
43
d. Denah Strata
Cangar
Interpretasi data: Pada lahan Cangar yang kami amati, kenampakan yang
ada pada daerah tersebut digolongkan tanaman musiman. Berdasarkan
pengamatan yang kami lakukan di daerah Cangar terdapat banyak wortel dengan
bentuk dan tinggi yang beragam lalu disekitar lahan wortel terdapat beberapa jenis
gulma.
Jatikerto
44
Interpretasi Data: Dari data di atas diketahui bahwa pada lahan Jatikerto yang
kami amati, kenampakan yang ada pada daerah tersebut termasuk daerah
tanaman tahunan, berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, dilihat dari
pohon yang paling tinggi, yaitu pohon Jati yang mempunyai tinggi 27,9 m.
Pada permukaan lahan di daerah yang kami amati, terdapat banyak sisa-sisa
dari daun pohon jati yang berjatuhan di atas permukaan tanah yang disebut
seresah.
Cangar
Intepretasi Data: Dari data di atas diketahui arthropoda yang terjebak perangkap
yang dipasang di daerah Cangar. Pada perangkap pitfall, spesies yang terjebak
adalah tungau sejumlah 10 ekor. Peran dari tungau tersebut dalam ekosistem
adalah sebagai hama. Pada perangkap yellow trap, spesies yang terjebak adalah
lalat, kutu daun dan lalat buah. Lalat yang terperangkap berjumlah 26 ekor, kutu
daun berjumlah 11 ekor dan lalat buah berjumlah 4 ekor. Lalat pada ekosistem
berperan sebagai vektor sedangkan kutu daun dan lalat buah berperan sebagai
hama. Pada perangkap sweep net, spesies yang terjebak adalah kutu daun putih,
45
kumbang spot, kumbang spot M dan lalat buah. Kutu daun putih yang
terperangkap pada sweep net berjumlah 7 ekor, kumbang spot berjumlah 1 ekor,
kumbang spot M berjumlah 1 ekor dan lalat buah berjumlah 1 ekor. Kutu daun
putih, kumbang spot dan lalat buah berperan sebagai hama sedangkan kumbang
spot M berperan sebagai predator. Arthropoda yang ditangkap secara mekanik
adalah tomket dan kumbang spot.
Tomket yang ditangkap berjumlah 1 ekor dan kumbang spot berjumlah 1 ekor.
Peran dari tomket adalah sebagai predator sedangkan peran kumbang spot adalah
sebagai hama.
Jatikerto
Intepretasi Data: Dari data di atas diketahui arthropoda yang terjebak perangkap
yang dipasang di daerah Jatikerto. Pada perangkap pitfall, spesies yang terjebak
adalah semut sejumlah 3 ekor. Peran semut dalam ekosistem adalah sebagai
predator. Pada perangkap yellow trap spesies yang terperangkap adalah lalat dan
ngengat yang masing-masing berjumlah 2 ekor. Peran lalat dalam ekosistem
adalah sebagai vektor sedangkan ngengat berperan sebagai polinator. Pada
perangkap sweep net , spesies yang terjebak adalah belalang sejumlah 1 ekor.
Belalang tersebut berperan sebagai hama. Arthropoda yang tertangkap secara
mekanik adalah rayap, semut hitam dan belalang cokelat. Rayap yang ditangkap
berjumlah 37 ekor, semut hitam berjumalah 2 ekor dan belalang coklat berjumlah
46
1 ekor. Rayap dalam ekosistem berperan sebagai dekomposer, semut hitam
berperan sebagai predator dan belalang cokelat berperan sebagai hama.
1.Lalat
Klasifikasi:
Kingdom :Animalia
Filum :Arthropoda
Kelas :Insecta
Ordo :Diptera
Famili :Calliphoridae
Genus :Stomorhina
Spesies :Stomorhina lunata
Bioekologi:
Dalam siklus hidupnya lalat mempunyai 4 stadium hidup
yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Lalat betina
memasukkan telur kedalam kulit buah atau di dalam luka
atau cacat buah secara berkelompok. Lalat betina bertelur
sekitar 15 butir. Telur berwarna putih transparan berbentuk
bulat panjang dengan salah satu ujungnya runcing. Larva
lalat hidup dan berkembang di dalam daging buah selama 6-
9 hari. Larva mengorek daging buah sambil mengeluarkan
enzim perusak atau pencerna yang berfungsi melunakkan
daging buah sehingga mudah diisap dan dicerna. Enzim
tersebut diketahui yang mempercepat pembusukan, selain
bakteri pembusuk yang mempercepat aktivitas pembusukan
buah. Jika aktivitas pembusukan sudah mencapai tahap
lanjut, buah akan jatuh ke tanah, bersamaan dengan
masaknya buah, larva lalat siap memasuki tahap pupa, larva
masuk dalam tanah dan menjadi pupa. Pupa berwarna
kecoklatan berbentuk oval dengan panjang 5 mm. Lalat
47
dewasa berwarna merah kecoklatan, dada berwarna gelap
dengan 2 garis kuning membujur dan pada bagian perut
terdapat garis melintang. Lalat betina ujung perutnya lebih
runcing dibandingkan lalat jantan. Siklus hidup dari telur
menjadi dewasa berlangsung selama 16 hari. Fase kritis
tanaman yaitu pada saat tanaman mulai berbuah terutama
pada saat buah menjelang masak. Lalat yang mempunyai
ukuran tubuh relatif kecil dan siklus hidup yang pendek
peka terhadap lingkungan yang kurang baik. Suhu optimal
untuk perkembangan lalat buah adalah 26º C, sedangkan
kelembaban relatif sekitar 70%. Kelembaban tanah sangat
berpengaruh terhadap perkembangan pupa. Kelembaban
tanah yang sesuai untuk stadia pupa adalah 0-9%. Cahaya
mempunyai pengaruh langsung terhadap perkembangan
lalat buah. Lalat betina akan meletakkan telur lebih cepat
dalam kondisi yang terang, sebaliknya pupa lalat buah tidak
akan menetas apabila terkena sinar. Lalat paling banyak
menyerang pada pamelo (Citrus grandis) dan sedikit yang
menyerang jeruk manis (C. sinensis) maupun keprok (C.
reticulata). Pada pamelo diidentifikasi sebagai B.
carambolae dan B. papayae Pada pamelo serangan lalat
buah kadang-kadang bersamaan dengan serangan
penggerek buah Citripestis sagitiferella, sehingga agak sulit
membedakan serangga tersebut.
Siklus hidupnya adalah:
Telur ->Larva ->Pupa->Lalat dewasa (Sugito,2010).
Klasifikasi:
Kingdom :Animalia
48
Filum :Arthropoda
Kelas :Insecta
Ordo :Homoptera
Genus :Ferrisia
Species :Ferrisiavirgata
Bioekologi:
Serangga ini tidak bertelur tetapi melahirkan nimfa (kutu
daun muda/pradewasa). Kutu daun umumnya hidup dalam
koloni pada bagian tanaman yang masih muda. Kutu daun
tinggal pada bagian bawah daun, batang bunga, bakal bunga
dan dalam lipatan daun yang keriting. Kerusakan terjadi
karena nimfa dan imago mengisap cairan daun. Tubuh
nimfa berwarna kuning pucat, hijau, merah jambu, atau
merah yang biasanya bercampur di dalam suatu koloni
dengan panjang tubuh instar terakhir 0,8 –1,0 mm. Fase
dewasa kutu daun ada dua bentuk, yaitu bentuk
bersayap/alatae dan bentuk tidak bersayap/apterae. Imago
bersayap biasanya muncul kalau populasi sudah padat dan
sumberdaya yang ada tidak mendukung lagi. Mereka
berperan untuk melakukan pemencaran. Tubuh imago
bersayap berwarna hitam atau abu – abu gelap, sementara
yang tidak bersayap berwarna merah, kuning atau hijau.
Panjang tubuh 2 mm; pada fase dewasa kutu daun ini
panjang antena = panjang tubuh. Tubuh imago tidak
bersayap berwarna hijau keputihan, kuning hijau pucat, abu
- abu hijau, agak hijau, merah atau hampir hitam. Warna
tubuh hampir seragam dan tidak mengkilap. Imago
bersayap memiliki bercak pada bagian punggunggnya,
ukuran panjang tubuh antara 1,2 – 2,1 mm. Siklus hidup 7 –
10 hari, dan seekor kutu dapat menghasilkan keturunan 50
ekor. Lama hidup kutu dewasa dapat mencapai 2 bulan.
49
Siklus hidupnya dimulai dari Telur ->Nimfa ->Dewasa
(Hardjowigeno,2007).
3.Tomket
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Staphylinidae
Genus : Paederus
Spesies : Paederus littoralis
Bioekologi:
1) telur (4 hari) :dari siklus telur hingga pupa proses
masih berada di dalam tanah yang ber air atau yang
lembab biasanya barada di tanah sawah,tepi sungai
di daerah berawa dan hutan.
2) larva selama 9 hari
3) pre pupa selama 1 hari
4) pupa selama 4 har
5) imago :dari imago keluar dari tanah dan hidup pada
tajuk tanaman.
6) dan 18 hari kemudian tomcat akan mati.
Daur hidupnya sebagai berikut :
Telur->Larva->Pre Pupa->Imago (Djajadirana,2000).
4.Kumbang spot
Klasifikasi:
Kingdom :Animalia
50
Filum :Arthropoda
Kelas :Insecta
Ordo :Coleoptera
Genus :Epilachna
Spesies :Epilachna sparsa
Bioekologi:
Telur di letakkan di permukaan daun dengan posisi berdiri,
warna kuning. Proses perkawinan akan terjadi setelah
kumbang dewasa muncul. Siklus hidup 1-2 minggu dan
mampu menghasilkan 150 – 200 keturunan dalam 6-10
minggu.
Daur hidupnya sebagai berikut :
Telur->Larva->Pupa->Imago (Cahyana,2001).
5.Kumbang spot M
Klasifikasi:
Kingdom :Animalia
Filum :Arthropoda
Kelas :Insecta
Ordo :Coleoptera
Famili :Minochilas
Genus :Menochilus
Spesies :Menochilus sexmaculatus
Bioekologi:
Telur->Larva->Pupa->Kumbang dewasa (Marlina, 2010).
6. Lalat buah
51
Klasifikasi:
Kingdom :Animalia
Filum :Arthropoda
Kelas :Insecta
Ordo :Diptera
Famil :Drosophilidae
Genus :Drosophila
Spesies :Drosophila Melanogaster
Bioekologi:
Perkembangan dimulai segera setelah terjadi fertilisasi,
yang terdiri dari dua periode. Pertama, periode embrionik di
dalam telur pada saat fertilisasi sampai pada saat larva
muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu kurang
lebih 24 jam. Dan pada saat seperti ini, larva tidak berhenti-
berhenti untuk makan. Periode kedua adalah periode setelah
menetas dari telur dan disebut perkembangan post
embrionik yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa,
dan imago (fase seksual dengan perkembangan pada sayap).
Formasi lainnya pada perkembangan secara seksual terjadi
pada saat dewasa. Telur lalat buah berbentuk benda kecil
bulat panjang dan biasanya diletakkan di permukaan
makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari kedua
setelah menjadi lalat dewasa dan meningkat hingga
seminggu sampai betina meletakkan 50-75 telur per hari
dan mungkin maksimum 400-500 buah dalam 10 hari. Telur
Drosophila dilapisi oleh dua lapisan, yaitu satu selaput
vitellin tipis yang mengelilingi sitoplasma dan suatu selaput
tipis tapi kuat (Khorion) di bagian luar dan di anteriornya
terdapat dua tangkai.tipis. Korion mempunyai kulit bagian
luar yang keras dari telur tersebut (Borror, 2002).
Daur hidupnya adalah :
52
Telur->Ulat->Pupa->Lalat (Suprianto,2001).
7.Rayap
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Artropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Isoptera
Family : Rhinotermitidae
Genus : Coptotermes
Spesies : Coptotermes curvignathus
Bioekologi:
Siklus hidup rayap dimulai dari telur lunak berwarna jingga
transparant yang selanjutnya akan menetas menjadi larva.
Larva kemudian akan tumbuh menjadi rayap muda yang
disebut nymph. Ketika beranjak dewasa, rayap muda ini
akan memilih peran mereka dalam koloni. Rayap
reproduksi ini sering kita sebut sebagai laron dan muncul
sebelum hujan. Bentuk tubuh mereka yang indah untuk
golongan rayap (ramping dan bersayap) tidak akan bertahan
lama. Sayap mereka sangat rapuh, dan akan segera rontok
begitu mereka telah menemukan tempat untuk membangun
koloni baru. Jika terpilih menjadi ratu, tubuh laron betina
tidak akan ramping lagi dan akan mengalami obesitas,
karena tujuan hidupnya hingga ajal adalah bertelur untuk
koloni. Habitat rayap terbagi menjadi rayap-rayap hidup di
dalam tanah, di dalam kayu kering, di pohon-pohon hidup,
atau di kayu-kayu lembab. Pada lingkungan perkotaan dua
kelompok rayap yang penting adalah rayap tanah dan rayap
kayu kering. Rayap tanah hidup bersarang di dalam tanah.
Kelompok rayap ini di dunia dikenal sebagai kelompok
53
subterranean termites. Kehadirannya terutama dipengaruhi
oleh suhu, kelembaban tanah, tipe tanah serta vegetasi.
Tanah merupakan tempat hidup rayap, dimana tanah dapat
mengisolasi rayap dari suhu dan kelembaban yang ekstrim.
Keberadaan jenis rayap tertentu dapat meningkat kan
kesuburan tanah, karena aktivitas rayap daapt mengubah
profil tanah, mem pengaruhi tekstur tanah dan
pendistribusian bahan organik. Secara umum rayap tanah
menyukai tipe tanah yang mengandung liat dan tidak
menyukai tanah berpasir dikarena kan tanah berpasir
memiliki kandungan bahan organik yang rendah.
Siklus hidupnya adalah:
Telur lunak->Larva->Rayap muda->Rayap dewasa
(Indriyanto, 2006).
Klasifikasi:
Kingdom :Animalia
Filum :Arthropoda
Kelas :Insecta
Ordo :Hymenoptera
Famili :Formicidae
Genus :Dolichoderus
Spesies :Dolichoderusbituberculatus
Bioekologi:
Telur-telur tersebut diletakkan di dalam sarangnya yang
berada di lubang-lubang pohon atau di balik dedaunan
(Elzinga, 1978 dalam Rahmawadi, 1997). Telur-telur semut
di sarang dirawat oleh semut pekerja. Semut pekerja akan
memindahkan telur dari sarang jika kondisi sarang berubah
lembab atau memburuk, dan mengembalikannya ke dalam
sarang jika keadaan sudah normal. Telur-telur semut
54
selanjutnya akan menetas menjadi larva. Larva semut
tampak seperti belatung, berwarna putih, kepala terdiri atas
13 segmen, dan lama fase larva adalah 15 hari (Cadapan
dkk., 1990). Larva semut hitam mendapatkan pakan berupa
cairan ludah dari kelenjar saliva ratu, dari cadangan lemak
otot terbang ratu, atau jika koloni sudah memiliki pekerja
maka diberi makan oleh pekerjanya (Samiyanto, 1990).
Larva biasanya makan sepanjang waktu karena mereka
harus menyimpan energi yang cukup untuk memasuki fase
pupa. Para pekerja memberi makan larva dengan embun
madu dan serangga-serangga kecil atau jika makanan sulit
didapatkan, larva akan memakan telur yang tidak menetas.
Larva semut kemudian akan berubah menjadi pupa. Pupa
semut hitam berwarna putih, tidak terbungkus kokon seperti
kebanyakan serangga yang lain, dan lama fase pupa adalah
14 hari. Pada saat berbentuk pupa, semut hitam mengalami
periode tidak makan atau non-feeding periode (Cadapan
dkk., 1990).
Fase terakhir dalam metamorfosis semut adalah imago.
Imago berwarna hitam, organ-organ tubuh mulai berfungsi,
dan mulai terpisah menurut kastanya masing-masing.
Koloni akan lebih banyak menghasilkan pekerja daripada
kasta- kasta yang lain pada awal-awal terbentuknya koloni.
Hal ini dilakukan untuk meringankan tugas ratu karena
sebagian besar aktivitas koloni akan dilaksanakan oleh
pekerja. Lama siklus hidup semut hitam sekitar 40 hari dan
semut dapat bertahan hidup selama 2-3 tahun (Cadapan
dkk., 1990).
Daur hidupnya adalah :
Telur->Larva->Pupa->Dewasa (Rasidi,2004).
9.Belalang coklat
55
Klasifikasi:
Kingdom :Animalia
Filum :Arthropoda
Kelas :Insecta
Ordo :Orthoptera
Famili :Acaridae
Genus :Valarga
Spesies :Valarga nigricornis
Bioekologi:
Telur belalang menetas menjadi nimfa, dengan tampilan
belalang dewasa versi mini tanpa sayap dan organ
reproduksi. Nimfa belalang yang baru menetas biasanya
berwarna putih, namun setelah terekspos sinar matahari,
warna khas mereka akan segera muncul. Selama masa
pertumbuhan, nimfa belalang akan mengalami ganti kulit
berkali kali (sekitar 4-6 kali) hingga menjadi belalang
dewasa dengan tambahan sayap fungsional. Masa hidup
belalang sebagai nimfa adalah 25-40 hari nimfa belalang
akan berhenti menjalani proses ganti kulit setelah memiliki
sayap, yang berarti nimfa sudah menjadi imago (belalang
dewasa) Setelah melewati tahap nimfa, dibutuhkan 14 hari
bagi mereka untuk menjadi dewasa secara seksual. Setelah
itu hidup mereka hanya tersisa 2-3 minggu, dimana sisa
waktu itu digunakan untuk reproduksi dan meletakkan telur
mereka. Total masa hidup belalang setelah menetas adalah
sekitar 2 bulan (1 bulan sebagai nimfa, 1 bulan sebagai
belalang dewasa), itu pun jika mereka selamat dari serangan
predator. Setelah telur yang mereka hasilkan menetas, daur
hidup belalang yang singkat akan berulang (Pracaya,2008 ).
Daur hidupnya adalah :
Telur-> nimfa -> Belalang dewasa (Arief,2004).
56
4.1.4 Faktor Lingkungan Terhadap Tanaman (Polibag)
Tinggi tanaman
1 2 3 4 5
1. Ternaungi Kedelai 18 25 30 37 44
Jumlah Daun
1 2 3 4 5
1 Ternaungi Kedelai 10 15 23 27 32
Tinggi tanaman
Perlakuan cahaya
57
50
45
40
35
Tinggi Tanaman
30
25
20 Ternaungi
Tidak Ternaungi
15
10
5
0
1 2 3 4 5
Minggu Ke-
Interpretasi data :
Perlakuan Air
58
40
35
30
Tinggi Tanaman
25
20
Kapasitas 100%
15 Kapasitas 50%
10
5
0
1 2 3 4 5
Kapasitas Air
Interpretasi :
59
Jumlah daun
Perlakuan cahaya
35
30
25
Jumlah Daun
20
15
ternaungi
10 tidak ternaungi
0
1 2 3 4 5
minggu ke-
Interpretasi data :
Dari data jumlah daun untuk tanaman kedelai yang ternaungi pengamatan
ke-1 terdapat 10 helai daun, pengamatan ke-2 terdapat 15 helai daun, pengamatan
ke-3 terdapat 23 helai daun . pengamatan ke-4 terdapat 27 helai daun dan
pengamatan ke-5 mencapai 32 helai daun, . Untuk tanaman kedelai yang tidak
ternaungi pengamatan ke-1 terdapat 7 helai daun, pengamatan ke-2 terdapat 13
helai daun, pengamatan ke-3 mencapai 18 helai daun, pengamatan ke-4 terdapat
20 helai daun dan pengamatan ke-5 terdapat 25 helai daun
60
Perlakuan air
25
20
15
jumlah daun
10 kapasitas 100%
kapasitas 50%
0
1 2 3 4 5
minggu ke
Interpretasi data :
61
4.2 Pembahasan
62
sehingga tanaman yang dapat beradaptasi di daerah Jatikerto hanya tanaman
tertentu yang dapat menyesuaikan dengan suhu serperti di daerah Jatikerto.
Di daerah Cangar wortel memiliki SDR yang lebih tinggi dari semua
vegetasi karena jumlah spesies yang tinggi dan daerah yang cocok untuk ditanami
wortel .
Dari data kedua tempat tersebut dapat dinyatakan bahwa pada daerah
Cangar suhunya lebih rendah dan kelembabannya tinggi sehingga kandungan
airnya tinggi sehingga ketersediaan nutrisi di dalam tanah banyak menyebabkan
keragaman biota dalam tanah banyak pula. Untuk daerah Jatikerto suhunya lebih
tinggi dam kelembabannya rendah sehingga ketersediaan air dan nutrisi dalam
tanah itu sedikit itu yang menyebabkan keragaman biota tanahnya juga sedikit
pula dan ini diperkuat dengan literatur menurut Odum (2006) suhu dan
kelembapan udara berpengaruh terhadap proses perkembangan biota tanah,
sedangkan sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk fotosintesis dan
metabolisme tubuh bagi beberapa jenis hewan.
Dari data yang didapatkan tanaman yang ada pada daerah cangar termasuk
tanaman musiman karena penanamannya serentak. Dan di daerah cangar terdapat
banyak wortel dengan bentuk dan ukuran yang beragam, lalu disekitar tanaman
wortel terdapat berbagai jenis gulma dan gulma ini berlebihan dapat menimbulkan
kerugian pada tanaman budidaya tersebut.
63
4.2.3. Peran Arthropoda Terhadap Ekosistem + Literatur
64
Dari data tersebut bahwa tanaman dengan perlakuan ternaungi
pertumbuhannnya lebih cepat dibandingkan dengan tanaman dengan
perlakuan tidak ternaungi . Dikarenakan pada daerah yang ternaungi
tidak ada cahaya yang dapat menguraikan hormon auksin sehingga
pada daerah yang ternaungi pertumbuhannya lebih cepat daripada
tanaman yang tidak ternaungi, hal ini diperkuat dengan literatur
menurut Marlina (2010) cara kerja hormon auksin dipengaruhi oleh
cahaya. Selain itu perlakuan dengan pemberian naungan pada kedelai
akan mempengaruhi sifat morfologi tanaman. Morfologi tanaman
kedelai yang bisa dipengaruhi oleh naungan adalah batang tidak
kokoh, karena garis tengah batang lebih kecil sehingga tanaman
menjadi mudah rebah. Tanaman dengan perlakuan yang ternaungi
menyebabkan batang tumbuh lebih cepat, susunan pembuluh kayu
lebih sempurna, internode menjadi lebih pendek, daun lebih tebal
tetapi ukurannya lebih kecil dibanding dengan tanaman yang
terlindung.
65
BAB V
KESIMPULAN
5.1Kesimpulan
66
maupun di Jatikerto dikarenakan oleh faktor-faktor seperti ketersediaan bahan
makanan bagi hama, tidak adanya tempat hidup bagi musuh alami.
5.2 Saran
Pada pengamatan yang telah dilakukan pada dua tempat yang berbeda
yaitu Cangar dan Jatikerto. Pada daerah Cangar banyak ditemukan spesies hama,
dan untuk mengendalikannya dapat dilakukan dengan menanam tanaman penutup
agar tanaman yang dibudidayakan dapat tumbuh dengan baik tanpa diganggu oleh
hama, dikarenakan tanaman penutup dapat menjadi tempat berlindung bagi musuh
alami dari hama-hama tersebut. Sedangkan pada daerah Jatikerto, khususnya pada
tanaman tahunan seperti pohon jati, tanah di daerah tersebut tidak terdapat biota
tanah, dikarenakan kondisi tanah yang kurang bahan organik, jadi tidak ada biota
tanah yang dapat hidup di dalamnya. Hal yang perlu dilakukan adalah dengan
mengolah tanah, agar tanah tidak kering dan tanaman serta biota dapat hidup
dengan baik dan tanah dapat menjadi subur.
67
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta
Marlina, Ani. 2010. Ekologi Lingkungan Hidup. PT. Bumi Aksara: Jakarta
Bandung
68
PERHITUNGAN SDR
PERHITUNGAN
Jumlahspesiestersebut
Kerapatan Mutlak (KM) =
jumlahplot
Jumla h spesiestersebut
Wortel =
jumla h plot
473
=
5
= 94.6
Jumla h spesiestersebut
Bunga Kuning =
jumla h plot
9
=
5
= 1.8
Jumla h spesiestersebut
Bunga Ungu =
jumla h plot
2
=
5
= 0.4
Jumla h spesiestersebut
Tidak Berbunga =
jumla h plot
7
=
5
= 1.4
Jumla h spesiestersebut
Teki =
jumla h plot
69
52
=
5
= 10.4
= 108.6
KMspesiestersebut
Kerapatan Nisbi (KN) = x 100 %
JumlahKMseluruhspesies
KMspesiestersebut
Wortel = x 100 %
Jumla h KMseluru h spesies
94.6
= x 100 %
108.6
= 87.108%
KMspesiestersebut
Bunga Kuning = x 100 %
Jumla h KMseluru h spesies
1.8
= x 100 %
108.6
= 1.657%
KMspesiestersebut
Bunga Ungu = x 100 %
Jumla h KMseluru h spesies
0.4
= x 100 %
108.6
= 0.368%
KMspesiestersebut
Tidak berbunga= x 100 %
Jumla h KMseluru h spesies
70
1.4
= x 100 %
108.6
= 1.749%
KMspesiestersebut
Teki = x 100 %
Jumla h KMseluru h spesies
10.4
= x 100 %
108.6
= 9.576%
plotyangterdapatspesiestersebut
Frekuensi Mutlak ( FM) =
Jumlahsemuaplot
plotyangterdapatspesiestersebut
Wortel =
Jumla h semuaplot
5
=
5
=1
plotyangterdapatspesiestersebut
Bunga kuning =
Jumla h semuaplot
3
=
5
= 0.6
plotyangterdapatspesiestersebut
Bunga Ungu =
Jumla h semuaplot
1
=
5
71
= 0.2
plotyangterdapatspesiestersebut
Tidak berbunga =
Jumla h semuaplot
2
=
5
= 0.4
plotyangterdapatspesiestersebut
Teki =
Jumla h semuaplot
5
=
5
=1
= 3.2
FMspesiestersebut
Frekuensi Nisbi (FN) = x 100 %
JumlahFMseluruhspesies
FMspesiestersebut
Wortel = x 100 %
Jumla h FMseluru h spesies
1
= x 100 %
3.2
= 31%
FMspesiestersebut
Bunga Kuning = x 100 %
Jumla h FMseluru h spesies
0.6
= x 100 %
3.2
72
= 18%
FMspesiestersebut
Bunga Ungu = x 100 %
Jumla h FMseluru h spesies
0.2
= x 100 %
3.2
= 6.25%
FMspesiestersebut
Tidak berbunga = x 100 %
Jumla h FMseluru h spesies
0.4
= x 100 %
3.2
= 12.5%
FMspesiestersebut
Teki = x 100 %
Jumla h FMseluru h spesies
1
= x 100 %
3.2
= 31%
73
= ( 17.54 x 7 ) x 3.142
= 19.50
= 144.90
Teki = ( d 14xd 2 ) x π2
= ( 15 x48.5 ) x 3.142
= 20.30
1 43.31
=
25
= 5.73
LBA S p esies tersebut
Bunga Kuning =
Luas area
74
19.50
=
25
= 0.78
LBA S p esies tersebut
Bunga ungu =
Luas area
20.06
=
25
= 0.8
LBA S p esies tersebut
Tidak berbunga =
Luas area
144.90
=
25
= 5.8
LBA S p esies tersebut
Teki =
Luas area
20.30
=
25
= 0.81
= 13.92
DM s p esies tersebut
Dominasi Nisbi (DN) = x 100 %
Jumla h DMseluru h spesies
DM s p esies tersebut
Wortel = x 100 %
Jumla h DMseluru h spesies
75
5.73
= x 100 %
13.92
= 41%
DM s p esies tersebut
Bunga kuning = x 100 %
Jumla h DMseluru h spesies
0.78
= x 100 %
13.92
= 5.6%
DM s p esies tersebut
Bunga ungu = x 100 %
Jumla h DMseluru h spesies
0.8
= x 100 %
13.92
= 5.7%
DM s p esies tersebut
Tidak berbunga = x 100 %
Jumla h DMseluru h spesies
5.8
= x 100 %
13.92
= 41.7%
DM s p esies tersebut
Teki = x 100 %
Jumla h DMseluru h spesies
0.81
= x 100 %
13.92
= 6%
76
Wortel = KN + FN + DN
= 87.108% + 31% + 41%
= 159.108%
Bunga kuning = KN + FN + DN
= 1.567% + 18% + 5.6%
= 25.257%
Bunga ungu = KN + FN + DN
= 0.368% + 6.25% + 5.7%
=12.318%
Tidak berbunga = KN + FN + DN
= 1.749% + 12.5% + 41.7%
= 55.949%
Teki = KN + FN + DN
= 9.576% + 31% + 6%
= 46.576%
IV
Summed Dominance Ratio (SDR) =
3
77
IV
Wortel =
3
159.108
=
3
= 53.036%
IV
Bunga kuning =
3
25.257
=
3
= 8.419%
IV
Bunga ungu =
3
12.318
=
3
= 4.106%
IV
Tidak berbunga =
3
55.949
=
3
= 18.64%
IV
Teki =
3
46.576
=
3
= 15.52%
= 99.72%
78
PERHITUNGAN TINGGI TANAMAN
1. Pohon jati 1
Tinggi tanaman
Tan ∝ =
Jarak
Tinggi tanaman
45º =
19 m
Tinggi tanaman
1 =
19 m
= 19 m + 1,6 m = 20,6 m
2. Pohon jati 2
Tinggi tanaman
Tan ∝ =
Jarak
Tinggi tanaman
45º =
12 m
Tinggi tanaman
1 =
12 m
= 12 m + 1,46 m = 13,46 m
3. Pohon jati 3
Tinggi tanaman
Tan ∝ =
Jarak
Tinggi tanaman
45º =
6m
79
Tinggi tanaman
1 =
6m
= 6 m + 1,46 m = 7,46 m
4. Pohon jati 4
Tinggi tanaman
Tan ∝ =
Jarak
Tinggi tanaman
45º =
11m
Tinggi tanaman
1 =
11m
= 11 m + 1,46 m = 12,46 m
5. Pohon jati 5
Tinggi tanaman
Tan ∝ =
Jarak
Tinggi tanaman
45º =
9 ,5 m
Tinggi tanaman
1 =
9 ,5 m
6. Pohon jati 6
Tinggi tanaman
Tan ∝ =
Jarak
Tinggi tanaman
45º =
10 m
80
Tinggi tanaman
1 =
10 m
= 10 m + 1,56 m = 11,56 m
7. Pohon jati 7
Tinggi tanaman
Tan ∝ =
Jarak
Tinggi tanaman
45º =
10 m
Tinggi tanaman
1 =
10 m
= 10 m + 1,56 m = 11,56 m
8. Pohon jati 8
Tinggi tanaman
Tan ∝ =
Jarak
Tinggi tanaman
45º =
4 ,8m
Tinggi tanaman
1 =
4 ,8m
= 4,8 m + 6,4 m = 97 m
9. Pohon jati 9
Tinggi tanaman
Tan ∝ =
Jarak
Tinggi tanaman
45º =
10 m
81
Tinggi tanaman
1 =
10 m
= 10 m + 1,6 m = 11,6 m
Tinggi tanaman
Tan ∝ =
Jarak
Tinggi tanaman
45º =
10 , 5 m
Tinggi tanaman
1 =
10 , 5 m
82
GAMBAR HASIL DOKUMENTASI FIELDTRIP JATIKERTO Y2
ARTHROPODA
NAMA GAMBAR
SEMUT
LALAT
NGENGAT
83
BELALANG
RAYAP
BELALANG COKELAT
TUMBUHAN
BIDARA UPAS
84
PETAI BELANANG
CANGAR Y2
ARTHROPODA
LALAT
85
KUTU DAUN
LALAT BUAH
TOMKET
KUMBANG SPOT
86
TUMBUHAN
Ludwigia octovalvis
87
Lantana camara
Physalis angulata
TEKI
88
TERMOHIGROMETER
89