PENDAHULUAN
1
dalam ekologi pertanian, dipelajari studi iklim mikro yang mencakup
tentang suhu dan kelembaban tanah, pengukuran biomassa pohon, analisis
vegetasi, dan keanekaragaman arthropoda.
1.2 Tujuan
Memenuhi tugas praktikum ekologi pertanian
Mengetahui analisis vegetasi dan faktor abiotik (suhu udara, radiasi
matahari) yang ada di Cangar dan Jatikerto
Mengetahui keragaman arthropoda pada agroekosistem Cangar dan
Jatikerto
Mengetahui perbandingan vegetasi dan arthropoda antara Cangar dan
Jatikerto
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Analisa Vegetasi dan Faktor Abiotik (Suhu Udara, Radiasi
Matahari)
Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi
jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyrakat tumbuh-tumbuhan.
Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhaikan, yaitu jumlah petak
contoh, cara peletakan etak contoh dan teknik analisa vegetasi yang
digunakan.
Tujuan analisis vegetasi yaitu untuk menghitung jumlah vegetasi
dalam suatu petak dan untuk memperkirakan tingkat persaingan
tanaman/spesies terhadap suatu areal pertanaman.
Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup
di bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Sedangkan faktor abotik adalah
salah satu komponen atau faktor dalam lingkungan. Komponen abiotik
adalah segala sesuatu yang tidak bernyawa seperti udara, suhu, dan radiasi
matahari. Fungsi-fungsi komponen abiotik dalam pemenuhan kebutuhan
manusia dan yang dapat yang dapat mepengaruhi ekoistem antara lain :
a. Suhu atau Temperatur
Suhu atau temperatur merupakan ukuran dari intensitas panas
dalam unit standar dan biasanya dinyatakan dalam skala derajat
celsius.
Kondisi suhu udara sangat berpengaruh terhadap tumbuh-tumbuhan
dan hewan, karena jenis spesies tertentu memiliki persyaratan suhu
lingkungan yang ideal atau suhu optimum bagi kehidupannya, serta
batas suhu maksimum dan minimum untuk tumbuh. Faktor yang
mempengaruhi suhu diantaranya: topografi, ketinggian suatu tempat,
sudut datang sinar matahari, lama penyinaran, luas tajuk tanaman.
b. Sinar / Radiasi Matahari
Sinar matahari mempengaruhi sistem secara global, karena sinar
matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga juga merupakan unsur
3
vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk berfotosintesis. Faktor
yang mempengaruhi radiasi matahari : intensitas cahaya, panjang hari,
dan atmosfer.
4
Media tumbuh
Tanah sebagai salah satu faktor dalam lingkungan tumbuh tanaman, tidak
hanya berfungsi sebagai tempat berpijak akar tanaman namun yang lebih
penting adalah sebagai media dimana akar tanaman dapat menyerap nutrisi,
air, dan oksigen.
Tempat habitat hidup mikroba tanah (mikroorganisme).
Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian
besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak.
5
(Anonymous d, 2011). Arthropoda merupakan komponen penting dalam suatu
ekosistem yang dapat digunakan sebagai indikator kualitas ekosistem tersebut.
Peran arthropoda dalam perombakan bahan organik untuk menjaga kesuburan
tanah, dengan kata lain menjaga siklus hara dalam ekosistem. Arthropoda
secara tidak langsung dipengaruhi oleh vegetasi yang tumbuh disekitarnya.
Oleh karena itu keanekaragaman vegetasi juga mempengaruhi
keanekaragaman arthropodanya
Arthropoda adalah filum yang paling besar dalam dunia hewan dan
mencakup serangga, laba-laba, udang, lipan dan hewan sejenis lainnya.
Klasifikasi Arthropoda:
Arthropoda Crustacea
Arachnida
Invertebrata Mollusca
Nematoda Diplopoda
Animalia
Chilopoda
Vertebrata Chordata
Hexapoda
(insekta)
6
Dalam kelas insekta terdiri dari beberapa suku yang sangat penting dan
terdapat paling banyak di alam, diantaranya:
7
a. Hama
Hama adalah hewan yang menyerang / memakan tanaman budidaya
sehingga merugikan secara ekonomis dengan akibat menurunya kualitas
dan kuantitas tanaman budidaya.
Contoh: Thrips, Kutu Daun dan sebagainya
b. Predator
Predator merupakan suatu organisme yang memakan organisme lain
dengan ukuran yang lebih besar daripada mangsanya.
Contoh: Monoetites sexmaculatus memangsa aphid sp.
c. Parasitoid Organisme yang yang memerasiti organisme lain baik sebagian
maupun keseluruhan. Hidupnya dalam tubuh inang.
Contoh: Diadigma insulare yang merupakan parasit telur dari Mutolla
xylostela. Apabila telur yang berparasit sudah menetas maka D.Insulare
akan muncul dan hidup bebas memakan nektar (Anonymous d, 2011).
8
III. METODOLOGI
Identifikasi Menganalisa
Mengambil Mencatat hasil vegetasi yang
dengan
sampel pengamatan ditemukan
buku flora
Sub plot 1
Ukuran Petak:
Petak 1 : petak contoh 1+2+3+4= 12,5
Petak 2 : petak contoh 1+2+3= 6,25
9
Sub Sub
plot 4 plot 5
Gambar 2. Petak contoh
3.1.2. Faktor Biotik (Keanekaragaman arthropoda dalam agroekosistem)
No Alat dan Bahan Fungsi
1. Swept net Untuk menangkap serangga yang ada di
udara.
2. Plastik ukuran 1 kg Untuk tempat serangga sebelum di taruh fial
film.
3. Fial film Untuk menyimpan hewan yang telah di
tangkap menggunakan swept-net.
4. Gelas air mineral Untuk menjebak agar serangga yang terdapat
pada permukaan tanah.
5. Cawan petri Tempat serangga saat identifikasi.
7. Detergen Untuk menjebak serangga.
8. Kapas Untuk menyerap alkohol dan diletakkan
dalam fial film.
9. Alkohol 70 % Untuk membius serangga.
Menangkap Mengambil
Memasang pitfall serangga dengan serangga yang
traps pada masing- swept net terperangkap
masing plot dengan metode dalan Pitfall Traps
ayunan ganda
10
- Cara menghitung SDR
11
c. Dominasi ialah parameter yang digunakan untuk menunjukkan luas
suatu area yang dirumbuhi suatu spesies (jenis tumbuhan) atau
kemampuan suatu jenis tumbuhan dalam hal bersaing terhadap jenis
lainnya.
12
Summed Dominance Ratio (SDR)= (Hairiah, 2009)
Lavender 5 31 17 0 2 2 1 0
Rumput 13 19 7 3 3 4 2 1
Wortel 189 34 30 15 87 27 23 37
13
b. Tabel Pengamatan Suhu Udara dan Radiasi Matahari
Lokasi Suhu RM (Lux)
Cangar 22,8 0C X 100= 95 luks meter
Rumput 30 15 54 8 15 5 24
Putri malu 8 70 8 4 1 2 0
Ilalang 100 71 9 1 1 1 0
14
FORM PENGAMATAN POS BUDIDAYA PERTANIAN
Total 42,1 99,9 2,6 99,99 0,00264 99,64 656,25 299,98 100
9
Lavender = = 1
15
Rumput = = 2,6
Wortel = = 37,8
Kerapatan Nisbi
Frekuensi Mutlak
Lavender = = 0,6
Rumput = =1
Wortel = =1
∑ FM = 0,6 + 1 + 1 = 2,6
16
Frekuensi Nisbi
Lavender = x = 205,86
Rumput = x = 51,95
Wortel = x = 398,44
Lavender = = 0,00084
Rumput = = 0,00021
17
Wortel = = 0,00159
Lavender = = 19,64
Rumput = = 17,53
18
Wortel = = 62,83
19
dibagi tiga dapat kita ketahui besar persentase SDR spesies rumput sebesar
17,53%.
C. Wortel
Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun percobaan Cangar
didapatkan bahwa nilai kerapatan mutlak vegetasi wortel di dalam plot
yang berukuran 5m x 5m sebesar 37,8 dengan kerapatan nisbi sebesar
89,79% sedangkan besar frekuensi mutlaknya adalah 1 dan frekuensi
nisbinya sebesar 38,46%. Nilai dominansi mutlak wortel dalam plot
sebesar 0,00159 dengan persentase dominansi nisbi sebesar
60,23%.Diketahui wortel memiliki d1 sebesar 34cm dan d2 sebesar 30cm
didapatkan Luas Basal Area (LBA) sebesar 398,44m. Besar Nilai Penting
(Important Value) didapatkan dari jumlah antara KN, FN, dan DN
sehingga didapatkan persentase IV
wortel sebesar 188,48%, dan nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui besar
persentase SDR spesies wortel sebesar 62,38%.
Lokasi : Jatikerto Semusim
Luas plot : 5×5 m = 25 m² = 250.000 cm²
20
b. Uraian perhitungan SDR =
Kerapatan Mutlak (KM)
Rumput = = = 21,2
Putri malu = = =3
Singkong = = = 3,8
Ilalang = = =3
∑ KM = 21,2 + 3 + 3,8 + 3 = 31
Kerapatan Nisbi(KN)
21
Ilalang = × 100% = 9,68 %
Rumput = =1
Singkong = = 0,8
Ilalang = = 0,8
22
Ilalang = × 100% = 23.53%
Rumput = x = 70,8
Sinkong = x = 2725,38
Ilalang = x = 1118,25
Rumput = = 0.000286624
singkong = = 0.011021656
23
ilalang = = 0,00452574
24
Ilalang = 9,68% + 23,53% + 27,94% = 61,14%
Rumput = = 33,19%
Singkong = = 34,63%
Ilalang = = 20,38%
25
Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun percobaan jatikerto
didapatkan bahwa nilai kerapatan mutlak vegetasi putri malu di dalam plot yang
berukuran 5m x 5m sebesar 3 dengan kerapatan nisbi sebesar 9,68% sedangkan
besar frekuensi mutlaknya adalah 0,8 dan frekuensi nisbinya sebesar 23,53%.
Nilai dominansi mutlak putri malu dalam plot sebesar 0.000356688 dengan
persentase dominansi nisbi sebesar 2,20%.
26
Diketahui ilalang memiliki d1 sebesar 100 cm dan d2 sebesar 71 cm
didapatkan Luas Basal Area (LBA) sebesar 1130,573. Besar Nilai Penting
(Important Value) didapatkan dari jumlah antara KN, FN, dan DN sehingga
didapatkan persentase IV ilalang sebesar 61,14%, dan nilai IV dibagi tiga dapat
kita ketahui besar persentase SDR spesies ilalang sebesar 20,38%
27
Belalang Coklat Ordo : pendek, ukuran tubuh
Orthoptera betina lebih besar di
Family : banding jantan,
Acrididae mempunyai alat suara
(tympana) yang
terletak di ruas
abdomen pertama.
Jumlah 3 ekor
Kerajaan : Animalia a. Telur-larva-pupa-
Filum : imago
Arthropoda b. Peran : hama
Kelas : Insecta c. Habitat : di tempat
Ordo : Diptera aliran air.
Family : d. Ukuran tubuh kecil,
Lalat Hitam
Simuliidae antena pendek,
berwarna abu-abu.
jumlah 2 ekor
Kerajaan : Animalia a. Telur-nimfa-imago
Filum : b. Peran : predator
Arthropoda c. Habitat : terdapat di
Kelas : Arachnida pohon.
Ordo : Araenida d. Tubuh bulat, tubuh
Kumbang Kubah Spot Family : Araneidae berwarna-warni. Ukuran
tubuh jenis jantan lebih
kecil.
Jumlah 3 ekor
Kerajaan : Animalia a. Telur-nimfa-imago
Filum : b. Peran : hama
Arthropoda c. Habitat : terdapat di
Kelas : Insecta dedaunan.
Ordo : Hemiptera d. Badan oval
Laba-Laba Family : memanjang, kuat, dan
Pyrrhocoridae tegap. Ukuran tubuh
sedang, berwarna
28
merah/coklat/hitam.
Femur kaki depan
tidak menebal.
Antena 4 ruas.
Jumlah 7 ekor
29
semacam cakar kecil yang
membantunya memanjat dan
berpijak pada permukaan
- terdapat sepasang antena
- dapat berperan sebagai hama
dan predator
Semut Jumlah = 1
2 Kerajaan: - telur – larva – imago
Animalia - Sebagian besar sebagai
Filum: perusak tanaman,beberapa
Arthropoda sebagai predator
Kelas: Insecta - ukuran tubuh sedang sampai
Ordo: besar, mulut tipe penggigit
Orthoptera pengunyah, antena panjang
Famili: Gryllidae dan halus seperti rambut
- habitat di areal pertanaman
budidaya, lingkungan rumah
Jangkrik Jumlah = 5
3 Kerajaan: - ukuran tubuh besar
Animalia - antenna seperti rambut
Filum: - warna sayap hijau, warna
Arthropoda lengan coklat
Kelas: Insecta - ada yang memiliki sayap, ada
Ordo: yang tidak
Orthoptera - nimpha berwarna hijau
Famili: - betina mempunyai Ovipositor
Tettigoniidae panjang seperti pedang
- hidup di rerumputan atau areal
pertanaman padi
- aktif pada malam hari
- dapat berperan sebagai hama
atau predator
Belalang sembah Jumlah = 1
Gambar 3.2 Jatikerto
30
4.2 PERBANDINGAN HASIL PENGAMATAN DI CANGAR DAN
JATIKERTO
Dari hasil pengamatan lapang yang telah dilakukan, Cangar memiliki
tekstur tanah pasir berdebu. Sedangkan di Jatikerto tanahnya bertekstur lempung
berpasir.Suhu di Cangar bersuhu 22,8 0C yang lebih dingin dari pada suhu yang
berada di Jatikerto yang sangat panas dengan bersuhu 36,9 0C. Dari intensitas
radiasi matahari itu sendiri di Cangar diukur dengan luks meter yang
menggunakan yang memakai X 100, sedangkan di Jatikerto menggunakan X 0,1.
31
arthopoda yang berada di Jatikerto yang berukuran besar dan cepat. Karena
diipengaruhi oleh jenis makanan yang dimakan oleh arthopoda itu sendiri.
Sedangkan dilihat dari segi vegetasi yang terdapat di Jatikerto dan Cangar,
kerapatan vegatasi di Cangar lebih rapat dari pada di Jatikertio. Itu dipengaruhi
oleh suhu, ketinggian tempat, dan intensitas matahari yang berada disana.
V. PENUTUP
Kesimpulan :
Dari pratikum lapang yang dilakukan oleh kelompok kita yang ada
di Cangar dan di Jatikerto terdapat perbedaan Vegetasi dan
Arthopoda yang kita amati dan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain
2. Ketinggian tempat
3. Suhu
32
4. Intensitas radiasi matahari
5. Kerapatan vegetasi
DAFTAR PUSTAKA
Abiotik.http://pengertian-definisi.blogspot.com/2010/10/analisis-
vegetasi.html. Diakses tanggal 8 November 2011
ekosistem.http://dewaarka.wordpress.com/2009/ 04/10/peran-
insekta-dalam-ekosistem.html. Diakses pada 8 November 2011
Hairiah, Kurniatun.dkk.2009. Modul Praktikum Ekologi Pertanian.Malang:
Universitas Brawijaya.
Lilies, Cjristina.1991. Kunci Determinasi Serangga. Yogyakarta: Kanisius.
Pracaya. 1993. Hama dan Penyakit Tanaman.Jakarta: PT. Penebar Swada.
Steenis, J. van.1992. Flora. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
33
34