Anda di halaman 1dari 15

BAB I

EKOSISTEM

Kompetensi Dasar: Mahasiswa mampu:


1. Memahami konsep ekosistem
2. Mengidentifikasi bentuk ekosistem

Indikator Pembelajaran: Setelah mengikuti pembelajaran, Mahasiswa mampu:


1. Menjelaskan konsep ekosistem
2. Menjelaskan komponen abiotik ekosistem
3. Menuliskan hasil observasi komponen abiotik ekosistem
4. Mendriskipsikan komponen biotik ekosistem
5. Menuliskan hasil pengamatan komponen biotik ekosistem
6. Mendiskripsikan makhluk hidup yang tergolong produsen, konsumen,
dekomposer dan dtritivor
7. Mendiskripsikan ekosistem alami dan ekosistem buatan
8. Menjelaskan contoh ekosistem alami dan ekosistem buatan berdasarkan hasil
observasi

A. Pendahuluan

Cabang biologi yang mempelajari ekosistem ialah ekologi. Ilmu yang


mempelajari hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya
disebut ekologi. Ekologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu oikos
dan logos. Oikos artinya rumah atau tempat tinggal, dan logos artinya ilmu. Istilah
ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834-1914). Lingkup
kajian ekologi adalah makhluk hidup, lingkungan dan hubungan timbal balik atau
interksi antara keduanya. Ekologi berhubungan dengan ilmu-ilmu lain seperti;
morfologi, genetika, fosiologi, evolusi, biologi melekuler dan biologi perkem-
bangan. Dengan ekologi diharapkan interksi antar mahluk hidup dan lingkungnya
dapat lebih mudah dipahami. Pemahaman yang baik diharapkan bermanfaat untuk
meningkatkan kesejahteraan manusia tanpa merusak lingkungan.

1
B. Ekosistem

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan


timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa
dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap
unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Semua ekosistem di
permukaan bumi berinteraksi membentuk ekosistem yang besar, yaitu ekosfer.
Lapisan permukaan bumi dan atmosfer yang dihuni oleh seluruh makhluk hidup
disebut biosfer. Berdasarkan proses terbentuknya, ada ekosistem alami dan
ekosistem buatan

Ekosistem adalah kesatuan dari komunitas atau satuan fungsional dari


makhluk hidup dengan lingkungannya dan terjadi hubungan antar keduanya.
Dalam ekosistem itulah makhluk hidup saling berinteraksi baik di antara makhluk
hidup itu sendiri, satu sama lain maupun dengan lingkungannya. Pengaruh
lingkungan terhadap makhluk hidup disebut sebagai aksi, sebaliknya makhluk
hidup mengadakan reaksi terhadap pengaruh aksi tersebut.

Dalam mempelajari ekosistem ini kita harus melihatnya sebagai suatu


kesatuan, suatu sistem yang meliputi faktor-faktor lingkungan dan makhluk-
makhluk yang hidup di dalamnya. Jadi suatu ekosistem secara fungsional
mempunyai dua komponen, pertama adalah komponen biotik, yaitu seluruh
makhluk hidup yang hidup di bumi; kedua adalah komponen abiotik yaitu bagian-
bagian yang tidak hidup.

1. Komponen biotik
Biotik adalah makhluk hidup. Lingkungan biotik suatu makhluk hidup
adalah seluruh makhluk hidup, baik dari spesiesnya sendiri maupun dari spesies
berbeda yang hidup di tempat yang sama. Komponen-komponen biotik terdiri dari
berbagai jenis mikroorganisme, jamur, ganggang, lumut, tumbuhan paku,
tumbuhan tingkat tinggi, invertebrata, dan vertebrata, serta manusia.

Menurut fungsinya maka komponen biotik yang merupakan semua


makhluk hidup yang terdapat dalam suatu ekosistem dapat dibedakan dalam tiga
kelompok utama :

2
a. Produsen
Produsen adalah makhluk hidup yang dapat menghasilkan makanan
sendiri. Termasuk dalam kelompok ini adalah tumbuhan hijau atau tumbuhan
yang mempunyai klorofil serta organisme autotrof. Organisme autotrof yaitu
organisme yang mampu menyediakan makanan sendiri, berupa bahan organik dari
bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan energy kimia. Di
dalam ekosistem perairan, komponen biotik yang berfungsi sebagai produsen
adalah berbagai jenis alga dan fitoplankton.

b. Konsumen

Konsumen adalah makhluk hidup yang memperoleh energi dari bahan


makanan yang dibuat oleh produsen. Termasuk dalam kelompok ini adalah
manusia dan hewan. Karena tidak dapat membuat makanan sendiri dan selalu
bergantung pada makhluk hidup lain, maka konsumen bersifat heterotrof.
Berdasarkan jenis makanannya, konsumen dapat dibagi menjadi tiga jenis :

1). Hewan herbivora, adalah hewan pemakan tumbuhan. Herbivor di darat


meliputi insekta, reptil, burung dan mamalia. Dua mamalia herbivor adalah
rodentia (hewan pengerat) dan ungulata (sapi dan kuda). Herbivor di perairan
adalah yang terdiri dari udang-udang kecil dan molusca.
2). Hewan predator, adalah hewan pemakan hewan lain. Hewan predator terbagi
atas: a). Karnivor yaitu binatang buas pemakan hewan berdaging. Contohnya:
harimau, singa dan sebagainya. b). Insectivor yaitu binatang pemakan
serangga. Contohnya: cecak, katak dan sebagainya.
3). Hewan omnivor adalah binatang pemakan segala (tumbuhan dan daging).
Contohnya: ayam, tikus dan sebagainya.

c. Dekomposer atau Pengurai

Dekomposer atau pengurai adalah komponen biotik yang berperan


menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme yang telah mati ataupun
hasil pembuangan sisa pencernaan. Makhluk hidup yang berperan sebagai

3
pengurai adalah bakteri dan jamur saprofit. Dengan adanya organisme pengurai,
zat mineral atau unsur hara hasil penguraian yang sangat dibutuhkan oleh
tumbuhan dapat meresap ke dalam tanah yang kemudian akan diserap oleh
tumbuhan (produsen). Selain itu aktivitas pengurai juga akan menghasilkan gas
karbon dioksida yang akan dipakai dalam proses fotosintesis.

d. Detritivor atau Penghancur


Detritivor adalah organisme yang memakan partikel-partikel organik atau
deutritus. Detritivor atau penghancur adalah kelompok mahkluk hidup yang
menghancurkan bahan-bahan organik dari sisa-sisa tubuh mahkluk hidup yang
telah mati menjadi hancuran-hancuran yang merupakan hancuran jaringan hewan
dan tumbuhan. Detritus adalah fragmen (hancuran, remukan, bagian–
bagian lembut) dari bahan-bahan yang sudah terurai. Detritivor darat yang khas
cacing tanah, kutu kayu, luwing, semut, kelabang dan rayap. Detritivor pantai
yaitu cacing palolo, siput pantai dan teripang.

2. Komponen abiotik
Komponen abiotik adalah bukan makhluk hidup atau komponen tak hidup.
dalam suatu ekosistem. Komponen abiotik sangat menentukan jenis makhluk
hidup yang menghuni suatu lingkungan. Komponen abiotik merupakan komponen
fisik dan kimia yang membentuk lingkungan abiotik. Lingkungan abiotik
membentuk ciri fisik dan kimia tempat hidup makhluk hidup. Komponen ini tidak
berdiri sendiri, tetapi saling berinteraksi sehingga mempengaruhi sifat yang satu
dengan yang lain. Komponen abiotik merupakan faktor lingkungan dan
mempengaruhi makhluk hidup di antaranya :

a. Suhu
Setiap makhluk hidup memerlukan suhu tertentu untuk hidupnya. Suhu
lingkungan yang tidak sesuai akan mengganggu kelangsungan hidup makhluk
hidup. Suhu yang tidak cocok akan menyebabkan makhluk hidup itu mati. Tetapi
ada juga makhluk hidup yang suhu tubuhnya menyesuaikan lingkungannya.
Makhluk hidup yang demikian disebut makhluk hidup berdarah dingin.

4
Suhu lingkungan ditentukan oleh banyak atau sedikit radiasi sinar
matahari yang diserap oleh komponen penyusun suatu ekosistem. Adanya
penyerapan akan terjadi peningkatan suhu. Apabila suhu tanah dan air laut lebih
tinggi dari suhu di sekelilingnya, maka energi panas akan mengalir dari tempat
yang bersuhu panas ke tempat yang bersuhu dingin. Ini akan berpengaruh
terhadap perubahan iklim dan curah hujan yang akan mempengaruhi aktivitas
kehidupan organisme yang ada dalam ekosistem. Iklim ini akan mempengaruhi
didtribusi tumbuhan dan kesuburan tanah.

Suhu sangat diperlukan oleh setiap makhluk hidup berkitan dengan reaksi
kimia yang terjadi dalam tubuh mahluk hidup. Suhu berpengaruh terhadap
ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup.
Ada jenis - jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu.

b. Sinar matahari

Sinar/cahaya matahari adalah sumber energi utama bagi semua makhluk


hidup. Bagi tumbuhan, cahaya matahari dibutuhkan dalam fotosintesis. Bagi
hewan dan manusia, energy sinar matahari berperan secara tidak langsung. Sinar
matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan
suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan
sebagai produsen untuk berfotosintesis. tumbuhan memerlukan cahaya matahari
dengan panjang gelombang tertentu guna membantu proses fotosintesis.

c. Air
Dalam kehidupan air sangat diperlukan oleh mahluk hidup, karena
sebagian besar tubuhnya mengandung air. Dalam tubuh makhluk hidup, air
digunakan untuk pelarut di dalam sitoplasma, untuk menjaga tekanan osmosis sel,
dan mencegah sel dari kekeringan. Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air
dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan
dalam pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji dan untuk melakukan
fotosintesis.. Bagi hewan dan manusia, air diperlukan sebagai air minum dan
sarana hidup lain. Misalnya transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi

5
ikan. Bagi unsur abiotik lain, misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagaii
pelarut dan pelapuk.

d. Tanah
Tanah merupakan tempat hidup dan tempat tinggal bagi organisme. Jenis
tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup di dalamnya juga
berbeda. Tanah mempunyai peranan sangat penting bagi lingkungan karena semua
atau sebagian besar zat penyusun mahkluk hidup berasal dari tanah. Tanah
mengandung unsur hara dan mineral yang perlukan tumbuhan untuk tumbuh dan
berkembang. Untuk manusia, tanah diperlukan sebagai tempat untuk hidupnya.

Dalam suatu ekosistem terdapat tanah yang mengandung banyak nutrisi


atau mineral yang menyebabkan tumbuhan di tempat itu menjadi subur dan
berkembang pesat. Tanah merupakan sumber utama tersedianya zat –zat mineral
yang diperlukan oleh setiap makhluk hidup. Tanah merupakan bagian dari
lingkungan makhluk hidup dan merupakan habitat bagi beberapa jenis makhluk
hidup lainnya. Secara langsung atau tidak langsung, banyak makhluk hidup yang
kelangsungan hidupnya bergantung pada tanah.

e. Derajat Keasaman (pH) Tanah

Keadaan pH tanah berpengaruhi terhadap kehidupan tumbuhan. Tumbuhan


akan tumbuh dengan baik bila memiliki pH optimun, yaitu berkisar 5,8-7,2. Nilai
pH tanah dipengaruhi oleh curah hujan, penggunaan pupuk, aktivitas akar
tanaman dan penguraian mineral tanah. Derajat keasaman (pH) suatu media
pertumbuhan mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses metabolisme
organisme. Semua organisme sangat peka terhadap pengaruh pH.

f. Kelembaban

Kelembapan udara dipengaruhi oleh suhu lingkungan sekitar. Lingkungan


dengan suhu tinggi, kelembabannya rendah. Kelembaban udara ini disebabkan
karena adanya suhu tinggi yang akan menyebabkan penguapan yang tinggi pula.
Lingkungan yang mempunyai suhu rendah, kelembabannya akan tinggi
dikarenakan tingkat penguapannya rendah. Kelembaban mempunyai pengaruh

6
pada proses penguapan air di dalam tubuh dan ketersediaan air yang berperan
dalam proses metabolisme tubuh.

Kelembaban diperlukan oleh makhluk hidup agar tubuhnya tidak cepat


kering karena penguapan. Kelembaban dipengaruhi oleh intensitas cahaya, angin,
curah hujan, dan sinar matahari. Kelembaban mempengaruhi pertumbuhan
tumbuhan. Daerah yang memiliki tingkat kelembaban berbeda akan menghasilkan
sebuah ekosistem yang memiliki komposisi yang berbeda.
g. Udara
Dalam udara terkandung bermacam–macam gas yang dibutuhkan makhluk
hidup. Udara terdiri dari gas–gas oksigen, karbondioksida, nitrogen, dan hidrogen.
Nitrogen dipergunkan makhluk hidup untuk membentuk protein dan
persenyawaan lainnya. Oksigen banyak digunakan untuk bernafasan. Pada
peristiwa respirasi, oksigen digunakan untuk mengoksidasi karbohidrat sehingga
terbentuk energi untuk aktivitas kehidupan. Pada hewan dan tumbuhan, oksigen
juga digunakan dalam pernafasan untuk mendapatkan energi. Karbon dioksida
oleh tumbuhan diperlukan untuk membentuk energi melalui proses fotosintesis.

h. Garam-garam mineral
Tumbuhan mengambil garam-garam mineral dan air dari tanah untuk
proses fotosintesis. Tumbuhan menyerap garam mineral dari dalam tanah untuk
pertumbuhan. Hewan dan manusia memerlukan garam mineral yang difungsikan
untuk menjaga keseimbangan asam dan basa, mengatur kerja alat-alat tubuh, dan
untuk proses metabolisme.
i. Ketinggian
Ketinggian tempat menentukan jenis organisme yang hidup di tempat
tersebut, karena ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan
kimia yang berbeda.

j. Angin
Angin selain berperan dalam menentukan kelembaban juga berperan
dalam penyebaran biji tumbuhan tertentu.

7
k. Garis lintang
Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda
pula. Garis lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan distribusi
organisme di permukaan bumi. Ada organisme yang mampu hidup pada garis
lintang tertentu saja.

l. Topografi
Topografi adalah bentuk naik turun atau tinggi rendahnya suatu
permukaan bumi. Topografi dapat mempengaruhi keadaan iklim yang
menyangkut pada suhu dan kelembapan. Topografi menentukan keanekaragaman
hayati dan penyebaran suatu organisme.

Gambar 1.1. Contoh Ekosistem dengan Topografi Berbukit, Mangunan Gunung


Kidul Yogjakarta (Sumber: Foto Koleksi Penulis)

B. Bentuk Ekosistem

Bentuk ekosistem dibedakan atas dua (2) bentuk, yaitu :


1. Ekosistem Alami
Ekosistem alami adalah ekosistem yang dibuat langsung oleh alam.
Ekosistem alami, bertugas menjaga keseimbangan ekosistem sehingga jika ada
satu ekosistem yang rusak, maka keseimbangan lingkungan akan terganggu.
Ekosistem alami dibedakan menjadi 14 macam. Berikut ini disajikan contoh dari
ekosistem alami :

8
1). Hutan hujan tropis berada pada daerah yang memiliki iklim tropis. Curah
hujan di hutan hujan tropis bisa mencapai 200 hingga 225 cm pertahun. Jenis-
jenis pohon yang ada di hutan ini berjenis besar dan tinggi. Hewan yang biasa
ditemukan di hutan hujan tropis adalah jenis-jenis kera, harimau, jenis-jenis
burung, badak ataupun babi.

2). Hutan gugur berada pada daerah sub tropis. Curah hujan di hutan gugur
betkisar antara 75 hingga 100 cm setiap tahun. Jenis pohon di hutan ini hanya
sedikit. Sekitar 10 hingga 20 jenis pohon saja. Janis pohon di hutan ini tidak
besar dan tidak rindang. Hewan yang bisa ditemukan di hutan ini adalah
beruang, hamster, atau hewan yang berhibernasi selama musim dingin.

3). Ekosistem padang rumput dapat ditemukan di daerah dengan iklim tropis
maupun sub tropis. Curah hujan di padang rumput cenderung rendah, hanya
berkisar antara 25 hingga 50 cm per tahun. Rata- rata tanaman yang hidup di
padang rumput adalah pohong-pohon yang berjenis pendek. Hewan yang hidup
di padang rumput adalah kangguru, singa, jerapah, jaguar, zebra, atau jenis-
jenis ular.

4). Hutan sabana terletak pada daerah yang beriklim tropis. Curah hujan yang ada
di sabana berkisar antara 95 hingga 150 cm per tahun. Jenis hewan yang hidup
di sabana antara lain gajah, kuda, macam tutul, singa, atau jenis-jenis hewan
pengerat.

5). Hutan taiga adalah jenis hutan yang hidup di daerah beriklim sub tropis serta
daerah dengan iklim dingin. Pohon- pohon yang berada di daerah ini antara
lain cemara, alder, dan jenis pohon berdaun jarum lainnya. Hewan yang berada
di hutan ini adalah beruang hitam, lynx atau serigala.

6). Ekosistem tundra adalah ekosistem yang berada pada daerah terdingin di bumi,
yaitu antartika dan artik. Musim dingin di daerah tundra sangat panjang, bisa
berlangsung selama 9 bulan. Jenis tanaman yang paling kuat bertahan di daerah
tundra adalah jenis lumut, sedangkan jenis hewan di daerah ini adalah rubah,
rusa kutub, atau bison.

9
7). Ekosistem gurun berada di daerah bumi dengan temperatur yang paling panas.
Curah hujan di daerah ini sangat sedikit, bahkan nyaris tidak ada. Sehingga
daerah ini adalah dataran tandus berpasir. Jenis tanaman yang dapat tumbuh di
daerah ini adalah kaktus, yang mampu menyimpan cadangan air. Hewan yang
dapat hidup di daerah ini adalah unta yang juga mampu menyimpan cadangan
air.

8). Ekosistem sungai adalah contoh ekosistem alami yang didominasi oleh
perairan tawar (berkadar garam rendah) yang terus mengalir. Ekosistem ini
memiliki kekhasan berupa sedimentasi di setiap dasar substratnya. Ekosistem
sungai adalah aliran air yang ada di permukaan bumi. Sungai mengalir dari
tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Aliran sungai mengalir dan berhenti
di laut. Banyak jenis tumbuhan yang hidup subur di daerah pinggiran sungai
sehingga tak jarang kita melihat banyak hewan yang menikmati tumbuhan
hijaunya. Air sungai termasuk air tawar, tidak memiliki rasa asin. Hewan yang
dapat hidup di dalamnya adalah ikan baung, nila, emas, lele, gurami dan
beberapa jenis ikan tawar lainnya.

9). Ekosistem danau adalah sebuah cekungan besar yang terisi oleh air. Danau
dapat terbentuk akibat dari aktivitas gunung api. Selain itu danau juga dapat
terbentuk akibat sedimentasi yang memotong jalur sungai. Jenis hewan air
yang hidup ialah ikan mas, ikan pora-pora, udang dan beberapa jenis ikan
tambak lainnya.

10). Rawa- rawa adalah salah satu ekosistem perairan yang tenang. Rawa adalah
genangan air yang terjadi di dataran yang cekung. Genangan air ini dapat
bersifat musiman, akibat hujan dan luapan air sungai atau permanen akibat
lokasinya yang dekat dengan sumber air. Rawa-rawa biasanya berada di
dataran rendah.

11). Ekosistem pantai adalah daerah pantai yang berada di tepi laut. Daerah ini
adalah salah satu daerah hasil proses sedimentasi oleh air laut. Tidak banyak
jenis pohon yang dapat tumbuh di daerah ini. Pohon yang dapat tumbuh ialah

10
pohon kelapa atau sejenisnya. Hewan yang dapat hidup ialah kepiting, siput
dan kerang.

Gambar 1.2. Contoh Ekosistem Pantai Jayanti Gunung Kidul Yogjakarta


(Sumber : Foto Koleksi Penulis)

12). Ekosistem terumbu karang adalah ekosistem laut dangkal shingga sinar
matahari masih dapat masuk. Dalam ekosistem ini terumbu karang dan rumput
laut dapat melakukan fotosintesis. Selain itu hewan laut di daerah ini lebih
banyak dan bervariasi, ikan yang memiliki aneka warna. Kecantikan daerah
terumbu karang banyak dimanfaatkan manusia untuk melakukan diving
ataupun snorkling.

13). Ekosistem laut dalam adalah ekosistem yang berada pada kedalaman lebih
dari 2000 m dari permukaan laut. Suhu pada daerah ini diperkirakan sangat
dingin akibat dari tidak masuknya sinar matahari. Makhluk hidup yang tinggal
di daerah ini hanyalah hewan predator serta hewan pemakan bangkai.

14). Ekosistem estuari adalah ekosistem tempat bertemunya air tawar dan air laut.
Dalam ekosistem ini, tumbuhan yang bisa ditemukan adalah jenis tumbuhan
mangrove, sedangkan hewan yang bisa ditemukan adalah beberapa jenis
kepiting. Magrove banyak difungsikan sebagai ekositem laut yang memiliki

11
manfaat luar biasa terhadap pemeliharaan makhluk hidup laut. Fungsi yang
paling besar adalah mencegah terjadi abrasi laut.

15). Ekosistem gunung adalah ekosistem yang terdapat di daerah dataran tinggi
jauh di atas permukaan laut. Ekosistem ini memiliki iklim yang dingin. Banyak
sekali jenis tumbuhan dan hewan darat yang hidup dan tumbuh di ekosistem
gunung.

16). Ekosistem air terjun adalah contoh ekosistem alami bersifat lotik yang
mengalir dengan sangat deras karena berada pada permukaan dengan elevasi
yang sangat curam. Di kawasan ini banyak ditemukan tumbuhan lumut dan
beberapa jenis tumbuhan hijau yang hidup subur. Suhu udara di daerah ini
sangat dingin sebab banyak percikaan air yang menetes ke permukaan tanah.
17). Ekosistem gua adalah contoh ekosistem alami yang terbentuk karena rongga
dalam pertemuan lempeng batuan bumi. Ekosistem ini identik dengan tempat
gelap dan didominasi oleh hewan nokturnal berupa reptil dan kelelawar. Suhu
udara di dalam gua sangat dingin dan pengap karena cahaya matahari tak
mampu masuk ke dalamnya. Banyak ditemukan tumbuhan seperti lumut dan
sangat identik dengan permukaan yang licin.

2. Ekosistem Buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang dibuat oleh manusia dengan
tujuan tertentu. Ekosistem buatan merupakan ekosistem yang diciptakan manusia
untuk memenuhi kebutuhannya. Ekosistem ini tidak terbentuk secara alami, tetapi
dibuat oleh manusia untuk diambil manfaatnya. Fungsi ekosistem buatan adalah
menjaga ekosistem alami tetap seimbang. Selain itu, ekosistem buatan dibuat
untuk melestarikan hewan atau tumbuhan yang terancam punah, sehingga tidak
ada lagi makhluk hidup yang punah di bumi. Ekosistem buatan adalah salah satu
cara untuk melestarikan keanekaragaman hayati. Contoh ekosistem buatan
disajikan berikut ini.

1). Suaka marga satwa adalah upaya perlindungan pada ekosistem yang dinilai
memiliki keunikan. Keunikan itu juga berisi berbagai macam jenis flora dan

12
fauna yang harus dilindungi. Suaka marga satwa dibuat oleh manusia langsung
di alam. Manusia mendesain suaka marga satwa sedemikian rupa agar interaksi
antara hewan dan tumbuhan di dalamnya tetap berlangsung baik.
2). Taman hutan raya adalah taman hutan yang sebagian masih habitat asli, dan
sebagian telah diperbarui dengan lingkungan buatan. Taman hutan raya
mengkhususkan pada konservasi koleksi tumbuhan. Ciri-ciri hutan raya adalah
mempunyai koleksi tumbuhan yang banyak serta unik, mempunyai wilayah
yang luas serta masih memiliki keindahan habitat aslinya. Hutan raya juga
dapat dikatakan sebagai hutan buatan, karena sebagian besar dibuat oleh
manusia.
3). Kebun binatang adalah salah satu bentuk konservasi dengan memakai
lingkungan alam buatan, yang terpisah-pisah pada setiap jenis spesies.
Kekurangan dari kebun binatang adalah hewan berada di dalam kandang yang
terbatas. Selain itu, banyak kebun binatang yang tidak dirawar dengan baik.
Akibatnya banyak binatang yang mati atau kelaparan, seperti yang terjadi di
kebun binatang Bandung.
4). Taman safari adalah upaya pelestarian flora dan fauna melalui pembuatan
lingkungan buatan. Berbeda dengan kebung binatang yang setiap spesies
berada dalam satu kandang, pada taman safari beberapa spesies berada dalam
satu wilayah besar. Setiap wilayah terpisah oleh pagar tinggi. Pengunjung
harus memakai mobil atau kendaraan dari taman safari jika ingin mengunjungi
serta melihat jenis fauna dan flora di dalamnya. Taman safari adalah salah satu
cara melestarikan lingkungan dengan metode eksitu. Taman safari memakai
metode yang jauh lebih baik dari pada kebun binatang, sehingga hewan tidak
merasa terkekang.
5). Waduk atau bendungan adalah sebuah tempat penampungan air raksasa yang
dibuat oleh manusia. Selain itu, waduk juga sebagai penghalang aliran air
sungai sehingga aliran menjadi meninggi dan terlihat seperti danau yang besar.
Waduk juga biasa disebut sebagai bendungan. Waduk berfungsi sebagai salah
satu penyedia air bagi masyarakat, selain itu waduk juga dipakai sebagai
bagian dari sistem irigasi di sawah. Waduk dapat menjadi ekosistem baru bagi
ikan-ikan air tawar. Sebagian besar waduk bisa difungsikan sebagai

13
pembangkit listrik tenaga air. Waduk atau bendungan tergolong ekosistem air
tawar dengan habitat lentik, karena airnya yang tidak mengalir.

Gambar 1.3. Contoh Ekosistem Buatan Waduk Pamah Semelir Kec.Sungai Bingai
Kab. Langkat (Sumber: Foto Koleksi Penulis)

6). Ekosistem sawah adalah contoh ekosistem buatan yang sengaja dibangun oleh
manusia sebagai tempat budidaya tanaman padi. Berbagai organisme penggangu
tanaman seperti serangga, gulma, binantang pengerat, ular dan beberapa jenis ikan
serta organisme lain hidup di dalamnya dan melakukan interaksi satu sama lain.
Dengan adanya sawah secara tidak langsung telah membentuk suatu ekosistem
yang sempurna sehingga dapat membantu pertumbuhan tanaman padi.

7). Akuarium yang dibuat dengan tujuan untuk estetika.


8). Hutan tanaman produksi seperti jati dan pinus.
10). Agroekosistem berupa tambak, perkebunan kopi, karet, kelapa sawit.

Gambar 1.4. Contoh Ekosistem Buatan a. Tanaman Kacang Tanah di Ladang


b. Taman di Pinggir Sungai (Sumber : Foto Koleksi Penulis)

14
DAFTAR PUSTAKA

Harmoni, A. 2011. Seri Diktat Kuliah : Ilmu Alamiah Dasar. : Penerbit


Gunadarma.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.


Irwan, Z.D. 2007. Prinsip-Prinsip Ekologi : Ekosistem, Lingkungan, dan
Pelestariannya. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara
Jumhana, N. 2006. Konsep Dasar Biologi. Bandung: UPI PRESS
Kartono, 2005. Biologi Umum Untuk Perguruan Tinggi LPTK. Bandung:Penerbit
Prisma Press.
Kimball, J. Biologi. Jilid 3. Edisi kelima. Alih bahasa Soetarmi, S dan Sugiri, N.
Jakarta : Erlangga.
Odum, E.P.1998. Dasar-Dasar Ekologi edisi 4. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada Press.

Rahim, S. 2014. Ilmu Alamiah Dasar. Gorontalo : Ideas Publishing


Sri, Y.M. 2006, Konsep Dasar IPA. Bandung : UPI PRESS

15

Anda mungkin juga menyukai