Anda di halaman 1dari 59

EKOSISTEM merupakan kesatuan struktural dan fungsional yang terbentuk oleh

hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem dibentuk
oleh kumpulan berbagai macam makhluk hidup beserta benda-benda tak hidup. Semua
makhluk hidup yang menyusun suatu ekosistem disebut komponen biotik. Sedangkan benda-
benda tak hidup dalam suatu ekosistem disebut komponen abiotik. Dalam suatu ekosistem,
hubungan antarkomponen berlangsung sangat erat dan saling memengaruhi. Oleh karena itu
gangguan atau kerusakan pada salah satu komponen dapat menyebabkan kerusakan seluruh
ekosistem.
Ilmu yang mempelajari ekosistem disebut Ekologi. Ekologi berasal dari dua kata dalam
bahasa Yunani, yaitu oikos dan logos. Oikos berarti rumah atau tempat tinggal, dan logos
artinya ilmu. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 – 1914).
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada tahun 70-
an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya.
Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun
interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya.
Yang dipelajari dalam ekologi:
  Perpindahan energi dan materi dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang lain ke
dalam lingkungannya dan faktor-faktor yang menyebabkannya.
  Perubahan populasi atau spesies pada waktu yang berbeda dan faktor-faktor yang
menyebabkannya.
  Interaksi antarspesies makhluk hidup dan hubungan antara makhluk hidup dengan
lingkungannya.
A. KOMPONEN PENYUSUN EKOSISTEM
1. Komponen Biotik (bio = hidup)
Komponen biotik meliputi semua makhluk hidup yang terdapat dalam ekosistem.
Berdasarkan fungsinya, makhluk hidup dibagi menjadi tiga, yaitu:
a.    Produsen
Produsen adalah makhluk hidup yang dapat menghasilkan makanan sendiri. Yang  termasuk 
dalam kelompok  ini adalah  tumbuhan hijau atau  tumbuhan yang mempunyai klorofil serta
organisme autotrof. Di  dalam  ekosistem  perairan,  komponen  biotik  yang  berfungsi 
sebagai produsen adalah berbagai jenis alga dan fitoplankton.
Autotrof >>> organisme yang mampu menyediakan makanan sendiri yang berupa bahan
organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia.
Alga >>> sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ dengan perbedaan
fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki “organ” seperti yang dimiliki
tumbuhan (akar, batang, daun, dan sebagainya).
Fitoplankton >>> salah satu komponen autotrof plankton yang memperoleh energi melalui
proses fotosintesis sehingga mereka harus berada pada bagian permukaan (disebut sebagai
zona euphotic) lautan, danau atau kumpulan air yang lain. Melalui fotosintesis, fitoplankton
menghasilkan banyak oksigen yang memenuhi atmosfer Bumi.
b.    Konsumen
Konsumen adalah makhluk hidup yang memperoleh energi dari bahan makanan yang
dibuat oleh produsen. Yang  termasuk  dalam kelompok  ini adalah manusia dan hewan.
Karena tidak dapat membuat makanan sendiri dan selalu bergantung pada makhluk hidup
lain, maka konsumen bersifat  heterotrof. Berdasarkan jenis makanannya, konsumen dapat
dibagi menjadi tiga jenis:
   Herbivora, konsumen yang hanya mengonsumsi tumbuhan dan merupakan konsumen tingkat
pertama.
   Karnivora, organisme pemakan daging saja dan juga memakan hewan herbivora sehingga
disebut dengan konsumen kedua.
   Omnivora, pemakan segala (tumbuhan dan hewan).
Heterotrof >>> organisme yang tergantung pada organisme lain untuk mendapatkan
makanan.
c.    Dekomposer
Dekomposer atau Pengurai adalah komponen biotik yang berperan menguraikan bahan
organik yang berasal dari organisme yang telah mati ataupun hasil pembuangan sisa
pencernaan. Makhluk hidup yang berperan sebagai pengurai adalah bakteri dan jamur
saprofit. Dengan adanya organisme pengurai, zat mineral atau unsur hara hasil penguraian
yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan dapat meresap ke dalam tanah.
Bakteri Saprofit >>> bakteri yang menguraikan tumbuhan atau hewan mati, serta sisa-
sisa atau kotoran organisme. Bakteri saprofit menguraikan protein, karbohidrat, dan senyawa
organik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana
sehingga keberadannya sangat berperan dalam membersihkan sampah organik di lingkungan
sekitar.
2. Komponen Abiotik (a = tidak, bio = hidup)
Abiotik adalah komponen yang tidak hidup. Komponen abiotik menyediakan tempat hidup,
makanan, dan kondisi yang diperlukan oleh komponen biotik, sehingga komposisi komponen
abiotik sangat memengaruhi jenis komponen biotik yang dapat hidup. Komponen abiotik
yang memengaruhi komponen biotik dalam suatu ekosistem antara lain air, tanah, suhu,
cahaya matahari, dan udara.
a.   Air
Air berfungsi sebagai pelarut zat-zat dalam tubuh, sistem pengangkut, dan tempat
berlangsungnya reaksi-reaksi biokimia di dalam tubuh. Keberadaan air pada suatu ekosistem
sangat memengaruhi jenis makhluk hidup yang dapat hidup. Hewan dan tumbuhan juga
beradaptasi untuk menyesuaikan dengan keadaan air di lingkungannya.
b.   Tanah
Keadaan tanah menentukan jenis tumbuhan yang dapat hidup dan jenis-jenis
tumbuhan akan menentukan jenis-jenis hewan yang dapat hidup.
c.   Suhu
Suhu memengaruhi reaksi biokimiawi di dalam tubuh. Suhu yang terlalu rendah atau
terlalu tinggi dapat menyebabkan gangguan pada reaksi-reaksi biokimiawi di dalam tubuh
sehingga aktivitasnya terganggu. Oleh karena itu setiap makhluk hidup memerlukan suhu
optimum untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
d.   Cahaya Matahari
Cahaya matahari diperlukan untuk proses fotosintesis tumbuhan hijau. Cahaya
matahari juga memengaruhi suhu bumi menjadi sesuai untuk kehidupan berbagai makhluk
hidup.
e.   Udara
Udara merupakan campuran berbagai macam gas. Gas-gas tersebut memiliki fungsi
berbeda pada ekosistem. Misalnya Oksigen diperlukan oleh makhluk hidup untuk
respirasi/bernapas.
B. TINGKAT ORGANISASI DALAM EKOSISTEM
Makhluk hidup dalam ekosistem membentuk tatanan atau organisasi tertentu.
1.      Individu
Individu merupakan satuan fungsional terkecil penyusun ekosistem (makhluk hidup
tunggal) yang dapat hidup secara fisiologis. Misalnya seekor rusa yang dapat mencari rumput
sendiri sebagai kebutuhan makanannya.
2.      Populasi
Populasi merupakan kumpulan individu sejenis pada suatu daerah dalam jangka
waktu  tertentu. Misalnya sekumpulan penduduk (manusia) dalam suatu kelurahan.
Kehidupan suatu populasi dipengaruhi oleh populasi makhluk hidup yang lain. Jumlah
individu sejenis dalam satuan luas tertentu pada jangka waktu tertentu disebut kepadatan
populasi.
3.      Komunitas
Komunitas merupakan kumpulan beberapa populasi yang berbeda yang saling
berinteraksi pada daerah dan waktu tertentu. Pada komunitas terjadi interaksi antara berbagai
populasi dan dalam interaksi itu terjadi perpindahan materi dan energi. Misalnya di suatu
kolam populasi ikan berinteraksi dengan populasi plankton (yaitu ikan memakan plankton),
maka terjadi perpindahan bahan makanan (materi) dari plankton ke tubuh ikan.
4.      Ekosistem
Ekosistem merupakan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungan abiotiknya.
Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan pada suatu ekosistem bersifat khusus. Jadi,
setiap lingkungan memiliki ekosistem yang berbeda. Komunitas yang dipengaruhi oleh
lingkungan abiotik yang spesifik menghasilkan ekosistem yang spesifik pula. Berdasarkan
proses terbentuknya ekosistem dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.       Ekosistem alami, yaitu ekosistem yang terbentuk secara alami. Misalnya ekosistem hutan,
laut, sungai, dan rawa.
b.      Ekosistem buatan, yaitu ekosistem yang dibentuk secara sengaja oleh manusia. Misalnya
ekosistem sawah, kolam, perkebunan, dan hutan budidaya.
5.      Bioma
Bioma adalah ekosistem-ekosistem yang terbentuk karena perbedaan letak geografis
dan astronomis. Bioma terbagi menjadi beberapa jenis, ditentukan oleh curah hujan dan
intensitas cahaya mataharinya.
a.       Tundra
Tundra adalah suatu area dimana pertumbuhan pohon terhambat dengan rendahnya
suhu lingkungan sekitar. Bioma ini terletak di kawasan lingkungan Kutub Utara sehingga
iklimnya adalah iklim kutub. Istilah tundra berarti dataran tanpa pohon, vegetasinya
didominasi oleh lumut dan lumut kerak, vegetasi lainnya adalah rumput-rumputan dan sedikit
tumbuhan berbunga berukuran kecil. Ciri-ciri tundra:
  Mendapat sedikit energi radiasi matahari, musim dingin sangat panjang dapat berlangsung
selama 9 bulan dengan suasana gelap.
  Musim panas berlangsung selama 3 bulan, pada masa inilah vegetasi mengalami pertumbuhan.
  Fauna khas bioma tundra adalah Muskoxem (bison berhulu tebal) dan Reindeer/Caribou (rusa
kutub).
b.      Taiga
Bioma ini kebanyakan terdapat di daerah antara subtropika dengan daerah kutub, seperti
di daerah Skandinavia, Rusia, Siberia, Alaska, Kanada. Ciri-ciri taiga:
  Perbedaan antara suhu musim panas dan musim dingin cukup tinggi, pada musim panas suhu
tinggi, pada musim dingin suhu sangat rendah.
  Pertumbuhan tanaman terjadi pada musim panas yang berlangsung antara 3 sampai 6 bulan.
  Flora khasnya adalah pohon berdaun jarum/pohon konifer, contoh pohon konifer adalah Pinus
merkusii (pinus). Keanekaragaman tumbuhan di bioma taiga rendah, vegetasinya nyaris
seragam, dominan pohon-pohon konifer karena nyaris seragam, hutannya disebut hutan
homogen. Tumbuhannya hijau sepanjang tahun, meskipun dalam musim dingin dengan suhu
sangat rendah.
  Fauna yang terdapat di daerah ini adalah beruang hitam, ajak, srigala dan burung-burung yang
bermigrasi kedaerah tropis bila musim dingin tiba. Beberapa jenis hewan seperti tupai dan
mammalia kecil lainnya maupun berhibernasi pada saat musim dingin.
c.       Gurun
Gurun adalah suatu daerah yang menerima curah hujan yang sedikit. Gurun dianggap
memiliki kemampuan kecil untuk mendukung kehidupan namun gurun sering kali memiliki
kehidupan yang biasanya tersembunyi. Gurun banyak ditemukan di Amerika Utara, Afrika
Utara, Australia dan Asia Barat. Ciri-ciri gurun:
  Curah hujan sangat rendah, ± 25 cm/tahun.
  Kecepatan penguapan air lebih cepat dari presipitasi.
  Kelembaban udara sangat rendah.
  Perbedaan suhu siang hari dengan malam hari sangat tinggi (siang dapat mencapai 45 C, malam
dapat turun sampai 0 C).
  Tanah sangat tandus karena tidak mampu menyimpan air.
d.      Padang Rumput
Padang rumput merupakan area yang dipenuhi oleh rumput dan tanaman tak berkayu.
Bioma padang rumput membentang mulai dari daerah tropis sampai dengan daerah beriklim
sedang, seperti Hongaria, Rusia Selatan, Asia Tengah, Amerika Selatan, dan Australia. Ciri-
ciri padang rumput:
  Curah hujan antara 25 – 50 cm/tahun, di beberapa daerah padang rumput curah hajannya dapat
mencapai 100 cm/tahun.
  Curah hujan yang relatif rendah turun secara tidak teratur.
  Turunnya hujan yang tidak teratur tersebut menyebabkan porositas dan drainase kurang baik
sehingga tumbuh-tumbuhan sukar mengambil air.
e.       Hutan Gugur
Ciri khas bioma hutan gugur adalah tumbuhannya sewaktu musim dingin, daun-
daunnya meranggas. Bioma ini dapat dijumpai di Amerika Serikat, Eropa Barat, Asia Timur,
dan Chili. Ciri-ciri hutan gugur:
  Curah hujan merata sepanjang tahun, 75 – 100 cm/tahun.
  Mempunyai 4 musim: musim panas, musim dingin, musim gugur, dan musim semi.
  Keanekaragaman jenis tumbuhan lebih rendah daripada bioma hutan tropis.
f.       Hutan Hujan Tropis
Hutan hujan tropis adalah ekosistem yang dapat ditemui di wilayah khatulistiwa (Asia,
Australia, Afrika, Amerika Selatan, Amerika Tengah, Meksiko dan Kepulauan Pasifik).
Hutan hujan tropis merupakan rumah untuk setengah spesies flora dan fauna di seluruh dunia.
Hutan hujan tropis juga dijuluki sebagai “farmasi terbesar dunia” karena hampir 1/4 obat
modern berasal dari tumbuhan di hutan hujan tropis. Ciri-ciri hutan hujan tropis:
  Curah hujan sangat tinggi, lebih dari 2.000 mm/tahun.
  Pohon-pohon utama memiliki ketinggian antara 20 – 40 m.
  Cabang pohon berdaun lebat dan lebar serta selalu hijau sepanjang tahun.
  Mendapat sinar matahari yang cukup, tetapi sinar matahari tersebut tidak mampu menembus
dasar hutan.
  Mempunyai iklim mikro di lingkungan sekitar permukaan tanah/di bawah kanopi (daun pada
pohon-pohon besar yang membentuk tudung).
6.      Biosfer
Biosfer adalah sistem ekologis global yang menyatukan seluruh makhluk hidup dan
hubungan antarmereka, termasuk interaksinya dengan unsur litosfer (batuan), hidrosfer (air),
dan atmosfer (udara) Bumi. Biosfer merupakan keseluruhan ekosistem/bioma yang ada di
bumi.
C. HUBUNGAN SALING KETERGANTUNGAN
Hubungan saling ketergantungan antara komponen biotik dan komponen abiotik:
1.   Komponen biotik memengaruhi komponen abiotik.
2.   Komponen abiotik memengaruhi komponen biotik.
Hubungan saling ketergantungan antara komponen biotik dengan sesama komponen
biotik:
1.   Saling ketergantungan intraspesies (makhluk hidup sejenis).
2.   Saling ketergantungan antarspesies (makhluk hidup tidak sejenis).
Saling ketergantungan antarspesies yang berbeda jenis juga terjadi dalam peristiwa
makan dan dimakan. Peristiwa makan dan dimakan menimbulkan perpindahan materi dan
energi. Hal ini akan membentuk jaring-jaring kehidupan yang terdiri dari:
1.      Rantai Makanan
Rantai makanan adalah peristiwa makan dan dimakan yang digambarkan secara
skematis dalam bentuk garis lurus searah dan tidak bercabang. Misalnya rumput >> belalang
>> ayam >> ular, maka terjadi perpindahan energi dari produsen >> konsumen I >>
konsumen II >> konsumen III.
2.      Jaring-jaring Makanan
Beberapa rantai makanan dengan pola yang lebih rumit dari contoh rantai makanan di
atas dan saling berkaitan membentuk sebuah  jaring-jaring makanan. Misalnya ular tidak
hanya makan ayam dan ayam tidak hanya makan belalang. Jaring-jaring makanan selalu
berawal dari produsen dan diakhiri oleh pengurai. Bahan-bahan yang diuraikan itu akan
kembali digunakan oleh produsen sehingga daur materi dan energi tidak pernah terputus.
3.      Piramida Makanan
Piramida makanan adalah suatu piramida yang menggambarkan perbandingan
komposisi jumlah biomassa dan energi dari produsen sampai konsumen puncak dalam suatu
ekosistem. Komposisi biomassa terbesar terdapat pada produsen yang menempati dasar
piramida. Demikian pula jumlah energi terbesar terdapat pada dasar piramida. Komposisi
biomassa dan energi ini semakin ke atas semakin kecil karena selama proses perpindahan
energi terjadi penyusutan jumlah energi pada setiap tingkat trofik.
D.   JENIS-JENIS INTERAKSI ANTARORGANISME
1. Hubungan Netral
Hubungan netral yaitu hubungan yang tidak saling memengaruhi. Namun
sesungguhnya hubungan yang benar-benar netral tidak ada, sebab setiap organisme
memerlukan komponen abiotik (udara, ruangan, air, dan cahaya) yang sama, sehingga timbul
persaingan.
2. Hubungan Simbiosis
Hubungan simbiosis yaitu hubungan saling memengaruhi antara dua organisme.
Hubungan simbiosis ada tiga jenis:
a.       Simbiosis Mutualisme
Simbiosis mutualisme yaitu hubungan antara dua jenis organisme yang saling
menguntungkan.
b.      Simbiosis Komensalisme
Simbiosis komensalisme yaitu hubungan antara dua jenis organisme di mana yang satu
diuntungkan dan yang lain tidak dirugikan saat saling berinteraksi.
c.       Simbiosis Parasitisme
Simbiosis parasitisme yaitu hubungan antara dua jenis organisme yang merugikan salah
satu pihak, sedangkan pihak yang lain diuntungkan saat berinteraksi.
3. Hubungan Kompetisi
Hubungan kompetisi terjadi jika dalam suatu ekosistem terjadi ketidakseimbangan,
misalnya kekurangan air, makanan, dan ruang. Hubungan kompetisi dapat terjadi antara
individu-individu dalam satu spesies maupun individu-individu yang berbeda spesies.
4.      Hubungan Predasi
Hubungan predasi yaitu hubungan antara organisme yang memangsa dan organisme
yang dimangsa.
Sumber :
http://nanakizawa.wordpress.com/2009/11/24/ekosistem/

PEMANASAN GLOBAL
  Pengertian Pemanasan Global (Global warming)

Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-
rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah
meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Model iklim yang
dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1
hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka perkiraan
itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah
kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun
sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka
air lautdiperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat
emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
  Penyebab Pemanasan Global (Global warming)

1.     Efek rumah kaca


Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi
tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba
permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi.
Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya.
Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar.
Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas
rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap
gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang
yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi.
Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus
meningkat. Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin
meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap
di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi,
karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar
15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F)dari temperaturnya semula,
jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh
permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di
atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.

2.     Efek umpan balik


Anasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik
yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat
bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan
lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah
kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai
tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya
lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO 2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini
meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau
bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya berdampak
secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo)
oleh es. Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan
kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air
di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan
cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak
radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es
yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku
(permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu,
es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini
diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi
pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.
Variasi Matahari
Variasi Matahari adalah perubahan jumlah energi radiasi yang dipancarkan oleh
Matahari. Terdapat beberapa komponen periodik yang mempengaruhi variasi ini, yang
terutama adalah siklus matahari 11-tahunan (atau siklus bintik hitam matahari), selain
fluktuasi-fluktuasi lainnya yang tidak periodik. Aktivitas matahari diukur dengan
menggunakan satelit selama beberapa dekade terakhir setelah pada waktu sebelumnya
pengukuran dilakukan melalui variabel-variabel 'proksi'. Para ilmuan iklim tertarik untuk
mengetahui apakah variasi matahari berpengaruh terhadap Bumi. Variasi dalam total solar
irradiance (TSI) sebelumnya tidak dapat diukur atau dideteksi hingga era penggunaan satelit,
walaupun sebagian kecil panjang gelombang ultraviolet bervariasi beberapa persen. Output
total matahari yang telah diukur (selama 3 kali periode siklus bintik hitam 11-tahunan)
menunjukkan variasi sekitar 0,1% atau sekitar 1,3 W/m 2 dari maksimum ke minimum selama
siklus bintik hitam 11-tahunan. Jumlah radiasi matahari yang diterima permukaan luar
atmosfer Bumi sedikit bervariasi dari nilai rata-rata 1366 watt per meter persegi (W/m2).

Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah
memberikan beberapa efek perubahan iklim, sebagai contoh selama Maunder Minimum.
Sebuah studi tahun 2006 dan review dari beberapa literatur, yang dipublikasikan dalam
Nature, menyatakan bahwa tidak terdapat peningkatan tingkat "keterangan" dari Matahari
sejak 1970, dan bahwa perubahan output matahari selama 400 tahun terakhir kecil
kemungkinannya berperan dalam pemanasan global. Perlu ditekankan, laporan tersebut juga
menyatakan "Selain tingkat "keterangan" matahari, hal-hal lain yang dapat mempengaruhi
iklim seperti radiasi sinar kosmik atau sinar ultraviolet matahari tidak dapat dikesampingkan,
kata penulis tersebut. Akan tetapi, pengaruh-pengaruh lain ini belum dapat dibuktikan,
tambah mereka, karena model-model fisik untuk efek-efek ini masih belum sempurna
dikembangkan.
  Mengukur pemanasan global
Data terkini dari Badan Urusan Kelautan dan Atmosfir Amerika Serikat (NOAA),
mengatakan bahwa April 2010 dianggap sebagai yang terpanas dibanding bulan yang sama di
tahun-tahun sebelumnya. Ya, menurut NOAA sebagaimana dilansir Associated Press dan
dikutip Viva, sepanjang abad ke-20 hingga tahun lalu, suhu rata-rata permukaan Bumi di
bulan April adalah 13,7 derajat Celcius. Namun, pada April 2010, suhu mencapai 14,5 derajat
celcius. Ini terbukti usai NOAA meneliti suhu rata-rata permukaan Bumi berdasarkan
kombinasi suhu permukaan darat dan laut. Pusat Data Iklim Nasional NOAA, Senin 17 Mei
2010, juga menyebutkan suhu rata-rata Bumi mencapai rekor paling tinggi selama periode
Januari-April 2010.
Selama periode tersebut, suhu rata-rata adalah 13,3 derajat Celcius. Mongolia, Rusia
bagian timur, sebagian besar wilayah China, Amerika Serikat bagian barat, dan sebagian
Amerika Selatan pada bulan lalu lebih dingin dibanding biasanya, tetapi sebagian besar
wilayah lain di dunia mencapai rekor suhu lebih tinggi dibanding rata-rata. Wilayah yang
memiliki suhu di atas rata-rata antara lain Kanada, Alaska, Amerika Serikat bagian timur,
Australia, Asia Selatan, Afrika bagian utara, dan Rusia bagian utara.Menurut pakar iklim,
pemanasan El Nino di Samudera Pasifik melemah pada April karena anomali suhu
permukaan air laut berkurang. Dan, laporan yang dirilis Senin kemarin juga menyebutkan
bahwa volume es di Kutub Utara selama April lalu kembali menyusut. Ini merupakan
penurunan berturut-turut dalam 11 bulan terakhir. Saat ini luas dataran es di Kutub Utara
tinggal sekitar 14,7 juta kilometer persegi. Sedangkan wilayah es di Kutub Selatan pada April
lalu 0,3 persen di bawah rata-rata menurut pengukuran selama periode 1979-2000. Laporan
ini dirilis karena para ilmuwan sedang berusaha mengangkat kembali isu pemanasan global.
Pada awal 1896, para ilmuan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan
mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan temperatur rata-rata global. Hipotesis
ini dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program penelitian global
yaitu International Geophysical Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung
Mauna Loa di Hawai.

Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbon dioksida di


atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat. Data-data yang
dikumpulkan menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan konsentrasi dari gas-gas
rumah kaca di atmosfer.
Para ilmuan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin menghangat, tetapi
mereka tidak mampu memberikan bukti-bukti yang tepat. Temperatur terus bervariasi dari
waktu ke waktu dan dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan
iklim untuk memperoleh data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang
jelas. Catatan pada akhir 1980-an agak memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini,
akan tetapi data statistik ini hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya.
Pada awal 1896, para ilmuan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan
mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan temperatur rata-rata global. Hipotesis
ini dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program penelitian global
yaitu International Geophysical Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung
Mauna Loa di Hawai.
Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbon dioksida di
atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat. Data-data yang
dikumpulkan menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan konsentrasi dari gas-gas
rumah kaca di atmosfer.
Para ilmuan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin menghangat, tetapi
mereka tidak mampu memberikan bukti-bukti yang tepat. Temperatur terus bervariasi dari
waktu ke waktu dan dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan
iklim untuk memperoleh data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang
jelas. Catatan pada akhir 1980-an agak memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini,
akan tetapi data statistik ini hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya.

  Dampak  Pemanasan Global (Global warming)


Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan sirkulasi
atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuan
telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca,
tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.
Dampak-dampaknya diantaranya :
1.     Iklim Mulai Tidak Stabil
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari
belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di
Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih
sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya
mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah
subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair.
Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan
malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari
lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan
meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena
uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi
pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih
banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, dimana hal
ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi akan
meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit
pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus
tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap
dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin
akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane)
yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan
dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi.
Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
2.     Peningkatan permukaan laut
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga
volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan
mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak
volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 - 10
inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 –
88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.

Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai.
Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen
daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan
meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan
meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk
melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat
melakukan evakuasi dari daerah pantai.Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat
mempengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh
dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak
di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi
sebagian besar dari Florida Everglades.
Stasiun cuaca pada awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga
pengukuran temperatur akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan dan
kendaraan dan juga panas yang disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak 1957, data-
data diperoleh dari stasiun cuaca yang terpercaya (terletak jauh dari perkotaan), serta dari
satelit. Data-data ini memberikan pengukuran yang lebih akurat, terutama pada 70 persen
permukaan planet yang tertutup lautan. Data-data yang lebih akurat ini menunjukkan bahwa
kecenderungan menghangatnya permukaan Bumi benar-benar terjadi. Jika dilihat pada akhir
abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh tahun terhangat selama seratus tahun terakhir terjadi
setelah tahun 1980, dan tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990, dengan 1998 menjadi
yang paling panas.

Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental Panel on Climate


Change (IPCC) menyimpulkan bahwa temperatur udara global telah meningkat 0,6 derajat
Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama
disebabkan oleh aktivitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC
memprediksi peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0
hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.
IPCC panel juga memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer tidak
bertambah lagi sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat selama periode tertentu akibat
emisi yang telah dilepaskan sebelumnya. karbon dioksida akan tetap berada di atmosfer
selama seratus tahun atau lebih sebelum alam mampu menyerapnya kembali.
Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi
karbondioksioda di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila
dibandingkan masa sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara
dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali
sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi masalah ini dengan risiko populasi yang
sangat besar.

3.      Suhu global cenderung meningkat


Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak
makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian
Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya
curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering
di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang
menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack
(kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair
sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami
serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
4.     Gangguan ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek
pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global,
hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan
mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu
hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-
spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan
pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat
berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.

5.     Dampak sosial dan politik


Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat
menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca
yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat
menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan
kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan
perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit,
seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-
lain.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air
(Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases).
Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru
untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa
spesies vektor penyakit (eq Aedes Agipty), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten
terhadap obat tertentu yang target nya adala organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan
bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan
perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim
(Climate change)yang bisa berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti
ISPA (kemarau panjang / kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu)
Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga
berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan
polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi
terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis,
penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.
6.      Hilangnya Lautan Es
Menurut WWF, bahkan pemanasan global kurang dari 2°C dapat memicu hilangnya
lautan es kutub utara dan pencairan lapisan es di Greenland . Efek timbal balik kekuatan yang
tak terduga ini adalah penyebab terlampauinya titik-titik kritis tersebut. Hal ini akan
menyebabkan peningkatan permukaan laut beberapa meter secara global yang akan
mengancam puluhan juta manusia di dunia.
Kapasitas penyimpanan CO2 di lautan dan daratan – penyerapan alami bumi– telah turun
sekitar 5% selama lebih dari 50 tahun belakangan ini. Pada saat yang bersamaan, emisi CO2
manusia yang berasal dari bahan bakar fosil terus meningkat – empat kali lipat lebih cepat di
dekade ini daripada dekade sebelumnya. WWF mendesak para pemerintah tersebut
memanfaatkan konferensi Poznan sebagai titik balik untuk menghindari arah kehancuran
yang sedang dituju oleh dunia saat ini.

  Cara mencegah  Pemanasan Global (Global warming)


1.      Kurangi konsumsi daging. Berdasarkan penelitian, untuk menghasilkan 1 kg daging, sumber
daya yang dihabiskan setara dengan 15 kg gandum. Bayangkan bagaimana kita bisa
menyelamatkan bumi dari kekurangan pangan jika kita mengurangi konsumsi daging.
Peternakan juga penyumbang 18% jejak karbon dunia, yang mana lebih besar dari sektor
transportasi (mobil, motor, pesawat, dll). Belum ditambah lagi dengan bahaya gas-gas rumah
kaca tambahan yang dihasilkan oleh aktivitas peternakan lainnya, seperti metana yang
notabene 3 kali lebih berbahaya dari CO2 dan gas NO yang 300 kali lebih berbahaya dari
CO2. Dan yang pasti banyak manfaat kesehatan dan spiritual jika mengurangi konsumsi
daging.

2. Makan dan masaklah dari bahan yang masih segar. Menghindari makanan yang sudah
diolah atau dikemas akan menurunkan energi yang terbuang akibat proses dan
transportasi yang berulang-ulang. Makanan segar juga lebih sehat bagi tubuh.
3. Beli produk lokal, hasil pertanian lokal lebih murah dan juga menghemat energi,
terutama jika menghitung energi dan biaya transportasinya. Makanan organik lebih
ramah lingkungan, tetapi periksa juga asalnya. Jika diimpor dari daerah lain,
kemungkinan emisi karbon yang dihasilkan akan lebih besar daripada manfaatnya.
4. Daur ulang aluminium, plastik, dan kertas. Akan lebih baik lagi jika Anda bisa
menggunakannya berulang-ulang. Energi untuk membuat satu kaleng aluminium
setara dengan energi untuk menyalakan TV selama 3 jam.
5. Beli dalam kemasan besar. Akan jauh lebih murah, juga menghemat sumber daya
untuk kemasan. Jika terlalu banyak, ajaklah teman atau saudara Anda untuk berbagi
saat membelinya.
6. Matikan oven Anda beberapa menit sebelum waktunya. Jika tetap dibiarkan tertutup,
maka panas tersebut tidak akan hilang.
7. Hindari fast food. Fast food merupakan penghasil sampah terbesar di dunia. Selain itu
konsumsi fast food juga buruk untuk kesehatan.

8.      Bawa tas yang bisa dipakai ulang. Bawalah sendiri tas belanja, dengan demikian Anda
mengurangi jumlah tas plastik/kresek yang diperlukan. Belakangan ini beberapa pusat
perbelanjaan besar di Indonesia sudah mulai mengedukasi pelanggannya untuk menggunakan
sistem seperti ini. Jadi sambutlah iktikad baik mereka untuk menyelamatkan lingkungan.

9. Gunakan gelas yang bisa dicuci. Jika Anda terbiasa dengan cara modern yang selalu
menyajikan minum bagi tamu dengan air atau kopi dalam kemasan. Beralihlah ke cara
lama kita. Dengan menggunakan gelas kaca, keramik, atau plastik food grade yang
bisa dicuci dan dipakai ulang.
10. Berbelanjalah di lingkungan sekitar. Akan sangat menghemat biaya transportasi dan
BBM.

11.  Tanam pohon setiap ada kesempatan. Baik di lingkungan ataupun berpartisipasi dalam
program penanaman pohon. Bisa dengan menyumbang bibit, dana, dan lain-lain. Tergantung
kesempatan dan kemampuan.

  Bencana Besar Akibat Pemanasan Global (Global warming)


Apa saja bencana mematikan yang ditimbulkan oleh global warming ? Beberapa
diperkirakan bakal terjadi puluhan tahun ke depan, tapi sebagian lagi sudah terjadi sejak
beberapa tahun yang lalu. Silahkan simak bencana besar yang akan terjadi akibat global
warming di bawah ini. Hal ini bukan untuk menakut-nakuti , tapi mudah-mudahan bikin kita
semua tergerak untuk menjaga kelestarian alam yang hijau.

1. Gletser Menciut

Gletser adalah daratan yang terbuat dari es. Gletser bakal ikut meleleh dan menciut
seiring dengan bertambahnya suhu bumi. Suhu bumi meningkat karena tingginya emisi gas
rumah kaca di atmosfer. Selama tahun 1990- 2005 saja suhu bumi naik 0,15 - 0,3 derajat
celcius. Gletser Himalaya yang memasok air ke sungai Gangga sekaligus menyediakan irigasi
dan suplai air minum untuk 500 juta penduduk,menyusut 37 meter pertahun.Gletser di kutub
semakin cepat mencair hingga membuat permukaan air laut di bumi naik.

2. Pulau Tenggelam

Indonesia , Amerika Serikat, dan Bangladesh adalah beberapa negara yang paling
terancam tenggelam. Bahkan beberapa pulau di Indonesia sudah hilang tenggelam. Ini
disebabkan mencairnya permukaan gletser di kutub yang membuat volume air laut meningkat
drastis. Menyusutnya hutan bakau memperparah pasangnya air laut. Sekarang saja pasang air
laut Pantai Kuta telah membanjiri beberapa lobi hotel disekitarnya. Pulau Jawa juga bernasib
sama , sampai saat ini permukaan Teluk Jakarta sudah naik 0,8 cm. Dan kalau suhu bumi
terus naik , tahun 2050 derah-daerah Jakarta dan Bekasi seperti Kosambi , Penjaringan ,
Cilincing , Muaragembong , dan Tarumajaya akan terendam.

3. Badai

Badai memang bisa terjadi karena kehendak alam. Tapi suhu air yang menghangat
akibat global warming mendukung terjadinya badai yang jauh lebih kuat dan besar. Beberapa
tahun belakangan ini , negara-negara di Eropa, Amerika, dan Karibia telah mengalami begitu
banyak badai dibandingkan abad sebelumnya. Bahkan badai-badai tersebut bukan cuma badai
biasa, namun masuk kategori badai mematikan , seperti badai katrina,badai ike, badai nargis,
badai rita,dll.

4. Gelombang Panas

Tahun 2003 lalu, Eropa diserang gelombang panas alias heat wave , yang
menewaskan banyak orang. Mengejutkan ! Tapi bencana ini sudah diperkirakan ratusan tahun
yang lalu , tepatnya tahun 1900 oleh para ilmuwan di masa itu . Gelombang panas memang
pernah terjad beberapa kali di bumi , namun belakangan ini makin sering terjadi. Dan
diperkirakan 40 tahun lagi frekwensinya akan meningkat 100 kali lipat.

5.    Kekeringan
Afrika, India, dan daerah-daerah kering lainnya bakal menderita kekeringan lebih parah !
Air akan makin sulit di dapat dan tanah tak bisa ditanami apa-apa lagi, hingga suplai
makanan berkurang drastis. Ilmuwan memperkirakan hasil tani negara-negara Afrika akan
menurun 50 % di tahun 2020 , dan tingkat kekeringan di dunia meningkat 66 % . Tak
terbayang kalau kekeringan ini sampai terjadi di bumi ini.

6.    Perang dan Konflik

Negara yang kekurangan air dan bahan pangan kemungkinan besar akan mengalami
panik dan berubah jadi agresif. Lalu bukan tak mungkin mereka berusaha saling merebut
lahan yang belum rusak.

7. Penyakit Merajalela

Malaria, demam berdarah , ebola , dan banyak penyakit yang dulu cuma di anggap
sebagai penyakit negara tropis , bisa menyebar ke berbagai negara Eropa yang dikenal dingin.
Penyebabnya apalagi kalau bukan banjir atau kekeringan yang mengundang banyak hewan
pembawa penyakit bersarang disana!!!
8. Perekonomian Kacau
Ladang tani , perkebunan yang biasanya menghasilkan akan musnah ole banjir atau
kekeringan. Penduduk akan di buat makin menderita karena stok bahan pangan dan
kebutuhan pokok lainnya akan jauh berkurang dan harganya pasti akan melambung naik.
Pemerintah juga membutuhkan biaya yang banyak untuk membangun kembali wilayah yang
terkena bencana dan menanggulangi penyakit yang mewabah.

9. Ekosistem Hancur

Perubahan iklim yang terjadi akibat global warming akan menghancurkan ekosistem
yang ada. Setelah sebagian mahkluk hidup di bumi musnah akibat bencana kekeringan, banjir
, badai, atau ditenggelamkan air laut, mahkluk hidup yang tersisa bakal mengalami kesulitan
untuk bertahan hidup. Penyebabnya adalah berkurangnya sumber air , udara bersih, bahan
bakar , sumber energi , bahan makanan, obat-obatan yang dibutuhkan untuk survive.

10. Mahkluk Hidup Punah


Sebanyak 30 % mahkluk hidup yang ada sekarang bakal musnah tahun 2050 kalau
temperatur bumi terus naik. Spesies yang punah ini kebanyakan yang habitatnya di tempat
dingin . Hewan-hewan laut diperkirakan banyak yang tak bisa bertahan setelah suhu air laut
jadi menghangat. Kalau tumbuhan dan hewan makin berkurang, jelas manusia akhirnya
terancam karena kekurangan bahan makanan.
Sumber:
http://rachmancaturkurniawan.blogspot.com/2011/01/makalah-tentang-pemanasan-global-
global.html

PEMANASAN GLOBAL & GAS RUMAH HIJAU


ISU pemanasan global adalah antara isu dunia yang menarik perhatian buat masa ini.
Pemanasan global disebabkan antara lainnya oleh kehadiran banyak gas karbon dioksida di
atmosfera. Pemanasan global juga pencetus fenomena iklim ekstrim yang menghasilkan
pelbagai malapetaka seperti ribut taufan dan banjir di seantero dunia. Bagi tempoh 1997
hingga 2008, pengeluaran karbon dioksida di dunia berikutan penggunaan bahan
bakar fosil meningkat 31 peratus. Warga dunia mahu agar ‘kelajuan’ pemanasan global
dapat dikurangkan. Ia bermakna jumlah gas karbon dioksida harus dikurangkan, kerana jika
tidak kita akan menghadapi tekanan lebih berat lagi. Kehidupan yang dilalui bertambah sulit
ketika malapetaka itu berlaku dan juga ketika tempoh pasca-malapetaka. Berbilion-bilion
dolar kerugian akan dialami akibat kemusnahan harta benda dan nyawa. Banyak program
pertanian dan perikanan akan terjejas kerana berlakunya perubahan musim yang dramatik
selain mengancam banyak spesies. Semua samudera di dunia naik 1.5 inci. Suhu dunia akan
meningkat, lantas menimbulkan ketidakserasian kepada warga dunia. Beratus-ratus bongkah
ais dari kedua-dua kutub bumi cair dan menjejas cuaca dunia. Lihat betapa fenomena musim
panas dan kebakaran hutan semakin parah di seluruh dunia, dari Amerika Syarikat (AS)
bahagian barat hingga Australia. Suhu dunia 12 tahun terakhir ini didapati lebih panas
0.4 darjah Celsius berbanding 12 tahun sebelum 1997. Senario alam sekitar ini
menakutkan warga dunia. Sepuluh tahun dulu, ilmuwan metereologi tidak menyangka
perubahan iklim akan berlaku seteruk yang terjadi kini, jika tiada lagi tindakan drastik
diambil, pasti lebih banyak berita buruk berkaitan alam sekitar akan menyusuli nanti.
Mengikut World Resources Institute, AS dan China adalah penyumbang besar terhadap
pemanasan global. Kedua-dua negara itu menyumbang sekitar 37.5 peratus daripada
pelepasan gas rumah hijau global. Negara maju lain seperti di Eropah dan Jepun turut
menyumbang kepada pelepasan karbon dioksida. Untuk mengurangkan pelepasan karbon
dioksida, negara maju diwajibkan mengurangkan pengeluaran gas rumah kaca atau
bersamaan dengan pengeluaran karbon dioksida. Permintaan itu pernah dibuat melalui
persetujuan Protokol Kyoto, satu perjanjian untuk menangani pemanasan global yang
diterima 187 negara pada 11 Disember 1997 yang akan berakhir pada 2012. Ironinya, AS,
sebuah negara paling maju dan tidak kurang lantang mengenai isu alam sekitar dan juga
China dan India, tidak mahu terikat dengan protokol berkenaan. Kini 192 anggota dalam
Konvensyen Rangka Kerja Mengenai Perubahan Iklim, tajaan Pertubuhan Bangsa-Bangsa
Bersatu (PBB) mahukan satu perjanjian baru dan meminta AS, memberi komitmen yang
tidak berbelah bagi mengatasi masalah pelepasan karbon dioksida. Sidang Kemuncak
mengenai Perubahan Iklim akan diadakan di Copenhagen, Denmark pada 7 hingga 18
Disember baru-baru ini. Negara membangun mahu memberi tekanan kepada negara
maju. Mereka mahu perjanjian atau persetujuan baru itu yang akan mula beroperasi
pada 2013 nanti, dapat mengurangkan pelepasan karbon dioksida sebanyak 20 hingga
40 peratus menjelang 2020. Negara maju dituntut juga menghulurkan berbilion dolar bagi
‘membeli’ pengurangan pengeluaran karbon dari negara sedang membangun atau negara
miskin dan memberikan teknologi mesra alam kepada negara sedang membangun. Negara
membangun seperti China, India, Indonesia dan Brazil yang digolongkan sebagai
pengeluar karbon dioksida ke-10 terbesar dunia, dituntut juga mengurangkan pengeluaran
gas berkenaan. Apakah negara kaya mahu menyerah dana sejumlah AS$400 bilion atau satu
peratus Keluaran Dalam Negara Kasar (KDNK) kepada negara miskin hanya atas dasar
kepercayaan? Soalnya sekarang apakah kesepakatan dalam menangani isu pemanasan global
di Copenhagen, Denmark itu nanti akan menjadi kenyataan sedangkan Protokol Kyoto tidak
membawa signifikan yang membanggakan. Janji dalam bentuk dokumen tidak dipenuhi.
Namun, PBB masih berharap sidang di Copenhagen nanti boleh menghasilkan kesepakatan
dengan kewajipan yang lebih berat lagi bagi negara maju. Presiden AS, Barack Obama
mahukan perjanjian di Copenhagen itu menjadi kenyataan dengan segera untuk beroperasi.
Andai kata kesepakatan Copenhagen diterima, bagaimana pula isu pemantauan pengeluaran
karbon itu akan dibuat? Ini satu persoalan penting kerana bagaimana kita hendak
membandingkan pengeluaran karbon satu negara dengan satu negara yang lain? Beretorik
pada sidang kemuncak mungkin lebih mudah daripada melaksanakan program mengatasi
pemanasan global. Maka fenomena pemanasan global akan terus berlanjutan.

Sumber :
http://www.majalahsains.com/2009/12/pemanasan-global-gas-rumah-hijau-negara-maju-
mesti-bertindak/

GLOBAL WARMING
Global Warming atau kalau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai pemanasan global
merupakan suatu proses meningkatnya suhu udara yang terjadi pada atmosfer, laut
ataupun di daratan bumi.  Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan, suhu
udara rata-rata  pada permukaan Bumi selama 100 tahun terakhir telah meningkat 0.74
± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F).

PENYEBAB TERJADINYA GLOBAL WARMING


Ada beberapa yang menjadi penyebab terjadinya global warming di bumi ini. Manusia
termasuk salah satu penyebab
terjadinya global warming/pemanasan global. Mengapa manusia juga termasuk salah
satu penyebab terjadinya global warming? Jawabannya adalah karena manusia telah
meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepas ke atmosfer ketika mereka
membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk menghangatkan bangunan,
menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Lho, apa hubungannya antara
manusia dengan karbondioksida? Manusia saat bernafas menghirup oksigen dan
melepaskannya dalam bentuk karbondioksida. Sedangkan karbondioksida merupakan
salah satu faktor penyebab Gas Rumah Kaca yang menjadi penyebab terjadinya
Global Warming yang nanti akan kita bahas dibawah. Oleh karena itu tumbuhan
sangat kita perlukan untuk mengurangi dampak Global Warming/Pemanasan Global.
Karena tumbuhan/tanaman dapat menyerap karbondioksida saat proses fotosintesis.
Fotosintesis memecah karbondioksida dan melepaskan oksigen ke atmosfer serta
mengambil atom karbonnya.

Dibawah ini akan kita jelaskan secara terperinci mengenai Penyebab Terjadinya
Global Warming/Pemanasan Global yang saya kutip dari Wikipedia :
1. Efek Rumah Kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian
besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek. Ketika energi ini tiba
permukaan Bumi, ia berubah menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan
Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian
dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar.
Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya
jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan
metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan
memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas
tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus
sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di
bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata
sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya
semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan
menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut
telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.
 2. Efek Umpan Balik
Penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan
balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus
pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada
awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena
uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan
menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan
konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila
dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. Umpan balik ini hanya berdampak secara
perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat
ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke
permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari
atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke
angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya
menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail
tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut.
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan
cahaya (albedo) oleh es. Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub
mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es
tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air
memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es,
dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah
pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus
yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah
beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan.
Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan
balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia
menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunnya tingkat nutrien pada zona
mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang
merupakan penyerap karbon yang rendah.
3. Variasi Matahari
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan
kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam
pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek
rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer
sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer.
Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari
mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuwan dari Duke University
memperkirakan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50%
peningkatan suhu rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35%
antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim
yang dijadikan pedoman saat ini membuat perkiraan berlebihan terhadap efek gas-gas
rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka juga mengemukakan
bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang
remeh. Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa dengan meningkatkan
sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan
yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuwan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss
menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat
“keterangan” dari Matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya
memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat “keterangannya” selama 30
tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan global.
Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada
hubungan antara pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985, baik
melalui variasi dari output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.
AKIBAT DARI GLOBAL WARMING/BAHAYA GLOBAL WARMING
Air bersih semakin sulit didapat (hanya 20% penduduk dunia yang dapat
memperolehnya). Badai semakin sering terjadi, penyakit baru bermunculan, kita telah
kehilangan lebih dari 1000 spesies dalam waktu singkat, es di kutub mencair dan
permukaan air laut meningkat, dan masih banyak lagi..
CARA MENANGGULANGI GLOBAL WARMING
1.      Matikan listrik. (jika tidak digunakan, jangan tinggalkan alat elektronik dalam
keadaan standby. Cabut charger telp. genggam dari stop kontak. Meski listrik tak
mengeluarkan emisi karbon, pembangkit listrik PLN menggunakan bahan baker fosil
penyumbang besar emisi).
2.      Ganti bohlam lampu (ke jenis CFL, sesuai daya listrik. Meski harganya agak mahal,
lampu ini lebih hemat listrik dan awet).
3.      Bersihkan lampu (debu bisa mengurangi tingkat penerangan hingga 5%).
4.      Jika terpaksa memakai AC (tutup pintu dan jendela selama AC menyala. Atur suhu
sejuk secukupnya, sekitar 21-24o C).
5.      Gunakan timer (untuk AC, microwave, oven, magic jar, dll).
6.      Alihkan panas limbah mesin AC untuk mengoperasikan water-heater.
7.      Tanam pohon di lingkungan sekitar Anda.
8.      Jemur pakaian di luar. Angin dan panas matahari lebih baik ketimbang memakai
mesin (dryer) yang banyak mengeluarkan emisi karbon.
9.      Gunakan kendaraan umum (untuk mengurangi polusi udara).
10. Hemat penggunaan kertas (bahan bakunya berasal dari kayu).
11. Say no to plastic. Hampir semua sampah plastic menghasilkan gas berbahaya ketika
dibakar. Atau Anda juga dapat membantu mengumpulkannya untuk didaur ulang
kembali.
12. Sebarkan berita ini kepada orang-orang di sekitar Anda, agar mereka turut berperan
serta dalam menyelamatkan bumi.

GLOBAL WARMING DI INDONESIA


Dampak pemanasan global/global warming di Indonesia diantaranya adalah
terjadinya perubahan musim di mana musim kemarau menjadi lebih panjang sehingga
menyebabkan gagal panen, krisis air bersih dan kebakaran hutan.
Dampak lainnya yaitu hilangnya berbagai jenis flora dan fauna khususnya di
Indonesia yang memiliki aneka ragam jenis seperti pemutihan karang seluas 30 persen
atau sebanyak 90-95 persen karang mati di Kepulauan Seribu akibat naiknya suhu air
laut. Selain itu, penelitian dari Badan Meteorologi dan Geofisika menyebutkan,
Februari 2007 merupakan periode dengan intensitas curah hujan tertinggi selama 30
tahun terakhir di Indonesia. Hal ini menandakan perubahan iklim yang disebabkan
pemanasan global.
Indonesia yang terletak di equator, merupakan negara yang pertama sekali akan
merasakan dampak perubahan iklim. Dampak tersebut telah dirasakan yaitu pada 1998
menjadi tahun dengan suhu udara terpanas dan semakin meningkat pada tahun-tahun
berikutnya. Diperkirakan pada 2070 sekitar 800 ribu rumah yang berada di pesisir
harus dipindahkan dan sebanyak 2.000 dari 18 ribu pulau di Indonesia akan tenggelam
akibat naiknya air laut.
Sumber :
http://note-why.blogspot.com/2012/04/artikel-tentang-global-warming.html

SALING KETERGANTUNGAN ANTAR MAKHLUK HIDUP

A. Saling Ketergantungan biotik dan abiotic


Ekosistem tersusun dari beberapa komponen, antara komponen-komponen ekosistemm
terjadi saling ketergantungan. Makhluk sangat tergantung pada lingkungannya, baik
lingkungan abiotic atau lingkungan biotik. Keadaan komponen abiotic yang sesuai bagi satu
jenis makhluk berbeda untuk jenis makhluk lainnya. Di dalam ekosistem tampak bahwa
lingkungan abiotic sangat menentukan jenis-jenis makhluk hidup yang dapat sesuai dengan
lingkungan tertentu. Hal ini dapat terlihat dari beberapa contoh di bawah ini :
1. Air merupakan salah satu contoh komponen abiotik dalam ekosistem. Air sangat berguna
bagi makhluk hidup. Tumbuhan sangat memerlukan air, misalnya untuk bahan baku
fotosintetis. Akar tumbuhan menembus ke dalam tanah untuk menyerap air dan zat-zat hara.
Jika tanah mengandung cukup air maka tumbuhan akan tumbuh subur. Sebaliknya, jika
kekurangan air, tumbuhan tidak akan tumbuh dengan baik. Selain berguna bagi tumbuhan, air
juga berguna bagi hewan dan manusia. Hewan memerlukan air untuk minum. Bagi hewan air
seperti udang, ikan dan ketam; air merupakan tempat tinggal bagi mereka. manusia
memerlukan air untuk berbagai keperluan, seperti minum, memasak, mandi dan mencuci.

2. Contoh lain komponen abiotik yang berpengaruh terhadap komponen biotik adalah udara.
Di dalam udara terdapat gas oksigen dan karbon dioksida. Oksigen merupakan gas yang
diperlukan untuk pernapasan, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Adapun karbon
dioksida merupakan gas yang menjadi salah satu bahan baku fotosintetis tumbuhan hijau.

B. Rantai Makanan
Dalam suatu ekosistem terjadi proses makan dimakan yang merupakan satu alur dikenal
sebagai rantai makanan. Rangkaian makan dimakan yang disebut rantai makanan dapat
terjadi di ekosistem manapun.
Rangkaian makan yang satu alur terjadi bila satu macam produsen dimakan oleh satu macam
konsumen pertama dan pada gilirannya dimakan oleh satu macam konsumen kedua. Makan
dimakan ini mungkin tidak akan berhenti pada konsumen kedua karena ada konsumen yang
makan konsumen kedua tadi yang dalam hal ini disebut konsumen ketiga. Pada akhirnya
semua makhluk yang menjadi bagian dari suatu ragkaian makan dimakan tadi akan mati dan
semuanya akan diuraikan oleh pengurai yang disebut dengan konsumen puncak, yakni
konsumen yang menjadi pemakan terakhir. Konsumen terakhir tersebut merupakan
konsumen puncak karena tidak ada yang memakannya, hal ini tergantung pada produsen dan
konsumennya.

C. Jaring-jaring makanan
Pada kenyataannyaa di alam ini tidak pernah terjadi bahwa satu macam produsen hanya
dimakan oleh satu macam consumen pertama. Yang sering terjadi adalah satu macam
produsen dimakan oleh beberapa macam konsumen pertama dan satu macam konsumen
pertama dimakan olehbeberapa konsumen kedua. Demikian pula satu macam konsumen tidak
hanya tergantung pada satu macam makanan saja. Pada umumnya kambing tidak hanya
makan rumput tetapi juga makan dedaunan beberapa jenis tumbuhan.
Daun-daun yang menjadi makanan kambing dapat juga menjadi makanan ulat, belalang atau
beberapa herbivore lain. Apabila diperhatikan dengan seksama ternyata hubungan makanan
yang saling berhubungan tersebut dinamakan jaring-jaring makanan. Seperti halnya rantai
makanan, jarring-jaring makanan juga dapat ditemui dalam ekosistem darat dan air.

D. Piramida Ekologi
a. Pengertian Piramida Ekologi
Piramida ekologi adalah gambaran susunan antar trofik dapat disusun berdasarkan kepadatan
populasi, berat kering, maupun kemampuan menyimpan energi pada tiap trofik. Struktur
trofik dapat disusun secara urut sesuai hubungan makan dan dimakan antar trofik yang secara
umum memperlihatkan bentuk kerucut atau piramid. Piramida ekologi ini berfungsi untuk
menunjukkan gambaran perbandingan antar trofik pada suatu ekosistem. Dalam pyramid
ekologi jumlah tiap kelompok komponen biotik digambarkan dalam bentuk balok melintang.
Panjang balok melintang sebanding dengan jumlah komponan biotik yang digambarkan. Pada
tingkat pertama ditempati produsen sebagai dasar dari piramida ekologi, selanjutnya
konsumen primer, sekunder, tersier sampai konsumen puncak.
Ketika organisme autotrof (produsen) dimakan oleh herbivora (konsumen I), maka energi
yang tersimpan dalam produsen (tumbuhan) berpindah ke tubuh konsumen I (pemakannya)
dan konsumen II akan mendapatkan energi dari memakan konsumen I, dan seterusnya. Setiap
tingkatan pada rantai makanan itu disebut taraf trofi. Ada beberapa tingkatan taraf trofi pada
rantai makan sebagai berikut.[3]
Tingkat taraf trofi 1 : organisme dari golongan produsen (produsen primer)
Tingkat taraf trofi 2 : organisme dari golongan herbivora (konsumen primer)
Tingkat taraf trofi 3 : organisme dari golongan karnivora (konsumen sekunder)
Tingkat taraf trofi 3 : organisme dari golongan karnivora (konsumen predator)
Di dalam rantai makanan tersebut, tidak seluruh energi dapat dimanfaatkan, tetapi hanya
sebagian yang mengalami perpindahan dari satu organisme ke organisme lainnya, karena
dalam proses transformasi dari organisme satu ke organisme yang lain ada sebagian energi
yang terlepas dan tidak dapat dimanfaatkan. Misalnya, tumbuhan hijau sebagai produsen
menempati taraf trofi pertama yang hanya memanfaatkan sekitar 1% dari seluruh energi sinar
matahari yang jatuh di permukaan bumi melalui fotosintesis yang diubah menjadi zat
organik.
Jika tumbuhan hijau dimakan organisme lain (konsumen primer), maka hanya 10% energi
yang berasal dari tumbuhan hijau dimanfaatkan oleh organisme itu untuk pertumbuhannya
dan sisanya terdegradasi dalam bentuk panas terbuang ke atmosfer. Selama keadaan produsen
dan konsumen-konsumen tetap membentuk piramida, maka keseimbangan alam dalam
ekosistem akan terpelihara.

b. Macam-macam piramida ekologi


• Piramida Jumlah, yaitu piramida yang menggambarkan hubungan kepadatan populasi /
jumlah individu antar tingkatan trofi.
• Piramida Biomassa, yaitu piramida yang menggambarkan jumlah biomassa antar tingkatan
trofi. Biomassa adalah jumlah berat kering dari seluruh organisme dalam suatu ekosistem.
• Piramida Energi, yaitu piramida yang menggambarkan jumlah energi yang dimiliki setiap
tingkatan trofi. dalam ekosistem. Piramida ini memiliki beberapa keuntungan antara lain :
Dapat memperhitungkan kecepatan produksi, Berat 2 species yang sama belum tentu
memiliki energi yang sama, Dapat digunakan untuk membandingkan berbagai macam
ekosistem, Masukan energi matahari dapat ditambahkan pada dasar piramida energi.

E. Pola Interaksi Organisme


Interaksi adalah hubungan antar organisme yang satu dengan yang lainnya, sedangkan
didalam suatu ekosistem interaksi tidak hanya berupa hubungan makan dan dimakan. Namun,
didalam ekosistem ada juga interaksi yang bukan merupakan hubungan makan dimakan.
Hubungan makan dimakan dikenal sebagai hubungan predasi. Pembagian hubungan lain
yang bukan merupakan makan dimakan dikenal dengan nama simbiosis dan kompetisi.
1) Predasi
Yaitu interaksi organisme dimana suatu makhluk hidup memakan makhluk hidup yang lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan hubungan predasi yakni hubungan antara organisme yang
memangsa dan organisme yang dimangsa. Contohnya adalah hubungan antara rusa dengan
singa. Meskipun tampaknya kejam, hubungan predasi diperlukan untuk mengendalikan.

2) Kompetisi
Yaitu interaksi antar makhluik hidup yang saling bersaing untuk mendapatkan makanan.
Kompetisi ini terjadi karena adanya lebih dari satu macam organisme yang membutuhkan
bahan yang sama dari lingkungannya. Meskipun demikian kompetisi akan terjadi meskipun
tidak ada kontak langsung antara yang berkompetisi.
3) Simbiosis
Yaitu bentuk hubungan antara dua jenis makhluk hidup yang bersifat langsung dan erat.
Dalam hal ini ada beberapa macam hubungan simbiosis, yakni :
a) Komenslisme, yaitu bentuk hubungan yang satu untung dan yang lain tidak dirugikan
Contohnya: Tanaman anggrek yang hidup menempel pada pohon manga
b) Mutulisme, yaitu bentuk hubungan yang sama-sama untung. Dapat dikatakan demikaian
karena apabila pada suatu interaksi dua macam organisme yang melakukan persekutuan
hidup masing-masing mendapat keuntugan.
Contohnya: Bunga dan kupu-kupu

c) Prsitisme, yaitu bentuk hubungan yang satu untung dan yang lain dirugikan. Dapat
dikatakan demikian karena apabila suatau jenis organisme hidup bersama dengan organisme
lain dan mengambil makanannya dari makhluk lain dan atau makhluk yang ditumpanginya.
Parasite pada umumnya lebih kecil dari inangnya, dan menjalani masa hidupnya sebagian
besar atau seluruhnya pada inang tersebut. Selama parasite menempel pada inang selama itu
pula ia mengambil makanan darinya.
Contohnya : - Benalu dan pohon mangga

- Kutu dan manusia atau kerbau

sumber : http://dyahgalih.blogspot.com/2014/01/saling-ketergantungan-antar-
makhluk.html

Pencemaran Lingkungan Pengertian


Macam macam dan dampaknya
 
PENGERTIAN LINGKUNGAN.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar kita ( makhluk hidup ).
Contohnya : meja, kursi, cahaya, udara, mamusia, hewan, tumbuhan, dsb.

Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan komponen biotik.


Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim,
kelembaban, cahaya, bunyi, dsb.

Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan,
manusia, dan mikroorganisme.

Ilmu yang mempelajari lingkungan adalah Ilmu lingkungan atau ekologi. Ilmu lingkungan
adalah cabang dari ilmu biologi.

A. PENGERTIAN PENCEMARAN
Berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alami, sehingga mutu
kualitas lingkungan turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya.
Masuknya bahan pencemar atau polutan kedalam lingkungan tertentuyang keberadaannya
mengganggu kestabilan lingkungan.
B. PERUBAHAN LINGKUNGAN
Faktor faktor Penyebab Perubahan Lingkungan.
1.    Faktor Alam.
Faktor yang dapat menimbulkan kerusakan antara lain gunung meletus, gempa bumi,angin
topan, kemarau panjang, banjir, dan kebakaran hutan.

2.    Faktor Manusia.


Kegiatan manusia yang menyebabkan perubahan lingkungan misalnya, membuang limbah
( limbah rumah tangga, industri, pertanian, dsb ) secara sembarangan, menebang hutan
sembarangan, dsb.

Suatu zat dapat disebut polutan apabila:

1. Jumlahnya melebihi jumlah normal.


2. Berada pada waktu yang tidak tepat.
3. Berada di tempat yang tidak tepat.

Sifat polutan adalah :

1. Merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan tidak
merusak lagi.
2. Merusak dalam waktu lama.

Contohnya Pb tidak merusak bila konsentrasinya rendah. Akan tetapi dalam jangka waktu
yang lama, Pb dapat terakumulasi dalam tubuh sampai tingkat yang merusak.

 
C. MACAM MACAM PENCEMARAN LINGKUNGAN
a. Berdasarkan Tempat terjadinya.
Pencemaran Udara, disebabkan oleh :

(1)    CO2 - Karbon dioksida berasal dari pabrik, mesin-mesin yang menggunakan bahan
bakar fosil ( batubara, minyak bumi ), juga dari mobil, kapal, pesawat terbang, dan
pembakaran kayu.
Meningkatnya kadar CO2 di udara jika tidak segera diubah menjadi oksigen akan
mengakibatkan efek rumah kaca.
(2)    CO (Karbon Monoksida) - Proses pembakaran dimesin yang tidak sempurna, akan
menghasilkan gas CO. Jika mesin mobil dihidupkan di dalam garasi tertutup, orang yang ada
digarasi dapat meninggal akibat menghirup gas CO. Menghidupkan AC ketika tidur di dalam
mobil dalam keadaan tertutup juga berbahaya. Bocoran gas CO dari knalpot dapat masuk ke
dalam mobil, sehingga bisa menyebabkan kematian.

(3)    CFC (Khloro Fluoro Karbon) - Gas CFC digunakan sebagai gas pengembang karena
tidak bereaksi, tidak berbau, dan tidak berasa. CFC banyak digunakan untuk mengembangkan
busa (busa kursi), untuk AC (Freon), pendingin pada lemari es, dan hairspray. CFC akan
menyebabkan lubang ozon di atmosfer.

(4)    SO dan SO2 - Gas belerang oksida (SO,SO2) di udara dihasilkan oleh pembakaran fosil
(minyak, batubara). Gas tersebut dapat bereaksi dengan gas nitrogen oksida dan air hujan,
yang menyebabkan air hujan menjadi asam, yang disebut hujan asam.

Hujan asam mengakibatkan tumbuhan dan hewan-hewan tanah mati, produksi pertanian
merosot, besi dan logam mudah berkarat, bangunan-bangunan kuno, seperti candi menjadi
cepat aus dan rusak, demikian pula bangunan gedung dan jembatan.

(5)    Asap Rokok - Asap rokok bisa menyebabkan batuk kronis, kanker paru-paru,
mempengaruhi janin dalam kandungan dan berbagai gangguan kesehatan lainnya.

Perokok dibedakan menjadi dua yaitu perokok aktif (mereka yang merokok) dan perokok
pasif (orang yang tidak merokok tetapi menghirup asap rokok). Perokok pasif lebih
berbahaya daripada perokok aktif.
Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran udara, antara lain : 

 Terganggunya kesehatan manusia, misalnya batuk, bronkhitis, emfisema, dan


penyakit pernapasan lainnya.
 Rusaknya bangunan karena pelapukan, korosi pada logam, dan memudarnya warna
cat.
 Terganggunya pertumbuhan tanaman, misalnya menguningnya daun atau kerdilnya
tanaman akibat konsentrasi gas SO2 yang tinggi di udara.
 Adanya peristiwa efek rumah kaca yang dapat menaikkan suhu udara secara global
serta dapat mengubah pola iklim bumi dan mencairkan es di kutub.
 Terjadinya hujan asam yang disebabkan oleh pencemaran oksida nitrogen.

Pencemaran Air, disebabkan oleh :

(1)    Limbah Pertanian.


Limbah pertanian dapat mengandung polutan insektisida atau pupuk organik. Insektisida
dapat mematikan biota sungai. Jika biota sungai tidak mati kemudian dimakan hewan atau
manusia, orang yang memakannya akan mati. Untuk mencegahnya, upayakan memilih
insektisida yang berspektrum sempit (khusus membunuh hewan sasaran) serta bersifat
biodegradable (dapat terurai secara biologi) dan melakukan penyemprotan sesuai dengan
aturan. Jangan membuang sisa obat ke sungai. Pupuk organik yang larut dalam air dapat
menyuburkan lingkungan air (eutrofikasi), karena air kaya nutrisi, ganggang dan tumbuhan
air tumbuh subur (blooming). Hal ini akan mengganggu ekosistem air, mematikan ikan dan
organisme dalam air, karena oksigen dan sinar matahari yang diperlukan organisme dalam air
terhalang dan tidak dapat masuk ke dalam air, sehingga kadar oksigen dan sinar matahari
berkurang.

(2)    Limbah Rumah Tangga


Limbah rumah tangga berupa berbagai bahan organik (misal sisa sayur, ikan, nasi, minyak,
lemak, air buangan manusia), atau bahan anorganik misalnya plastik, aluminium, dan botol
yang hanyut terbawa arus air. Sampah yang tertimbun menyumbat saluran air dan
mengakibatkan banjir. Pencemar lain bisa berupa pencemar biologi seperti bibit penyakit,
bakteri, dan jamur. Bahan organik yang larut dalam air akan mengalami penguraian dan
pembusukan, akibatnya kadar oksigen dalam air turun drastis sehingga biota air akan mati.
Jika pencemaran bahan organik meningkat, akan ditemukan cacing Tubifex berwarna
kemerahan bergerombol. Cacing ini merupakan petunjuk biologis (bioindikator) parahnya
limbah organik dari limbah pemukiman.

(3)    Limbah Industri


Limbah industri berupa polutan organik yang berbau busuk, polutan anorganik yang berbuih
dan berwarna, polutan yang mengandung asam belerang berbau busuk, dan polutan berupa
cairan panas. Kebocoran tanker minyak dapat menyebabkan minyak menggenangi lautan
sampai jarak ratusan kilometer. Tumpahan minyak mengancam kehidupan ikan, terumbu
karang, burung laut, dan organisme laut lainnya untuk mengatasinya, genangan minyak
dibatasi dengan pipa mengapung agar tidak tersebar, kemudian ditaburi dengan zat yang
dapat menguraikan minyak.

(4)    Penangkapan Ikan Menggunakan racun


Sebagian penduduk dan nelayan ada yang menggunakan tuba (racun dari tumbuhan), potas
(racun kimia), atau aliran listrk untuk menangkap ikan. Akibatnya, yang mati tidak hanya
ikan tangkapan melainkan juga biota air lainnya.
Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air antara lain :

 Terganggunya kehidupan organisme air karena berkurangnya kandungan oksigen.


 Terjadinya ledakan populasi ganggang dan tumbuhan air (eutrofikasi).
 Pendangkalan dasar perairan.
 Punahnya biota air, misal ikan, yuyu, udang, dan serangga air.
 Munculnya banjir akibat got tersumbat sampah.
 Menjalarnya wabah muntaber.

Pencemaran Tanah, disebabkan oleh :


Sampah organik dan anorganik yang berasal dari limbah
rumah tangga, pasar, industri, kegiatan pertanian, peternakan, dan sebagainya.
Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran tanah antara lain :

 Terganggunya kehidupan organisme (terutama mikroorganisme dalam tanah).


 Berubahnya sifat kimia atau sifat fisika tanah sehingga tidak baik untuk pertumbuhan
tanaman, dan
 Mengubah dan mempengaruhi keseimbangan ekologi

b)    Berdasarkan Macam Bahan Pencemar


Menurut macam bahan pencemarnya, pencemaran dibedakan menjadi berikut ini :

1. Pencemaran kimia : CO2, logam berat (Hg, Pb, As, Cd, Cr, Ni), bahan radioaktif,
pestisida, detergen, minyak, pupuk anorganik.
2. Pencemaran biologi : mikroorganisme seperti Escherichia coli, Entamoeba coli,
Salmonella thyposa.
3. Pencemaran fisik : logam, kaleng, botol, kaca, plastik, karet.
4. Pencemaran suara : kebisingan ( menyebabkan sulit tidur, tuli, gangguan kejiwaan,
penyakit jantung, gangguan janin dalam kandungan, dan stress).

c)    Berdasarkan Tingkat Pencemaran


Menurut tingkat pencemarannya, pencemaran dibedakan menjadi sebagai berikut:

1. Pencemaran ringan, yaitu pencemaran yang dimulai menimbulkan gangguan


ekosistem lain. Contohnya pencemaran gas kendaraan bermotor.
2. Pencemaran kronis, yaitu pencemaran yang mengakibatkan penyakit kronis.
Contohnya pencemaran Minamata di Jepang.
3. Pencemaran akut, yaitu pencemaran yang dapat mematikan seketika. Contohnya
pencemaran gas CO dari knalpot yang mematikan orang di dalam mobil tertutup, dan
pencemaran radioaktif.

D. PARAMETER PENCEMARAN LINGKUNGAN 


Untuk mengukur tingkat pencemaran disuatu tempat digunakan parameter pencemaran.
Parameter pencemaran digunakan sebagai indikator (petunjuk) terjadinya pencemaran dan
tingkat pencemaran yang telah terjadi.
Paramater Pencemaran, meliputi :
1.    Parameter Fisik
Meliputi pengukuran tentang warna, rasa, bau, suhu, kekeruhan, dan radioaktivitas
2.    Parameter Kimia
Digunakan untuk mengetahui kadar CO2, pH, keasaman, kadar logam, dan logam berat.

a.    Pengukuran pH air


Air sungai dalam kondisi alami yang belum tercemar memiliki rentangan pH 6,5 – 8,5.
Karena pencemaran, pH air dapat menjadi lebih rendah dari 6,5 atau lebih tinggi dari 8,5.
Bahan-bahan organik organik biasanya menyebabkan kondisi air menjadi lebih asam. Kapur
menyebabkan kondisi air menjadi lebih alkali (basa). Jadi, perubahan pH air tergantung
kepada bahan pencemarnya.

b.    Pengukuran Kadar CO2


Gas CO2 juga dapat larut ke dalam air. Kadar CO2 terlarut sangat dipengaruhi oleh suhu, pH,
dan banyaknya organisme yang hidup dalam air. Semakin banyak organisme di dalam air,
semakin tinggi kadar karbon dioksida terlarut (kecuali jika di dalam air terdapat tumbuhan air
yang berfotosintesis).  Kadar gas CO dapat diukur dengan cara titrimetri.

c.    Pengukuran Kadar Oksigen Terlarut


Kadar oksigen terlarut dalam air yang alami berkisar 5 – 7 ppm (part per million atau satu per
sejuta; 1 ml oksigen yang larut dalam 1 liter air dikatakan memiliki kadar oksigen 1 ppm).
Penurunan kadar oksigen terlarut dapat disebabkan oleh tiga hal :

1. Proses oksidasi (pembokaran) bahan-bahan organik.


2. Proses reduksi oleh zat-zat yang dihasilkan bakteri anaerob dari dasar  perairan.
3. Proses pernapasan organisme yang hidup di dalam air, terutama pada malam hari.

Parameter kimia yang dilakukan melalui kegiatan pernapasan jasad renik dikenal sebagai
parameter biokimia, contohnya adalah pengukuran BOD atau KOB

Pengukuran BOD
Bahan pencemar organik (daun, bangkai, karbohidrat, protein) dapat diuraikan oleh bakteri
air. Bakteri memerlukan oksigen untuk mengoksidasikan zat-zat organik tersebut, akibatnya
kadar oksigen terlarut di air semakin berkurang. Semakin banyak bahan pencemar organik
yang ada diperairan, semakin banyak oksigen yang digunakan, sehingga mengakibatkan
semakin kecil kadar oksigen terlarut.

Banyaknya oksigen terlarut yang diperlukan bakteri untuk mengoksidasi bahan organik
disebut sebagai Konsumsi Oksigen Biologis (KOB / COD) atau Biological Oksigen Demand,
yang biasa disingkat BOD.
Angka BOD ditetapkan dengan menghitung selisih antara oksigen terlarut awal dan oksigen
terlarut setelah air sampel disimpan selama 5 hari pada suhu 200C. Karenanya BOD ditulis
secara lengkap BOD205 atau BOD5 saja.

3.    Parameter Biologi


Di alam terdapat hewan-hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme yang peka dan ada pula yang
tahan terhadap kondisi lingkungan tertentu. Organisme yang tahan akan tetap hidup. Siput air
dan Planaria merupakan contoh hewan yang peka pencemaran. Sungai yang mengandung
siput air dan planaria menunjukkan sungai tersebut belum mangalami pencemaran.
Sebaliknya cacing Tubifex (cacing merah) merupakan cacing yang tahan hidup dan bahkan
berkembang baik di lingkungan yang kaya bahan organik, meskipun species hewan yang lain
telah mati. Ini berarti keberadaan cacing tersebut  dapat dijadikan indikator adanya
pencemaran zat organik. Organisme yang dapat dijadikan petunjuk pencemaran dikenal
sebagai indikator biologis.

E. DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN

1.    Punahnya Species


Polutan berbahaya bagi biota air dan darat. Berbagai jenis hewan mengalami keracunan,
kemudian mati. Berbagai species hewan memiliki kekebalan yang tidak sama. Ada yang
peka, ada pula yang tahan. Hewan muda, larva merupakan hewan yang peka terhadap bahan
pencemar. Ada hewan yang dapat beradaptasi sehingga kebal terhadap bahan pencemar, ada
pula yang tidak. Meskipun hewan beradaptasi, harus diketahui bahwa tingkat adaptasi hewan
ada batasnya. Bila batas tersebut terlampaui, hewan tersebut akan mati.

2.    Peledakan Hama


Penggunaan insektisida dapat pula mematikan predator. Karena predator punah, maka .
serangga hama akan berkembang tanpa kendali. Penyemprotan dengan insektisida juga dapat
mengakibatkan beberapa species serangga menjadi kebal (resisten). Untuk memberantasnya,
diperlukan dosis yang lebih tinggi dari biasanya. Akibatnya, pencemaran akan semakin
meningkat.
3.    Gangguan Keseimbangan Lingkungan
Punahnya species tertentu dapat mengubah pola interaksi di dalam suatu ekosistem. Rantai
makanan, jaring-jaring makanan, dan aliran energi berubah. Akibatnya, keseimbangan
lingkungan terganggu. Daur materi dan daur biokimia terganggu.

4.    Kesuburan Tanah Berkurang


Penggunaan insektisida dapat mematikan fauna tanah. Hal ini menyebabkan kesuburan tanah
menurun. Penggunaan pupuk terus-menerus dapat mengakibatkan tanah menjadi asam. Hal
ini juga dapat menurunkan kesuburan tanah. Untuk mengatasinya,
Hendaknya dilakukan pemupukan dengan pupuk kandang atau dengan kompos, sistem
penanaman berselang-seling (tumpang sari), serta rotasi tanaman. Rotasi tanaman artinya
menanam tanaman yang berbeda secara bergantian di lahan yang sama.

5.    Keracunan dan Penyakit


Orang yang mengkonsumsi sayur, ikan, dan bahan makanan tercemar dapat mengalami
keracunan. Akibat keracunan, orang dapat mengalami kerusakan hati, ginjal, menderita
kanker, kerusakan susunan saraf, menyebabkan cacat pada keturunannya bahkan meninggal
dunia.

6.    Pemekatan Hayati


Bahan pencemar memasuki lingkungan melewati rantai makanan dan jaring-jaring makanan.
Bahan beracun yang dibuang ke perairan dapat meresap ke dalam tubuh alga. Selanjutnya,
alga tersebut tersebut dimakan oleh udang kecil Udang kecil dimakan oleh ikan . Jika ikan ini
ditangkap manusia kemudian dimakan, bahan pencemar akan masuk ke dalam tubuh
manusia.
Proses peningkatan kadar bahan pencemar melewati tubuh makhluk hidup dikenal sebagai
pemekatan hayati (dalam bahasa inggris dikenal sebagai biomagnification).

7.    Terbentuk Lubang Ozon


Terbentuknya lubang ozon merupakan salah satu permasalahan global. Hal ini disebabkan
bahan pencemar dapat tersebar dan menimbulkan dampak di tempat lain. Gas CFC, misalnya
dari Freon dan spray, yang membumbung tinggi dapat mencapai stratosfer. Di stratosfer
terdapat lapisan gas ozon (O3). Lapisan ozon ini merupakan pelindung (tameng) bumi dari
cahaya ultraviolet. Jika gas CFC mencapai lapisan ozon, akan terjadi reaksi antara CFC dan
ozon, sehingga lapisan ozon tersebut “berlubang”.

8.    Efek Rumah Kaca


Permasalahan global lainnya ialah efek rumah kaca. Gas CO2 yang dihasilkan dari proses
pembakaran meningkatkan kadar CO2 di atmosfer. Akibatnya, bumi diselimuti gas dan debu-
debu pencemar. Kandungan gas CO2 semakin tinggi karena banyak hutan ditebang, sehingga
tidak dapat menyerap CO2.

F. USAHA-USAHA MENCEGAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

1. Menempatkan daerah industri atau pabrik jauh dari daerah perumahan atau
pemukiman penduduk.
2. Pembuangan limbah industri diatur sehingga tidak mencemari lingkungan atau
ekosistem. 
3. Pengawasan terhadap penggunaan jenis-jenis pestisida dan zat kimia lain yang dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan.
4. Memperluas gerakan penghijauan.
5. Tindakan tegas terhadap pelaku pencemaran lingkungan.
6. Memberikan kesadaran terhadap masyarakat tentang arti lingkungan hidup sehingga
manusia lebih mencintai lingkungan hidupnya.
7. Membuang sampah pada tempatnya.
8. Penggunaan lahan yang ramah lingkungan.

sumber : http://blog-ahfa.blogspot.com/2013/01/makalah-pencemaran-lingkungan.html
sinau maca 08.03 Tugas Untuk Siswa
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

3 komentar:

1.

Tata Nitataa10 Juni 2014 08.49

Terima kasih, ini membantu sekali :)

Balas

2.

Debu Debo10 Februari 2015 06.14

Trims..buat belajar nih !


Balas

3.

Riska Adillah13 September 2015 23.40

terimakasih, numpang copas ya :)

Balas

EKOSISTEM merupakan kesatuan struktural dan fungsional yang terbentuk oleh


hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem dibentuk
oleh kumpulan berbagai macam makhluk hidup beserta benda-benda tak hidup. Semua
makhluk hidup yang menyusun suatu ekosistem disebut komponen biotik. Sedangkan benda-
benda tak hidup dalam suatu ekosistem disebut komponen abiotik. Dalam suatu ekosistem,
hubungan antarkomponen berlangsung sangat erat dan saling memengaruhi. Oleh karena itu
gangguan atau kerusakan pada salah satu komponen dapat menyebabkan kerusakan seluruh
ekosistem.
Ilmu yang mempelajari ekosistem disebut Ekologi. Ekologi berasal dari dua kata dalam
bahasa Yunani, yaitu oikos dan logos. Oikos berarti rumah atau tempat tinggal, dan logos
artinya ilmu. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 – 1914).
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada tahun 70-
an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya.
Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun
interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya.
Yang dipelajari dalam ekologi:
  Perpindahan energi dan materi dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang lain ke
dalam lingkungannya dan faktor-faktor yang menyebabkannya.
  Perubahan populasi atau spesies pada waktu yang berbeda dan faktor-faktor yang
menyebabkannya.
  Interaksi antarspesies makhluk hidup dan hubungan antara makhluk hidup dengan
lingkungannya.
A. KOMPONEN PENYUSUN EKOSISTEM
1. Komponen Biotik (bio = hidup)
Komponen biotik meliputi semua makhluk hidup yang terdapat dalam ekosistem.
Berdasarkan fungsinya, makhluk hidup dibagi menjadi tiga, yaitu:
a.    Produsen
Produsen adalah makhluk hidup yang dapat menghasilkan makanan sendiri. Yang  termasuk 
dalam kelompok  ini adalah  tumbuhan hijau atau  tumbuhan yang mempunyai klorofil serta
organisme autotrof. Di  dalam  ekosistem  perairan,  komponen  biotik  yang  berfungsi 
sebagai produsen adalah berbagai jenis alga dan fitoplankton.
Autotrof >>> organisme yang mampu menyediakan makanan sendiri yang berupa bahan
organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia.
Alga >>> sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ dengan perbedaan
fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki “organ” seperti yang dimiliki
tumbuhan (akar, batang, daun, dan sebagainya).
Fitoplankton >>> salah satu komponen autotrof plankton yang memperoleh energi melalui
proses fotosintesis sehingga mereka harus berada pada bagian permukaan (disebut sebagai
zona euphotic) lautan, danau atau kumpulan air yang lain. Melalui fotosintesis, fitoplankton
menghasilkan banyak oksigen yang memenuhi atmosfer Bumi.
b.    Konsumen
Konsumen adalah makhluk hidup yang memperoleh energi dari bahan makanan yang
dibuat oleh produsen. Yang  termasuk  dalam kelompok  ini adalah manusia dan hewan.
Karena tidak dapat membuat makanan sendiri dan selalu bergantung pada makhluk hidup
lain, maka konsumen bersifat  heterotrof. Berdasarkan jenis makanannya, konsumen dapat
dibagi menjadi tiga jenis:
   Herbivora, konsumen yang hanya mengonsumsi tumbuhan dan merupakan konsumen tingkat
pertama.
   Karnivora, organisme pemakan daging saja dan juga memakan hewan herbivora sehingga
disebut dengan konsumen kedua.
   Omnivora, pemakan segala (tumbuhan dan hewan).
Heterotrof >>> organisme yang tergantung pada organisme lain untuk mendapatkan
makanan.
c.    Dekomposer
Dekomposer atau Pengurai adalah komponen biotik yang berperan menguraikan bahan
organik yang berasal dari organisme yang telah mati ataupun hasil pembuangan sisa
pencernaan. Makhluk hidup yang berperan sebagai pengurai adalah bakteri dan jamur
saprofit. Dengan adanya organisme pengurai, zat mineral atau unsur hara hasil penguraian
yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan dapat meresap ke dalam tanah.
Bakteri Saprofit >>> bakteri yang menguraikan tumbuhan atau hewan mati, serta sisa-
sisa atau kotoran organisme. Bakteri saprofit menguraikan protein, karbohidrat, dan senyawa
organik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana
sehingga keberadannya sangat berperan dalam membersihkan sampah organik di lingkungan
sekitar.
2. Komponen Abiotik (a = tidak, bio = hidup)
Abiotik adalah komponen yang tidak hidup. Komponen abiotik menyediakan tempat hidup,
makanan, dan kondisi yang diperlukan oleh komponen biotik, sehingga komposisi komponen
abiotik sangat memengaruhi jenis komponen biotik yang dapat hidup. Komponen abiotik
yang memengaruhi komponen biotik dalam suatu ekosistem antara lain air, tanah, suhu,
cahaya matahari, dan udara.
a.   Air
Air berfungsi sebagai pelarut zat-zat dalam tubuh, sistem pengangkut, dan tempat
berlangsungnya reaksi-reaksi biokimia di dalam tubuh. Keberadaan air pada suatu ekosistem
sangat memengaruhi jenis makhluk hidup yang dapat hidup. Hewan dan tumbuhan juga
beradaptasi untuk menyesuaikan dengan keadaan air di lingkungannya.
b.   Tanah
Keadaan tanah menentukan jenis tumbuhan yang dapat hidup dan jenis-jenis
tumbuhan akan menentukan jenis-jenis hewan yang dapat hidup.
c.   Suhu
Suhu memengaruhi reaksi biokimiawi di dalam tubuh. Suhu yang terlalu rendah atau
terlalu tinggi dapat menyebabkan gangguan pada reaksi-reaksi biokimiawi di dalam tubuh
sehingga aktivitasnya terganggu. Oleh karena itu setiap makhluk hidup memerlukan suhu
optimum untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
d.   Cahaya Matahari
Cahaya matahari diperlukan untuk proses fotosintesis tumbuhan hijau. Cahaya
matahari juga memengaruhi suhu bumi menjadi sesuai untuk kehidupan berbagai makhluk
hidup.
e.   Udara
Udara merupakan campuran berbagai macam gas. Gas-gas tersebut memiliki fungsi
berbeda pada ekosistem. Misalnya Oksigen diperlukan oleh makhluk hidup untuk
respirasi/bernapas.
B. TINGKAT ORGANISASI DALAM EKOSISTEM
Makhluk hidup dalam ekosistem membentuk tatanan atau organisasi tertentu.
1.      Individu
Individu merupakan satuan fungsional terkecil penyusun ekosistem (makhluk hidup
tunggal) yang dapat hidup secara fisiologis. Misalnya seekor rusa yang dapat mencari rumput
sendiri sebagai kebutuhan makanannya.
2.      Populasi
Populasi merupakan kumpulan individu sejenis pada suatu daerah dalam jangka
waktu  tertentu. Misalnya sekumpulan penduduk (manusia) dalam suatu kelurahan.
Kehidupan suatu populasi dipengaruhi oleh populasi makhluk hidup yang lain. Jumlah
individu sejenis dalam satuan luas tertentu pada jangka waktu tertentu disebut kepadatan
populasi.
3.      Komunitas
Komunitas merupakan kumpulan beberapa populasi yang berbeda yang saling
berinteraksi pada daerah dan waktu tertentu. Pada komunitas terjadi interaksi antara berbagai
populasi dan dalam interaksi itu terjadi perpindahan materi dan energi. Misalnya di suatu
kolam populasi ikan berinteraksi dengan populasi plankton (yaitu ikan memakan plankton),
maka terjadi perpindahan bahan makanan (materi) dari plankton ke tubuh ikan.
4.      Ekosistem
Ekosistem merupakan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungan abiotiknya.
Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan pada suatu ekosistem bersifat khusus. Jadi,
setiap lingkungan memiliki ekosistem yang berbeda. Komunitas yang dipengaruhi oleh
lingkungan abiotik yang spesifik menghasilkan ekosistem yang spesifik pula. Berdasarkan
proses terbentuknya ekosistem dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.       Ekosistem alami, yaitu ekosistem yang terbentuk secara alami. Misalnya ekosistem hutan,
laut, sungai, dan rawa.
b.      Ekosistem buatan, yaitu ekosistem yang dibentuk secara sengaja oleh manusia. Misalnya
ekosistem sawah, kolam, perkebunan, dan hutan budidaya.
5.      Bioma
Bioma adalah ekosistem-ekosistem yang terbentuk karena perbedaan letak geografis
dan astronomis. Bioma terbagi menjadi beberapa jenis, ditentukan oleh curah hujan dan
intensitas cahaya mataharinya.
a.       Tundra
Tundra adalah suatu area dimana pertumbuhan pohon terhambat dengan rendahnya
suhu lingkungan sekitar. Bioma ini terletak di kawasan lingkungan Kutub Utara sehingga
iklimnya adalah iklim kutub. Istilah tundra berarti dataran tanpa pohon, vegetasinya
didominasi oleh lumut dan lumut kerak, vegetasi lainnya adalah rumput-rumputan dan sedikit
tumbuhan berbunga berukuran kecil. Ciri-ciri tundra:
  Mendapat sedikit energi radiasi matahari, musim dingin sangat panjang dapat berlangsung
selama 9 bulan dengan suasana gelap.
  Musim panas berlangsung selama 3 bulan, pada masa inilah vegetasi mengalami pertumbuhan.
  Fauna khas bioma tundra adalah Muskoxem (bison berhulu tebal) dan Reindeer/Caribou (rusa
kutub).
b.      Taiga
Bioma ini kebanyakan terdapat di daerah antara subtropika dengan daerah kutub, seperti
di daerah Skandinavia, Rusia, Siberia, Alaska, Kanada. Ciri-ciri taiga:
  Perbedaan antara suhu musim panas dan musim dingin cukup tinggi, pada musim panas suhu
tinggi, pada musim dingin suhu sangat rendah.
  Pertumbuhan tanaman terjadi pada musim panas yang berlangsung antara 3 sampai 6 bulan.
  Flora khasnya adalah pohon berdaun jarum/pohon konifer, contoh pohon konifer adalah Pinus
merkusii (pinus). Keanekaragaman tumbuhan di bioma taiga rendah, vegetasinya nyaris
seragam, dominan pohon-pohon konifer karena nyaris seragam, hutannya disebut hutan
homogen. Tumbuhannya hijau sepanjang tahun, meskipun dalam musim dingin dengan suhu
sangat rendah.
  Fauna yang terdapat di daerah ini adalah beruang hitam, ajak, srigala dan burung-burung yang
bermigrasi kedaerah tropis bila musim dingin tiba. Beberapa jenis hewan seperti tupai dan
mammalia kecil lainnya maupun berhibernasi pada saat musim dingin.
c.       Gurun
Gurun adalah suatu daerah yang menerima curah hujan yang sedikit. Gurun dianggap
memiliki kemampuan kecil untuk mendukung kehidupan namun gurun sering kali memiliki
kehidupan yang biasanya tersembunyi. Gurun banyak ditemukan di Amerika Utara, Afrika
Utara, Australia dan Asia Barat. Ciri-ciri gurun:
  Curah hujan sangat rendah, ± 25 cm/tahun.
  Kecepatan penguapan air lebih cepat dari presipitasi.
  Kelembaban udara sangat rendah.
  Perbedaan suhu siang hari dengan malam hari sangat tinggi (siang dapat mencapai 45 C, malam
dapat turun sampai 0 C).
  Tanah sangat tandus karena tidak mampu menyimpan air.
d.      Padang Rumput
Padang rumput merupakan area yang dipenuhi oleh rumput dan tanaman tak berkayu.
Bioma padang rumput membentang mulai dari daerah tropis sampai dengan daerah beriklim
sedang, seperti Hongaria, Rusia Selatan, Asia Tengah, Amerika Selatan, dan Australia. Ciri-
ciri padang rumput:
  Curah hujan antara 25 – 50 cm/tahun, di beberapa daerah padang rumput curah hajannya dapat
mencapai 100 cm/tahun.
  Curah hujan yang relatif rendah turun secara tidak teratur.
  Turunnya hujan yang tidak teratur tersebut menyebabkan porositas dan drainase kurang baik
sehingga tumbuh-tumbuhan sukar mengambil air.
e.       Hutan Gugur
Ciri khas bioma hutan gugur adalah tumbuhannya sewaktu musim dingin, daun-
daunnya meranggas. Bioma ini dapat dijumpai di Amerika Serikat, Eropa Barat, Asia Timur,
dan Chili. Ciri-ciri hutan gugur:
  Curah hujan merata sepanjang tahun, 75 – 100 cm/tahun.
  Mempunyai 4 musim: musim panas, musim dingin, musim gugur, dan musim semi.
  Keanekaragaman jenis tumbuhan lebih rendah daripada bioma hutan tropis.
f.       Hutan Hujan Tropis
Hutan hujan tropis adalah ekosistem yang dapat ditemui di wilayah khatulistiwa (Asia,
Australia, Afrika, Amerika Selatan, Amerika Tengah, Meksiko dan Kepulauan Pasifik).
Hutan hujan tropis merupakan rumah untuk setengah spesies flora dan fauna di seluruh dunia.
Hutan hujan tropis juga dijuluki sebagai “farmasi terbesar dunia” karena hampir 1/4 obat
modern berasal dari tumbuhan di hutan hujan tropis. Ciri-ciri hutan hujan tropis:
  Curah hujan sangat tinggi, lebih dari 2.000 mm/tahun.
  Pohon-pohon utama memiliki ketinggian antara 20 – 40 m.
  Cabang pohon berdaun lebat dan lebar serta selalu hijau sepanjang tahun.
  Mendapat sinar matahari yang cukup, tetapi sinar matahari tersebut tidak mampu menembus
dasar hutan.
  Mempunyai iklim mikro di lingkungan sekitar permukaan tanah/di bawah kanopi (daun pada
pohon-pohon besar yang membentuk tudung).
6.      Biosfer
Biosfer adalah sistem ekologis global yang menyatukan seluruh makhluk hidup dan
hubungan antarmereka, termasuk interaksinya dengan unsur litosfer (batuan), hidrosfer (air),
dan atmosfer (udara) Bumi. Biosfer merupakan keseluruhan ekosistem/bioma yang ada di
bumi.
C. HUBUNGAN SALING KETERGANTUNGAN
Hubungan saling ketergantungan antara komponen biotik dan komponen abiotik:
1.   Komponen biotik memengaruhi komponen abiotik.
2.   Komponen abiotik memengaruhi komponen biotik.
Hubungan saling ketergantungan antara komponen biotik dengan sesama komponen
biotik:
1.   Saling ketergantungan intraspesies (makhluk hidup sejenis).
2.   Saling ketergantungan antarspesies (makhluk hidup tidak sejenis).
Saling ketergantungan antarspesies yang berbeda jenis juga terjadi dalam peristiwa
makan dan dimakan. Peristiwa makan dan dimakan menimbulkan perpindahan materi dan
energi. Hal ini akan membentuk jaring-jaring kehidupan yang terdiri dari:
1.      Rantai Makanan
Rantai makanan adalah peristiwa makan dan dimakan yang digambarkan secara
skematis dalam bentuk garis lurus searah dan tidak bercabang. Misalnya rumput >> belalang
>> ayam >> ular, maka terjadi perpindahan energi dari produsen >> konsumen I >>
konsumen II >> konsumen III.
2.      Jaring-jaring Makanan
Beberapa rantai makanan dengan pola yang lebih rumit dari contoh rantai makanan di
atas dan saling berkaitan membentuk sebuah  jaring-jaring makanan. Misalnya ular tidak
hanya makan ayam dan ayam tidak hanya makan belalang. Jaring-jaring makanan selalu
berawal dari produsen dan diakhiri oleh pengurai. Bahan-bahan yang diuraikan itu akan
kembali digunakan oleh produsen sehingga daur materi dan energi tidak pernah terputus.
3.      Piramida Makanan
Piramida makanan adalah suatu piramida yang menggambarkan perbandingan
komposisi jumlah biomassa dan energi dari produsen sampai konsumen puncak dalam suatu
ekosistem. Komposisi biomassa terbesar terdapat pada produsen yang menempati dasar
piramida. Demikian pula jumlah energi terbesar terdapat pada dasar piramida. Komposisi
biomassa dan energi ini semakin ke atas semakin kecil karena selama proses perpindahan
energi terjadi penyusutan jumlah energi pada setiap tingkat trofik.
D.   JENIS-JENIS INTERAKSI ANTARORGANISME
1. Hubungan Netral
Hubungan netral yaitu hubungan yang tidak saling memengaruhi. Namun
sesungguhnya hubungan yang benar-benar netral tidak ada, sebab setiap organisme
memerlukan komponen abiotik (udara, ruangan, air, dan cahaya) yang sama, sehingga timbul
persaingan.
2. Hubungan Simbiosis
Hubungan simbiosis yaitu hubungan saling memengaruhi antara dua organisme.
Hubungan simbiosis ada tiga jenis:
a.       Simbiosis Mutualisme
Simbiosis mutualisme yaitu hubungan antara dua jenis organisme yang saling
menguntungkan.
b.      Simbiosis Komensalisme
Simbiosis komensalisme yaitu hubungan antara dua jenis organisme di mana yang satu
diuntungkan dan yang lain tidak dirugikan saat saling berinteraksi.
c.       Simbiosis Parasitisme
Simbiosis parasitisme yaitu hubungan antara dua jenis organisme yang merugikan salah
satu pihak, sedangkan pihak yang lain diuntungkan saat berinteraksi.
3. Hubungan Kompetisi
Hubungan kompetisi terjadi jika dalam suatu ekosistem terjadi ketidakseimbangan,
misalnya kekurangan air, makanan, dan ruang. Hubungan kompetisi dapat terjadi antara
individu-individu dalam satu spesies maupun individu-individu yang berbeda spesies.
4.      Hubungan Predasi
Hubungan predasi yaitu hubungan antara organisme yang memangsa dan organisme
yang dimangsa.
Sumber :
http://nanakizawa.wordpress.com/2009/11/24/ekosistem/

PEMANASAN GLOBAL
  Pengertian Pemanasan Global (Global warming)

Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-
rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah
meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Model iklim yang
dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1
hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka perkiraan
itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah
kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun
sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka
air lautdiperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat
emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
  Penyebab Pemanasan Global (Global warming)

1.     Efek rumah kaca


Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi
tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba
permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi.
Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya.
Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar.
Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas
rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap
gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang
yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi.
Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus
meningkat. Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin
meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap
di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi,
karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar
15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F)dari temperaturnya semula,
jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh
permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di
atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.

2.     Efek umpan balik


Anasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik
yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat
bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan
lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah
kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai
tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya
lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO 2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini
meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau
bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya berdampak
secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo)
oleh es. Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan
kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air
di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan
cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak
radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es
yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku
(permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu,
es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini
diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi
pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.
Variasi Matahari
Variasi Matahari adalah perubahan jumlah energi radiasi yang dipancarkan oleh
Matahari. Terdapat beberapa komponen periodik yang mempengaruhi variasi ini, yang
terutama adalah siklus matahari 11-tahunan (atau siklus bintik hitam matahari), selain
fluktuasi-fluktuasi lainnya yang tidak periodik. Aktivitas matahari diukur dengan
menggunakan satelit selama beberapa dekade terakhir setelah pada waktu sebelumnya
pengukuran dilakukan melalui variabel-variabel 'proksi'. Para ilmuan iklim tertarik untuk
mengetahui apakah variasi matahari berpengaruh terhadap Bumi. Variasi dalam total solar
irradiance (TSI) sebelumnya tidak dapat diukur atau dideteksi hingga era penggunaan satelit,
walaupun sebagian kecil panjang gelombang ultraviolet bervariasi beberapa persen. Output
total matahari yang telah diukur (selama 3 kali periode siklus bintik hitam 11-tahunan)
menunjukkan variasi sekitar 0,1% atau sekitar 1,3 W/m 2 dari maksimum ke minimum selama
siklus bintik hitam 11-tahunan. Jumlah radiasi matahari yang diterima permukaan luar
atmosfer Bumi sedikit bervariasi dari nilai rata-rata 1366 watt per meter persegi (W/m2).

Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah
memberikan beberapa efek perubahan iklim, sebagai contoh selama Maunder Minimum.
Sebuah studi tahun 2006 dan review dari beberapa literatur, yang dipublikasikan dalam
Nature, menyatakan bahwa tidak terdapat peningkatan tingkat "keterangan" dari Matahari
sejak 1970, dan bahwa perubahan output matahari selama 400 tahun terakhir kecil
kemungkinannya berperan dalam pemanasan global. Perlu ditekankan, laporan tersebut juga
menyatakan "Selain tingkat "keterangan" matahari, hal-hal lain yang dapat mempengaruhi
iklim seperti radiasi sinar kosmik atau sinar ultraviolet matahari tidak dapat dikesampingkan,
kata penulis tersebut. Akan tetapi, pengaruh-pengaruh lain ini belum dapat dibuktikan,
tambah mereka, karena model-model fisik untuk efek-efek ini masih belum sempurna
dikembangkan.
  Mengukur pemanasan global
Data terkini dari Badan Urusan Kelautan dan Atmosfir Amerika Serikat (NOAA),
mengatakan bahwa April 2010 dianggap sebagai yang terpanas dibanding bulan yang sama di
tahun-tahun sebelumnya. Ya, menurut NOAA sebagaimana dilansir Associated Press dan
dikutip Viva, sepanjang abad ke-20 hingga tahun lalu, suhu rata-rata permukaan Bumi di
bulan April adalah 13,7 derajat Celcius. Namun, pada April 2010, suhu mencapai 14,5 derajat
celcius. Ini terbukti usai NOAA meneliti suhu rata-rata permukaan Bumi berdasarkan
kombinasi suhu permukaan darat dan laut. Pusat Data Iklim Nasional NOAA, Senin 17 Mei
2010, juga menyebutkan suhu rata-rata Bumi mencapai rekor paling tinggi selama periode
Januari-April 2010.
Selama periode tersebut, suhu rata-rata adalah 13,3 derajat Celcius. Mongolia, Rusia
bagian timur, sebagian besar wilayah China, Amerika Serikat bagian barat, dan sebagian
Amerika Selatan pada bulan lalu lebih dingin dibanding biasanya, tetapi sebagian besar
wilayah lain di dunia mencapai rekor suhu lebih tinggi dibanding rata-rata. Wilayah yang
memiliki suhu di atas rata-rata antara lain Kanada, Alaska, Amerika Serikat bagian timur,
Australia, Asia Selatan, Afrika bagian utara, dan Rusia bagian utara.Menurut pakar iklim,
pemanasan El Nino di Samudera Pasifik melemah pada April karena anomali suhu
permukaan air laut berkurang. Dan, laporan yang dirilis Senin kemarin juga menyebutkan
bahwa volume es di Kutub Utara selama April lalu kembali menyusut. Ini merupakan
penurunan berturut-turut dalam 11 bulan terakhir. Saat ini luas dataran es di Kutub Utara
tinggal sekitar 14,7 juta kilometer persegi. Sedangkan wilayah es di Kutub Selatan pada April
lalu 0,3 persen di bawah rata-rata menurut pengukuran selama periode 1979-2000. Laporan
ini dirilis karena para ilmuwan sedang berusaha mengangkat kembali isu pemanasan global.
Pada awal 1896, para ilmuan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan
mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan temperatur rata-rata global. Hipotesis
ini dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program penelitian global
yaitu International Geophysical Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung
Mauna Loa di Hawai.

Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbon dioksida di


atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat. Data-data yang
dikumpulkan menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan konsentrasi dari gas-gas
rumah kaca di atmosfer.
Para ilmuan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin menghangat, tetapi
mereka tidak mampu memberikan bukti-bukti yang tepat. Temperatur terus bervariasi dari
waktu ke waktu dan dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan
iklim untuk memperoleh data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang
jelas. Catatan pada akhir 1980-an agak memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini,
akan tetapi data statistik ini hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya.
Pada awal 1896, para ilmuan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan
mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan temperatur rata-rata global. Hipotesis
ini dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program penelitian global
yaitu International Geophysical Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung
Mauna Loa di Hawai.
Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbon dioksida di
atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat. Data-data yang
dikumpulkan menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan konsentrasi dari gas-gas
rumah kaca di atmosfer.
Para ilmuan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin menghangat, tetapi
mereka tidak mampu memberikan bukti-bukti yang tepat. Temperatur terus bervariasi dari
waktu ke waktu dan dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan
iklim untuk memperoleh data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang
jelas. Catatan pada akhir 1980-an agak memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini,
akan tetapi data statistik ini hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya.

  Dampak  Pemanasan Global (Global warming)


Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan sirkulasi
atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuan
telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca,
tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.
Dampak-dampaknya diantaranya :
1.     Iklim Mulai Tidak Stabil
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari
belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di
Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih
sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya
mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah
subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair.
Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan
malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari
lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan
meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena
uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi
pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih
banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, dimana hal
ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi akan
meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit
pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus
tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap
dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin
akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane)
yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan
dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi.
Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
2.     Peningkatan permukaan laut
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga
volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan
mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak
volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 - 10
inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 –
88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.

Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai.
Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen
daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan
meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan
meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk
melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat
melakukan evakuasi dari daerah pantai.Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat
mempengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh
dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak
di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi
sebagian besar dari Florida Everglades.
Stasiun cuaca pada awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga
pengukuran temperatur akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan dan
kendaraan dan juga panas yang disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak 1957, data-
data diperoleh dari stasiun cuaca yang terpercaya (terletak jauh dari perkotaan), serta dari
satelit. Data-data ini memberikan pengukuran yang lebih akurat, terutama pada 70 persen
permukaan planet yang tertutup lautan. Data-data yang lebih akurat ini menunjukkan bahwa
kecenderungan menghangatnya permukaan Bumi benar-benar terjadi. Jika dilihat pada akhir
abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh tahun terhangat selama seratus tahun terakhir terjadi
setelah tahun 1980, dan tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990, dengan 1998 menjadi
yang paling panas.

Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental Panel on Climate


Change (IPCC) menyimpulkan bahwa temperatur udara global telah meningkat 0,6 derajat
Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama
disebabkan oleh aktivitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC
memprediksi peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0
hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.
IPCC panel juga memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer tidak
bertambah lagi sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat selama periode tertentu akibat
emisi yang telah dilepaskan sebelumnya. karbon dioksida akan tetap berada di atmosfer
selama seratus tahun atau lebih sebelum alam mampu menyerapnya kembali.
Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi
karbondioksioda di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila
dibandingkan masa sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara
dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali
sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi masalah ini dengan risiko populasi yang
sangat besar.

3.      Suhu global cenderung meningkat


Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak
makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian
Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya
curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering
di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang
menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack
(kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair
sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami
serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
4.     Gangguan ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek
pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global,
hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan
mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu
hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-
spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan
pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat
berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.

5.     Dampak sosial dan politik


Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat
menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca
yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat
menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan
kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan
perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit,
seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-
lain.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air
(Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases).
Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru
untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa
spesies vektor penyakit (eq Aedes Agipty), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten
terhadap obat tertentu yang target nya adala organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan
bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan
perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim
(Climate change)yang bisa berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti
ISPA (kemarau panjang / kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu)
Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga
berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan
polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi
terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis,
penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.
6.      Hilangnya Lautan Es
Menurut WWF, bahkan pemanasan global kurang dari 2°C dapat memicu hilangnya
lautan es kutub utara dan pencairan lapisan es di Greenland . Efek timbal balik kekuatan yang
tak terduga ini adalah penyebab terlampauinya titik-titik kritis tersebut. Hal ini akan
menyebabkan peningkatan permukaan laut beberapa meter secara global yang akan
mengancam puluhan juta manusia di dunia.
Kapasitas penyimpanan CO2 di lautan dan daratan – penyerapan alami bumi– telah turun
sekitar 5% selama lebih dari 50 tahun belakangan ini. Pada saat yang bersamaan, emisi CO2
manusia yang berasal dari bahan bakar fosil terus meningkat – empat kali lipat lebih cepat di
dekade ini daripada dekade sebelumnya. WWF mendesak para pemerintah tersebut
memanfaatkan konferensi Poznan sebagai titik balik untuk menghindari arah kehancuran
yang sedang dituju oleh dunia saat ini.

  Cara mencegah  Pemanasan Global (Global warming)


1.      Kurangi konsumsi daging. Berdasarkan penelitian, untuk menghasilkan 1 kg daging, sumber
daya yang dihabiskan setara dengan 15 kg gandum. Bayangkan bagaimana kita bisa
menyelamatkan bumi dari kekurangan pangan jika kita mengurangi konsumsi daging.
Peternakan juga penyumbang 18% jejak karbon dunia, yang mana lebih besar dari sektor
transportasi (mobil, motor, pesawat, dll). Belum ditambah lagi dengan bahaya gas-gas rumah
kaca tambahan yang dihasilkan oleh aktivitas peternakan lainnya, seperti metana yang
notabene 3 kali lebih berbahaya dari CO2 dan gas NO yang 300 kali lebih berbahaya dari
CO2. Dan yang pasti banyak manfaat kesehatan dan spiritual jika mengurangi konsumsi
daging.

2. Makan dan masaklah dari bahan yang masih segar. Menghindari makanan yang sudah
diolah atau dikemas akan menurunkan energi yang terbuang akibat proses dan
transportasi yang berulang-ulang. Makanan segar juga lebih sehat bagi tubuh.
3. Beli produk lokal, hasil pertanian lokal lebih murah dan juga menghemat energi,
terutama jika menghitung energi dan biaya transportasinya. Makanan organik lebih
ramah lingkungan, tetapi periksa juga asalnya. Jika diimpor dari daerah lain,
kemungkinan emisi karbon yang dihasilkan akan lebih besar daripada manfaatnya.
4. Daur ulang aluminium, plastik, dan kertas. Akan lebih baik lagi jika Anda bisa
menggunakannya berulang-ulang. Energi untuk membuat satu kaleng aluminium
setara dengan energi untuk menyalakan TV selama 3 jam.
5. Beli dalam kemasan besar. Akan jauh lebih murah, juga menghemat sumber daya
untuk kemasan. Jika terlalu banyak, ajaklah teman atau saudara Anda untuk berbagi
saat membelinya.
6. Matikan oven Anda beberapa menit sebelum waktunya. Jika tetap dibiarkan tertutup,
maka panas tersebut tidak akan hilang.
7. Hindari fast food. Fast food merupakan penghasil sampah terbesar di dunia. Selain itu
konsumsi fast food juga buruk untuk kesehatan.

8.      Bawa tas yang bisa dipakai ulang. Bawalah sendiri tas belanja, dengan demikian Anda
mengurangi jumlah tas plastik/kresek yang diperlukan. Belakangan ini beberapa pusat
perbelanjaan besar di Indonesia sudah mulai mengedukasi pelanggannya untuk menggunakan
sistem seperti ini. Jadi sambutlah iktikad baik mereka untuk menyelamatkan lingkungan.

9. Gunakan gelas yang bisa dicuci. Jika Anda terbiasa dengan cara modern yang selalu
menyajikan minum bagi tamu dengan air atau kopi dalam kemasan. Beralihlah ke cara
lama kita. Dengan menggunakan gelas kaca, keramik, atau plastik food grade yang
bisa dicuci dan dipakai ulang.
10. Berbelanjalah di lingkungan sekitar. Akan sangat menghemat biaya transportasi dan
BBM.

11.  Tanam pohon setiap ada kesempatan. Baik di lingkungan ataupun berpartisipasi dalam
program penanaman pohon. Bisa dengan menyumbang bibit, dana, dan lain-lain. Tergantung
kesempatan dan kemampuan.

  Bencana Besar Akibat Pemanasan Global (Global warming)


Apa saja bencana mematikan yang ditimbulkan oleh global warming ? Beberapa
diperkirakan bakal terjadi puluhan tahun ke depan, tapi sebagian lagi sudah terjadi sejak
beberapa tahun yang lalu. Silahkan simak bencana besar yang akan terjadi akibat global
warming di bawah ini. Hal ini bukan untuk menakut-nakuti , tapi mudah-mudahan bikin kita
semua tergerak untuk menjaga kelestarian alam yang hijau.

1. Gletser Menciut
Gletser adalah daratan yang terbuat dari es. Gletser bakal ikut meleleh dan menciut
seiring dengan bertambahnya suhu bumi. Suhu bumi meningkat karena tingginya emisi gas
rumah kaca di atmosfer. Selama tahun 1990- 2005 saja suhu bumi naik 0,15 - 0,3 derajat
celcius. Gletser Himalaya yang memasok air ke sungai Gangga sekaligus menyediakan irigasi
dan suplai air minum untuk 500 juta penduduk,menyusut 37 meter pertahun.Gletser di kutub
semakin cepat mencair hingga membuat permukaan air laut di bumi naik.

2. Pulau Tenggelam

Indonesia , Amerika Serikat, dan Bangladesh adalah beberapa negara yang paling
terancam tenggelam. Bahkan beberapa pulau di Indonesia sudah hilang tenggelam. Ini
disebabkan mencairnya permukaan gletser di kutub yang membuat volume air laut meningkat
drastis. Menyusutnya hutan bakau memperparah pasangnya air laut. Sekarang saja pasang air
laut Pantai Kuta telah membanjiri beberapa lobi hotel disekitarnya. Pulau Jawa juga bernasib
sama , sampai saat ini permukaan Teluk Jakarta sudah naik 0,8 cm. Dan kalau suhu bumi
terus naik , tahun 2050 derah-daerah Jakarta dan Bekasi seperti Kosambi , Penjaringan ,
Cilincing , Muaragembong , dan Tarumajaya akan terendam.

3. Badai

Badai memang bisa terjadi karena kehendak alam. Tapi suhu air yang menghangat
akibat global warming mendukung terjadinya badai yang jauh lebih kuat dan besar. Beberapa
tahun belakangan ini , negara-negara di Eropa, Amerika, dan Karibia telah mengalami begitu
banyak badai dibandingkan abad sebelumnya. Bahkan badai-badai tersebut bukan cuma badai
biasa, namun masuk kategori badai mematikan , seperti badai katrina,badai ike, badai nargis,
badai rita,dll.

4. Gelombang Panas

Tahun 2003 lalu, Eropa diserang gelombang panas alias heat wave , yang
menewaskan banyak orang. Mengejutkan ! Tapi bencana ini sudah diperkirakan ratusan tahun
yang lalu , tepatnya tahun 1900 oleh para ilmuwan di masa itu . Gelombang panas memang
pernah terjad beberapa kali di bumi , namun belakangan ini makin sering terjadi. Dan
diperkirakan 40 tahun lagi frekwensinya akan meningkat 100 kali lipat.

5.    Kekeringan
Afrika, India, dan daerah-daerah kering lainnya bakal menderita kekeringan lebih parah !
Air akan makin sulit di dapat dan tanah tak bisa ditanami apa-apa lagi, hingga suplai
makanan berkurang drastis. Ilmuwan memperkirakan hasil tani negara-negara Afrika akan
menurun 50 % di tahun 2020 , dan tingkat kekeringan di dunia meningkat 66 % . Tak
terbayang kalau kekeringan ini sampai terjadi di bumi ini.

6.    Perang dan Konflik

Negara yang kekurangan air dan bahan pangan kemungkinan besar akan mengalami
panik dan berubah jadi agresif. Lalu bukan tak mungkin mereka berusaha saling merebut
lahan yang belum rusak.
7. Penyakit Merajalela

Malaria, demam berdarah , ebola , dan banyak penyakit yang dulu cuma di anggap
sebagai penyakit negara tropis , bisa menyebar ke berbagai negara Eropa yang dikenal dingin.
Penyebabnya apalagi kalau bukan banjir atau kekeringan yang mengundang banyak hewan
pembawa penyakit bersarang disana!!!
8. Perekonomian Kacau

Ladang tani , perkebunan yang biasanya menghasilkan akan musnah ole banjir atau
kekeringan. Penduduk akan di buat makin menderita karena stok bahan pangan dan
kebutuhan pokok lainnya akan jauh berkurang dan harganya pasti akan melambung naik.
Pemerintah juga membutuhkan biaya yang banyak untuk membangun kembali wilayah yang
terkena bencana dan menanggulangi penyakit yang mewabah.

9. Ekosistem Hancur

Perubahan iklim yang terjadi akibat global warming akan menghancurkan ekosistem
yang ada. Setelah sebagian mahkluk hidup di bumi musnah akibat bencana kekeringan, banjir
, badai, atau ditenggelamkan air laut, mahkluk hidup yang tersisa bakal mengalami kesulitan
untuk bertahan hidup. Penyebabnya adalah berkurangnya sumber air , udara bersih, bahan
bakar , sumber energi , bahan makanan, obat-obatan yang dibutuhkan untuk survive.

10. Mahkluk Hidup Punah


Sebanyak 30 % mahkluk hidup yang ada sekarang bakal musnah tahun 2050 kalau
temperatur bumi terus naik. Spesies yang punah ini kebanyakan yang habitatnya di tempat
dingin . Hewan-hewan laut diperkirakan banyak yang tak bisa bertahan setelah suhu air laut
jadi menghangat. Kalau tumbuhan dan hewan makin berkurang, jelas manusia akhirnya
terancam karena kekurangan bahan makanan.
Sumber:
http://rachmancaturkurniawan.blogspot.com/2011/01/makalah-tentang-pemanasan-global-
global.html

PEMANASAN GLOBAL & GAS RUMAH HIJAU


ISU pemanasan global adalah antara isu dunia yang menarik perhatian buat masa ini.
Pemanasan global disebabkan antara lainnya oleh kehadiran banyak gas karbon dioksida di
atmosfera. Pemanasan global juga pencetus fenomena iklim ekstrim yang menghasilkan
pelbagai malapetaka seperti ribut taufan dan banjir di seantero dunia. Bagi tempoh 1997
hingga 2008, pengeluaran karbon dioksida di dunia berikutan penggunaan bahan
bakar fosil meningkat 31 peratus. Warga dunia mahu agar ‘kelajuan’ pemanasan global
dapat dikurangkan. Ia bermakna jumlah gas karbon dioksida harus dikurangkan, kerana jika
tidak kita akan menghadapi tekanan lebih berat lagi. Kehidupan yang dilalui bertambah sulit
ketika malapetaka itu berlaku dan juga ketika tempoh pasca-malapetaka. Berbilion-bilion
dolar kerugian akan dialami akibat kemusnahan harta benda dan nyawa. Banyak program
pertanian dan perikanan akan terjejas kerana berlakunya perubahan musim yang dramatik
selain mengancam banyak spesies. Semua samudera di dunia naik 1.5 inci. Suhu dunia akan
meningkat, lantas menimbulkan ketidakserasian kepada warga dunia. Beratus-ratus bongkah
ais dari kedua-dua kutub bumi cair dan menjejas cuaca dunia. Lihat betapa fenomena musim
panas dan kebakaran hutan semakin parah di seluruh dunia, dari Amerika Syarikat (AS)
bahagian barat hingga Australia. Suhu dunia 12 tahun terakhir ini didapati lebih panas
0.4 darjah Celsius berbanding 12 tahun sebelum 1997. Senario alam sekitar ini
menakutkan warga dunia. Sepuluh tahun dulu, ilmuwan metereologi tidak menyangka
perubahan iklim akan berlaku seteruk yang terjadi kini, jika tiada lagi tindakan drastik
diambil, pasti lebih banyak berita buruk berkaitan alam sekitar akan menyusuli nanti.
Mengikut World Resources Institute, AS dan China adalah penyumbang besar terhadap
pemanasan global. Kedua-dua negara itu menyumbang sekitar 37.5 peratus daripada
pelepasan gas rumah hijau global. Negara maju lain seperti di Eropah dan Jepun turut
menyumbang kepada pelepasan karbon dioksida. Untuk mengurangkan pelepasan karbon
dioksida, negara maju diwajibkan mengurangkan pengeluaran gas rumah kaca atau
bersamaan dengan pengeluaran karbon dioksida. Permintaan itu pernah dibuat melalui
persetujuan Protokol Kyoto, satu perjanjian untuk menangani pemanasan global yang
diterima 187 negara pada 11 Disember 1997 yang akan berakhir pada 2012. Ironinya, AS,
sebuah negara paling maju dan tidak kurang lantang mengenai isu alam sekitar dan juga
China dan India, tidak mahu terikat dengan protokol berkenaan. Kini 192 anggota dalam
Konvensyen Rangka Kerja Mengenai Perubahan Iklim, tajaan Pertubuhan Bangsa-Bangsa
Bersatu (PBB) mahukan satu perjanjian baru dan meminta AS, memberi komitmen yang
tidak berbelah bagi mengatasi masalah pelepasan karbon dioksida. Sidang Kemuncak
mengenai Perubahan Iklim akan diadakan di Copenhagen, Denmark pada 7 hingga 18
Disember baru-baru ini. Negara membangun mahu memberi tekanan kepada negara
maju. Mereka mahu perjanjian atau persetujuan baru itu yang akan mula beroperasi
pada 2013 nanti, dapat mengurangkan pelepasan karbon dioksida sebanyak 20 hingga
40 peratus menjelang 2020. Negara maju dituntut juga menghulurkan berbilion dolar bagi
‘membeli’ pengurangan pengeluaran karbon dari negara sedang membangun atau negara
miskin dan memberikan teknologi mesra alam kepada negara sedang membangun. Negara
membangun seperti China, India, Indonesia dan Brazil yang digolongkan sebagai
pengeluar karbon dioksida ke-10 terbesar dunia, dituntut juga mengurangkan pengeluaran
gas berkenaan. Apakah negara kaya mahu menyerah dana sejumlah AS$400 bilion atau satu
peratus Keluaran Dalam Negara Kasar (KDNK) kepada negara miskin hanya atas dasar
kepercayaan? Soalnya sekarang apakah kesepakatan dalam menangani isu pemanasan global
di Copenhagen, Denmark itu nanti akan menjadi kenyataan sedangkan Protokol Kyoto tidak
membawa signifikan yang membanggakan. Janji dalam bentuk dokumen tidak dipenuhi.
Namun, PBB masih berharap sidang di Copenhagen nanti boleh menghasilkan kesepakatan
dengan kewajipan yang lebih berat lagi bagi negara maju. Presiden AS, Barack Obama
mahukan perjanjian di Copenhagen itu menjadi kenyataan dengan segera untuk beroperasi.
Andai kata kesepakatan Copenhagen diterima, bagaimana pula isu pemantauan pengeluaran
karbon itu akan dibuat? Ini satu persoalan penting kerana bagaimana kita hendak
membandingkan pengeluaran karbon satu negara dengan satu negara yang lain? Beretorik
pada sidang kemuncak mungkin lebih mudah daripada melaksanakan program mengatasi
pemanasan global. Maka fenomena pemanasan global akan terus berlanjutan.

Sumber :
http://www.majalahsains.com/2009/12/pemanasan-global-gas-rumah-hijau-negara-maju-
mesti-bertindak/
GLOBAL WARMING
Global Warming atau kalau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai pemanasan global
merupakan suatu proses meningkatnya suhu udara yang terjadi pada atmosfer, laut
ataupun di daratan bumi.  Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan, suhu
udara rata-rata  pada permukaan Bumi selama 100 tahun terakhir telah meningkat 0.74
± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F).

PENYEBAB TERJADINYA GLOBAL WARMING

Ada beberapa yang menjadi penyebab terjadinya global warming di bumi ini. Manusia
termasuk salah satu penyebab
terjadinya global warming/pemanasan global. Mengapa manusia juga termasuk salah
satu penyebab terjadinya global warming? Jawabannya adalah karena manusia telah
meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepas ke atmosfer ketika mereka
membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk menghangatkan bangunan,
menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Lho, apa hubungannya antara
manusia dengan karbondioksida? Manusia saat bernafas menghirup oksigen dan
melepaskannya dalam bentuk karbondioksida. Sedangkan karbondioksida merupakan
salah satu faktor penyebab Gas Rumah Kaca yang menjadi penyebab terjadinya
Global Warming yang nanti akan kita bahas dibawah. Oleh karena itu tumbuhan
sangat kita perlukan untuk mengurangi dampak Global Warming/Pemanasan Global.
Karena tumbuhan/tanaman dapat menyerap karbondioksida saat proses fotosintesis.
Fotosintesis memecah karbondioksida dan melepaskan oksigen ke atmosfer serta
mengambil atom karbonnya.

Dibawah ini akan kita jelaskan secara terperinci mengenai Penyebab Terjadinya
Global Warming/Pemanasan Global yang saya kutip dari Wikipedia :
1. Efek Rumah Kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian
besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek. Ketika energi ini tiba
permukaan Bumi, ia berubah menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan
Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian
dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar.
Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya
jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan
metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan
memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas
tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus
sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di
bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata
sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya
semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan
menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut
telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.
 2. Efek Umpan Balik
Penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan
balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus
pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada
awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena
uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan
menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan
konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila
dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. Umpan balik ini hanya berdampak secara
perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat
ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke
permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari
atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke
angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya
menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail
tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut.
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan
cahaya (albedo) oleh es. Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub
mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es
tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air
memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es,
dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah
pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus
yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah
beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan.
Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan
balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia
menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunnya tingkat nutrien pada zona
mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang
merupakan penyerap karbon yang rendah.
3. Variasi Matahari
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan
kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam
pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek
rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer
sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer.
Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari
mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuwan dari Duke University
memperkirakan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50%
peningkatan suhu rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35%
antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim
yang dijadikan pedoman saat ini membuat perkiraan berlebihan terhadap efek gas-gas
rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka juga mengemukakan
bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang
remeh. Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa dengan meningkatkan
sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan
yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuwan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss
menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat
“keterangan” dari Matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya
memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat “keterangannya” selama 30
tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan global.
Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada
hubungan antara pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985, baik
melalui variasi dari output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.
AKIBAT DARI GLOBAL WARMING/BAHAYA GLOBAL WARMING
Air bersih semakin sulit didapat (hanya 20% penduduk dunia yang dapat
memperolehnya). Badai semakin sering terjadi, penyakit baru bermunculan, kita telah
kehilangan lebih dari 1000 spesies dalam waktu singkat, es di kutub mencair dan
permukaan air laut meningkat, dan masih banyak lagi..
CARA MENANGGULANGI GLOBAL WARMING
1.      Matikan listrik. (jika tidak digunakan, jangan tinggalkan alat elektronik dalam
keadaan standby. Cabut charger telp. genggam dari stop kontak. Meski listrik tak
mengeluarkan emisi karbon, pembangkit listrik PLN menggunakan bahan baker fosil
penyumbang besar emisi).
2.      Ganti bohlam lampu (ke jenis CFL, sesuai daya listrik. Meski harganya agak mahal,
lampu ini lebih hemat listrik dan awet).
3.      Bersihkan lampu (debu bisa mengurangi tingkat penerangan hingga 5%).
4.      Jika terpaksa memakai AC (tutup pintu dan jendela selama AC menyala. Atur suhu
sejuk secukupnya, sekitar 21-24o C).
5.      Gunakan timer (untuk AC, microwave, oven, magic jar, dll).
6.      Alihkan panas limbah mesin AC untuk mengoperasikan water-heater.
7.      Tanam pohon di lingkungan sekitar Anda.
8.      Jemur pakaian di luar. Angin dan panas matahari lebih baik ketimbang memakai
mesin (dryer) yang banyak mengeluarkan emisi karbon.
9.      Gunakan kendaraan umum (untuk mengurangi polusi udara).
10. Hemat penggunaan kertas (bahan bakunya berasal dari kayu).
11. Say no to plastic. Hampir semua sampah plastic menghasilkan gas berbahaya ketika
dibakar. Atau Anda juga dapat membantu mengumpulkannya untuk didaur ulang
kembali.
12. Sebarkan berita ini kepada orang-orang di sekitar Anda, agar mereka turut berperan
serta dalam menyelamatkan bumi.

GLOBAL WARMING DI INDONESIA


Dampak pemanasan global/global warming di Indonesia diantaranya adalah
terjadinya perubahan musim di mana musim kemarau menjadi lebih panjang sehingga
menyebabkan gagal panen, krisis air bersih dan kebakaran hutan.
Dampak lainnya yaitu hilangnya berbagai jenis flora dan fauna khususnya di
Indonesia yang memiliki aneka ragam jenis seperti pemutihan karang seluas 30 persen
atau sebanyak 90-95 persen karang mati di Kepulauan Seribu akibat naiknya suhu air
laut. Selain itu, penelitian dari Badan Meteorologi dan Geofisika menyebutkan,
Februari 2007 merupakan periode dengan intensitas curah hujan tertinggi selama 30
tahun terakhir di Indonesia. Hal ini menandakan perubahan iklim yang disebabkan
pemanasan global.
Indonesia yang terletak di equator, merupakan negara yang pertama sekali akan
merasakan dampak perubahan iklim. Dampak tersebut telah dirasakan yaitu pada 1998
menjadi tahun dengan suhu udara terpanas dan semakin meningkat pada tahun-tahun
berikutnya. Diperkirakan pada 2070 sekitar 800 ribu rumah yang berada di pesisir
harus dipindahkan dan sebanyak 2.000 dari 18 ribu pulau di Indonesia akan tenggelam
akibat naiknya air laut.
Sumber :
http://note-why.blogspot.com/2012/04/artikel-tentang-global-warming.html

SALING KETERGANTUNGAN ANTAR MAKHLUK HIDUP

A. Saling Ketergantungan biotik dan abiotic


Ekosistem tersusun dari beberapa komponen, antara komponen-komponen ekosistemm
terjadi saling ketergantungan. Makhluk sangat tergantung pada lingkungannya, baik
lingkungan abiotic atau lingkungan biotik. Keadaan komponen abiotic yang sesuai bagi satu
jenis makhluk berbeda untuk jenis makhluk lainnya. Di dalam ekosistem tampak bahwa
lingkungan abiotic sangat menentukan jenis-jenis makhluk hidup yang dapat sesuai dengan
lingkungan tertentu. Hal ini dapat terlihat dari beberapa contoh di bawah ini :
1. Air merupakan salah satu contoh komponen abiotik dalam ekosistem. Air sangat berguna
bagi makhluk hidup. Tumbuhan sangat memerlukan air, misalnya untuk bahan baku
fotosintetis. Akar tumbuhan menembus ke dalam tanah untuk menyerap air dan zat-zat hara.
Jika tanah mengandung cukup air maka tumbuhan akan tumbuh subur. Sebaliknya, jika
kekurangan air, tumbuhan tidak akan tumbuh dengan baik. Selain berguna bagi tumbuhan, air
juga berguna bagi hewan dan manusia. Hewan memerlukan air untuk minum. Bagi hewan air
seperti udang, ikan dan ketam; air merupakan tempat tinggal bagi mereka. manusia
memerlukan air untuk berbagai keperluan, seperti minum, memasak, mandi dan mencuci.
2. Contoh lain komponen abiotik yang berpengaruh terhadap komponen biotik adalah udara.
Di dalam udara terdapat gas oksigen dan karbon dioksida. Oksigen merupakan gas yang
diperlukan untuk pernapasan, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Adapun karbon
dioksida merupakan gas yang menjadi salah satu bahan baku fotosintetis tumbuhan hijau.

B. Rantai Makanan
Dalam suatu ekosistem terjadi proses makan dimakan yang merupakan satu alur dikenal
sebagai rantai makanan. Rangkaian makan dimakan yang disebut rantai makanan dapat
terjadi di ekosistem manapun.
Rangkaian makan yang satu alur terjadi bila satu macam produsen dimakan oleh satu macam
konsumen pertama dan pada gilirannya dimakan oleh satu macam konsumen kedua. Makan
dimakan ini mungkin tidak akan berhenti pada konsumen kedua karena ada konsumen yang
makan konsumen kedua tadi yang dalam hal ini disebut konsumen ketiga. Pada akhirnya
semua makhluk yang menjadi bagian dari suatu ragkaian makan dimakan tadi akan mati dan
semuanya akan diuraikan oleh pengurai yang disebut dengan konsumen puncak, yakni
konsumen yang menjadi pemakan terakhir. Konsumen terakhir tersebut merupakan
konsumen puncak karena tidak ada yang memakannya, hal ini tergantung pada produsen dan
konsumennya.

C. Jaring-jaring makanan
Pada kenyataannyaa di alam ini tidak pernah terjadi bahwa satu macam produsen hanya
dimakan oleh satu macam consumen pertama. Yang sering terjadi adalah satu macam
produsen dimakan oleh beberapa macam konsumen pertama dan satu macam konsumen
pertama dimakan olehbeberapa konsumen kedua. Demikian pula satu macam konsumen tidak
hanya tergantung pada satu macam makanan saja. Pada umumnya kambing tidak hanya
makan rumput tetapi juga makan dedaunan beberapa jenis tumbuhan.
Daun-daun yang menjadi makanan kambing dapat juga menjadi makanan ulat, belalang atau
beberapa herbivore lain. Apabila diperhatikan dengan seksama ternyata hubungan makanan
yang saling berhubungan tersebut dinamakan jaring-jaring makanan. Seperti halnya rantai
makanan, jarring-jaring makanan juga dapat ditemui dalam ekosistem darat dan air.

D. Piramida Ekologi
a. Pengertian Piramida Ekologi
Piramida ekologi adalah gambaran susunan antar trofik dapat disusun berdasarkan kepadatan
populasi, berat kering, maupun kemampuan menyimpan energi pada tiap trofik. Struktur
trofik dapat disusun secara urut sesuai hubungan makan dan dimakan antar trofik yang secara
umum memperlihatkan bentuk kerucut atau piramid. Piramida ekologi ini berfungsi untuk
menunjukkan gambaran perbandingan antar trofik pada suatu ekosistem. Dalam pyramid
ekologi jumlah tiap kelompok komponen biotik digambarkan dalam bentuk balok melintang.
Panjang balok melintang sebanding dengan jumlah komponan biotik yang digambarkan. Pada
tingkat pertama ditempati produsen sebagai dasar dari piramida ekologi, selanjutnya
konsumen primer, sekunder, tersier sampai konsumen puncak.
Ketika organisme autotrof (produsen) dimakan oleh herbivora (konsumen I), maka energi
yang tersimpan dalam produsen (tumbuhan) berpindah ke tubuh konsumen I (pemakannya)
dan konsumen II akan mendapatkan energi dari memakan konsumen I, dan seterusnya. Setiap
tingkatan pada rantai makanan itu disebut taraf trofi. Ada beberapa tingkatan taraf trofi pada
rantai makan sebagai berikut.[3]
Tingkat taraf trofi 1 : organisme dari golongan produsen (produsen primer)
Tingkat taraf trofi 2 : organisme dari golongan herbivora (konsumen primer)
Tingkat taraf trofi 3 : organisme dari golongan karnivora (konsumen sekunder)
Tingkat taraf trofi 3 : organisme dari golongan karnivora (konsumen predator)
Di dalam rantai makanan tersebut, tidak seluruh energi dapat dimanfaatkan, tetapi hanya
sebagian yang mengalami perpindahan dari satu organisme ke organisme lainnya, karena
dalam proses transformasi dari organisme satu ke organisme yang lain ada sebagian energi
yang terlepas dan tidak dapat dimanfaatkan. Misalnya, tumbuhan hijau sebagai produsen
menempati taraf trofi pertama yang hanya memanfaatkan sekitar 1% dari seluruh energi sinar
matahari yang jatuh di permukaan bumi melalui fotosintesis yang diubah menjadi zat
organik.
Jika tumbuhan hijau dimakan organisme lain (konsumen primer), maka hanya 10% energi
yang berasal dari tumbuhan hijau dimanfaatkan oleh organisme itu untuk pertumbuhannya
dan sisanya terdegradasi dalam bentuk panas terbuang ke atmosfer. Selama keadaan produsen
dan konsumen-konsumen tetap membentuk piramida, maka keseimbangan alam dalam
ekosistem akan terpelihara.

b. Macam-macam piramida ekologi


• Piramida Jumlah, yaitu piramida yang menggambarkan hubungan kepadatan populasi /
jumlah individu antar tingkatan trofi.
• Piramida Biomassa, yaitu piramida yang menggambarkan jumlah biomassa antar tingkatan
trofi. Biomassa adalah jumlah berat kering dari seluruh organisme dalam suatu ekosistem.
• Piramida Energi, yaitu piramida yang menggambarkan jumlah energi yang dimiliki setiap
tingkatan trofi. dalam ekosistem. Piramida ini memiliki beberapa keuntungan antara lain :
Dapat memperhitungkan kecepatan produksi, Berat 2 species yang sama belum tentu
memiliki energi yang sama, Dapat digunakan untuk membandingkan berbagai macam
ekosistem, Masukan energi matahari dapat ditambahkan pada dasar piramida energi.

E. Pola Interaksi Organisme


Interaksi adalah hubungan antar organisme yang satu dengan yang lainnya, sedangkan
didalam suatu ekosistem interaksi tidak hanya berupa hubungan makan dan dimakan. Namun,
didalam ekosistem ada juga interaksi yang bukan merupakan hubungan makan dimakan.
Hubungan makan dimakan dikenal sebagai hubungan predasi. Pembagian hubungan lain
yang bukan merupakan makan dimakan dikenal dengan nama simbiosis dan kompetisi.
1) Predasi
Yaitu interaksi organisme dimana suatu makhluk hidup memakan makhluk hidup yang lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan hubungan predasi yakni hubungan antara organisme yang
memangsa dan organisme yang dimangsa. Contohnya adalah hubungan antara rusa dengan
singa. Meskipun tampaknya kejam, hubungan predasi diperlukan untuk mengendalikan.

2) Kompetisi
Yaitu interaksi antar makhluik hidup yang saling bersaing untuk mendapatkan makanan.
Kompetisi ini terjadi karena adanya lebih dari satu macam organisme yang membutuhkan
bahan yang sama dari lingkungannya. Meskipun demikian kompetisi akan terjadi meskipun
tidak ada kontak langsung antara yang berkompetisi.

3) Simbiosis
Yaitu bentuk hubungan antara dua jenis makhluk hidup yang bersifat langsung dan erat.
Dalam hal ini ada beberapa macam hubungan simbiosis, yakni :
a) Komenslisme, yaitu bentuk hubungan yang satu untung dan yang lain tidak dirugikan
Contohnya: Tanaman anggrek yang hidup menempel pada pohon manga
b) Mutulisme, yaitu bentuk hubungan yang sama-sama untung. Dapat dikatakan demikaian
karena apabila pada suatu interaksi dua macam organisme yang melakukan persekutuan
hidup masing-masing mendapat keuntugan.
Contohnya: Bunga dan kupu-kupu

c) Prsitisme, yaitu bentuk hubungan yang satu untung dan yang lain dirugikan. Dapat
dikatakan demikian karena apabila suatau jenis organisme hidup bersama dengan organisme
lain dan mengambil makanannya dari makhluk lain dan atau makhluk yang ditumpanginya.
Parasite pada umumnya lebih kecil dari inangnya, dan menjalani masa hidupnya sebagian
besar atau seluruhnya pada inang tersebut. Selama parasite menempel pada inang selama itu
pula ia mengambil makanan darinya.
Contohnya : - Benalu dan pohon mangga

- Kutu dan manusia atau kerbau

sumber : http://dyahgalih.blogspot.com/2014/01/saling-ketergantungan-antar-
makhluk.html

Pencemaran Lingkungan Pengertian


Macam macam dan dampaknya
 
PENGERTIAN LINGKUNGAN.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar kita ( makhluk hidup ).
Contohnya : meja, kursi, cahaya, udara, mamusia, hewan, tumbuhan, dsb.

Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan komponen biotik.


Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim,
kelembaban, cahaya, bunyi, dsb.
Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan,
manusia, dan mikroorganisme.

Ilmu yang mempelajari lingkungan adalah Ilmu lingkungan atau ekologi. Ilmu lingkungan
adalah cabang dari ilmu biologi.

A. PENGERTIAN PENCEMARAN
Berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alami, sehingga mutu
kualitas lingkungan turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya.
Masuknya bahan pencemar atau polutan kedalam lingkungan tertentuyang keberadaannya
mengganggu kestabilan lingkungan.
B. PERUBAHAN LINGKUNGAN
Faktor faktor Penyebab Perubahan Lingkungan.
1.    Faktor Alam.
Faktor yang dapat menimbulkan kerusakan antara lain gunung meletus, gempa bumi,angin
topan, kemarau panjang, banjir, dan kebakaran hutan.

2.    Faktor Manusia.


Kegiatan manusia yang menyebabkan perubahan lingkungan misalnya, membuang limbah
( limbah rumah tangga, industri, pertanian, dsb ) secara sembarangan, menebang hutan
sembarangan, dsb.

Suatu zat dapat disebut polutan apabila:

1. Jumlahnya melebihi jumlah normal.


2. Berada pada waktu yang tidak tepat.
3. Berada di tempat yang tidak tepat.

Sifat polutan adalah :

1. Merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan tidak
merusak lagi.
2. Merusak dalam waktu lama.

Contohnya Pb tidak merusak bila konsentrasinya rendah. Akan tetapi dalam jangka waktu
yang lama, Pb dapat terakumulasi dalam tubuh sampai tingkat yang merusak.

 
C. MACAM MACAM PENCEMARAN LINGKUNGAN
a. Berdasarkan Tempat terjadinya.
Pencemaran Udara, disebabkan oleh :
(1)    CO2 - Karbon dioksida berasal dari pabrik, mesin-mesin yang menggunakan bahan
bakar fosil ( batubara, minyak bumi ), juga dari mobil, kapal, pesawat terbang, dan
pembakaran kayu.
Meningkatnya kadar CO2 di udara jika tidak segera diubah menjadi oksigen akan
mengakibatkan efek rumah kaca.

(2)    CO (Karbon Monoksida) - Proses pembakaran dimesin yang tidak sempurna, akan
menghasilkan gas CO. Jika mesin mobil dihidupkan di dalam garasi tertutup, orang yang ada
digarasi dapat meninggal akibat menghirup gas CO. Menghidupkan AC ketika tidur di dalam
mobil dalam keadaan tertutup juga berbahaya. Bocoran gas CO dari knalpot dapat masuk ke
dalam mobil, sehingga bisa menyebabkan kematian.

(3)    CFC (Khloro Fluoro Karbon) - Gas CFC digunakan sebagai gas pengembang karena
tidak bereaksi, tidak berbau, dan tidak berasa. CFC banyak digunakan untuk mengembangkan
busa (busa kursi), untuk AC (Freon), pendingin pada lemari es, dan hairspray. CFC akan
menyebabkan lubang ozon di atmosfer.

(4)    SO dan SO2 - Gas belerang oksida (SO,SO2) di udara dihasilkan oleh pembakaran fosil
(minyak, batubara). Gas tersebut dapat bereaksi dengan gas nitrogen oksida dan air hujan,
yang menyebabkan air hujan menjadi asam, yang disebut hujan asam.

Hujan asam mengakibatkan tumbuhan dan hewan-hewan tanah mati, produksi pertanian
merosot, besi dan logam mudah berkarat, bangunan-bangunan kuno, seperti candi menjadi
cepat aus dan rusak, demikian pula bangunan gedung dan jembatan.

(5)    Asap Rokok - Asap rokok bisa menyebabkan batuk kronis, kanker paru-paru,
mempengaruhi janin dalam kandungan dan berbagai gangguan kesehatan lainnya.

Perokok dibedakan menjadi dua yaitu perokok aktif (mereka yang merokok) dan perokok
pasif (orang yang tidak merokok tetapi menghirup asap rokok). Perokok pasif lebih
berbahaya daripada perokok aktif.
Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran udara, antara lain : 

 Terganggunya kesehatan manusia, misalnya batuk, bronkhitis, emfisema, dan


penyakit pernapasan lainnya.
 Rusaknya bangunan karena pelapukan, korosi pada logam, dan memudarnya warna
cat.
 Terganggunya pertumbuhan tanaman, misalnya menguningnya daun atau kerdilnya
tanaman akibat konsentrasi gas SO2 yang tinggi di udara.
 Adanya peristiwa efek rumah kaca yang dapat menaikkan suhu udara secara global
serta dapat mengubah pola iklim bumi dan mencairkan es di kutub.
 Terjadinya hujan asam yang disebabkan oleh pencemaran oksida nitrogen.

Pencemaran Air, disebabkan oleh :

(1)    Limbah Pertanian.


Limbah pertanian dapat mengandung polutan insektisida atau pupuk organik. Insektisida
dapat mematikan biota sungai. Jika biota sungai tidak mati kemudian dimakan hewan atau
manusia, orang yang memakannya akan mati. Untuk mencegahnya, upayakan memilih
insektisida yang berspektrum sempit (khusus membunuh hewan sasaran) serta bersifat
biodegradable (dapat terurai secara biologi) dan melakukan penyemprotan sesuai dengan
aturan. Jangan membuang sisa obat ke sungai. Pupuk organik yang larut dalam air dapat
menyuburkan lingkungan air (eutrofikasi), karena air kaya nutrisi, ganggang dan tumbuhan
air tumbuh subur (blooming). Hal ini akan mengganggu ekosistem air, mematikan ikan dan
organisme dalam air, karena oksigen dan sinar matahari yang diperlukan organisme dalam air
terhalang dan tidak dapat masuk ke dalam air, sehingga kadar oksigen dan sinar matahari
berkurang.

(2)    Limbah Rumah Tangga


Limbah rumah tangga berupa berbagai bahan organik (misal sisa sayur, ikan, nasi, minyak,
lemak, air buangan manusia), atau bahan anorganik misalnya plastik, aluminium, dan botol
yang hanyut terbawa arus air. Sampah yang tertimbun menyumbat saluran air dan
mengakibatkan banjir. Pencemar lain bisa berupa pencemar biologi seperti bibit penyakit,
bakteri, dan jamur. Bahan organik yang larut dalam air akan mengalami penguraian dan
pembusukan, akibatnya kadar oksigen dalam air turun drastis sehingga biota air akan mati.
Jika pencemaran bahan organik meningkat, akan ditemukan cacing Tubifex berwarna
kemerahan bergerombol. Cacing ini merupakan petunjuk biologis (bioindikator) parahnya
limbah organik dari limbah pemukiman.

(3)    Limbah Industri


Limbah industri berupa polutan organik yang berbau busuk, polutan anorganik yang berbuih
dan berwarna, polutan yang mengandung asam belerang berbau busuk, dan polutan berupa
cairan panas. Kebocoran tanker minyak dapat menyebabkan minyak menggenangi lautan
sampai jarak ratusan kilometer. Tumpahan minyak mengancam kehidupan ikan, terumbu
karang, burung laut, dan organisme laut lainnya untuk mengatasinya, genangan minyak
dibatasi dengan pipa mengapung agar tidak tersebar, kemudian ditaburi dengan zat yang
dapat menguraikan minyak.

(4)    Penangkapan Ikan Menggunakan racun


Sebagian penduduk dan nelayan ada yang menggunakan tuba (racun dari tumbuhan), potas
(racun kimia), atau aliran listrk untuk menangkap ikan. Akibatnya, yang mati tidak hanya
ikan tangkapan melainkan juga biota air lainnya.
Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air antara lain :

 Terganggunya kehidupan organisme air karena berkurangnya kandungan oksigen.


 Terjadinya ledakan populasi ganggang dan tumbuhan air (eutrofikasi).
 Pendangkalan dasar perairan.
 Punahnya biota air, misal ikan, yuyu, udang, dan serangga air.
 Munculnya banjir akibat got tersumbat sampah.
 Menjalarnya wabah muntaber.

Pencemaran Tanah, disebabkan oleh :

Sampah organik dan anorganik yang berasal dari limbah


rumah tangga, pasar, industri, kegiatan pertanian, peternakan, dan sebagainya.
Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran tanah antara lain :

 Terganggunya kehidupan organisme (terutama mikroorganisme dalam tanah).


 Berubahnya sifat kimia atau sifat fisika tanah sehingga tidak baik untuk pertumbuhan
tanaman, dan
 Mengubah dan mempengaruhi keseimbangan ekologi

b)    Berdasarkan Macam Bahan Pencemar


Menurut macam bahan pencemarnya, pencemaran dibedakan menjadi berikut ini :

1. Pencemaran kimia : CO2, logam berat (Hg, Pb, As, Cd, Cr, Ni), bahan radioaktif,
pestisida, detergen, minyak, pupuk anorganik.
2. Pencemaran biologi : mikroorganisme seperti Escherichia coli, Entamoeba coli,
Salmonella thyposa.
3. Pencemaran fisik : logam, kaleng, botol, kaca, plastik, karet.
4. Pencemaran suara : kebisingan ( menyebabkan sulit tidur, tuli, gangguan kejiwaan,
penyakit jantung, gangguan janin dalam kandungan, dan stress).

c)    Berdasarkan Tingkat Pencemaran


Menurut tingkat pencemarannya, pencemaran dibedakan menjadi sebagai berikut:

1. Pencemaran ringan, yaitu pencemaran yang dimulai menimbulkan gangguan


ekosistem lain. Contohnya pencemaran gas kendaraan bermotor.
2. Pencemaran kronis, yaitu pencemaran yang mengakibatkan penyakit kronis.
Contohnya pencemaran Minamata di Jepang.
3. Pencemaran akut, yaitu pencemaran yang dapat mematikan seketika. Contohnya
pencemaran gas CO dari knalpot yang mematikan orang di dalam mobil tertutup, dan
pencemaran radioaktif.

D. PARAMETER PENCEMARAN LINGKUNGAN 


Untuk mengukur tingkat pencemaran disuatu tempat digunakan parameter pencemaran.
Parameter pencemaran digunakan sebagai indikator (petunjuk) terjadinya pencemaran dan
tingkat pencemaran yang telah terjadi.
Paramater Pencemaran, meliputi :
1.    Parameter Fisik
Meliputi pengukuran tentang warna, rasa, bau, suhu, kekeruhan, dan radioaktivitas

2.    Parameter Kimia


Digunakan untuk mengetahui kadar CO2, pH, keasaman, kadar logam, dan logam berat.

a.    Pengukuran pH air


Air sungai dalam kondisi alami yang belum tercemar memiliki rentangan pH 6,5 – 8,5.
Karena pencemaran, pH air dapat menjadi lebih rendah dari 6,5 atau lebih tinggi dari 8,5.
Bahan-bahan organik organik biasanya menyebabkan kondisi air menjadi lebih asam. Kapur
menyebabkan kondisi air menjadi lebih alkali (basa). Jadi, perubahan pH air tergantung
kepada bahan pencemarnya.

b.    Pengukuran Kadar CO2


Gas CO2 juga dapat larut ke dalam air. Kadar CO2 terlarut sangat dipengaruhi oleh suhu, pH,
dan banyaknya organisme yang hidup dalam air. Semakin banyak organisme di dalam air,
semakin tinggi kadar karbon dioksida terlarut (kecuali jika di dalam air terdapat tumbuhan air
yang berfotosintesis).  Kadar gas CO dapat diukur dengan cara titrimetri.

c.    Pengukuran Kadar Oksigen Terlarut


Kadar oksigen terlarut dalam air yang alami berkisar 5 – 7 ppm (part per million atau satu per
sejuta; 1 ml oksigen yang larut dalam 1 liter air dikatakan memiliki kadar oksigen 1 ppm).
Penurunan kadar oksigen terlarut dapat disebabkan oleh tiga hal :

1. Proses oksidasi (pembokaran) bahan-bahan organik.


2. Proses reduksi oleh zat-zat yang dihasilkan bakteri anaerob dari dasar  perairan.
3. Proses pernapasan organisme yang hidup di dalam air, terutama pada malam hari.

Parameter kimia yang dilakukan melalui kegiatan pernapasan jasad renik dikenal sebagai
parameter biokimia, contohnya adalah pengukuran BOD atau KOB

Pengukuran BOD
Bahan pencemar organik (daun, bangkai, karbohidrat, protein) dapat diuraikan oleh bakteri
air. Bakteri memerlukan oksigen untuk mengoksidasikan zat-zat organik tersebut, akibatnya
kadar oksigen terlarut di air semakin berkurang. Semakin banyak bahan pencemar organik
yang ada diperairan, semakin banyak oksigen yang digunakan, sehingga mengakibatkan
semakin kecil kadar oksigen terlarut.

Banyaknya oksigen terlarut yang diperlukan bakteri untuk mengoksidasi bahan organik
disebut sebagai Konsumsi Oksigen Biologis (KOB / COD) atau Biological Oksigen Demand,
yang biasa disingkat BOD.
Angka BOD ditetapkan dengan menghitung selisih antara oksigen terlarut awal dan oksigen
terlarut setelah air sampel disimpan selama 5 hari pada suhu 200C. Karenanya BOD ditulis
secara lengkap BOD205 atau BOD5 saja.

3.    Parameter Biologi


Di alam terdapat hewan-hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme yang peka dan ada pula yang
tahan terhadap kondisi lingkungan tertentu. Organisme yang tahan akan tetap hidup. Siput air
dan Planaria merupakan contoh hewan yang peka pencemaran. Sungai yang mengandung
siput air dan planaria menunjukkan sungai tersebut belum mangalami pencemaran.
Sebaliknya cacing Tubifex (cacing merah) merupakan cacing yang tahan hidup dan bahkan
berkembang baik di lingkungan yang kaya bahan organik, meskipun species hewan yang lain
telah mati. Ini berarti keberadaan cacing tersebut  dapat dijadikan indikator adanya
pencemaran zat organik. Organisme yang dapat dijadikan petunjuk pencemaran dikenal
sebagai indikator biologis.

E. DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN

1.    Punahnya Species


Polutan berbahaya bagi biota air dan darat. Berbagai jenis hewan mengalami keracunan,
kemudian mati. Berbagai species hewan memiliki kekebalan yang tidak sama. Ada yang
peka, ada pula yang tahan. Hewan muda, larva merupakan hewan yang peka terhadap bahan
pencemar. Ada hewan yang dapat beradaptasi sehingga kebal terhadap bahan pencemar, ada
pula yang tidak. Meskipun hewan beradaptasi, harus diketahui bahwa tingkat adaptasi hewan
ada batasnya. Bila batas tersebut terlampaui, hewan tersebut akan mati.

2.    Peledakan Hama


Penggunaan insektisida dapat pula mematikan predator. Karena predator punah, maka .
serangga hama akan berkembang tanpa kendali. Penyemprotan dengan insektisida juga dapat
mengakibatkan beberapa species serangga menjadi kebal (resisten). Untuk memberantasnya,
diperlukan dosis yang lebih tinggi dari biasanya. Akibatnya, pencemaran akan semakin
meningkat.
3.    Gangguan Keseimbangan Lingkungan
Punahnya species tertentu dapat mengubah pola interaksi di dalam suatu ekosistem. Rantai
makanan, jaring-jaring makanan, dan aliran energi berubah. Akibatnya, keseimbangan
lingkungan terganggu. Daur materi dan daur biokimia terganggu.

4.    Kesuburan Tanah Berkurang


Penggunaan insektisida dapat mematikan fauna tanah. Hal ini menyebabkan kesuburan tanah
menurun. Penggunaan pupuk terus-menerus dapat mengakibatkan tanah menjadi asam. Hal
ini juga dapat menurunkan kesuburan tanah. Untuk mengatasinya,
Hendaknya dilakukan pemupukan dengan pupuk kandang atau dengan kompos, sistem
penanaman berselang-seling (tumpang sari), serta rotasi tanaman. Rotasi tanaman artinya
menanam tanaman yang berbeda secara bergantian di lahan yang sama.

5.    Keracunan dan Penyakit


Orang yang mengkonsumsi sayur, ikan, dan bahan makanan tercemar dapat mengalami
keracunan. Akibat keracunan, orang dapat mengalami kerusakan hati, ginjal, menderita
kanker, kerusakan susunan saraf, menyebabkan cacat pada keturunannya bahkan meninggal
dunia.

6.    Pemekatan Hayati


Bahan pencemar memasuki lingkungan melewati rantai makanan dan jaring-jaring makanan.
Bahan beracun yang dibuang ke perairan dapat meresap ke dalam tubuh alga. Selanjutnya,
alga tersebut tersebut dimakan oleh udang kecil Udang kecil dimakan oleh ikan . Jika ikan ini
ditangkap manusia kemudian dimakan, bahan pencemar akan masuk ke dalam tubuh
manusia.
Proses peningkatan kadar bahan pencemar melewati tubuh makhluk hidup dikenal sebagai
pemekatan hayati (dalam bahasa inggris dikenal sebagai biomagnification).

7.    Terbentuk Lubang Ozon


Terbentuknya lubang ozon merupakan salah satu permasalahan global. Hal ini disebabkan
bahan pencemar dapat tersebar dan menimbulkan dampak di tempat lain. Gas CFC, misalnya
dari Freon dan spray, yang membumbung tinggi dapat mencapai stratosfer. Di stratosfer
terdapat lapisan gas ozon (O3). Lapisan ozon ini merupakan pelindung (tameng) bumi dari
cahaya ultraviolet. Jika gas CFC mencapai lapisan ozon, akan terjadi reaksi antara CFC dan
ozon, sehingga lapisan ozon tersebut “berlubang”.

8.    Efek Rumah Kaca


Permasalahan global lainnya ialah efek rumah kaca. Gas CO2 yang dihasilkan dari proses
pembakaran meningkatkan kadar CO2 di atmosfer. Akibatnya, bumi diselimuti gas dan debu-
debu pencemar. Kandungan gas CO2 semakin tinggi karena banyak hutan ditebang, sehingga
tidak dapat menyerap CO2.

F. USAHA-USAHA MENCEGAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

1. Menempatkan daerah industri atau pabrik jauh dari daerah perumahan atau
pemukiman penduduk.
2. Pembuangan limbah industri diatur sehingga tidak mencemari lingkungan atau
ekosistem. 
3. Pengawasan terhadap penggunaan jenis-jenis pestisida dan zat kimia lain yang dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan.
4. Memperluas gerakan penghijauan.
5. Tindakan tegas terhadap pelaku pencemaran lingkungan.
6. Memberikan kesadaran terhadap masyarakat tentang arti lingkungan hidup sehingga
manusia lebih mencintai lingkungan hidupnya.
7. Membuang sampah pada tempatnya.
8. Penggunaan lahan yang ramah lingkungan.

sumber : http://blog-ahfa.blogspot.com/2013/01/makalah-pencemaran-lingkungan.html
sinau maca 08.03 Tugas Untuk Siswa
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

3 komentar:

1.
Tata Nitataa10 Juni 2014 08.49

Terima kasih, ini membantu sekali :)

Balas

2.

Debu Debo10 Februari 2015 06.14

Trims..buat belajar nih !

Balas

3.

Riska Adillah13 September 2015 23.40

terimakasih, numpang copas ya :)

Balas

Anda mungkin juga menyukai