Anda di halaman 1dari 8

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

NAMA : ADE WIRA RIYANTIKA PUTRA


NIM : P03 2222 014
MATA KULIAH : TEORI EKOLOGI
DOSEN : Prof. Ir. Dr. Eymal Bashar Demmalino, M.Si
TUGAS : PENDALAMAN MATERI

A. EKOSISTEM
1. Ekologi
Kata ekologi berasal dari bahasa Yunani oikos, yang berarti ”rumah” atau ”tempat
untuk hidup”, dan “logos” yang berarti ilmu, sehingga ekologi berarti ilmu yang mengkaji
interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya.
Ekologi juga dapat didefinisikan sebagai pengkajian hubungan organisme-organisme atau
kelompok organisme terhadap lingkungannya, atau ilmu hubungan timbal balik antara
organisme-organisme hidup dengan lingkungannya.
Lingkungan yang dimaksud dalam kajian ini meliputi lingkungan inorganik (abiotik) dan
organik (biotik). Lingkungan abiotik terdiri dari atmosfer, cahaya, air, ragam garam, tanah dan
seterusnya, oleh karenanya ekologi turut mengkaji arus energi dan daur materi. Lingkungan
biotik meliputi makhluk hidup di dalamnya yang saling terkait satu sama lain, sehingga
populasi beserta fungsi dan peranannya dalam suatu lingkungan dikaji dalam ekologi
Berdasarkan bidang kajiannya, ekologi dapat dibagi menjadi autoekologi dan
sinekologi. Autoekologi mengkaji individu organisme atau spesies terutama sejarah hidup dan
perilaku dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Sinekologi mengkaji hubungan antar
kumpulan organisme sebagai satu satuan.
Ekologi adalah ilmu yang banyak memanfaatkan informasi dari berbagai ilmu
pengetahuan lain, seperti: kimia, fisika, geologi, dan klimatologi untuk pembahasannya.
Penerapan ekologi di bidang pertanian dan perkebunan di antaranya adalah penggunaan
kontrol biologi untuk pengendalian populasi hama guna meningkatkan produktivitas. Ekologi
berkepentingan dalam menyelidiki interaksi organisme dengan lingkungannya. Pengamatan
ini bertujuan untuk menemukan prinsip-prinsip yang terkandung dalam hubungan timbal balik
tersebut.
Ekologi menggunakan metode pendekatan secara menyeluruh pada
komponenkomponen yang berkaitan dalam suatu sistem dan berkisar pada ruang lingkup
ekologi, yakni pada tingkat populasi, komunitas, dan ekosistem.

2. Ekosistem
Ekosistem adalah suatu sistem yang terikat secara geografis yang mana didalamnya
terdapat sekelompok organisme yang saling berinteraksi dengan anasir biotik & abiotic dan
lingkungannya sebagai suatu kesatuan tertentu yang bersifat timbal balik.
Komponen biotik dan abiotik harus berada pada suatu tempat dan berinteraksi
membentuk suatu kesatuan yang teratur, sehingga dapat dikatakan sebagai ekosistem.
Interaksi ini harus bersifat dinamis serta melibatkan transfer dan transformasi energi antar
komponen. Berdasarkan fungsinya, ekosistem terdiri dari dua komponen, yakni:
1. Komponen autotrofik yaitu organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis
makanannya sendiri yang berupa bahan-bahan organik dari bahan-bahan anorganik
dengan bantuan energi matahari atau klorofil.
2. Komponen heterotrofik yaitu organisme yang mampu memanfaatkan hanya
bahanbahan organik sebagai bahan makanannya dan bahan tersebut disintesis dan
disediakan oleh organisme lain. Komponen ini meliputi herbivora, karnivora, dan
decomposer
Bagian ekosistem berupa susunan yang membentuk suatu ekosistem disebut
komponen.Unsur lingkungan hidup yang menjadi pembentuk ekosistem, yaitu:
1. Komponen Hidup (Komponen Biotik): komponen ekosistem berupa benda hidup
atau organisme atau dapat diartikan juga sebagai penyusun ekosistem selain
komponen antibiotik yang tidak bernyawa, terbagi:
• Konsumen atau Heterotrof: komponen dari organisme yang memanfaatkan
bahan-bahan organik yang disediakan oleh organisme sebagai sumber energi
atau makanan contoh: Manusia, Hewan, mikroba atau jamur
• Pengurai atau Dekomposer: makhluk hidup atau organisme yang bertujuan untuk
mengurai sisa-sisa makhluk hidup (Heterotrof) yang telah mati menjadi senyawa
anorganik melalui proses yang sebut dekomposisi contoh: ganggang, jamur,
bakteri, cacing dsb
2. Komponen Tak Hidup (Komponen Abiotik): komponen tak hidup yang merupakan
komponen fisik atau kimia yang substrat, tempat kelangsungan hidup atau lingkungan
tempat tinggal untuk hidup. Komponen Abiotik terdiri :
• Air adalah salah satu komponen abiotik yang memiliki peran sangat penting bagi
kehidupan ekosistem kolam. Masing-masing organisme membutuhkan air dan
memiliki kebutuhan air yang berbeda-beda.
• Udara merupakan komponen abiotik yang menjadi tanda adanya kehidupan
didaerah tersebut. Setiap organisme membutuhkan udara berupa oksigen serta
karbondioksida untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Setiap makhluk
hidup memiliki alat pernapasan dan sistem pernapasan yang berbeda-beda.
• Cahaya Matahari akan berpengaruh pada kelembaban atau kadar air serta
temperatur udara pada lingkungan. Perbedaan temperatur juga menyebabkan
perbedaan tekanan udara sehingga udara bergerak dan membentuk angin.
Cahaya matahari juga berpengaruh dengan perubahan unsur hara yang berbentuk
padat menjadi larut pada ekosistem kolam.
• Tanah merupakan komponen abiotik paling penting. Tanah menjadi tempat hidup
bagi banyak tumbuhan dan mengundang organisme lain untuk hidup dan tinggal
di sana. Seperti organisme tergolong Herbivora, setelah banyak hewan herbivora
yang menetap dalam daerah tersebut, maka hal tersebut tentunya akan
mengundang organisme lain untuk memakan hewan herbivora yaitu hewan
karnivora. Begitu seterusnya hingga membentuk sebuah jaring-jaring makanan
yang kompleks.
• Suhu dapat mempengaruhi proses biologis, contohnya burung dan mamalia yang
memerlukan energi guna mengatur suhu dalan tubuhnya.
• Garam berpengaruh dengan keseimbangan air dalam organisme melalui osmosis.
• Iklim merupakan kondisi cuaca pada jangka waktu yang lama pada suatu area.
Terdapat istilah iklim makro yang meliputi iklim global, regional dan lokal. Iklim
mikro termasuk iklim di daerah yang dihuni oleh komunitas tertentu.
Berdasarkan fungsi ekologi, ekosistem terdiri dari empat komponen, yakni produsen,
konsumen, pengurai, dan unsur abiotik. Produsen, konsumen dan pengurai disebut sebagai
“three functional kingdoms of nature”, karena ketiga komponen tersebut dipisahkan
berdasarkan tipe nutrisi dan sumber energi yang digunakan. Berdasarkan segi penyusunnya,
ekosistem terdiri dari empat komponen, antara lain:
1. Bahan tak hidup (abiotik, non hayati) yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri atas
tanah, air, udara, sinar matahari dsb dan merupakan medium atau substrat untuk
berlangsungnya kehidupan.
2. Produsen yaitu organisme autotrofik yang umumnya tumbuhan berklorofil yang
mensintesis makanan dari bahan anorganik sederhana.
3. Konsumen yaitu organisme heterotrofik yang terdiri dari hewan (herbivora dan
karnivora) dan manusia.
4. Pengurai (dekomposer) yaitu organisme heterotrofik yang menguraikan bahan organik
yang berasal dari organisme mati (bahan organik kompleks), menyerap sebagian hasil
penguraian tersebut dan melepas bahan-bahan yang sederhana yang dapat dipakai
oleh produsen. Bakteri dan jamur termasuk dalam kelompok ini.
Ekosistem dipengaruhi oleh iklim dan lingkungan tempat tinggalnya, dibedakan atas :
1. Ekosistem darat atau bioma merupakan daerah yang memiliki sifat, iklim, dan tempat
tinggal berbagai macam makhluk hidup dengan tingkat geografis yang sama.
2. Ekosistem perairan atau akuatik adalah ekosistem yang seluruh lingkungannya
berupa perairan sebagai habitat bagi berbagai jenis organisme air. Organisme pada
ekositem perairan juga dipengaruhi oleh sinar cahaya matahari yang masuk.

Semua ekosistem pada tingkat organisasi yang berbeda memiliki komponen, interaksi
antar komponen, dan proses ekosistem yang sama. Perbedaannya terletak pada hal-hal
sebagai berikut:
1. banyaknya jenis organisme produsen;
2. banyaknya jenis organisme konsumen;
3. banyaknya keanekaragaman organisme pengurai;
4. banyaknya macam-macam komponen abiotik;
5. kompleksitas interaksi antar komponen; dan
6. berbagai proses yang berjalan dalam ekosistem

B. ADAPTASI
1. Pengertian
Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan sehingga
menyesuaikan diri terhadap lingkungan untuk terus bertahan hidup. Dalam beradaptasi,
berbagai organisme umumnya melakukan penyesuaian untuk mendapatkan makanan (air,
udara dan nutrisi), mengatasi kondisi fisik lingkungan (suhu dan cahaya), pertahanan diri dari
pemangsa, reproduksi, serta respon terhadap perubahan lingkungan. Pendapat lain
menyebutkan bahwa pengertian adaptasi adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh
makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar bertahan hidup. Hukum
adaptasi menyatakan bahwa organisme yang mampu beradaptasi dan menyesuaikan diri
akan bertahan hidup, sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan menghadapi
kepunahan atau kelangkaan.

2. Tujuan
Penyesuaian yang dilakukan makhluk hidup terjadi bila kondisi lingkungan atau
habitat hidupnya tidak sesuai atau malah merugikan. Makhluk hidup dapat bertahan
pada lingkungan dalam jangka panjang jika kondisinya sesuai dengan fisik serta
metabolismenya. Salah satu tujuan berdapatasi adalah untuk menghindar dari
pemangsa atau pesaing dalam tantai makanan. Salah satu tujuan berdapatasi adalah
untuk menghindar dari pemangsa atau pesaing dalam tantai makanan. Melakukan
adapatasi juga bertujuan untuk meneruskan keturunan atau berkembangbiak.
Makhluk hidup yang tidak dapat berkembangbiak, lambat laun akan mengalami
kepunahan.

3. Jenis-Jenis
• Adaptasi morfologi adalah cara untuk menyesuaikan bentuk tubuh dan alat-alat
yang ada pada tubuh organisme agar sesuai dengan lingkungannya. Bentuk
adaptasi ini dapat dilihat secara kasat mata, seperti perubahan bentuk mulut,
alat gerak, atau bentuk secara keseluruhan. Contoh adaptasi morfologi seperti
bentuk paruh dan kaki burung yang berbeda, bentuk mulut serangga, bentuk
daun pada tumbuhan, serta bentuk keseluruhan hewan maupun tumbuhan.
Umumnya penyesuaian secara morfologis bertujuan untuk mendapat makanan
dan hidup sesuai dengan habitatnya.
• Adaptasi fisiologi adalah proses penyesuaian diri berdasarkan fungsi kerja
organ-organ tubuh organisme terhadap lingkungan. Untuk mengetahui bentuk
adaptasi ini tidaklah mudah karena berkaitan dengan fungsi organ di dalam
tubuh. Contohnya yang dapat ditemukan pada manusia, yaitu jantung atlet
olahraga rata-rata lebih besar dibanding ukuran jantung orang normal. Bentuk
penyesuaian lain adalah ketika manusia mengeluarkan keringat ketika
kepanasan agar tubuh tetap dingin karena panas tubuh menguap melalui
keringat.
• Proses adaptasi tingkah laku dilakukan oleh organisme berupa penyesuaian
perilaku terhadap kondisi lingkungan. Selain untuk memperoleh makanan,
penyesuaian juga dilakukan sebagai perlindungan diri dari predator. Contohnya
adalah penyesuaian waktu aktivitas hewan (nokturnal atau diurnal), hibernasi,
penyamaran warna tubuh dan lainnya.

C. HABITAT DAN RELUNG EKOLOGI


1. Habitat
Habitat adalah suatu komunitas biotik atau serangkaian komunitas-komunitas biotik
yang ditempati oleh hewan atau populasi kehidupan. Habitat yang sesuai menyediakan
semua kelengkapan habitat bagi suatu spesies selama musim tertentu atau sepanjang tahun.
Kelengkapan habitat terdiri dari berbagai macam jenis termasuk makanan, perlindungan, dan
faktor-faktor lainnya yang diperlukan oleh spesies hidupan liar untuk bertahan hidup dan
melangsungkan reproduksinya secara berhasil (Bailey,1984).
Habitat sebagai tempat yang spesifik dimana spesies dapat hidup, baik sementara
maupun selamanya. Setiap habitat diasumsikan memiliki kesesuaian untuk spesies tertentu.
Pada habitat yang sesuai, biasanya produktivitas betina lebih tinggi dibandingkan
produktivitas betina pada habitat yang kurang sesuai. Kesesuaian habitat merupakan fungsi
dari densitas individu populasi, sehingga kepadatan yang berlebihan justru akan mengurangi
kesesuaian habitat. Kesesuaian suatu habitat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
suplai pakan, pelindung dan pemangsa (Krebs,1985).
Berdasarkan variasi habitat menurut waktu dibagi menjadi 4 macam
(Kramadibrata,1996) yaitu:
• Habitat yang konstan : Habitat yang kondisinya terus-menerus relatif baik atau
kurang baik.
• Habitat yang bersifat memusim : Habitat yang kondisinya relatif teratur berganti-
ganti antara baik dan kurang baik.
• Habitat yang tidak menentu : Habitat yang mengalami suatu periode dengan
kondisi baik yang lamanya bervariasi diselang-selingi oleh periode dengan kondisi
kurang baik yang lamanya juga bervariasi sehingga kondisinya tidak dapat diramal.
• Habitat yang ephemeral : Habitat yang mengalami periode dengan kondisi baik
yang berlangsung relatif singkat diikuti oleh suatu periode dengan kondisi yang
kurang baik yang berlangsungnya lama sekali.

2. Relung Ekologi
Relung ekologi merupakan gabungan khusus antara faktor fisik (mikrohabitat) dan
kaitan biotik (peranan) yang diperlukan oleh suatu jenis untuk aktivitas hidup dan eksistensi
yang berkesinambungan dalam komunitas (Soetjipto, 1992).
Relung ekologi adalah suatu populasi atau spesies hewan adalah status fungsional
hewan itu dalam habitat yang ditempatinya berkaitan dengan adaptasi-adaptasi fisiologis,
struktural atau morfologi, dan pola perilaku hewan itu. Atau relung ekologi merupakan posisi
atau status suatu organisme dalam suatu komunitas dan ekosistem tertentu yang merupakan
akibat adaptasi struktural, tanggap fisiologis serta perilaku spesifik organisme itu. Jadi relung
suatu organisme bukan hanya ditentukan oleh tempat organisme itu hidup, tetapi juga oleh
berbagai fungsi yang dimilikinya. Dapat dikatakan, bahwa secara biologis, relung adalah
profesi atau cara hidup organisme dalam lingkungan hidupnya (Kandeigh,1980).
Relung ekologi dikatakan sebagai terminologi yang lebih inklusif, yang tidak hanya
meliputi ruangan atau tempat yang ditinggali organisme, tetapi juga peranannya dalam
komunitas, misalnya kedudukan pada jenjang makanan. Relung ekologi suatu organisme
tidak hanya tergantung di mana organisme tadi hidup, tetapi juga pada apa yang dilakukan
organisme, bagaimana organisme mengubah energi, bertingkah laku, bereaksi, mengubah
lingkungan fisik maupun biologi dan bagaimana organisme dihambat oleh spesies lain (Heddy
dan Kurniati,1996).
Untuk dapat membedakan relung suatu organisme, maka perlu diketahui tentang
kepadatan populasi, metabolisme secara kolektif, pengaruh faktor abiotik terhadap
organisme, pengaruh organisme yang satu terhadap yang lainnya. Banyak organisme,
khususnya hewan, mempunyai tahap-tahap perkembangan hidup yang nyata, secara
beruntun menduduki relung yang berbeda. Ukuran morfologi alat tubuh dapat dipakai sebagai
indeks dalam mempebandingkan relung dari tanaman dan hewan.

D. DAYA DUKUNG LINGKUNGAN


Pengertian daya dukung lingkungan (carrying capacity) dalam konteks ekologis adalah
jumlah populasi atau komunitas yang dapat didukung oleh sumberdaya dan jasa yang
tersedia dalam ekosistem tersebut. Faktor yang mempengaruhi keterbatasan ekosistem untuk
mendukung perikehidupan adalah faktor jumlah sumberdaya yang tersedia, jumlah populasi
dan pola konsumsinya. Konsep daya dukung lingkungan dalam konteks ekologis tersebut
terkait erat dengan modal alam.
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup dijelaskan mengenai Daya Dukung Lingkungan dan Daya Tampung
Lingkungan. Menurut UU no 32 tahun 2009, daya dukung lingkungan hidup adalah
kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain,
dan keseimbangan antar keduanya. Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan
lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau
dimasukkan ke dalamnya.
REFERENSI

Bailey JA. 1984. Principles of Wildlife Management. New York: Wiley. 373 p.
Cannon, W.B. 1939. The Wisdom of the Body. New York: W.W.Norton & Co.

Clapham, Jr. W.B. 1973. Natural Ecosystems. New York: Macmillan Publishing Co. Inc.

Clarke, G.L. 1954. Elements of Ecology. New York: Joh Wiley & Sons Inc.

Heddy, S. S., & Kurniati. 1996. Prinsip-Prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Tentang Kaidah
Ekologi dan Penerapannya. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Kandeigh, S.C.1980. Ecology with Special Reference to Animal and Man. Departement of
Zoological Univercity of Illinoist at Urbana-Champaign. New Delhi: Pretince-Hall of
India Private Limited.
Kramadibrata, H..1996. Ekologi Hewan. Institut Teknologi Bandung Press: Bandung.
Krebs, C. J. 1985. Experimental Analysis of Distribution and Abudance.Philadelphia: Harper
and Publishers. Inc
Odum, E.P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Soetjipto. 1992. Plant Resources of South-East Asia 3 : Dye and Tannin Producing Plants.
Prosea, Bogor.
Wirakusumah, S. 2003. Dasar-Dasar Ekologi: Menopang Pengetahuan Ilmu-Ilmu Lingkungan.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai