Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM BIOLOGI

EKOSISTEM

Oleh :

KHT-F
KELOMPOK 2

IVAN WIJAYA JAMAL


L 131 22 245

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2022
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponen-komponen

yang saling berintegrasi sehingga membentuk suatu kesatuan. Ekosistem ini

terdiri atas komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi membentuk

kesatuan yang teratur dalam hal ini lebih mengarah pada ekosistem hutan. Hutan

sebagai ekosistem yang tidak dapat dipisahkan, didalamnya terdapat salah satu

fungsi yang sangat penting, yaitu fungsi hidrologi sebagai penyimpanan air dan

mengatur peredaran air tanah atau mata air. (Asdak, 2014)

Menurut Soeprapto (2012) dalam Nursyahra dan Meriko (2016), manusia

merupakan penyebab utama terjadinya kerusakan lingkungan (ekosistem). Seiring

bertambahnya jumlah populasi manusia, kebutuhan hidupnyapun meningkat,

akibatnya terjadi peningkatan permintaan dalam penggunaan lahan di sektor

pertanian dan pertambangan.

Pertambangan merupakan salah satu kegiatan eksploitasi alam yang

berdampak pada kerusakan lingkungan karena menghasilkan limbah beracun yang

cukup banyak. Aktivitas penambangan dapat berdampak pada kondisi lingkungan

baik secara fisik maupun kimia. Dampak fisik, dapat dilihat dari terbukanya lahan

yang cukup luas kemudian berubah menjadi lahan tandus berwujud padang pasir

berisi tailing. Dampak kimia, pencemaran air, tanah dan vegetasi terjadi akibat
dari adanya zat yang berbahaya seperti merkuri (Hg). Isnaniarti, Ekyastuti, dan

Ekamawanti (2017).

1.2 Tujuan dan kegunaan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :

a. Mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik suatu ekosistem.

b. Menyebutkan beberapa populasi pada suatu ekosistem.

c. Menghitung densitas (kepadatan) suatu populasi dalam suatu ekosistem.

d. Menentukan tingkatan tropik pada suatu komunitas.

e. Menyusun rantai dan jaringan makanan dari suatu ekosistem.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ekosistem

Ekosistem adalah sebuah sistem ekologis yang dibentuk dari hubungan timbal

balik antara makhluk hidup dan lingkungan sekitarnya. Ekosistem juga bisa di

maknai sebagai tatanan kesatuan utuh dan menyeluruh yang terjadi antara unsur

lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem adalah penggabungan

dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme

dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik

tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme. Matahari sebagai sumber

energy yang ada. (Afriyanie, D. 2018)

2.2 Komponen Ekosistem

Ekosistem terdiri dari komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi

membentuk suatu kesatuan yang teratur dan tidak ada satu komponenpun yang

dapat berdiri sendiri melainkan mempunyai keterkaitan dengan komponen lain

langsung atau tidak langsung, besar atau kecil. Aktivitas suatu komponen selalu

memberi pengaruh pada komponen ekosistem yang lain. (Rahman dkk., 2015).

Komponen biotik dan abiotik membentuk suatu jalinan fungsional yang saling

mempengaruhi sehingga membentuk alian energi yang dapat mendukung

stabilitas ekosistem tersebut. (Sari dkk. 2017)

Komponen abiotik merupakan kondisi fisik dan kimiawi yang berperan sebagai

medium dan substrat yang menyertai kehidupan organisme yang terdiri atas segala
sesuatu yang tak hidup. Contoh: tanah, cahaya, udara, air, kelembapan, suhu,

mineral, dan pH. Cahaya Matahari Dalam berfotosintesis, tumbuhan hijau

memerlukan cahaya matahari. Tanpa adanya cahaya matahari, tumbuhan hijau

tidak dapat melakukan fotosintesis. Oksigen dan Karbon Dioksida Oksigen

diperlukan oleh hewan, tumbuhan, dan manusia dalam proses respirasi.

Padarespirasi dikeluarkan gas karbon dioksida. Karbon dioksida diperlukan oleh

tumbuhan untuk proses fotosintesis. Air Untuk mempertahankan hidupnya, setiap

makhluk hidup memerlukan air. Tubuh makhluk hidup terdiri dari 90% air. Air

berfungsi sebagai pelarut zat makanan yang dimakan oleh makhluk hidup. Tanah

Tanah merupakan tempat tumbuh makhluk hidup dalam suatu ekosistem. Selain

itu, tanah merupakan sumber makanan bagi hewan dan tumbuhan. Suhu Seperti

telah disebutkan di atas bahwa adanya cahaya matahari sangat berpengaruh

terhadap tinggi rendahnya suhu. Kelembapan Daerah yang berhawa dingin seperti

pegunungan lebih lembap daripada daerah yang berhawa panas seperti

pantai.Tumbuhan yang hidup di dua daerah tersebut juga berbeda. Komponen

biotik merupakan komponen ekosistem yang terdiri atas makhluk hidup meliputi

hewan, tumbuhan, mikroorganisrne. dan manusia. Berdasarkan cara memperoleh

makanan komponen biotik dibedakan menjadi dua

jenis yaitu:

1. Organisme autotrof Merupakan organisme yang dapat membuat makanannya

sendiri dengan cara mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik dengan

menggunakan sumber energi tertentu. Menurut jenis-jenis sumber energinya,

organisme autotrof dikelompokkan menjadi dua, yaitu :


a. Fotoautotrof, adalah organisme autotrof yang menggunakan sumber energi

berupa sinar matahari. Contoh: alga, tumbuhan berklorofil.

b. Kemoautotrof, adalah organisme autotrof yang menggunakan sumber energi

dari hasil reaksi kimia. Contoh: bakteri nitrit dan nitrat.

2. Organisme heterotrof Merupakan organisme yang memperoleh makanannya

dari makanan yang telah dibentuk oleh organisme lain dikarenakan tidak dapat

rnembuat makanannya sendiri. Contoh: kupu-kupu mengisap madu bunga.

(Bessy, 2016).

2.3 Klasifikasi Flora dan Fauna

Untuk hasil klasifikasi flora dan fauna yang ditemukan pada rerumputan,

daerah tandus, dan daerah teduh. Dengan hasil Sebagai berikut :

A. Flora

1. Padang Rumput

a). Rumput Gajah (Pennisetum purpurerum)

Karakteristik morfologi rumput gajah adalah tumbuh tegak lurus,

merumpun lebat, tinggi tanaman dapat mencapai 7 meter, berbatang tebal

dan keras, daun panjang, dan berbunga seperti es lilin. Kandungan zat gizi

rumput gajah terdiri dari 19,9% bahan kering; 18,2 % protein kasar;

1,6% lemak; 34%,2 serat kasar; 11,7% abu; dan 42,3% bahan esktrak

tanpa nitrogen. Rumput gajah tumbuh subur di permukaan tanah dengan

ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut.

b). Daun Patikan Kebo (Euphorbia hirta)


Patikan kebo (Euphorbia hirta) (kadang-kadang disebut tanaman asma)

adalah terna tegak dengan batang lunak yang biasanya tumbuh di tepi-tepi

jalan. Tanaman ini sering digunakan sebagai ramuan obat. Oleh orang-

orang desa di Filipina, diketahui tumbuhan ini dapat menyembuhkan demam

berdarah. Namun, tidak ada bukti yang mendukung fakta tersebut.

2. Daerah Tandus

a). Rumput Kering (Chloris Gayana)

Rumput ini berasal dari dataran Afrika Selatan dan Afrika Timur yang

kemudian menyebar ke beberapa daerah tropis salah satunya Indonesia.

Setidaknya ada 3 jeni dan kultivar rumput Rhodes yakni C. gayana cv.

Pioneer, C. gayana cv Samford, dan C. gayana cv katambora. Ke 3 jenis

tersebut dapat berproduksi rumput segar mencapai 50 ton tiap tahunnya.

3. Daerah Teduh

a). Kaktus Centong (Opuntia cochenillifera)

Kaktus centong atau Opuntia cochenillifera adalah sejenis kaktus yang

termasuk kedalam famili Cactaceae atau suku kaktus-kaktusan dan

termasuk ke dalam genus Opuntia. Batang utama kaktus centong termasuk

pendek dengan diameter sampai 20 cm. Bunga tumbuhan ini tersusun

secara soliter, berkembang dari areoles sepanjnag tepi atas dan tanpak

memiliki banyak sepal. Mahkota bunga tumbuhan ini mempunyai banyak

kelopak berwarna merah dan di dalam periantum terdapat banyak benang

sari. Kelopak dan mahkota bunga menyatu membentuk sebuah hypanthium.


Bagian ovarium memiliki lokus tunggal dan banyak biji. Buah dari kaktus

centong termasuk buah beri berwarna merah. Kaktus centong biasa tumbuh

di lahan kering, selalu hijau dengan formasi Semak belukar, pada habitat

manusia tanaman ini diubah tumbuh di pekarangan dan tegalan. Tanaman

ini terdistribusi hingga ke Meksiko, dan menyebar ke seluruh daerah tropis

di dunia.

b). Daun Pecut Kuda (Stachytarpheta jamaicensis)

Daun pecut kuda yang memiliki nama ilmiah Stachytarpheta

jamaicensis (L) vahl biasannya ditemukan diwilayah pekarangan yang

kurang terawat atau ditepi-tepi jalanan. Berdasarkan penelitian bahwa

ekstrak etanol 96% daun pecut kuda mengandung senyawa metabolit

sekunder flavonoid, saponin, tanin, dan steroid. Selain itu daun pecut kuda

pula mengandung asam fenol, asam kloragent, tanin, katetin serta flavonoid

kalangan flavon (K. utami,2019).

B. Fauna

1. Padang Rumput

a). Belalang (Caelifera)

Belalang adalah serangga herbivora dari subordo Caelifera dalam ordo

Orthoptera Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek

dari tubuhnya dan juga memiliki ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan

beberapa spesiaes belalang biasanya dihasilkan dengan menggosokkan

femur belakangnya terhadap sayap depan atau abdomen (disebut stridulasi),


atau karena jepakan sayapnya sewaktu terbang. Femur belakangnya

umumnya panjang dan kuat yang cocok untuk melompat.

b). Semut Merah (Solenopsis)

Semut api atau semut merah (Solenopsis) merupakan salah satu jenis

semut dari ordo Hymenoptera. Panjang semut pekerja pada serangga ini

adalah 3 mm dan panjang semut ratu adalah 6 mm. Serangga ini berwarna

coklat agak kemerahan dan biasanya hidup dalam koloni yang biasa

mencapai 100 ribu ekor seperti pada foto tersebut. Setiap koloni semut

dipimpin oleh satu ratu semut yang dapat menghasilkan telur 150-200 butir

per harinya. Ciri lainnya adalah, antena pada serangga ini memiliki 10

segmen.

c). Semut Hitam (Dolichoderus thoracicus)

Semut hitam (Dolichoderus thoracicus) merupakan spesies semut yang

daerah penyebarannya tersebar luas di Asia Tenggara, terutama di daerah

dengan ketinggian kurang dari 1.300 meter di atas permukaan laut. Semut

hitam banyak dijumpai pada tanaman jeruk, kakao, kopi, dan mangga.

Sarang semut hitam biasanya berada di atas permukaan tanah (tumpukan

seresah daun kering) dan juga pelepah daun kelapa (jika kakao ditanam

bersama dengan kelapa) atau di tempat-tempat lain yang kering dan gelap

serta tidak jauh dari sumber makanan. Semut hitam (biasanya keluar dari

sarangnya pada waktu pagi dan sore hari ketika suhu tidak terlalu panas.

Semut akan menuju pucuk- pucuk tanaman untuk mendapatkan cahaya

matahari sambil menjalankan aktivitasnya. Akan tetapi pada siang hari


ketika suhu udara panas, semut akan bersembunyi pada tempat-tempat yang

terlindung dari sengatan sinar matahari secara langsung, seperti di dalam

sarang, di balik dedaunan, di tanah, dan lain-lain.

2. Daerah Tandus

a). Semut hitam (Dolichoderus thoracicus)

Semut hitam (Dolichoderus thoracicus) merupakan spesies semut yang

daerah penyebarannya tersebar luas di Asia Tenggara, terutama di daerah

dengan ketinggian kurang dari 1.300 meter di atas permukaan laut. Semut

hitam banyak dijumpai pada tanaman jeruk, kakao, kopi, dan mangga.

Sarang semut hitam biasanya berada di atas permukaan tanah (tumpukan

seresah daun kering) dan juga pelepah daun kelapa (jika kakao ditanam

bersama dengan kelapa) atau di tempat-tempat lain yang kering dan gelap

serta tidak jauh dari sumber makanan. Semut hitam (biasanya keluar dari

sarangnya pada waktu pagi dan sore hari ketika suhu tidak terlalu panas.

Semut akan menuju pucuk- pucuk tanaman untuk mendapatkan cahaya

matahari sambil menjalankan aktivitasnya. Akan tetapi pada siang hari

ketika suhu udara panas, semut akan bersembunyi pada tempat-tempat yang

terlindung dari sengatan sinar matahari secara langsung, seperti di dalam

sarang, di balik dedaunan, di tanah, dan lain-lain.

b). Semut Merah (Solenopsis)

Semut api atau semut merah (Solenopsis) merupakan salah satu jenis

semut dari ordo Hymenoptera. Panjang semut pekerja pada serangga ini
adalah 3 mm dan panjang semut ratu adalah 6 mm. Serangga ini berwarna

coklat agak kemerahan dan biasanya hidup dalam koloni yang biasa

mencapai 100 ribu ekor seperti pada foto tersebut. Setiap koloni semut

dipimpin oleh satu ratu semut yang dapat menghasilkan telur 150-200 butir

per harinya. Ciri lainnya adalah, antena pada serangga ini memiliki 10

segmen.

3. Daerah Tandus

a). Walangsangit (Leptocorisa oratorius Fabricius)

Leptocorisa oratorius Fabricius atau biasa disebut dengan nama Walang

Sangit merupakan serangga yang menjadi hama pada tanaman budidaya,

terutama padi. Bentuk serangga ini sendiri sangat mudah untuk dibedakan

dengan belalang (walang) pada umumnya, dimana walang sangit sendiri

tubuhnya lebih ramping serta mempunyai belalai memanjang yang biasanya

digunakan untuk menghisap cairan bulir padi pada tahap masak susu.

Dinamakan Walang Sangit sendiri merupakan bahasa jawa dimana

“Walang” mempunyai arti Belalang dan “Sangit” berarti Bau, dimana bau

tersebut digunakan dalam pertahanan dirinya.walang sangit dapat

mengurangi hasil produksi padi hingga 60%.

b). Ngengat (Heterocera)

Ngengat merupakan serangga yang berkomunikasi dekat dengan kupu-

kupu dan kedua-duanya termasuk ke dalam Ordo Lepidoptera. Perbedaan di

selang kupu-kupu dan ngengat lebih dari sekadar taksonomi. Kadang nama
"Rhopalocera" (kupu-kupu) dan "Heterocera" (ngengat) dipergunakan bagi

memformalisasikan perbedaan mereka. Jumlah usaha telah dipertontonkan

bagi membagi ordo Lepidoptera menjadi kumpulan seperti Microlepidoptera

dan Macrolepidoptera, Fenatae dan Jugatau, atau Monotrysia dan Ditrysia.

Kegagalan dari nama ini bagi tetap berada pada penggolongan moderan

sebab tidak berada dari penggolongan tersebut merepresentasikan sepasang

kumpulan monofiletis. Pada kenyatannya, kupu-kupu merupakan kumpulan

kecil yang muncul dari "ngengat".

c). Jangkrik (Gryllidae)

Jangkrik, jengkerik atau cengkerik (Gryllidae) adalah serangga yang

berkerabat dekat dengan belalang, memiliki tubuh kecil silindris, kepala

hampir bulat dan sungut panjang seperti benang. Jangkrik adalah omnivora,

dikenal dengan suaranya yang khas, yang dihasilkan oleh cengkerik jantan.

Suara ini digunakan untuk menarik kedatangan betina dan mengusir

kehadiran jantan lainnya. Suara cengkerik ini semakin keras dengan naiknya

suhu sekitar. Di dunia dikenal sekitar 900 spesies cengkerik, termasuk di

dalamnya adalah gangsir.

d). Keluwing (Spirostreptus)

Keluwing (Lat.: Spirostreptus) adalah jenis hewan yang termasuk dalam

suku Kaki Sejuta (Diplopoda) dan kelas Kaki Seribu (Myriapoda), bagian

pokok hewan bertungkai ruas (Arthropoda), disebut juga lelue atau titinggi.

Panjang tubuhnya 150 mm, dengan garis tengah 10 mm, terdiri atas 30 ruas,
masing-masing berkaki 2 pasang, berwarna kehitaman dengan kaki merah

atau kuning. Kepalanya bulat. Gerakannya lambat dan bila tersentuh cepat

menggulung diri. Memakan daun-daun kering, kadang-kadang juga bagian

tumbuhan hidup. Umumnya hewan ini mencari makan pada malam hari,

tetapi kadang-kadang dapat ditemukan berkeliaran pada pagi hari. Keluwing

berkembang biak dalam liang dengan bertelur, setelah bertelur liangnya

ditutup, kemudian ditinggalkan. Keluwing sebagian besar menghabiskan

waktunya di bawah tanah membentuk gua-gua bawah tanah dan terowongan

untuk beristirahat. Keluwing adalah herbivora, makan tumbuhan untuk

mendapatkan semua nutrisi yang mereka butuhkan. Keluwing makan segala

sesuatu dari apel, pir, pisang, daun dandelion, dan daun semanggi.

e). Semut Hitam

Semut hitam (Dolichoderus thoracicus) merupakan spesies semut yang

daerah penyebarannya tersebar luas di Asia Tenggara, terutama di daerah

dengan ketinggian kurang dari 1.300 meter di atas permukaan laut. Semut

hitam banyak dijumpai pada tanaman jeruk, kakao, kopi, dan mangga.

Sarang semut hitam biasanya berada di atas permukaan tanah (tumpukan

seresah daun kering) dan juga pelepah daun kelapa (jika kakao ditanam

bersama dengan kelapa) atau di tempat-tempat lain yang kering dan gelap

serta tidak jauh dari sumber makanan. Semut hitam (biasanya keluar dari

sarangnya pada waktu pagi dan sore hari ketika suhu tidak terlalu panas.

Semut akan menuju pucuk- pucuk tanaman untuk mendapatkan cahaya

matahari sambil menjalankan aktivitasnya. Akan tetapi pada siang hari


ketika suhu udara panas, semut akan bersembunyi pada tempat-tempat yang

terlindung dari sengatan sinar matahari secara langsung, seperti di dalam

sarang, di balik dedaunan, di tanah, dan lain-lain.


III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum biologi umum mengenai “Ekosistem” dilaksanakan pada Hari

Kamis, 03 November 2022, pada Pukul 08.00 sampai selesai yang bertempat di

Gedung Serbaguna Baru Lantai 2 Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Thermometer/Alat

Pengukur Suhu, Pita Ukur, Alat Tulis, Katter/Gunting, dan Tali rafia.

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Balok kayu dengan

ketinggian 30 cm.

3.3 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja praktikum yang berjudul “Ekosistem” adalah sebagai

berikut :

1. Pengamatan dilakukan pada tiga lokasi berbeda, Yakni ; daerah teduh

(bawah pepohonan), daerah padang rumput, dan daerah padang tandus.

2. Pada masing-masing loksi dilakukan pengukuran faktor lingkungan

sebanyak tiga kali, yakni : ketinggian 30 cm, 90 cm, dan 150 cm. Dengan

menggunakan balok kayu yang sudah ditandai. Dan selang masing-

masing pengukuran selama 5 menit.

3. Buatlah plot ukuran 1 x 1 meter kemudian lakukan inventarisasi flora


maupun fauna yang terdapat didalamnya.

4. Masukkan data yang anda peroleh kedalam tabel hasil pengamatan.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil dari praktikum biologi yang berjudul “Ekosistem” ini

adalah sebagai berikut.

4.1.1 Tabel Pengamatan

Tabel 1 Kondisi faktor Abiotik

Suhu udara
Ketinggian dari (℃)
permukaan tanah Daerah Padang Padang
teduh rumput tandus
30cm 23℃ 24℃ 32℃
90cm 23℃ 24℃ 32℃
150cm 23℃ 24℃ 32℃

Tabel 2 Kondisi Faktor Biotik

Daerah
Jenis Flora yang ditemukan Jenis Fauna yang ditemukan
Pengamatan dan jumlahnya dan jumlahnya

- Walang Sangit
- Ngengat
Daerah Teduh - Kaktus centong
- Jangrik
- Daun pecut kuda
- Keluwing
- Semut hitam
- Rumput - Belalang
- Daun Petikan kebo - Semut merah
Padang rumput
- Rumput gajah - Semut hitam
Padang Tandus - Rumput kering - Semut hitam
- Semut merah

4.2 Pembahasan

Pada praktikum ini kita membahas tentang ekosistem yang kita akan amati

secara langsung dilapangan. Pada praktikum ini yang kita amati yaitu kondisi

faktor abiotik dan biotik, yang dimana komponen abiotik itu dapat berupah

benda mati. Sedangkan komponen biotik adalah komponen yang berupah

makhluk hidup.

Dari hasil pengamatan yang kita lakukan terdapat beberapa komponen

abiotik dan biotik. Komponen abiotik terdiri dari beberapa macam komponen

yang ditumukan seperti tanah, bebatuan, ranting pohon serta batang pohon dan

juga ditemukan suhu yang berbea-beda yaitu pada daerah teduh dengan suhu

23℃, pada daerah padang rumput dengan suhu 24℃, serta di daerah padang

tandus dengan suhu 32℃. Komponen biotik adalah makhluk hidup yang berada

dalam lingkungan praktik yang kita lakukan dibeberapa daerah adapun biotik

yang kami temukan antara lain yaitu Ilalang (Imperata cylindrica), Rumput

Gajah (Pennisetum cochenillifera), dan Peccut Kuda (Stachytarpheta

jamaicensis),
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

dala laporan Praktikum Ekosistem bahwa : Ekosistem adalah suatu sistem di alam

dimana di dalamnya terjadi hubungan timbal balik antar komponen biotik seperti

tumbuhan, hewan, manusia dengan komponen abiotik seperti suhu, kecepatan

angin, kelembapan, tanah, air (kondisi lingkungan) yang menunjang keberadaan

ekosistem.

5.2 Saran

Saran untuk praktikum yang berjudul ekosistem ini yaitu untuk alat pengukur

suhu dan kelembaban udara agar di perlengkap lagi agar praktikan dapat

melakukan praktikum sesuai dengan arahan buku penuntun.


DAFTAR PUSTAKA

Asdak, 2014. Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponen-

komponen yang saling berintegrasi.

Soeprapto 2012 dalam Nursyahra dan Meriko 2016. Manusia merupakan

penyebab utama terjadinya kerusakan lingkungan (ekosistem).

Isnaniarti, Ekyastuti, dan Ekamawanti 2017. Pertambangan merupakan salah satu

kegiatan eksploitasi alam.

Dian Afriyani, 2018. Pemetaan Jasa Ekosistem. Jakarta : Erlangga

Rahman dkk., 2015. Ekosistem terdiri dari komponen biotik dan abiotik yang

saling berinteraksi.

Sari dkk. 2017. Komponen biotik dan abiotik membentuk suatu jalinan fungsional.

Emmi Bessy, 2016. Edukasi Vol. 14 No. 1. FKIP. Universitas Khairun

Anda mungkin juga menyukai