Anda di halaman 1dari 2

Sampai Ujung Dunia

Sampai Ujung Dunia menceritakan tiga orang sahabat Daud(Dwi Sasono), Gilang(Gading
Marten) dan Anissa(Renata Kusmanto) yang sudah bersahabat sejak kecil sampai besar.
Awalnya mereka bertiga hanya berteman saja, namun makin kelamaan Daud dan Gilang
menyukai Annisa. Annisa pun dilema untuk memilih yang mana, terbentuklah sayembara.
Barang siapa yang bisa membawa Annisa ke Belanda akan menjadi miliknya, dengan
memakai uang dari jerih payah masing-masing. Ditengah-tengah perjuangan Daud dan
Gilang, Annisa menyimpan rahasia bahwa ia memiliki suatu penyakit yang memprihatinkan.
Saya sangat terkejut karena Monty Tiwa adalah sang sutradara dari film Sampai Ujung
Dunia. Sangat terkejut karena film ini salah satu film drama lokal favorit saya. Film yang
tidak cengeng, namun sangat menyentuh. Sampai Ujung Dunia memang tidak sempurna.
Masih banyak kekurangan-kekurangan yang jelas memberikan dampak bagi film itu
tersendiri.
Sampai Ujung Dunia dimulai dengan flashback antara tiga sahabat. Ya, meman film ini
dipenuhi dengan flashack-flashback yang ditata dengan rapih. Alur yang tertata rapi pula.
Sampai Ujung Dunia memang memiliki premis yang sangat pasaran, mungkin bukan hanya
di perfilman Indonesia. Namun di seluruh perfilman di dunia. Misalkan,Satu Jam Saja yang
jelas sangat mengecewakan. Satu Jam Saja jelas salah satu film yang “cengeng”..harus
memperlihatkan kesedihan yang mendalam namun tidak didukung oleh alur cerita dari film
itu sendiri.
Akting Dwi Sasono patut diacungi jempol. Ia sangat menjiwai karakter nya dan membuatnya
nyata. Begitupula Gading Marten yang sangat konyol. Ia sangat dibutuhkan oleh film ini agar
tampak lebih fresh. Dan Gading Marten berhasil. Ia tampak memukau dan begitupula Dwi
Sasono. Hampir semua bermain dengan baik. Dwi Sasono dan Renata Kusmanto mampu
membangun chemistry yang nyata dan natural. Dari departemen akting, semua memuaskan.
Tidak lupa pula disisipkan beberapa lelucon yang sangat membantu dan membuat film ini
tampak lebih segar. Bukan cuma dari Gading Marten namun dari beberapa aktor dan aktris
yang juga bermain di film ini. Masih banyak kekurangan dari film ini, Ending nya tampak
terlalu dibuat-buat seperti banting stir dari ending yang seharusnya. Mungkin Monty Tiwa
mau membedakan film nya dari film-film bergenre sejenis, namun tampaknya banyak yang
tidak menyukai ending dari film ini.
Overall, Sampai Ujung Dunia memang tidak sempurna. Namun, banyak pesan-pesan singkat
yang bisa dipetik dari film ini.Dengan adegan-adegan yang sangat menyentuh dan alur yang
sangat rapih. Ditambah akting dari para pemain yang sangat memuaskan. Salah satu fim
drama lokal favorit saya. Dan jangan lupa pula scoring yang jempolan dan ear catchy. Namun
sayangnya film semacam ini sangat sedikit penggemarnya.

Until the End of the World tells three friends David (Dwi Sasono), Gilang (Gading Marten)
and Anissa (Renata Kusmanto) who have been friends since small to large. Initially the three
of them just friends, but increasingly over time David and Gilang like Annie. Annie was a
dilemma to choose which one, formed contest. Anyone who can bring Annie to the
Netherlands would be hers, using money from the efforts of each. In the midst of the struggle
of David and Gilang, Annisa keep a secret that he has a disease of concern.
I was very surprised because Monty Tiwa is the director of the film Until End of the World.
Very surprised because the film is one of my favorite local drama. The film is not a crybaby,
but very touching. Until the End of the World is not perfect. There are still many deficiencies
which clearly have an impact on the film itself.
Until the End of the World begins with a flashback between three friends. Yes, by taking the
film is filled with flashbacks flashack-arranged neatly. Chronology of neat anyway. Until the
End of the World does have a very premise of the market, perhaps not only in Indonesian
cinema. But in all of cinema in the world. Suppose, One Hour Only the obviously very
disappointing. One Hour Only clearly one of the films that "crybaby" .. should show a deep
sadness, but not supported by the storyline of the film itself.
Acting Dwi Sasono admirable. He was very animating his character and make it real. Neither
Gading Marten very silly. It is needed by the film to look more fresh. And Gading Marten
successfully. She looked stunning and nor Dwi Sasono. Almost all played well. Dwi Sasono
and Renata Kusmanto able to build a real and natural chemistry. Of the acting department, all
satisfactory.
Do not forget to also inserted a few jokes were very helpful and made the film seem more
fresh. Not just from Gading Marten but from some of the actors and actresses who also
played in this movie. There are still many shortcomings of this movie, its ending seemed too
far-fetched as the steering of ending slam it should be. Monty Tiwa might want to distinguish
his films of similar genre films, but it seems many do not like the ending of this movie.
Overall, Until the End of the World is not perfect. However, many short messages that can be
gleaned from ini.Dengan movie scenes are very touching and very neat groove. Plus the
acting of the players are very satisfactory. One of my favorite local drama fim. And do not
forget to also scoring ace and ear catchy. Unfortunately, very little of this kind of film fans.

Anda mungkin juga menyukai