A. Latar Belakang
Sungguh suatu anugerah yang tak terhingga, ketika Allah SWT
memberikan nikmat terbesar dalam kehidupan manusia, yaitu nikmat iman
dan Islam. Nikmat yang menjadikan ada sebuah pembeda (furqan) antara
seorang muslim dengan musyrikin. Nikmat Islam merupakan kunci surga
Allah, yang di dalamnya terdapat banyak sekali kenikmatan abadi yang
tiada habisnya, di mana setiap muslim dijamin oleh Allah akan
dimasukkan ke dalam jannah-Nya, apabila menerapkan Islam secara
kaffah dalam hidupnya. Firman Allah SWT:
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara
kaffah (keseluruhan), dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al Baqarah 2:
208)
Islam memiliki sifat-sifat dasar yaitu kesempurnaan, penuh nikmat,
diridhai dan sesuai dengan fitrah. Sebagai agama, sifat-sifat ini dapat
dipertanggungjawabkan dan menjadikan pengikutnya dan penganutnya
tenang, selamat dan bahagia dalam menjalani hidup. Muslim menjadi
selamat karena Islam diciptakan sebagai diin yang sempurna. Ketenangan
yang dirasakan seorang muslim karena Allah memberikan segenap rasa
nikmat kepada penganut Islam, kemudian kepada mereka yang
mengamalkan Islam karena sesuai dengan fitrahnya. Maka hadapkanlah
wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah
yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui. (QS. Ar Rum 30: 30)
Agama Islam ini telah merangkum semua bentuk kemaslahatan
yang diajarkan oleh agama-agama sebelumnya. Agama Islam yang beliau
bawa ini lebih istimewa dibandingkan agama-agama terdahulu karena
Islam adalah ajaran yang bisa diterapkan di setiap masa, disetiap tempat
1
dan di masyarakat manapun. Dalam permasalahan kali ini penulis akan
menjelaskan tentang Islam sebagai agama sempurna, sebagaimana yang
tertuang dalam firman Allah SWT berikut ini :
Pada hari ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah
Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi
agama bagimu(QS. Al-Maidah : 3)
B. Perumusan Masalah
1. Mengapa agama Islam disebut sebagai agama yang sempurna ?
2. Mengapa agama islam disebut sebagai agama yang universal ?
2
BAB II PEMBAHASAN
Menurut istilah, Islam adalah wahyu atau risalah yang diberikan Allah
kepada Nabi Muhammad untuk disampaikan kepada umatnya yang menjadi
pedoman bagi kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dari definisi ini terlihat
ada tiga unsur pokok yang membedakan Islam dengan agama-agama yang lain,
yaitu:
1. Islam itu adalah risalah atau wahyu dari Tuhan. Wahyu atau risalah Tuhan itu
disampaikan kepada Nabi Muhammad, artinya wahyu atau risalah-risalah
yang disampaikan selain kepada Nabi Muhammad bukanlah Islam.
Islam bertujuan untuk kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, artinya Islam
bukanlah agama yang berat sebelah, ke akhirat saja atau ke dunia saja.
2. Islam adalah agama sepanjang sejarah manusia, ajaran dari seluruh nabi dan
rasulnya yang penah di utus oleh Allah SWT pada bangsa-bangsa dan
kelompok-kelompok manusia. Islam agama bagi Adam a.s, Nabi Ibrahim,
Nabi Yakub, Nabi Musa, Nabi Daud, Nabi Sulaiman dan Nabi Isa a.s.
3. Agama Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW untuk disampaikan serta diteruskan kepada seluruh umat
manusia yang mengandung ketentuan-ketentuan keimanan (aqidah) dan
3
ketentuan-ketentuan ibadah dan muamalah (syariah) yang menentukan proses
berpikir, merasa, berbuat, dan proses terbentuknya hati.
Pada dasarnya Islam terdiri dari 3 unsur pokok yaitu iman, islam dan ihsan,
meskipun ketiganya mempunyai pengertian yang berbeda tetapi dalam praktek
satu sama lain saling terkait dan tidak dapat dipisahkan, berikut ini
penjelasannya :
4
bangunan Islam) dan aqidah (sebagai asas Islam). Aspek-aspek ini
menggambarkan kelengkapan Islam sebagai satu-satunya agama yang diridhai
oleh Allah SWT. Firman Allah SWT: Sesungguhnya agama (yang diridhai) di
sisi Allah hanyalah Islam. (QS. Ali Imran 3: 19)
5
Agama Islam memiliki konsep-konsep dasar mengenai
kekeluargaan, kemasyarakatan, kenegaraan, perekonomian dan lain-lain.
Konsep dasar tersebut memberikan gambaran tentang ajaran-ajaran yang
berkenaan dengan: hubungan manusia dengan manusia atau disebut pula
sebagai ajaran kemasyarakatan. Seluruh konsep kemasyarakatan yang
ada bertumpu pada satu nilai, yaitu saling menolong antara sesama
manusia. Sebagaimana firman Allah SWT :
Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.
(QS. Al-Maidah : 2)
Manusia diciptakan Allah terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Mereka hidup berkelompok, berbangsa-bangsa dan bersuku-suku.
Mereka saling membutuhkan dan saling mengisi sehingga manusia juga
disebut makhluk sosial, manusia selalu berhubungan satu sama lain.
Demikian pula keragaman daerah asal. Tidak pada tempatnya andaikata
diantara mereka saling membanggakan diri. Sebab kelebihan suatu kaum
bukan terletak pada kekuatannya, kedudukan sosialnya, warna kulit,
kecantikan/ketampanan atau jenis kelamin. Tapi Allah menilai manusia
dari takwanya. Allah berfirman :
Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di sisi Allah di antara kamu ialah yang paling taqwa di
antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal (QS. Al-Hujurat : 13)
Hubungan Manusia dengan Makhluk lainnya/Lingkungannya
Seluruh benda-benda yang diciptakan oleh Allah yang ada di
alam ini mengandung manfaat bagi manusia. Alam raya ini ada tidak
terjadi begitu saja, akan tetapi diciptakan oleh Allah dengan sengaja dan
dengan hak. Firman Allah :
Artinya : Tidaklah kau perhatikan bahwa sesungguhnya Allah telah
menciptakan langit dan bumi dengan hak? (QS. Ibrahim : 19)
Manusia dikarunia akal (sebagai salah satu kelebihannya), ia juga
sebagai khilafah di muka bumi, namun demikian manusia tetap harus
terikat dan tunduk pada hukum Allah. Alam diciptakan oleh Allah dan
6
diperuntukkan bagi kepentingan manusia. Sebagai khalifah manusia
diberi wewenang untuk mengelola dan mengolah serta memanfaatkan
alam ini. Allah berfirman:
Artinya : Tidakkah kamu perhatikan, sesungguhnya Allah telah
menundukkan untuk (kepentingan) apa yang ada di langit dan apa yang
ada di bumi dan menyempurnakan untuk nikmat-Nya lahir dan bathin
(Qs. Luqman: 20).
7
dan bahkan kekayaannya. Lisannya mampu berdzikir, berdoa, tilawah, amar
maruf nahi munkar. Fisiknya mengiringi dengan berdiri, ruku dan sujud,
puasa dan berbuka, berjihad dan berolah raga, membantu mereka yang
membutuhkan. Hatinya beribadah dengan rasa takut (khauf), berharap (raja),
cinta (mahabbah) dan bertawakal kepada Allah. Ikut berbahagia atas
kebahagiaan sesama, dan berbela sungkawa atas musibah sesama. Akalnya
beribadah dengan berfikir dan merenungkan kebesaran dan ciptaan Allah.
Hartanya diinfakkan untuk pembelanjaan yang dicintai dan diperintahkan
Allah serta membawa kemaslahatan bersama.
Maha Suci Allah yang telah mengatur segala sesuatunya dengan baik dan
menenteramkan. Seluruh aktivitas seorang muslim akan bernilai ibadah di
mata Allah, apabila dijalankan dengan ikhlas dan diniatkan hanya untuk
mengharap ridha-Nya. Sehingga kita patut mencontoh Rasulullah SAW dan
para sahabat yang selalu berlomba-lomba dalam kebaikan (ibadah), karena
mereka yakin bahwa Allah akan membalasnya dengan limpahan pahala dan
sesuatu yang jauh lebih baik di dunia maupun di akhirat (jannah).
3. Ajaran Islam di Bidang Akhlak
Akhlaq Islam memberikan sentuhan kepada seluruh sendi kehidupan
manusia dengan optimal. Akhlaq Islam menjangkau ruhiyah, fisik, agama,
duniawi, logika, perasaan, keberadaannya sebagai wujud individu, atau
wujudnya sebagai elemen komunal (masyarakat). Akhlaq Islam meliputi hal-
hal yang berkaitan dengan pribadi, seperti kewajiban memenuhi kebutuhan
fisik dengan makan dan minum yang halalan thoyiban serta menjaga
kesehatan, seruan agar manusia mempergunakan akalnya untuk berfikir akan
keberadaan dan kekuasaan Allah, seruan agar manusia membersihkan
jiwanya, Firman Allah SWT :
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. Asy Syams 91: 9-
10).
Hal-hal yang berkaitan dengan keluarga, seperti hubungan suami istri
dengan baik, hubungan anak dan orang tua, hubungan dengan kerabat dan
sanak saudara. Semuanya diajarkan dalam Islam untuk saling berkasih
sayang dalam mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah.
Hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat, seperti seruan untuk
memuliakan tamu dan etika bertamu, mengajarkan bahwa tetangga
8
merupakan keluarga dekat, hubungan muamalah yang baik dengan saling
menghormati, seruan untuk berjual beli dengan adil, dsb. Menjadikan umat
manusia dapat hidup berdampingan dengan damai dan harmonis.
Kesempurnaan Islam juga mengatur pada akhlaq Islam yang berkaitan
dengan menyayangi binatang, tidak menyakiti dan membunuhnya tanpa
alasan. Akhlaq Islam yang berkaitan dengan alam raya, sebagai obyek
berfikir, merenung dan belajar, Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal. (QS. Ali Imran 3: 190), sebagai sarana berkarya
dan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.
Lebih dari itu semua adalah akhlaq muslim kepada Allah SWT, Pencipta,
dan Pemberi nikmat, dengan bertahmid, bersyukur, berharap (raja), dan
takut (khauf) terpinggirkan apalagi dijatuhi hukuman, baik di dunia maupun
di akhirat.
4. Ajaran Islam di Bidang Hukum Syariah
Syariah Islam tidak hanya mengurus individu tanpa memperhatikan
masyarakatnya, atau masyarakat tanpa memperhatikan individunya. Syariah
Islam mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Ada aturan ibadah, yang
mengatur hubungan manusia dengan Allah. Ada halal dan haram (bahaya-
berguna) yang mengatur manusia dengan dirinya sendiri. Ada hukum
keluarga, nikah, thalaq, nafkah, persusuan, warisan, perwalian, dsb. Ada
aturan bermasyarakat, seperti: jual beli, hutang-piutang, pengalihan hak,
kafalah, dsb. Ada aturan tentang tindak kejahatan, minuman keras, zina,
pembunuhan, dsb.
Dalam urusan negara ada aturan hubungan negara terhadap rakyatnya,
loyalitas ulil amri (pemerintah) yang adil dan bijaksana, bughot
(pemberontakan), hubungan antar negara, pernyataan damai atau perang, dsb.
Untuk mewujudkan negara yang adil dan sejahtera sesuai dengan tatanan
hidup Islam, maka syariah Islam harus diterapkan secara kaffah dalam
kehidupan bernegara.
5. Ajaran Islam dalam Seluruh Aspek Kehidupan
Islam adalah agama yang sempurna. Salah satu bukti kesempurnaannya
adalah Islam mencakup seluruh peraturan dan segala aspek kehidupan
manusia. Oleh karena itu Islam sangat sesuai dijadikan sebagai pedoman
hidup. Di antara kelengkapan Islam yang digambarkan dalam Al Quran
9
adalah mencakup konsep keyakinan (aqidah), moral, tingkah laku, perasaan,
pendidikan, sosial, politik, ekonomi, militer, hukum/ perundang-undangan
(syariah).
Kesempurnaan Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia
dan merupakan satu-satunya diin yang diridhai Allah SWT menjadikannya
satu-satunya agama yang benar dan tak terkalahkan.sesuai dengan firman
Allah SWT:
Dialah yang Telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk
(Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama,
walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai. (QS. At Taubah 9: 33).
Beruntunglah bagi setiap manusia yang diberikan hidayah oleh Allah
SWT untuk dapat merasakan nikmat ber-Islam dan menjauhkannya dari
kesesatan hidup jahiliyah. Rawat dan jagalah nikmat iman dan Islam dengan
tarbiyah Islamiyah serta menerapkan Islam secara kaffah, sehingga terwujud
kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.
10
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
1. Ajaran Islam bersifat universal dalam artian seluruh aturan ada dan mengikat
untuk seluruh umat manusia tanpa terkecuali. Tidak seperti agama lain yang
diturunkan untuk umat agamanya saja, segenap peraturan yang ada dalam Islam
tidak hanya untuk umat Islam saja tetapi mengikat juga ke umat lain.
2. Ajaran Islam sempurna, mengingat Islam sebagai agama terakhir telah
disempurnakan oleh Alloh sehingga mencakup berbagai dimensi kehidupan baik
akidah, politik kemasyarakatan, kebudayaan, pertahanan dan keamanan, sosial
kemasyarakatan, ekonomi dan sebagainya.
3. Ajaran Islam berwatak harmonis dan seimbang, yakni keseimbangan yang tidak
goyah, selaras dan serasi sehingga membentuk ciri khas yang unik. Karenanya
ada hukum wajib sebagai bandingan haram, sunah dengan makruh dan ditengahi
oleh hukum mubah. Hal lainnya adalah menempatkan kewajiban seiring dengan
penuntutan hak, menggunakan harta benda tidak terlalu banyak dan tidak terlalu
sedikit, dan sebagainya.
11