Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI TANAMAN
PNA 3418

ACARA III

Pengamatan Keanekaragaman Vegetasi pada Berbagai Agroekosistem


Berdasarkan Sebaran Wilayah dan Siklus Food Chain

Oleh:
MUHAMMAD IHSAN ABDI
NIM A1D018042

Dosen : AHADIYAT YUGI RAHAYU

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

Agroekosistem pada hakekatnya merupakan ekosistem alam yang dikelola untuk


kepentingan tertentu dan disebut sebagai ekosistem binaan. Setiap agroeksosistem
memiliki sifat yang berbeda sesuai dengan ekosistem asalnya.Variasi jenis
vegetasi, baik yang berupa tanaman budidaya maupun tumbuhan liar atau gulma
dapat dipandang suatu keanekaragaman dalam kontes agroekosistem.
Wilayah apabila hanya dikembangkan satu komoditas unggulan, bila terjadi
serangan hama atau penyakit tanaman maka serangannya akan sporadis
keseluruhan wilayah, dan kegagalan panennya akan berimplikasi pada kestabilan
ekonomi wilayah. Secara ekonomis, fluktuasi harga suatu produk sangat
ditentukan oleh harga pasar di tingkat regional, nasional maupun internasional.
Pengetahuan pergantian komponen fisik, kimia dan biologi tanah pertanian di
bawah pola tanam yang berbeda sangat penting untuk pengelolaan ekosistem.
Keanekaragaman spesies, ekosistem dan sumberdaya genetik semakin menurun
pada tingkat yang membahayakan akibat kerusakan lingkungan. Kepunahan
akibat beberapa jenis tekanan dan kegiatan, terutama kerusakan habitat pada
lingkungan alam yang kaya dengan keanekaragam hayati, seperti hutan hujan
tropik dataran rendah. Kepunahan keanekaragaman hayati sebagian besar karena
ulah manusia. Kepunahan akan berampak besar terhadap perubahan struktur
komunitas ekosisem suatu hutan. Oleh karena itu, suatu analisis untuk
menentukan struktur komunitas hutan meliputi perhitungan jenis dan spesies
vegetasi perlu dilakukan untuk menentukan struktur komunitas hutan suatu
wilayah.
Menurut Marsono (1977), Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan,
biasanya terdiri atas beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat.
Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik
diantara sesame individu penyususn vegetasi itu sendiri maupun dengan
organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang tumbuh dan hidup serta
dinamis (Marsono, 1977).
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini yaitu untuk menganalisis distribusi dan
jenis tanaman yang dibudidayakan di lingkungan/daerah asal masing masing,
siklus jaring pangan dan pengamatan terhadap faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhinya.
Keanekaragaman tanaman budidaya yang ada di Indonesia sangat dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan sekitar. Terdapat beberapa tanaman yang hanya dapat
tumbuh pada daerah tertentu atau yang sekarang lebih dikenal dengan istilah
tanaman spesifik lingkungan. Akan tetapi ada pula beberapa jenis tanaman yang
mampu tumbuh diberbagai lokasi berbeda meskipun dengan keadaan atau kondisi
lingkungan yang berbeda pula (Kartasapoetra, 1993).
Keunggulan analisis vegetasi metode transek adalah data yang diperoleh juga jauh
lebih baik dan lebih banyak, akurasi data dapat diperoleh dengan baik, penyajian
struktur komunitas (seperti persentase tumbuhan yang mati mati, kekayaan jenis,
dominasi, frekuensi kehadiran, ukuran koloni dan keanekaragaman jenis) dapat
disajikan secara lebih menyeluruh, dan struktur komponen biotik maupun abiotik
yang berasosiasi dengan tumbuhan juga dapat disajikan dengan baik. Selain itu,
analisis vegetasi metode transek juga memiliki kelemahan seperti membutuhkan
tenaga peneliti yang banyak, survei membutuhkan waktu yang lama, dituntut
keahlian peneliti dalam identifikasi, minimal life form dan sebaliknya genus atau
spesies (Somarwoto, 2001).
II. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Praktikum ini dalam pelaksanaannya membutuhkan Alat dan bahan yaitu Kertas
A4, pulpen, spidol berwarna serta buku catatan.

B. Prosedur Kerja

Persiapan pelaksanaan kegiatan transek di lokasi yang ada area kegiatan budidya
pertanian di sekitar rumah/area pekarangan yang ada budidayanya. Lakukan
observasi dan amati kondisi agroekosistemnya

Lakukan observasi dan gambar bagan transek utnuk setiap bagian lintasan yang
sudah ditelusuri. Tetapi, yang sering terjadi adalah pembuatan bagan setelah
seluruh lintasan ditelusuri. Langkah-langkah kegiatannya adalah sebagai berikut :

a) Lakukan pengamatan transek kondisi agroekosistem yang dijadikan wilayah


observasi.
b) Berikan simbol yang dipergunakan untuk menggambar bagan transek. Catat
simbol-simbol tersebut beserta artinya disudut kertas. Pergunakan spidol
berwarna agar jelas dan menarik.
c) Lakukan pengamatan pola food chain di wilayah yang dijadikan sebagai
lokasi observasi yang sama dengan lokasi transek.
d) Gambar food chain dengan baik sesuai dengan hasil observasi.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
B. Pembahasan

Agroekosistem adalah suatu sistem kawasan tempat membudidayakanmakhluk


hidup tertentu meliputi apa saja yang hidup di dalamnya serta materialyang saling
berinteraksi. Lahan pertanian merupakan arti agroekosistem secaraluas, sehingga
di dalamnya juga dapat pula dimasukkan hutan produksi dengankomoditas
tanaman industri (KTI), kawasan peternakan dengan padangpenggembalaan serta
tambak-tambak ikan. Indonesia yang secara geografisterletak di wilayah yang
beriklim tropis memiliki agroekosistem yang dapatdigolongkan sebagai
agroekosistem tropik. Agroekosistem ini adalah kawasanpertanian yang terletak di
daerah tropika secara geografis ataupun vegetatif danedafis (tanah) yang
dipengaruhi oleh faktor iklim setempat (Jumil , 2002).
Suatu agroekosistem yang keanekaragamannya tinggi memberi jaminan yang
lebih tingi bagi petani. Namun keanekaragaman tidak selalu mengakibatkan
kestabilan, bahkan dapat menyebabkan ketidakstabilan jika komponen-
komponennya tidak dipilih dengan baik, misalnya beberapa jenis pohon
merupakan rumah/penginapan hama atau penyakit berbahaya bagi tanaman dan
tanaman, hewan atau pohon bisa bersaing dalam ketenagakerjaan, unsur hara dan
air. Jika keanekaragaman fungsional bisa dicapai dengan mengkombinasikan
spesies tanaman dan hewan yang memiliki ciri saling melengkapi dan yang
berhubungan dalam interaksi sinergitik dan positif, maka bukan hanya kestabilan
yang bisa diperbaiki, namun juga produktivitas sistem pertanian dengan input
rendah (Reijntjes, dkk. 1999).
Keragaman dapat dilihat berdasarkan semua jenis tanaman, ternak dan
mikroorganisme yang ada dan berinteraksi dalam suatu ekosistem. Dalam suatu
agroekosistem, fauna penyerbukan, musuh alami, cacing tanah dan
mikroorganisme semuanya merupakan kunci komponen keragaman yang
mempunyai peranan penting dalam proses introgasi genetika, pengendalian alami,
daur hara dan dekomposisi. Jenis dan kelimpahan keragaman dalam bidang
pertanian berbeda dari satu agroekosistem ke agroekosistem yang lain. Perbedaan
yang dapat diamati termasuk umur, keragaman, struktur, dan pengelolaan. Pada
kenyataannya terdapat variasi yang cukup besar ditinjau dari prinsip ekologi dan
pola budidaya dari bermacam-macam agroekosistem. Pada umumnya aras
keragaman dalam suatu agroekosistem tergantung pada empat karakteristik dari
sistem tersebut. Empat karakteristik tersebut adalah (Sutanto, 2002):
1. Keragaman vegetasi di dalam dan sekitar agroekosistem tertentu
2. Aras stabilitas komposisi tanaman di dalam suatu agroekosistem
3. Intensitas pengelolaan yang dilaksanakan
4. Tingkat isolasi suatu agroekosistem dari vegetasi alami

Rantai makanan adalah perpindahan energi dari organisme pada suatu tingkat
tropik ke tingkat tropik berikutnya dalam peristiwa makan dan dimakan dengan
urutan tertentu. Rantai makanan secara konseptual terstruktur dalam tingkatan
tropik. Sebuah tingkatan tropik mencakup semua organisme atau spesies dengan
posisi yang sama dalam rantai makanan. Tingkatan tropik terendah adalah
produsen yang tidak memakan organisme lain, tetapi dia bisa berfungsi sendiri
sebagai makanan, misalkan tanaman hijau. Semua organisme yang bukan
produsen dapat diringkas sebagai konsumen yang membutuhkan organisme lain
untuk makan. Sebagian besar konsumen adalah herbivora. Puncak tertinggi dalam
tingkatan tropik ditepati oleh predator yang hampir tidak mungkin dimakan oleh
organisme lain. Posisi konsumen yang berada diantara herbivora dan predator, dia
memakan organisme lain tetapi juga mempersiapkan diri sebagai makanan dari
para predator diatasnya. Panjang tingkatan tropik dalam rantai makanan
ditentukan oleh kompleksitas suatu ekosistem, namum umumnya banyaknya
tingkatan tropik tidak jauh berbeda tiap ekosistem.
Ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu
vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai
dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan
pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi
tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).
Menurut Oosting (1956), menyatakan bahwa transek merupakan gris sampling
yang ditarik menyilang pada sebuah bentukkan atau beberapa bentukan. Transek
juga dapat dipakai dalam studi altituide dan mengetahui perubahan komunitas
yang ada. Transek adalah jalur sempit meintang lahan yang akan dipelajari/
diselidiki. Metode Transek bertujuan untuk mengetahui hubungan perubahan
vegetasi dan perubahan lingkungan serta untuk mengetahui hubungan vegeterasi
yang ada disuatu lahan secara cepat.
Pada setiap mata rantai makanan sebagian besar energi matahari, yang semuanya
ditangkap oleh autotrof yang berfotosintesis, dihamburkan kembali ke alam
sekitarnya (sebagai panas). Maka kita dapat menyimpulkan bahwa jumlah total
energi yang tersimpan dalam tubuh populasi tertentu tergantung pada tingkatan
tropiknya. Sebagai contoh, jumlah total energi yang terdapat dalam populasi katak
harus jauh lebih kecil daripada yang ada dalam serangga yang merupakan
mangsanya. Pada gilirannya, serangga hanya mempunyai sedikit energi yang
disimpan dalam tumbuhan yang dimakannya. Penurunan jumlah total energi total
yang tersedia pada tingkat tropik dapat diterangkan melalui piramida energi
(Kimball, 1983).

IV. KESIMPULAN

Keanekaragam hayati adalah keanekaragaman organisme yang


menunjukan keseluruhan atau totalitas variasi. Setiap daerah memiliki
varietas yang berbeda-beda dalam melakukan budidaya bercocok tanam.
Hal itu dilakukan karena menyesuaikan keadaan lingkungan mulai dari
suhu, kelembaban, curah hujan dan lainnya. Tujuannya agara tanaman
yang di budidayakan dapat menghasilkan produk yang sesuai dan dapat
menjadikan sumber penghasilan di daerah tersebut. Dan menjadi
komoditas daerah.

DAFTAR PUSTAKA
Jumil, Hasan Basri. 2002. Agroekologi Suatu Pendekatan Fisiologis. Raja
Grafindo Persada : Jakarta.
Kartasapoetra. 1993. Klimatologi Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan Tanaman.
Bumi Aksara. Jakarta.
Kimball, Jhon. 1983. Biologi (Edisi ke Lima Jilid 3). Erlangga : Jakarta.
Marsono, D. 1977. Deskripsi Vegetasi dan Tipe-Tipe Vegetasi Tropika. Fakultas
Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Oosting. 1956. The Study Of Plant Community. London: Freeman and Company
Reijntjes, Coen. Et.al. 1999. Pertanian Masa Depan : Pengantar untuk Pertanian
Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. Kanisius : Yogyakarta.
Sutanto, Rachman. 2002. Pertanian Organik : Menuju Pertanian Alternatif dan
Berkelanjutan. Kanisius : Yogyakarta.

LAMPIRAN
Gambar 3.1 Tanah pada Gambar 3.2 Area sawah Gambar 3.3Sawit
singkong padi

Anda mungkin juga menyukai