Anda di halaman 1dari 4

NAMA : Dandi Kurniawan

NIM : A1D018062

1. Hasil padi ataupun palawija di lahan sawah telah dan sedang mengalami
“leveling off”. Apakah gejala tersebut menyebabkan lahan sawah dapat
digolongkan menjadi lahan marginal ?
2. Tuliskan macam-macam lahan marginal potensial, yang dapat dimanfaatkan
sebagai lahan pertanian dan tuliskan pula karakter lahan tersebut.
3. Dengan mengenal karakter masing-masing lahan marginal pada soal no. 2,
rekayasa teknologi prduksi tanaman apakah yang dapat diupayakan dan
berilah penjelasan alasanya yang mendasari tindakan budidaya tersebut.

JAWAB :

1. Kasus tersebut dapat digolongkan menjadi lahan marginal. Karena lahan


marginal dapat diartikan sebagai lahan yang memiliki mutu rendah karena
memiliki beberapa faktor pembatas jika digunakan untuk suatu keperluan
tertentu. Sebenarnya faktor pembatas tersebut dapat diatasi dengan masukan,
atau biaya yang harus dibelanjakan. Tanpa masukan yang berarti budidaya
pertanian di lahan marginal tidak akan memberikan keuntungan. Pelandaian
atau levelling off merupakan kondisi dimana penambahan input tidak lagi
mampu meningkatkan produksi tanaman. Menurut Wigena et al., (2006)
penurunan produktivitas lahan sawah intensifikasi akibat penggunaan pupuk
anorganik, terutama pupuk N, P, dan K diduga erat kaitannya dengan
ketidakseimbangan unsur hara di dalam tanah. Fenomena gejala leveling off
produksi padi pada masing-masing lokasi tertentu mengindikasikan efisiensi
penggunaan pupuk semakin menurun sehingga mendorong perlunya
rekomendasi teknologi spesifik lokasi, terutama pupuk. pengelolaan hara dan
pengelolaan tanaman telah dilaksanakan dengan baik, capaian produksi gabah
aktual di lahan petani hanya 80 % dari potensi hasil padi atau terjadi
kehilangan hasil sebesar 20 %. Pengelolaan hara yang tidak berimbang akan
menurunkan hasil padi hingga 40 %. Oleh karena itu, faktor pengelolaan hara
dan produksi tanaman harus mendapat perhatian yang serius.
2. Lahan marginal potensial :
1) Lahan gambut
a. pH rendah sekitar 3,5 – 4,5 akibat adanya pirit (sulfat) dan asam-
asam organic
b. Kandungan hara P , K, Ca, dan Mg rendah
c. Hara mikro Cu, Fe, Mn, dan Zn dalam bentuk tidak tersedia karena
terjerap dalam komplek ikatan yang tak tertukarkan
d. Kadar N rendah tetapi C tinggi
e. KTK tinggi
f. Mempunyai massa kerapatan yang rendah sehingga mempunyai
daya simpan air tinggi
2) Lahan sulfat masam
a. Terdapatnya lapisan sulfida (pirit-FeS2)
b. Sifat kimia tanahnya kurang menguntungkan bagi usaha pertanian,
diantaranya kemasaman tanah sangat tinggi (pH tanah <4,0), kahat
unsur-unsur hara seperti N, P, K, Ca dan Mg.
3) Lahan pasir
a. Kurang dapat menyimpan air
b. Kurang dapat menyimpan hara karena kekurangan kandungan
koloid tanah
c. Rendah bahan organiknya, sehingga jarang berada pada ikatan
partikel tanah (tanah tidak membentuk gumpal)
d. pH netral, berwarna cerah sampai kelam bergantung kandungan
bahan organik dan airnya.
4) Lahan ultisol
a. Berstektur kasar sampai halus, dengan struktur sedang sampai kuat
b. pH rendah
c. Kejenuhan Al tinggi, Fe dan Mn aktif tinggi
d. Lempung aktivitas rendah (LAR), shg KTK rendah
e. Phosphat terjerap kuat
f. Kejenuhan basa rendah
g. Bahan organik rendah
h. Daya simpan air rendah (terbatas)
3. Upaya perbaikan sifat-sifat tanah dan lingkungan mikro sangat diperlukan,
antara lain dengan penyiraman yang teratur, penggunaan mulsa penutup
tanah, penggunaan pemecah angin (wind breaker), rotasi tanaman dan
tumpangsari, penggunaan bahan pembenah tanah (soil conditioner) dan
pemberian pupuk (baik organik maupun anorganik).
1) Lahan gambut
Tanaman pangan memerlukan drainase dangkal (sekitar 20–30 cm).
Tanaman padi tidak memerlukan drainase, tetapi tetap memerlukan
sirkulasi air. Usahatani padi pada lahan gambut dapat ditata dengan
sistem surjan yang merupakan teknologi kearifan lokal yang sudah
turun menurun dan ramah lingkungan. Bagian tabukan surjan (sunken
bed atau bagian sawahnya) ditanami padi dengan pola tanam padi-padi
atau padi-bera, sedangkan bagian guludannya (raised bed atau bagian
lahan keringnya) ditanami palawija/hortikultura.
2) Lahan pasir
Lahan pasir pantai selatan mengandung pasir >95%, mempunyai
struktur kasar, konsistensi lepas, kurang baik menahan air,
permeabilitas dan drainase sangat cepat miskin kandungan hara. Oleh
karena itu, penanaman buah naga di lahan pasir pantai harus ditambah
tanah lempung dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1.
3) Lahan sulfat masam
Upaya penanggulangan kendala biofisik tanah sulfat masam salah
satunya dapat dilakukan dengan ameliorasi lahan. Amelioran adalah
bahan yang dapat meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan
kondisi fisik, biologi dan kimianya. Ameliorasi lahan merupakan
sebuah upaya memberikan bahan atau material baru ke tanah dengan
tujuan memperbaiki sifat tanah secara fisik, kimia maupun biologi
sehingga pertumbuhan dan produksi atau hasil tanaman dapat
ditingkatkan. Amelioran dapat bersifat atau berfungsi sebagai pupuk
atau bahan pembenah tanah. Contoh bahan amelioran adalah bahan
organik, pupuk mineral, gipsum, fosfat alam, biochart dan kapur serta
campuran bermacam-macam kompos.
4) Lahan ultisol
Tanah ultisol sering diidentikkan dengan tanah yang tidak subur,
dimana mengandung bahan organik yang rendah, nutrisi rendah dan
pH rendah (kurang dari 5,5) tetapi sesungguhnya bisa dimanfaatkan
untuk lahan pertanian potensial jika dilakukan pengelolaan yang
memperhatikan kendala yang ada. Oleh karena itu untuk meningkatkan
produktivitas tanah ultisol maka perlu dilakukan penambahan bahan
organik. Pemberian bahan organik dapat menurunkan bulk density
tanah karena membentuk agregat tanah yang lebih baik dan
memantapkan agregat yang telah terbentuk sehingga aerasi,
permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik. Akibatnya adalah daya
tahan tanah terhadap erosi akan meningkat.

Anda mungkin juga menyukai