GENETIKA TUMBUHAN
Semester:
Ganjil 2018
Oleh :
Prastowo Aji Budi Hutomo
A1D017107/6
Oleh :
Prastowo Aji Budi Hutomo
A1D017107/6
Asisten Praktikum,
Nada Selfia
NIM. A1D016109
ii
PRAKATA
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,
kuliah wajib semester 3. Shalawat serta salam tetap tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai suri tauladan sehingga kita terbebas dari zaman
Laporan praktikum ini merupakan hasil perjuangan tenaga dan pikiran dari
laporan ini.
1. Dr. Ir. Ponendi Hidayat, M.P. dan Ir. Imastini Dinuriah, M.Sc. sebagai dosen
praktikum dengan baik dan lancar. Serta teman-teman yang telah membantu
iii
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
LAPORAN ACARA I
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 13
A. Latar Belakang .............................................................................. 13
B. Tujuan ........................................................................................... 15
V. SIMPULAN ........................................................................................ 38
LAMPIRAN ............................................................................................... 41
iv
LAPORAN ACARA II
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 45
A. Latar Belakang .............................................................................. 45
B. Tujuan ........................................................................................... 46
V. SIMPULAN ........................................................................................ 66
LAMPIRAN ............................................................................................... 69
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 78
A. Latar Belakang .............................................................................. 78
B. Tujuan ........................................................................................... 81
v
A. Hasil .............................................................................................. 88
B. Pembahasan .................................................................................. 89
LAPORAN ACARA IV
LAPORAN ACARA V
vi
III. METODE PRAKTIKUM ................................................................... 148
A. Waktu dan Tempat ........................................................................ 148
B. Bahan dan Alat ............................................................................. 148
C. Prosedur Kerja .............................................................................. 148
LAPORAN ACARA VI
vii
BIODATA PENULIS ...................................................................................... 223
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel
Tabel
Tabel
viii
4. Uji X2 pembuktian penyimpangan hukum Mendel untuk epistasis
resesif (9:3:4) (160x)................................................................................. 150
5. Uji X2 pembuktian penyimpangan hukum Mendel untuk epistasis
dominan resesif (13:3) (90x)..................................................................... 151
6. Uji X2 pembuktian penyimpangan hukum Mendel untuk epistasis
dominan resesif (13:3) (160x)................................................................... 151
7. Uji X2 pembuktian penyimpangan hukum Mendel untuk epistasis
dominan duplikat (15:1) (90x)................................................................... 152
8. Uji X2 pembuktian penyimpangan hukum Mendel untuk epistasis
dominan duplikat (15:1) (160x)................................................................. 152
9. Uji X2 pembuktian penyimpangan hukum Mendel untuk epistasis
resesif duplikat (9:7) (90x)........................................................................ 153
10. Uji X2 pembuktian penyimpangan hukum Mendel untuk epistasis
resesif duplikat (9:7) (160x)...................................................................... 153
11. Uji X2 pembuktian penyimpangan hukum Mendel untuk epistasis gen
duplikat dengan efek kumulatif (9:6:1) (90x)............................................ 154
12. Uji X2 pembuktian penyimpangan hukum Mendel untuk epistasis gen
duplikat dengan efek kumulatif (9:6:1) (160x) ......................................... 154
Tabel
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xi
xii
LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA TUMBUHAN
ACARA I
PENGAMATAN PERILAKU KROMOSOM
Semester:
Ganjil 2018
Oleh :
Prastowo Aji Budi Hutomo
A1D017107/6
PJ Acara : Nisrina Nur Athiroh & Shofwan Akbar
A. Latar Belakang
Sel merupakan unit terkecil penyusun tubuh makhluk hidup yang dapat
sel) ada dua macam, yaitu secara mitosis dan meiosis. Reproduksi sel merupakan
salah satu ciri utama makhluk hidup. Pada makhluk hidup bersel satu atau
termasuk reproduksi sel, selalu membutuhkan energi. Energi ini diperoleh dari
(ATP), ATP tersebut dihasilkan selama proses glikolisis dan daur krebs.
Teori sel menyatakan bahwa setiap sel penyusun makhluk hidup berasal dari
sel sebelumnya. Proses terjadinya sel baru dari sel induknya disebut dengan
sel yang terjadi pada sel-sel somatis (sangat aktif pada jaringan meristem) yang
menghasilkan dua sel anak dengan komponen yang sama dan sifatnya identik
dengan komponen induknya. Sel aktif membelah, kromosom akan relatif mudah
diamati dan pada saat itu dilakukan perlakuan fiksai dan pewarnaan sel-sel
13
tersebut, sehingga sel akar bawang merah lebih mudah di bedakan dengan bagian
yang lain.
Proses terjadinya sel baru dari sel induknya disebut dengan pembelahan sel.
meiosis. Mitosis adalah peristiwa pembelahan sel yang terjadi pada sel-sel somatis
(sangat aktif pada jaringan meristem) yang menghasilkan dua sel anak dengan
Mitosis merupakan suatu peristiwa dalam pembelahan sel yang terdiri dari
beberapa tahap. Tahap yang dimaksud yaitu tahap profase, metafase, anafase dan
telofase. Peristiwa mitosis dianggap cocok dalam kaitannya dengan produksi sel.
Hal ini didasari dari tujuan mitosis itu sendiri yaitu pada makhluk hidup bersel
satu, bertujuan untuk memperbanyak diri atau reproduksi dan pada makhluk hidup
percobaan pembelahan sel secara mitosis biasa menggunakan akar bawang merah
karena akar bawang merah memiliki senyawa yang murah ditembus oleh larutan
Bahan standar yang biasa digunakan dalam pengamatan mitosis adalah sel-
meiosis seringkali digunakan kotak sari atau bakal biji tanaman lily. Kelebihan
dari bahan-bahan tersebut adalah selain komposisi dinding selnya yang tersusun
atas lapisan senyawa-senyawa yang relatif mudah ditembus oleh larutan fiksatif
14
dan pewarna, juga jumlah kromosomnya tidak terlalu banyak, sehingga
dilakukan. Ujung akar bawang merah yang digunakan sangant membantu dalam
pengamatan pembelahan mitosis pada praktikum kali ini. Hal ini di karenakan
bawang merah memiliki kromosom yang besar, jumlah kromosom yang tidak
B. Tujuan
15
II. TINJAUAN PUSTAKA
(Satrosumarjo, 2006).
digandakan oleh kedua sel yang identik yang dihasilkan oleh pembelahan sel.
Mitosis umunya diikuti oleh sitokinesis yang membagi sitoplasma dan membran
sel. Proses ini menghasilkan dua sel anak yang identik yang memiliki distribusi
organel dan komponen sel yang sama, untuk melihat fase-fase mitosis paling
dalam mempelajari fase mitosis. Hal yang terpenting untuk mengetahui fase
mitosis terjadi pada pagi hari, dikarenakan pada pagi hari sel-sel aktif
membelah (Cahyono, 2010).
16
(Suryo, 1994). Berbagai kejadian yang terdapat selama mitosis dibagi dalam
empat tahap/fase yang beruurtan: profase, ,etafase, anafase, dan telofase. Masa
dengan induknya. Penting untuk menyadari fase-fase ini hanyalah cara yang
informasi genetik dalam sel disimpan. Kata kromosom berasal dari kata khroma
yang berarti warna dan soma yang berarti badan. Kromosom terdiri atas dua
bulat dan lengan kromosom yang mengandung kromonema dan gen berjumlah
merupakan alat transportasi materi genetik (gen atau DNA) yang sebagian besar
berbentuk seperti rantai panjang. Setiap kromosom dalam genom biasanya dapat
dibedakan satu dengan lainnya oleh beberapa kriteria, termasuk panjang relatif
kromosom, posisi suatu struktur yang disebut sentromer yang memberi kromosom
dalam dua tangan yang panjangnya berbeda-beda kehadiran dan posisi bidang
(area) yang membesar yang disebut knot (tombol) atau kromomer. Selain itu,
17
adanya perpanjangan arus pada terminal dan material kromatin yang disebut
suatu makhluk hidup karena kromosom merupakan alat pengangkutan bagi gen-
gen yang akan dipindahkan dari suatu sel induk ke sel anaknya, dari generasi yang
dalam siklus sel, termasuk didalamnya adalah pembelahan sel. Ditinjau dari
jumlah kromosom pada sel baru (sel anak), dibedakan dua tipe pembelahan sel,
Siklus sel mencakup dua fase, yaitu tahap inferfase (fase istirahat) dan tahap
pembelahan sel. Tahap interfase meliputi fase G1 (gap 1), S (sintesis), dan G2
(gap 2). Pembelahan sel terdiri atas dua tahap, yaitu pembelahan inti
Fase-fase dari pembelahan mitosis ini terdiri dari 4 fase yaitu profase,
metafase, anafase, dan telofase. Fase profase ditandai dengan kromatin berubah
menjadi kromosom, sementara itu tiap kromosom mengganda menjadi dua yang
disebut kromatid. Tiap kromatid masih melekat. Fase metafase meliputi tiap
kromosom yang terdiri dari sepasang kromatid yang masih melekat pergi ke
18
sentromernya. Fase anafase ditandai dengan membelahnya sentromer, kromatid
dalam satu kromosom induk berpisah menjadi kromosom anak, lalu pergi ke
kutub bersebrangan. Fase telofase adalah fase yang ditandai dengan kromosom
muncul, bintang kutub kembali menjadi sentriol. Gentingan pada bidang ekuator,
yang tergolong sayuran rempah. Sayuran rempah ini banyak dibutuhkan terutama
sebagai pelengkap bumbu masakan, untuk menambah cita rasa dan kenikmatan
membentuk tunas baru, tumbuh dan membentuk umbi kembali. Karena sifat
pertumbuhan yang demikian maka dari satu umbi dapat mebentuk rumpun
tidak terlalu banyak dapat lebih mudah untuk menganalisis terjadinya pembelahan
19
III. METODE PRAKTIKUM
kromosom ini antara lain meliputi akar bawang merah (Alium ascalonicum L.)
kaca preparat, cover glass, beaker glass, penangas air, pembakar bunsen,
C. Prosedur Kerja
20
Prosedur kerja pada praktikum pengamatan perilaku kromosom yaitu
sebagai berikut:
1. Umbi bawang merah dipilih yang bagus dan sehat dan berkecambah di air
selama 1 jam.
selama ± 10 menit.
preparat.
staining).
8. Ujung akar ditutup dengan gelas penutup (cover glass) dan ujung akar bawang
21
d. Perbesaran yang digunakan dicatat.
A. Hasil
Terlampir
B. Pembahasan
hidup yang membelah diri dalam rangka pertumbuhan dan proses pendewasaan
sel-sel organisme tersebut. Pembelahan sel juga dapat dipahami sebagai suatu
tahapan perbanyakan sel-sel, dengan membentuk sel-sel muda sebagai bagian dari
terjadi menjadi dua tipe yaitu pembelahan sel-sel kelamin (meiosis) dan
pembelahan sel, tujuannya adalah untuk mewariskan semua sifat induk kepada
22
kedua sel anaknya dan berperan penting dalam proses-proses biologis, seperti
pertumbuhan, penggantian sel-sel yang rusak dan perbaikan sel maupun jaringan.
dan identik dengan sel induk. Hal yang terpenting dalam pembelahan sel adalah
replikasi kromosom sebagai pembawa informasi genetik induk dan sel anak.
Pembelahan sel adalah suatu proses yang sangat rumit dan kemungkinan besar
tubuh produk gen yang dihasilkan, ataupun pada aktivitas produk gen (Stansfield
perbanyakan pembelahan sel sel pada kelompok makhluk hidup yakni sel
Pembelahan sel merupakan aktivitas hidup yang selalu terjadi dengan setiap
sel hidup. Reproduksi sel yang terjadi terdiri atas tiga macam pembelahan sel
yaitu pembelahan secara otomatis yakni pembelahan sel secara langsung yang
dimulai dengan pembelah inti sel menjadi dua sel secara langsung tanpa melalui
kromosom tidak nampak, urutan pembelahan tidak ada. Mitosis yakni proses
23
sekaligus pembelahan sitoplasma. Meiosis merupakan pembelahan sel yang
menghasilkan empat sel anak yang jumlah kromosom separuh dari yang dimiliki
informasi genetik dalam sel disimpan. Kata kromosom berasal dari kata khroma
yang berarti warna dan soma yang berarti badan. Kromosom terdiri atas dua
bulat dan lengan kromosom yang mengandung kromonema & gen berjumlah dua
adalah unit genetik yang terdapat dalam setiap inti sel pada semua makhluk hidup,
kromosom berbentuk deret panjang molekul yang disusun oleh DNA dan protein-
protein.
Kromosom adalah unit genetik yang terdapat dalam setiap inti sel pada
semua makhluk hidup, kromosom berbentuk deret panjang molekul yang disusun
oleh DNA dan protein-protein. Kromosom merupakan sel pembawa gen yang
berada di dalam nukleus atau inti sel. Inti sel mengandung substansi genetik yang
menjadi dua lengan. Makhluk tingkat tinggi, sel somatik mengandung satu sel
kromosom yang diterima oleh kedua induk. Pembelahan sel dapat dikatakan
24
sebagai suatu proses yang menyangkut terbentuknya sel-sel anak baru dari
induknya. Sel somatik (sel jaringan tubuh) akan mengalami suatu pembelahan sel
induk menjadi dua sel anak yang komponen-komponennya sama dan identik
kromosom menjadi dua lengan yaitu lengan p pada bagian atas dan lengan q
sentromer terletak kearah salah satu ujung kromosom sehingga kromosom terbagi
menjadi dua lengan yang tak sama panjang. Ketiga kromosom akrosentrik yaitu
letak sentromer di dekat ujung kromosom sehingga satu lengan menjadi sangat
pendek dan yang lain sangat panjang. Terakhir adalah kromosom telosentrik yaitu
Mitosis adalah pembelahan sel yang terjadi secara tidak langsung, karena
Pembelahan sel secara mitosis terjadi dalam sel somatis yang bersifat
ujung akar maupun batang). Mitosis menghasilkan dua anak yang identik dan
25
bertujuan untuk mempertahankan pasangan kromosom yang sama (2n) melalui
Pembelahan mitosis merupakan proses pembelahan inti sel menjadi dua inti
sel baru, melalui tahapan dan proses tertentu menghasilkan dua jenis sel anak
yang jumlah kromosomnya sama dengan induknya. Pembelahan sel secara mitosis
melalui beberapa fase diantaranya fase interfase, profase, metafase, anafase dan
1. Interfase
demikian, tahap ini sangat penting dan aktif untuk persiapan pembelahan.
Interfase terbagi dalam tiga sinesis yaitu, fase gap satu (G1), sintesis (S) dan
gap dua (G2) (Aryulina, 2004). Periode saat sel tidak sedang melakukan
26
kromosom dan organel mengalami duplikasi dan ukuran sel dapat meningkat.
Interfase meliputi sekitar 90% dari keseluruhan waktu setiap siklus sel. Satu
(Campbell, 1987).
2. Profase
nama demikian karena bentuknya) mulai terbentuk. Gelendong ini terdiri atas
(Campbell, 1987).
3. Metafase
27
kromosom, kinetokor kromatid saudara melekat ke mikrotubulus kinetokor
4. Anafase
memisah secara tiba-tiba. Setiap kromatid pun menjadi satu kromosom utuh.
kedua ujung sel memiliki koleksi kromosom yang sama dan lengkap
(Campbell, 1987).
5. Telofase
Pada tahap telofase, dua nukleus anakan terbentuk dalam sel. Selaput
nukleus muncul dari fragmen-fragmen selaput nukleus sel induk dan bagian-
1987).
28
menghambat laju mitosis ke tahap anafase, sehingga dapat dengan mudah diamati
pada fase metafase pada sel umbi bawang merah. Larutan fiksatif dibuat untuk
aceto carmin. Sementara aceto carmin berfungsi untuk memberi pigmen warna
pada kromosom dan sel-sel akar bawang agar mudah dalam pengamatan di
merah terdiri dari lapisan senyawa-senyawa yang mudah ditembus oleh larutan
fiksatif dan pewarna, sehingga dengan metode fiksatif dan pewarnaan yang
sederhana ujung akar bawang merah yang sedang aktif membelah mudah untuk
diamati.
Pembuatan preparat yang pertama kali ujung akar dipotong 3-5 mm,
dimasukkan dalam botol flakon berisi 2-3 ml kolkisin 0,2% dan disimpan dalam
lemari es bersuhu 5°C selama 2-4 jam, lalu dicuci dengan akuades tiga kali,
kemudian difiksasi dengan asam asetat 45% dan disimpan dalam lemari es
bersuhu 5°C selama 15 menit, lalu dicuci dengan akuades tiga kali. Dilanjutkan
hidrolisis dengan asam klorida 1 N dalam oven bersuhu 60°C selama ± 3 menit,
tegantung besarnya ujung akar, lalu dicuci dengan akuades tiga kali. Diwarnai
dengan asetokarmin selama 1-3 jam tergantung ukuran bahan dan kesegaran
pewarna pada suhu kamar. Diambil 1-2 ujung akar dengan kuas diletakkan di atas
gelas benda dan dipotong hingga tersisa 1-2 mm lalu ditetesi gliserin, ditutup
dengan gelas penutup dan di squash hingga merata. Fiksasi dilakukan dengan
29
komponen dari sel-sel tumbuhan agar tetap dalam keadaan hidup. Aceto orcein
Namun, pada kegiatan praktikum kali ini larutan tersebut tidak digunakan. larutan
45% CH3COOH berfungsi untuk meluruhkan organel dalam sel akar bawang
dinding sel agar menjadi lunak dan mudah dipencet pada saat pembuatan preparat
squash dan juga berfungsi untuk menghilangkan RNA dari sel. Selanjutnya adalah
larutan aseeto carmin atau aseto orcein, aseto carmin berfungsi untuk pewarna
pada sel dan memberi warna pada benang-benang kromatin agar jika diamati
dan maserasi sebagai bahan utama untuk mengamati pembelahan sel yang ada.
Selain iu pada praktikum ini digunakan juga larutan pewarna sebagai pembeda
antar sel yang membelah dengan sel lain, lauratan pewarna tersebut adalah aseto
orcein. Setiap bahan yang ada memiliki fungsi dan peranannya sendiri dalam
struktur sel mikroorganisme pada suatu posisi. Selain itu fiksasi juga berfungsi
untuk menonaktifkan enzim lytic sehingga bakteri tidak mengalami lisis dan
berubah bentuk pada saat diamati. Fiksasi dilakukan setelah olesan pada kaca
30
preparat sudah kering. Jika olesan belum kering akan menyebabkan sel-sel
dari fiksasi adalah pelekatan bakteri supaya pada saat pencucian, bakteri tersebut
tidak ikut hilang tercuci. Fiksasi yang digunakan pada percobaan kali ini adalah
fiksasi panas, yaitu dengan cara melewatkan kaca preparat di atas api. Fiksasi
dilakukan sampai kaca preparat terasa hangat apabila ditempelkan pada punggung
tangan. Fiksasi yang dilakukan tidak boleh terlalu panas dan lama, karena bakteri
yang ada pada preparat bisa hangus terpanggang dan terjadi perubahan bentuk dan
ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel maka larutan
terpekat didesak keluar. Larutan aseto orcein berfungsi untuk memberi warna
pada sel yang sedang melakukan pembelahan, hal ini bertujan untuk memudahkan
menambah jumlah sel, atau mengganti sel-sel yang rusak. Melalui genetika
tumbuhan kita dapat mempelajari pembelahan sel yang terjadi pada tumbuhan
secara detail. Melalui genetika tumbuhan juga kita bisa mengetahui sifat-sifat
31
Tumbuhan melakukan Pembelahan sel untuk tujuan reproduksi, yang
reproduksi generatif atau tidak ada gunanya untuk seks. Pembelahan biner
berkembang relatif awal dalam skema evolusi kehidupan. Bakteri, salah satu
biak berkali-kali untuk membentuk koloni organisme yang secara genetik mirip
satu sama lain. Karena semua individu klon dari satu sama lain dan adaptasi
sampai organisme mencapai usia dewasa. Pada titik ini, banyak sel-sel seperti
saraf atau sel otot jantung tidak lagi memiliki kemampuan untuk membagi.
Pertumbuhan sel-sel ini hanya terjadi sebagai akibat dari kenaikan normal (Anna,
1987).
dari masing-masing fase pun sesuai. Fase profase, pada membrane inti mulai
32
melemah dan kromatid belum terbentuk, hanya benang kromatin yang terbentuk.
Fase metafase, pada kromosom berjejer dibidang ekuator, benang spindel mulai
terbentuk dan sentriol berada diujung tiap kutub. Fase anafase, kromatid terpisah
dan sentriol menarik kromatid ke kutub yang berlawanan. Fase telofase yang
terlihat adalah pada membran inti sudah mulai terbentuk kembali, kromosom
terduplikasi ke sel baru dan terbentuknya dua sel baru yang identik. Berdasarkan
1. Profase
menyala dan disebut sebagai aster. Selain itu, kromosom membentuk menjadi
silinder dan berduplikat menjadi 2 kromatid. Hampir semua sel yang tampak
sentriol juga ikut membelah. Setiap kromatid mengandung DNA dan protein
serta melekat berpasangan pada sentromer pada tumbuhan, aster tidak ada,
33
Gambar 1.2. Hasil pengamatan Gambar 1.3 Fase pembelahan
profase profase
Sumber : Campbell, Neil A. (2002)
2. Metafase
Selain itu, muncul benang-benang yang disebut spindel dan melekat pada
oleh barisan kromosom yang amat rapi sepanjang bidang equatorial. Tahapan
3. Anafase
34
Tahap ini kromosom mulai mengatur membentuk nukleus yang terpisah
mitosis. Akhir anafase sekat sel mulai terbentuk dekat bidang equator.
4. Telofase
35
Telofase, adalah tahap terakhir saat nukleus-nukleus anakan terbentuk
dan sitokinesis telah dimulai. Setiap kutub sel terbentuk stel kromosom yang
identik. Selaput gelendong inti lenyap dan dinding inti terbentuk lagi.
Kemudian plasma sel terbagi lagi menjadi dua bagian, atau biasa disebut
terjadi pada ujung akar bawang merah. Penggunaan akar karena akar
umumnya terjadi pada sel-sel yang hidupterutama sel-sel yang sedang tumbuh,
dan sel-sel ini umunya terdapat pada ujungakar dan ujung batang tumbuhan (Ali,
2007).
yang tepat pada saat tengah malam, yaitu pukul 24.00 WIB. Menurut Margono
(1973) hal ini dikarenakan pada ujung akar bawang merah banyak sel yang
36
mengalami aktifitas pembelahan dengan rentangan 5 menit sebelum dan sesudah
Pemotongan bagian ujung akar (pada jam 12 malam) yang kemudian dilanjutkan
sel tidak mengalami pembelahan lagi, karena tidak memungkinkan bagi kami
untuk langsung mengamati tahap-tahap mitosis pada tudung akar bawang merah
pada saat itu juga. Larutan FAA merupakan larutan fiksatif yang dapat menahan
sel untuk tidak membelah lagi sehingga tahap-tahap pembelahan mitosis dapat
teramati.
ditemukan fase mitosis bawang merah. Mitosis pada tumbuhan terjadi selama
mulai dari 30 menit sampai beberapa jam dan merupakan bagian dari suatu proses
37
V. SIMPULAN
Pembelahan mitosis merupakan proses pembelahan inti sel menjadi dua inti
sel baru, melalui tahapan dan proses tertentu menghasilkan dua jenis sel anak
yang jumlah kromosomnya sama dengan induknya. Proses mitosis terbagi dalam
empat tahapan utama yang saling berhubungan, yaitu profase, metafase, anafase
dan telofase, serta satu fase istirahat yang disebut interfase. Tahap profase ditandai
dengan kromatid menuju kutub yang berlawanan. Tahap telofase ditandai dengan
38
DAFTAR PUSTAKA
Afriadi et al. 2013. Respon Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium
ascalonicum L. Var. Tuktuk) Asa Biji Terhadap Pemberian Pupuk
Kalium dan Jarak Tanam. Jurnal Online Agroekoteknologi. 1(3) : 21-28.
Agustiyani, DR. 2010. Oksidasi Nitrit oleh Bakteri Heterofik pada Kondisi
Aerobik. Jurnal Biologi Indonesia. 6 (2) : 265-275.
Campbell, dan Reece. 2010. Biologi Jilid 1 Edisi Kedelapan. Erlangga, Jakarta.
39
Crowder, L. 1993. Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University, Yogyakarta.
Santoso. 2007. Biologi Pelajaran Biologi untuk SMA/MA Kelas XII. Interpulus,
Jakarta.
40
Suryo. 1994. Genetika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
LAMPIRAN
41
Gambar 2.2. Api Bunsen
42
Gambar 2.6. Akar Bawang Merah
43
44
LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA TUMBUHAN
ACARA II
TEORI KEMUNGKINAN
Semester:
Ganjil 2018
Oleh :
Prastowo Aji Budi Hutomo
A1D017107/6
PJ Acara : Nur Atin Purnamasari & Raihan Naufal
A. Latar Belakang
dilihat dalam sebuah wujud sifat fenotip individu. Munculnya sifat-sifat fenotip
cara pendugaan munculnya suatu sifat fenotip individu tanaman. Keturunan hasil
kemungkinan.
munculnya suatu sifat individu tanaman dapat tepat. Konsep peluang secara
berkemungkinan sama, atau seperti penentuan subjektif taruhan yang adil. Suatu
keadaan yang dapat dibandigkan terjadi, jika digunakan tabel bilangan acak untuk
memilih sesuatu. Peluang juga merupakan suatu frekuensi dari peristiwa tertentu
dalam barisan percobaan yang sangat panjang. Sebagai contoh, antara lain dalam
pelemparan uang logam. Umumnya peluang yang diharapkan muka atau belakang
pada kenyataan bahwa uang logam mempunyai 2 sisi, dan jika uang logam
45
seimbang (atau jujur) dilantunkan berulang kali akan muncul muka dengan
Metode evaluasi suatu hipotesis genetik diperlukan untuk uji yang dapat
mengubah deviasi – deviasi dari nilai – nilai yang diharapkan menjadi probabilitas
dari ketidaksamaan demikian yang terjadi oleh peluang. Uji ini harus pula
memperhatikan besarnya sampel dan jumlah peubah (derajat bebas). Metode chi-
kuadrat adalah cara yang dapat kita pakai untuk membandingkan data percobaan
berdasarkan hipotesis secara teoritis. Cara ini seorang ahli genetika dapat
B. Tujuan
dan berlatih meggunakan uji X2 dan dapat menggunakannya kembali pada untuk
persilangan sesungguhnya.
46
II. TINJAUAN PUSTAKA
yang mungkin terjadi pada suatu objek umumnya digunakan untuk menyatakan
peristiwa yang belum dapat dipastikan. Dapat juga digunakan untuk menyatakan
prinsip teori peluang yang ada. Nilai antara 0 dan 1 akan menggambarkan
besarnya peluang munculnya suatu hal atau kejadian pada kondisi tertentu. Jika
nilai peluang sama dengan 0 maka kejadian itu tidak pernah muncul atau mustahil
terjadi. Jika nilai peluang 1 maka kejadian itu dapat disebut selalu ada atau pasti
kemungkinan tidak sama untuk setiap peristiwa yang terjadi dan setiap waktunya.
Suatu peristiwa yang tidak tahu bahwa peristiwa akan terjadi atau tidak dapat
dapat digunakan untuk menyatakan suatu pernyataan yang tidak dapat diketahui
47
kemungkinan memiliki hubungan dengan genetika dalam rangka mempelajari
ilmu tersebut. Kemungkinan atas terjadinya sesuatu yang diinginkan ialah sama
(Suryo, 1984).
dharapkan dari tipe-tipe persilangan genotip yang berbeda. Penggunaan teori ini
merupakan salah satu bagian usaha penentuan probabilitas. Arti kata N adalah
jumlah macam kejadian yang dapat dijumpai dalam suatu pengambilan contoh
terjadi atau tidak mungkin terjadi. Probabilitas tidak hanya sekadar sebagai
penduga suatu kejadian sehari-hari, tetapi telah berkembang dan merupakan dasar
menduga seberapa besar kemungkinan suatu hasil dari suatu persilangan tertentu
(Stanfield, 1991).
atau seperti penentuan subjektif taruhan yang adil. Dalam arti intuitif, peluang
48
Suatu keadaan yang dapat dibandingkan terjadinya, jika digunakan tabel bilangan
acak untuk memilih sesuatu. Peluang merupakan suatu frekuensi relatif peristiwa
tertentu dalam barisan percobaan yang sangat panjang. Sebagai contoh seperti
dalam pelantunan uang logam, umumnya kita mengharap muka atau belakang
pada kenyataan bahwa uang logam mempunyai 2 sisi. Jika uang logam seimbang
(jujur) dilantunkan berulang kali akan muncul muka dengan frekuensi hampir
peristiwa itu pasti terjadi. Semakin mendekati 0, maka suatu peristiwa mempunyai
peluang yang semakin kecil untuk terjadi. Sebaliknya semakin mendekati 1, maka
peristiwa yang diharapkan dengan seluruh peristiwa ynag mungkin terjadi. Teori
peristiwa itu.
49
3. Kemungkinan terjadinya dua peristiwa atau lebih yang saling mempengaruhi
adalah sama dengan besarnya kemungkinan untuk peristiwa itu. (Pay, 1987)
sesuai dengan hukum Mendel. Hal tersebut membuat keraguan dan ketidakpastian
apakah terjadi penyimpangan atau faktor lain yang mempengaruhi. Sehingga perlu
dilakukan evaluasi terhadap benar atau tidakya percobaan yang dilakukan dengan
teori yang ada. Cara evaluasi yang tepat yaitu dengan menggunakan tes X2 atau uji
Hasil yang diperoleh dari suatu percobaan tidak selalu sama dengan apa
yang yang diharapkan dalam hipotesis. Oleh karena itu, untuk menentukan
hipotesis itu diterima atau ditolak maka digunakan uji Chi Square. Uji Chi Square
merupakan suatu uji untuk mengukur suatu penyimpangan dari suatu hasil
hipotesis yang telah ditentukan. Jika dalam suatu percobaan terdapat 2 kelompok
fenotip maka fenotip yang satu dianggap sebagai non variabel (Stanfield, 1991).
Uji Chi square merupakan salah satu pengujian untuk mengetahui hubungan
atau kebebasan antara variabel yang bersifat kategori. Metode uji Chi Square ini
memiliki beberapa kelebihan, yaitu dapat digunakan pada data kecil dan bersifat
distribution free. Salah satu metode untuk menguji hubungan antar variabel
adalah uji Chi Square. Dua variabel tersebut bertujuan untuk mengetahui
hubungan yang dibuktikan dengan suatu hipotesis yang digunakan pada H 0 dan
H1. Variabel H0 memilikia kedua variabel yang saling bebas dan pada H 1 memiliki
50
dua variabel tidak saling bebas. Metode uji Chi Square yang digunakan adalah
Uji Chi Square dapat dipakai untuk membandingkan data percobaan yang
diharapkan dari tipe-tipe persilangan genotip yang berbeda. Kita dapat menduga
kemungkinan hasil dari percobaan yang akan kita lakukan. Biasanya, untuk
membuktikan suatu peristiwa dengan chi square digunakan mata dadu, yaitu
dengan pelempara dadu dan menghitung peluang munculnya setiap angka sisi
dari ketidaksamaan demikian yang terjadi oleh peluang. Uji ini harus pula
untuk setiap peristiwa dan setiap waktu. Oleh karena itu besarnya kemungkinan
suatu peristiwa yang berbeda dapat sama dapat pula berbeda. Dapat juga
kebenarannya, hal ini diduga berdasarkan prinsip teori peluang yang ada (Ali,
2001).
gamet jantan dan gamet betina. Keturunan hasil suatu perkawinan atau
51
persilangan tidak dapat dipastikan begitu saja, melainkan hanya diduga
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 5 November 2018 pada jam
Purwokerto.
antara lain meliputi bahan utama dan pendukung. Bahan utama yang digunakan
pengamatan.
Alat-alat yang digunakan antara lain meliputi uang logam, kalkulator atau alat
C. Prosedur Kerja
52
Tahapan prosedur kerja dalam praktikum tentang teori kemungkinan ini
1. Satu keping mata uang logam dilempar ke atas, lalu dicatat hasilnya (angka
3. Hal yang sama dilakukan untuk kasus 2 keping uang logam yang dilempar
4. Semua data dicatat pada lembar pengamatan yang akan disediakan pada saat
53
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
(|O−E|− 12 )2
6,25 2,25 8,5
Kesimpulan : X2 hitung (0,34) < X2 tabel (3,84), maka hasil signifikan. Artinya,
hasil perhitungan sesuai dengan perbandingan.
E 25 50 100
54
2
|O−E|− 1
( 2)
20,25 2,25 40,5
2
Kesimpulan : X2 hitung (0,81) < X2 tabel (3,84), maka hasil signifikan. Artinya,
hasil perhitungan sesuai dengan perbandingan.
Tabel 3. Pelemparan 2 Koin Pengulangan 50x.
Karakter Yang Diamati
AA AG GG ∑
O 10 33 7 50
E 12,5 25 12,5 50
(|O−E|)2
0,5 2,56 2,42 5,48
E
Kesimpulan : X2 hitung (5,48) < X2 tabel (5,99), maka hasil signifikan. Artinya,
hasil perhitungan sesuai dengan perbandingan.
E 25 50 25 100
(|O−E|)2 0 64 64 128
55
(|O−E|)2
0 1,28 2,56 3,84
E
Kesimpulan : X2 hitung (3,84) < X2 tabel (5,99), maka hasil signifikan. Artinya,
hasil perhitungan sesuai dengan perbandingan.
(|O−E|)2
0,01 0,003 0,003 0,01 0,026
E
Kesimpulan : X2 hitung (0,026) < X2 tabel (7,81), maka hasil signifikan. Artinya,
hasil perhitungan sesuai dengan perbandingan.
56
(|O−E|)2 12,25 12,25 42,25 0,25 67
(|O−E|)2
0,98 0,32 1,12 0,02 2,44
E
Kesimpulan : X2 hitung (2,44) < X2 tabel (7,81), maka hasil signifikan. Artinya,
hasil perhitungan sesuai dengan perbandingan.
B. Pembahasan
dharapkan dari tipe-tipe persilangan genotip yang berbeda. Penggunaan teori ini
merupakan salah satu bagian usaha penentuan probabilitas. Arti kata N adalah
jumlah macam kejadian yang dapat dijumpai dalam suatu pengambilan contoh
tertentu dari persilangan tersebut. Metode khi-kuadrat adalah cara yang dapat
dengan hasil hipotesis secara teori. Karena, percobaan genetis pada umunya
57
didasarkan pada analisis data yang diperoleh dari persilangan tumbuhan dan
hewan percobaan, penting bagi para ahli genetika untuk menentukan apa saja
diharapkan, yang disebabkan oleh peluang saja atau oleh beberapa faktor yang tak
terduga selain peluang, dengan cara ini ahli genetika dapat menentukan suatu nilai
persilangan suatu tanaman tidak dapat dipastikan begitu saja melainkan dengan
(Suryo, 1984).
yang tidak dikehatui tingkat kebenarannya karena berkaitan dengan prisip teori
diinginkan ialah sama dengan perbandingan antara sesuatu yang diinginkan itu
terjadi atau tidak mungkin terjadi. Peluang tidak hanya sekadar sebagai penduga
suatu kejadian sehari-hari, tetapi telah berkembang dan merupakan dasar dalam
besar kemungkinan suatu hasil dari suatu persilangan tertentu (Stanfield, 1991).
Uji Chi Square atau Chi Kuardat merupakan salah satu model pengujian
pada data aktual hasil dari observasi atau data lapang yang dibandingkan dengan
58
hasil data yang diharapkan dari hasil observasi yang akan dilakukan serta pada
taraf kepercayaan tertentu. Uji ini menggunakan prinsip evaluasi dari hasil
pada data hasil observasi. Uji Chi Kuadrat yang digunakan dapat mengubah nilai-
muncul dan demikian terjadi oleh nilai peluang yang muncul. Uji Chi Kuadrat
juga harus memperhatikan besarnya nilai sampel dan nilai peubah atau derajat
bebas dari sampel tersebut. Hasil uji Chi Kuadrat dinyatakan dalam nilai peluang
yang menentukan suatu hasil observasi pada sampel uji signifikan atau tidak
signifikan dengan nilai suatu harapan minimal yang dapat terjadi pada perlakuan
Menurut Suryo (1986), menyatakan bahwa Uji Chi Kuadrat adalah hasil
didapat dari hasil percobaan, sedangkan frekuensi harapan nilainya dapat dihitung
secara teoritis. Statistik distribusi chi square digunakan dalam banyak hal. Mulai
dari pengujian proporsi data multinom, menguji kesamaan rata-rata poisson serta
pengujian hipotesis.
Teori kemungkinan dapat dicari dengan uji chi square yang peranannya
59
berkumpulnya kembali gen-gen di dalam zigot sehingga dapat terjadi berbagai
bulat dan berkerut, tidak diketahui berapa kemungkinan untuk mendapatkan biji
Selain bermanfaat untuk bidang genetika, beberapa manfaat lain dari uji chi-
(Surjadi, 1989)
60
Uji Wilcoxon adalah metode uji hubungan selain uji Chi Square. Uji
dari dua data apakah terdapat perbedaan atau tidak. Uji ini memiliki kekuatan tes
yang lebih dibandingkan dengan uji tanda. Asumsi-asumsi untuk uji Wilcoxon,
data yang digunakan setidaknya berskala ordinal. Hipotesis yang digunakan pada
uji Wilcoxon adalah sebagai berikut. X0:d = 0 (tidak ada perbedaan di antara dua
perlakuan yang diberikan) X1: d ≠ 0 (ada perbedaan di antara dua perlakuan yang
2013).
Metode pengujian yang digunakan selain uji Chi Square dan uji Wilcoxon
adalah metode Uji Fisher. Uji Fisher merupakan uji yang digunakan untuk
melakukan analisis pada dua sampel independen yang jumlah sampelnya relatif
kecil (biasanya kurang dari 20) dengan skala data nominal atau ordinal. Skala data
juga dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti uji Chi Square jika nilai harapan
dari sel pada tabel ada yang kurang dari 5% (Banowati, 2011).
metode Uji Fisher. Uji Fisher merupakan uji yang digunakan untuk melakukan
analisis pada dua sampel independen yang jumlah sampelnya relatif kecil
(biasanya kurang dari 20) dengan skala data nominal atau ordinal. Kemudian data
sebagai alternatif pengganti uji Chi-Square jika nilai harapan dari sel pada tabel
ada yang kurang dari 5% (Suryati, 2011). Praktikum acara teori peluang ini
61
menggunakan uji Chi-Square dikarenakan kita menggunakan nilai X tabel sebesar
5%, sedangkan uji Fisher digunakan jika X tabel kurang dari 5%. Hal tersebut
sesuai dengan Suryati (2011) yang menyatakan Uji Fisher ini juga dapat dijadikan
sebagai alternatif pengganti uji Chi-Square jika nilai harapan dari sel pada tabel
ada yang kurang dari 5%. Berdasarkan fakta diatas bahwa Uji Fisher digunakan
untuk melakukan analisis pada dua sampel independen yang jumlah sampelnya
relatif kecil (biasanya kurang dari 20), sehingga bisa saya ambil kesimpulannya
mengenai pengujian karakter terutama karakter fenotipe pada tanaman tidak hanya
dua karakter saja yang diujikan, bisa tiga sifat beda bahkan lebih banyak sifat
beda, hal ini lah yang menyebabkan sehingga uji chi square digunakan dalam
pengujian karakter.
signifikan atau tidak terdapat beberapa faktor. Pertama, karena jika adanya
outliners ini standarnya mengalami kerusakan dan akan meningkat sehingga hasil
uji tidak signifikan maka memerlukan outliners yang sesuai standar untuk
yang digunakan adalah bentuk atau model linear dimana bentuk dan hasil akan
berbeda dan akan menyebabkan hasil tidak signifikan, maka bentuk kuadratik
yang digunakan sebaiknya dalam bentuk selain linear untuk terjadinya hasil
persamaan dan menghasilkan uji yang signifikan. Ketiga, semakin kecil banyak
karena mempengaruhi besar tidaknya nilai kritis atau nilai rusak dan secara tidak
62
variabel akan mempengaruhi tingkat signifikan suatu percobaan karena antar
dapat menyebabkan nilai rusak semakin besar. Terakhir, konteks sampel yang
tinggi 99 %.
Percobaan bersifat signifikan apabila nilai X2 hitung lebih kecil daripada nilai X2
tabel. Jika pengujian tidak signifikan apabila nilai X2 hitung lebih besar daripada
praktikum ini adalah ketelitian, kecermatan dan dan terlalu tergesa-gesa dalam
melakukan percobaan (pelemparan koin). Tindakan yang tidak teliti, tidak cermat
dan terlalu tergesa-gesa membuat data yang dihasilkan menjadi tidak akurat dan
percobaan akan berpeluang besar mengarah kepada sifat yang tidak signifikan
yang diharapkan disebabkan oleh kebetulan dan tidak ada faktor lain seperti
kondisi percobaan, pencuplikan yang terbias atau bahkan hipotesis yang salah.
berapa tingkat penyimpangan itu sama atau kurang dari 5 dan 100. Statistik tidak
63
pernah akan menghasilkan bukti mutlak untuk suatu hipotesis, tetapi hanya
itu dengan segala peristiwa yang mungkin terjadi terhadap suatu obyek
(Dwijoseputro, 1977).
gamet jantan dan gamet betina. Keturunan hasil suatu perkawinan atau
beberapa tipe pengulangan yaitu antara lain 1 koin 50x pengulangan, 1 koin 100x
64
pengulangan, 2 koin 50x pengulangan, 2 koin 100x pengulangan, 3 koin 50x
pelemparan satu mata uang logam sebanyak 50 kali pada Tabel 1, diperoleh nilai
X2 hitungan 0,34 sedangkan X2 tabel 3,81, maka X2 hitungan 0,34 < X2 tabel 3,81.
(Signifikan). Hasil data pengamatan terhadap pelemparan satu mata uang logam
sebanyak 100 kali pada Tabel 2, diperoleh bahwa nilai X2 hitungan 0,81
sedangkan X2 tabelnya sebesar 3,84, maka X2 hitungan 0,81 < X2 tabel 3,84. Hasil
50 kali pada Tabel 3, diperoleh nilai X2 hitung 5,48 sedangkan nilai X2 tabelnya
5,99, maka X2 hitungan 5,48 < X2 tabel 5,99. Hasil pelemparan yang dilakukan
pelemparan dua uang logam sebanyak 100 kali pada Tabel 4, didapatkan nilai X 2
hitung 3,84 dan nilai X2 tabelnya 5,99, maka X2 hitungan 0,81 < X2 tabel 3,84.
(Signifikan).
Hasil pengamatan data pelemparan tiga mata uang logam sebanyak 50 kali
pada Tabel 5 menghasilkan nilai X2 hitung 0,026 sedangkan nilai X2 tabel 7,81,
maka X2 hitungan 0,026 < X2 tabel 7,81. Hasil pelemparan yang dilakukan sesuai
pelemparan tiga mata uang logam sebanyak 100 kali pada Tabel 6, diperoleh nilai
X2 hitung 2,44 sedangkan nilai X2 tabel 7,81, maka X 2 hitungan 2,44 < X2 tabel
65
7,81. Hasil pelemparan yang dilakukan tersebut sesuai dengan perbandingan
sampelnya (Signifikan).
pelemparan mata uang. Hal ini sesuai menurut litelatur bahwa kemungkinan
peristiwa yang diharapkan ialah perbandingan dari peristiwa yang diharapkan itu
dengan segala peristiwa yang mungkin terjadi terhadap suatu obyek ( Yatim,
1991).
V. SIMPULAN
A. Simpulan
kemungkinan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa uji X2 adalah suatu uji yang
dengan hasil 50x pelemparan dengan X2 hitung (0,34) dan 100x pelemparan
dengan X2 hitung (0,81). Hal ini lebih kecil X2 tabel (3,84). Hasil pelemparan 2
koin sebanyak 50x dan 100x dihasilkan X2 hitung berurutan (5,48) dan (3,84).
Hasil tersebut lebih kecil daripada X2 tabel (5,99). Nilai X2 hitung hasil
66
pelemparan 3 koin 50x dan 100x berurutan diperoleh hasil (0,026) dan (2,44).
Hasil lebih kecil daripada X2 tabel (7,81). Ketiga percobaan pelemparan koin
tersebut menunjukkan nilai X2 hitung lebih kecil daripada X2 tabel, yang berarti
pengujian persilangan dihibrid antara dua individu dengan sifat yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Banowati, Restu. 2011. Aplikasi Teori Peluang. Jurnal Online. 10(2) : 1—6.
67
Pollet. 1994. Penggunaan Metode Statistika untuk Ilmu Hayati. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
68
LAMPIRAN
69
Gambar 3. Peluang 1 Gambar 4. Peluang 3
Koin Koin
70
Lampiran 2. ACC ACARA
71
72
73
74
75
76
77
78
LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA TUMBUHAN
ACARA III
PERSILANGAN MONOHIBRID
Semester:
Ganjil 2018
Oleh :
Prastowo Aji Budi Hutomo
A1D017107/6
PJ Acara : Riva Saiful Rizal & Mar’atus Sholihah
A. Latar Belakang
tersebut dapat terus terjaga atau biasa disebut juga dengan pelestarian keturunan.
Reproduksi ini dibagi menjadi dua jenis yakni reproduksi seksual dan reproduksi
reproduksi aseksual terjadi tanpa adanya peleburan gamet jantan dengan gamet
sampai saat ini yaitu dengan menggunakan metode matematis yang membantu
menggunakan kacang ercis. Mendel menyilangkan ercis varietas biji bulat dengan
varietas biji keriput. Hasil dari persilangan tersebut kemudian disilangkan dengan
muncul ercis keriput, sedangkan pada keturunan kedua ercis keriput muncul, jadi
78
dalam mengetahui sifat pewarisannya harus mengetahui bagaimana gambaran dari
secara genetik dari satu organisme kepada keturunannya. Hukum Mendel adalah
atau tidaknya. Hukum Mendel didapat dari penelitian Mendel. Hukum Mendel
yang menyatakan bahwa pasangan alel pada proses pembentukkan sel gamet
dapat memisah seara bebas. Hukum Mendel disebut juga dengan hukum
segregasi.
memperhatikan satu sifat atau satu tanda beda. Setiap makhluk hidup memiliki
Makhluk hidup yang berkembangbiak secara seksual, hasil anakannya berasal dari
individu anak menurun sifat-sifat yang berasal dari kedua orang tuanya.
memperhatikan satu sifat atau tanda beda. Percobaan ini akan diujikan pada
Persilangan ini bersifat resiprokal, artinya penggunaan individu jantan dan betina
79
dengan satu tanda beda tertentu dapat sesuka hati tanpa ada pengaruhnya dalam
dengan tujuan mengetahui pola pewarisan sifat dari tetua kepada generasi
menyatakan bahwa pasangan alel pada proses pembentukan sel gamet dapat
memisah secara bebas. Hukum Mendel I disebut juga dengan hukum segregasi.
Mendel I kita kenal dengan nama Hukum Pemisahan Gen yang Sealel ( The law
fenotip dominan dan resesif 3:1 atau perbandingan genotip 1:2:1. Rasio tersebut
sebagai bukti berlakunya hukum mendel 1. Sifat yang lebih banyak muncul pada
keturunannya memiliki sifat yang dominan. Tujuan dari adanya sifat dominan
untuk memudahkan kita dalam memahami keturunan pada suatu makluk secara
genotip maupun fenotip maka dapat dilakukan berbagai percobaan seperti pada
biji kacang kedelai. Penggunaan biji kacang kedelai karena pada kacang kedelai
terdapat kolerasi batang tanaman kedelai dengan bunganya sehingga mudah untuk
80
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk membuktikan Hukum Mendel I
81
II. TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu aspek yang penting pada organism hidup adalah kemampuannya
kombinasi informasi genetis yang disumbangkan oleh dua gamet yang berbeda
Ilmu genetika mengenal istilah kromosom, DNA, alel, lokus, genotip dan
fenotip. Kromosom berasal dari kata kroma yang berarti warna dan soma yang
berarti badan, maka kromosom berarti suatu badan yang mudah untuk menyerap
zat warna. DNA yaitu molekul asam nukleat yang berbentuk double helic yang
memiliki ikatan nukleotida yang susunannya terdiri atas gula deoksiribosa, basa
nitrogen dan fosfat. Alel adalah gen-gen yang terletak pada lokus-lokus yang
bersesuaian pada kromosom homolog. Lokus adalah letak suatu gen pada suatu
berkas kromosom. Fenotip adalah sifat suatu makhluk hidup yang tampak atau
terlihat. Genotip adalah sifat fisik darimakhluk hidup yang tidak terlihat atau tidak
(Sugiharto, 2005).
sama dengan satu sifat beda yang diperhatikan. Persilangan ini sangat berkaitan
erat dengan Hukum Mendel I yaitu law of segregation atau Hukum Segregasi.
Hukum ini mengatakan bahwa pada pembentukan gamet untuk gen yang
82
berlaku pada penyilangan F1 x F1 yang memiliki genotif heterozigot. Gen yang
terletak dalam lokus yang sama pada kromosom, pada saat terjadi peristiwa
gametogenesis gen yang mempunyai alel yang sama akan terpisah dan masing-
Genes atau Hukum Pemisahan Gen yang Sealel dinyatakan bahwa dalam
pemisahan ini terlihat ketika pembentukan gamet individu yang memiliki genotif
heterozigot, sehingga tiap gamet mengandung salah satu alel tersebut. Dalam ini
individu yang mempunyai satu karakter yang berbeda. Berdasaerkan hal ini,
persilangan dengan satu sifat beda akan menghasilkan perbandingan fenotif 12,
yaitu ekspresi gen dominan : resesif = 3 :1. Namun kadang-kadang individu hasil
perkawinan tidak didominasi oleh salah satu induknya. Dengan kata lain, sifat
intermedier. Ada sifat yang disebut sifat dominan yaitu apabila kehadiran gen
yang mengawasi sifat ini menutupi ekspresi gen yang lainnya yaitu resesif,
Hukum Mendel I adalah perkawinan dua tetua yang mempunyai satu sifat
hipotesis mendel dari setiap sifat/karakter ditentukan oleh gen (sepasang alel).
83
Hukum mendel I berlaku pada waktu gametogenesis F1. F1 memiliki genotip
heterozigot. Peritiwa meiosis, gen sel alel akan terpisah, masing-masing akan
terbentuk gamet. Baik pada bunga jantan maupun bunga betina terjadi 2 macam
gamet. Waktu terjadi penyerbukan sendiri (F1 x F2) dan pada proses fertilisasi
gamet-gamet yang mengandung gen itu akan melebur secara acak dan terdapat 4
gamet yang terpisah dan hal tersebut sesuai dengan hukum segregasi. Mendel
sampai pada hukum ini dengan membuat keturunan hibrid dan membiarkannya
% memiliki perilaku resesif, membentuk rasio 3:1. Teori Hukum Mendel ialah
bahwa gen memiliki alternatif (sekarang disebut alel) dan bahwa setiap organisme
mewarisi satu alel untuk setiap gen dari masing-masing orangtuanya. Alel-alel ini
berpisah selama pembentukan gamet, sehingga sperma atau telur hanya membawa
satu alel. Suatu pembuahan terjadi jika kedua alel suatu gen berbeda, salah
satunya (alel domiman) diekspresikan dalam keturunannya dan yang yang lain
(alel resesif) ditutupi. Individu homozigot memiliki alel identik untuk suatu
karakter tertentu dan merupakan galur murni. Individu heterozigot memiliki dua
Hasil persilangan juga dapat dicari melalui suatu diagram yang disebut
diagram Punnet, biasa dikenal dengan istilah papan catur. Dalam diagram ini, tiap
simbol gamet dimasukkan ke satu kotak persilangan arah mendatar dan arah
84
tegak. Kemudian, dipasangkan gamet dari arah mendatar dengan gamet dari arah
Punnel ini dapat mempermudah hasil genotipe dan fenotip suatu persilangan serta
dinamakan fenotip. Sifat dasar yang tak tampak dan tetap ( artinya tidak berrubah-
lingkungan dapat fenotip atau dengan kata lain fenotip merupakan resultante dari
genotip dan lungkungan. Dua genotip yang sama dapat menunjukan fenotip yang
berbeda, apabila lungkungan bagi kedus genotip itu berlainan (Johnson, 1996).
Hasil persilangan antara dua individu yang mempunyai sifat beda disebut
hybrid. Aqpabila terjadi pemisahan alel pada waktu tanaman heterozigotik (F1)
membentuk gamet, sehingga gamet memiliki salah satu alel. Jadi ada gamet yang
memiliki alel domonan dan alel resesif. Prinsip ini dirumuskan sebagai hukum
Mendel I yaitu hukum pemisahan gen yang sealel (The Law of Segregation of
dalam suatu populasi yang berproduksi secara seksual. Bagi suatu lokus genetik
yang memiliki produk gen lebih dari satu atau bersifat alelik, maka frekuensi gen
tersebut juga frekuensi alel dari lokus tersebut. Dalam hal ini perlu diperhatikan
bahwa untuk menghitung frekuensi suatu gen atau frekuensi alel perlu diketahui
85
Peluang menyangkut derajat kepastian suatu kejadian terjadi atau tidak.
Dalam ilmu genetika, segregasi dan rekombinasi gen juga didasarkan pada hukum
secara dominan penuh. Jika terjadi persilangan dan hasilnya tidak sesuai dengan
teori. Dapat menguji penyimpangan dengan uji Chi Square dengan X² = Chi
Mendel. Untuk menguji hal ini digunakan tes X² atau uji Chi Square. Awalnya tes
ini dinamakan test phi untuk memudahkan mengingatnya dikatakan test X (Suryo,
1984).
86
III. METODE PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 8 November 2018 pada jam
Purwokerto.
ini yaitu biji kedelai, media tanam (tanah), dan lembar pengamatan. Alat-alat yang
digunakan pada praktikum persilangan monohibrid kali ini yaitu label, seedbox,
C. Prosedur Kerja
1. Biji populasi P1, P2, F1 dan F2 ditanam pada seedbox berisi tanah
87
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Bagan Persilangan
UU uu
G : U u
F2 : U u
U UU Uu
u Uu uu
Genotip = UU : 2Uu : uu
88
Tabel 2. Uji X2 hasil pengamatan warna batang kedelai
Karakteristik yang diamati
Total
Ungu Putih
Observasi (O) 22 10 32
3 1
Harapan (E) × 40=30 × 40=10 40
4 4
2 2 2
1
(|122−30|− 1 ) (|10−10|− 1 )
(|O−E|− ¿
2 ) 2 2 56.5
¿
2
(|O−E|− 1 )
2 56,25 0,25
1,9
E 30 10
X2 Tabel = 3,84
Kesimpulan : X² Hitung (1,9) < X² Tabel (3,84), maka H 0 diterima dan H1 ditolak
sehingga hasil percobaan signifikan dengan hukum Mendel I.
B. Pembahasan
Kedelai (Glycine max (L.) Merril ) merupakan tanaman pangan yang berupa
semak yang tubuh tegak. Kedelai adalah tanaman herba yang tumbuh tegak.
Umumnya daun kedelai berbentuk bulat (oval) dan lancip (lanceolate) serta
berbulu. Daunnya beranak tiga helai daun. Batang kedelai memiliki buku yang
akan menjadi tempat tumbuhnya bunga. Buku yang menghasilkan buah disebut
buku subur. Pada batang tanaman tersebut biasanya akan muncul cabang
89
Warna bunga kedelai biasanya putih dan ungu. Setelah 7—10 hari bunga
pertama muncul, polong kedelai akan terbentuk untuk pertama kali. Polongnya
berwarna hijau saat masih muda dan kan berubah menjadi kuning kecoklaran saat
masak. Sementara itu, warna kulit biinya bervariasi, misalnya kuning, hitam, atau
cokelat. Bijinya ada yang berbentuk bulat, gepeng, agak gepeng, bulat telur,
tergantung pada varietas tanaman. namun demikian, sebagian besar biji berbentuk
keamping hingga 1,5 m. akar kedelai tumbuh benjolan, seperti puru yang disebut
bintil akar. Bintil akar merupakan bentuk simbiosis kedelai dengan bakteri
Rhizobium japonicum yang mampu mengikat gas nitrogen bebas dari udara
Species : Max
Genus : Glycine
Famili : Leguminosae
Ordo : Polypetales
dapat ebih baik pada struktur tanah yang gembur, bebas rumput, dan cara
90
bercocok tanam yang baik. Respon kedelai terhadap perubahan lingkungan akan
menjadi lebih menguntungkan dengan memilih verietas yang sesuai, waktu tanam,
pemupukan dann populasi tanam yang tepat. Tanaman kedelai dapat tumbuh
denga baik pada tanahsubur dengan pengairan yang baik, yang dikehendaki yang
adanya curah hujan sekitar 400 mm selama 3—4 bulan musim pertanamannya,
tanak pada kekeringan yang moderat kecuali pada masa pembungaan dan
yaitu yang berada dibawah ketinggian 1.000 m di atas permukaan laut (Cahyadi,
W., 2012).
Biji kedelai berkeping dua yang terbungkus oleh kulit biji. Embrio terletak
diantara keping biji. Warna kulit biji bermacam-macam. Terdapat kedelai berkulit
kuning, hitam, hijau, atau cokelat. Pusar biji atau hilum, adalah jaringan berkas
biji kedelai yang menempel pada dinding buah. Bentuk biji kedelai pada
umumnya bulat lonjong. Namun, terdapat bentuk bundar atau bulat agak pipih
macam gen yang berbeda atau menggunakan satu sifat beda. Dalam
kacang ercis dengan mengambil satu sifat beda yaitu tanaman ercis berbiji kuning
dan tanaman ercis berbiji hijau. Hasil perkawinan pertamanya menghasilkan biji 9
menghasilkan keturunan dari persilangan kedua yaitu tiga biji kuning berbanding
91
Persilangan monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama
dengan satu sifat beda. Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan
hukum Mendel I atau yang disebut dengan hukum segresi. Hukum ini berbunyi,
belum diketahui adanya sifat kromosom dan gen, apalagi asam nukleat yang
membina bahan genetik itu. Mendel menyebut bahan genetik itu hanya faktor
dalam lokus yang sama pada kromosom, pada waktu gametogenesis gen sealel
hanya fokus pada sebuah sifat yang berbeda dari sebuah karakter pada tanaman
sejenis. Persilangan ini sering dikenal dengan dengan persilangan satu sifat beda.
bahwa proses pembentukan gamet yang membawa karakter dan sifat berpisah
secara bebas dan dihasilkan perbandingan 3:1 untuk sifat kodominan penuh dan
1:2:1 untuk sifat kodominan tidak penuh. Bahasa inggris Hukum Mendel I dikenal
92
Manfaat dari persilangan monohibrid pada bidang pertanian antara lain para
bibit pada yang memiliki sifat unggul berdaya hasil tinggi, umur pendek dan
rasanya enak. Ditemukan pula bibit kelapa hibrida hingga jagung hibrida yang
berdaya hasil tinggi, hinggi dapat menjadi hasil pertanian dan perkebunan yang
resesif pada suatu persilangan satu sifat beda. Pada bidang pertanian persilangan
2. Menciptakan tanaman yang dapat berbuah banyak. Hasil dari satu kombinasi
baru pasangan gen yang linkage sehingga berbeda dengan kombinasi tetuanya.
(Crowder, 2006)
93
Menurut Campbell (2000), menyatakan bahwa manfaat persilangan
baik dalam suatu individu diseleksi sehingga menghasilkan keturunan yang lebih
baik dari induknya. Selain itu, dapat meningkatkan produktivitas pertanian yang
persilangan tadi.
dapat memperoleh sifat dari suatu tanaman yang kita inginkan dari tanaman
dengan sifat resesif yang kita punya dengan cara disilangkan dengan individu lain
memperoleh individu yang bersifat unggul. Hal ini juga dapat memurnikan suatu
kedelai putih/kuning, kedelai cokelat, kedelai hijau, dan kedelai hitam. Kedua
menurut umurnya terbagi atas umur pendek (60—80 hari), sedang (90—100 hari),
dan panjang (110-120 hari). Bentuk biji kedelai bergantung pada kultivarnya,
dapat berbentuk bulat, gepeng, dan sebagian besar bulat telur. Sedangkan besar
94
1. Kedelai berbiji besar, apabila bobot 100 biji lebih dari 13 gram;
2. Kedelai berbiji sedang, apabila bobot setiap 100 biji antara 11—13 gram;
3. Kedelai berbiji kecil, apabila bobot 100 biji antara 7—11 gram.
varietas kedelai adalah menurut umur, warna biji dan tipe batang. Beberapa
Varietas Galunggung memiliki keunggulan umur panen 80—90 hari dan produksi
1,5 ton/ha. Varietas Guntur memiliki keunggulan umur panen 71—79 hari dan
produksi 1,85 ton/ha. Varietas Lokon memiliki keunggulan umur panen 68—75
hari dan produksi 1,75 ton/ha. Varietas Wilis memiliki keunggulan umur panen 80
—90 hari dan produksi 1,75 ton/ha. Varietas Muria memiliki keunggulan umur
panen 83—88 hari dan produksi 1,8 ton/ha, dan cukup tahan karat daun, serta
tahan kerebahan.
monohibrid yang menggunakan kacang kedelai antara lain pada penyiapan tanah
tempat media tumbuh yang terkadang belum bersih dari akar-akar tanaman,
serta penyiraman yang terlalu sedikit sehingga kecambah tidak tumbuh normal
dan intensitas penyiraman yang terlalu banyak yang menyebabakan benih busuk
95
penyiraman baiknya melihat kondisi tanah tempat media tumbuh kacang kedelai,
seedbox yang salah seperti di tempat yang intensitas cahaya mataharinya tinggi
atau dengan kata lain tanpa naungan oleh sebab itu peletakan seedbox sebaiknya
kedelai digunakan kedalaman 3-5 cm dari permukaan tanah, dalam pratikum ada biji
kedelai yang tidak tumbuh karena kedalaman tanam kurang efisien sehingga tanaman
terhambat pertumbuhannya. Solusi dari berbagai masalah yang ada agar tanaman
kedelai yang diusahakan dapat tumbuh secara optimal maka dapat dilakukan
pemahaman dalam cara budidaya tanaman kedelai dan waktu tanam yang tepat
tanah yang subur tidak hanya dapat dilihat dari keadaan atau efektivitas jasad hidup
yang ada didalamnya. Jasad hidup seperti vegetasi dan makroflora merupakan yang
karena merupakan sumber utama bahan organik tanah (BOT), BOT ternyata banyak
kesuburan dan produktivitas tanaman kedelai, pemupukan merupakan salah satu hal
penting karena pemupukan adalah penambahan unsur hara yang dibutuhkan tanaman
pada teknologi pasca panen. Disamping itu kondisi lingkungan makro seperti tinggi
tempat, jenis tanah, suhu, curah hujan, dan kelembaban maupun lingkungan mikro
96
seperti pemupukan, jarak tanam, pengolahan OPT (termasuk gulma) yang optimal
berbunga ungu (UU) dengan kedelai berbunga putih (uu) sebanyak 3 kali
pertama, yang memiliki hipokotil warna ungu 13 dan warna putih 1. Berdasarkan
hasil pada persilangan kedua ini di dapatkan 35 keturunan dengan 24 warna ungu
dan 11 warna putih. Benih dipelihara hingga umur satu minggu. Setelah semua
menggunakan metode uji Chi Square. Lalu diperoleh hasil nilai X2 hitung (1,033)
dan nilai X2 tabel (3,84). Berdasarkan hasil tersebut menyimpulkan bahwa nilai X 2
hitung (1,033) < X2 tabel (3,84), maka H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya
hasil rasio persilangan monohibrid yang dilakukan signifikan atau sesuai dengan
memiliki hipokotil warna ungu 13 dan warna putih 1. Berdasarkan hasil pada
warna putih. Benih dipelihara hingga umur satu minggu. Setelah semua warna
metode uji Chi Square. Lalu diperoleh hasil nilai X2 hitung (1,033) dan nilai X2
(1,033) < X2 tabel (3,84), maka H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya hasil rasio
97
persilangan monohibrid yang dilakukan signifikan atau sesuai dengan rasio hasil
keturunan pertama kedelai, yang memiliki hipokotil warna ungu 13 dan warna
warna ungu dan 10 warna putih. Benih kedelai tersebut dipelihara hingga umur
satu minggu. Data hasil persilangan tersebut diolah dengan menggunakan metode
uji Chi Square. Lalu diperoleh hasil nilai X2 hitung (0,025) dan nilai X2 tabel
(3,84). Berdasarkan hasil tersebut menyimpulkan bahwa nilai X2 hitung (0,025) <
X2 tabel (3,84), maka H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya hasil rasio
persilangan monohibrid yang dilakukan signifikan atau sesuai dengan rasio hasil
keturunan pertama kedelai, yang memiliki hipokotil warna ungu 13 dan warna
warna ungu dan 5 warna putih. Benih kedelai tersebut dipelihara hingga umur satu
minggu dan diamati warna hipokotilnya. Data hasil persilangan tersebut yaitu
warna hipokotil diolah dengan menggunakan metode uji Chi Square. Lalu
diperoleh hasil nilai X2 hitung (2,0333) dan nilai X2 tabel (3,84). Berdasarkan
hasil tersebut menyimpulkan bahwa nilai X2 hitung (2,0333) < X2 tabel (3,84),
maka H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya hasil rasio persilangan monohibrid
yang dilakukan signifikan atau sesuai dengan rasio hasil persilangan hukum
Mendel I.
98
Ketiga percobaan diatas sesuai dengan pendapat Sudaryono (2012) yaitu,
penentuan signifikansi dari uji ini berdasarkan perbandingan antara nilai X hitung
dengan nilai X tabel. Jika nilai X hitung lebih kecil daripada nilai X tabel maka
sesuai dengan teori, begitu pula sebaliknya. Penentuan nilai X tabel untuk uji Chi-
square ini biasanya menggunakan nilai X tabel pada taraf kepercayaan 5%. Lebih
lanjut menurut Stansfield (1991), bahwa signifikan disini berarti diterima karena
jumlah macam gamet yang dibentuk oleh genotip parental yang diuji dalam hal ini
99
V. SIMPULAN
monohibrid untuk membuktian teori hukum Mendel I ini, maka dapat diambil
tumbuhkan pada media seedbox berisi tanah. Hasil rasio warna hipokotil yang
muncul dari persilangan yang diperoleh sesuai (signifikan) terhadap teori rasio
persilangan pada hukum Mendel I. Hal ini dikarenakan nilai X² hitung (1,9) lebih
100
DAFTAR PUSTAKA
Arisworo, Djoko dan Yusa. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam. Grafindo Media
Pratama. Bandung.
Cahyadi, Wisnu. 2012. Kedelai Khasiat dan Teknologi. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Purwono dan Heni P. 2009. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Rosa, E., Bustami, dan Fazal Nofriadinal. 2017. Respon Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Kedelai Pemberian Pupuk NPK dan Pupuk Guano. Jurnal
Agrotek Lestari. 4 (2) : 12—18.
101
Sugiharto, Bowo. 2005. Kromosom Manusia . Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Wijayanto, Dwi. A., Hidayat, Rusdi., Hasan, Mohammad. 2013. Penerapan Model
Persamaan Diferensi dalam Penentuan Probabilitas GenotipKeturunan
dengan dua Sifat Beda. Jurnal Ilmu Dasar. 14 (2) : 79—84.
102
LAMPIRAN
104
105
106
107
LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA TUMBUHAN
ACARA IV
PERSILANGAN DIHIBRID
Semester:
Ganjil 2018
Oleh :
Prastowo Aji Budi Hutomo
A1D017107/6
PJ Acara : Fajar Ilham Hendrawan & Yulia Caroline
A. Latar Belakang
dapat terjadi melalui suatu perkawinan yang akan menghasilkan suatu keturunan
yang mewarisi sifat indukannya. Pewarisan sifat merupakan salah satu cara
organisme untuk melestarikan jenisnya. Proses pewarisan sifat terjadi transfer gen
adanya variasi pada keturunannya. Pewarisan sifat tidak hanya melibatkan gen di
dalam inti, tetapi juga gen di luar inti. Peristiwa pewarisan sifat diatur oleh gen-
gen indukan yang melakukan perkawinan silang secara bebas dengan gen-gen lain
diluar gen indukan. Peristiwa tersebut di bahas dalam hukum Mendel II.
Hukum Mendel II atau dikenal dengan the law of independent assortmen of
genes atau Hukum Pengelompokan Gen Secara Bebas dinyatakan bahwa selama
mengelompok dengan gen lain yang bukan alelnya. Pembuktian hukum ini
dipakai pada dihibrid atau polihibrid, yaitu persilangan dari 2 individu yang
memiliki satu atau lebih karakter yang berbeda. Monohibrid adalah hibrid dengan
1 sifat beda, dan dihibrid adalah hibrid dengan 2 sifat beda. Hibridisasi ialah
perkawinan silang antara beragam jenis spesies pada suatu tanaman yang
yang diharapkan dan dapat bervariasi jenisnya. Peristiwa hibridisasi tersebut akan
108
mendapatkan kombinasi genetik yang dapat diperoleh dari proses persilangan dua
atau lebih tetua dengan genotipe yang berbeda. Hibridisasi terdiri dari dua jenis
bahwa gen-gen yang terletak pada kromosom yang berlainan akan bersegregasi
harapan yang mungkin disebabkan oleh beberapa hal seperti adanya interaksi gen,
adanya gen yang bersifat homozigot letal dan sebagainya. Fenotip adalah
penampakan atau perbedaan sifat dari suatu individu tergantung dari susunan
bentuk, rasa, dsb). Genotip adalah susunan atau konstitusi genetik dari suatu
simbol/tanda pertama dari fenotif. Oleh karena individu itu bersifat diploid, maka
genotif dinyatakan dengan huruf dobel, misalnya AA, Aa, aa, AABB,dsb.
dihibrid pada lalat buah Drosophila melanogaster yang telah ditangkap dan
dimasukkan ke dalam botol kultur. Lalat yang dikawinkan terdiri dari 3-5 pasang
lalat jantan dan betina dalam satu botol. Lalat berkembangbiak hingga
menghasilkan F2. Hal ini berkaitan dengan Hukum Mendel II yang telah
dilakukan Gregor Mendel pada percobaan kacang ercisnya. Oleh karena itu, perlu
109
dilakukan praktikum persilangan dihibrid untuk membuktikan Hukum Mendel II.
untuk diperoleh atau dicari serta siklus hidup dari lalat buah sangatlah pendek
B. Tujuan
persilangan dihibrid.
110
II. TINJAUAN PUSTAKA
ketika pembentukan gamet pada gen sealel secara bebas berpisah ke masing-
masing kutub ketika meiosis. Pembuktian hukum ini diterapkan pada persilangan
dihibrid atau polihibrid, yakni persilangan dari individu yang memiliki lebih dari
dipakai pada persilangan dihibrid, yaitu persilangan dari individu yang memiliki
dua karakter berbeda. Misalnya ada 2 pasang gen Aa dan Bb, masing-masing gen
itu kita bubuhkan pada kromosom berbeda, maka digambarkan ada 2 pasang
kombinasi baru, atau dengan istilah lain yaitu terkena rekombinan. Ketika itu
yang memiliki genotip double heterozigot sesuai dengan jenis hibridnya. Waktu
atas atau ke kutub bawah. Persilangan dihibrid jika parentalnya ialah AABB X
aabb, tentulah F1 AaBb, double heterozigot. Macam F1 yang terbentuk ada empat
yaitu AB, Ab, aB, dan ab. Jika F1 disilangkan sesamanya, maka F2 terdiri atas 16
111
Hukum Pasangan Bebas merupakan istilah lain dari Hukum Mendel II.
Segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi pasangan gen
kombinasi gen-gen secara bebas. Hukum Mendel II menyatakan bahwa bila dua
individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang
sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain. Alel dengan
gen sifat yang berbeda tidak saling mempengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa
gen yang menentukan tinggi tanaman dengan warna bunga suatu tanaman, tidak
beda atau persilangan antara individu yang memilik sifat-sifat yang berbeda.
Suatu sifat dari organism diturunkan tidak hanya melalui satu alel saja, tetapi
secara bersamaan beberapa sifat dapat diturunkan oleh beberapa alel. Persilangan
Pengelompokkan Gen Secara Bebas pada fertilisasi pada persilangan dengan dua
gamet yang secara genetik berbeda dengan frekuensi yang kira-kira sama karena
gamet dalam frekuensi yang sama baik pada jantan maupun betina. Papan 4x4
112
fenotie klasik yang dihasilkan dari perkawinan genotype dihibrida adalah 9:3:3:1.
Rasio ini diperoleh bila allele-allele pada kedua lokus memperlihatkan hubungan
fenotipe. Sifat dasar yang tidak tampak dan tetap (artinya tidak berubah-ubah oleh
lingkungan) pada suatu individu dinamakan genotipe. Fenotipe dari suatu individu
dapat sama tetapi genotipenya berbeda, hal ini terjadi pada kondisi semidominansi
atau intermediet. Hasil perkawinan antara dua individu yang mempunyai sifat
beda dinamakan hibrid. Perkawinan yang melibatkan satu sifat beda dinamakan
monohibrid, dua sifat beda dinamakan dihibrid, tiga sifat beda dinamakan trihibrid
Hibrid adalah turunan dari suatu persilangan antara dua individu yang secara
genetik berbeda. Arti hibrid semacam itu juga dikemukakan oleh Gardner. Hibrid
tergantung pada jumlah sifat yang diperhatikan pada persilangan itu. Dua sifat
beda yang dipelajari Mendel yaitu bentuk dan warna kapri. Hasil penelitian
terdahulu diketahui bahwa biji bulat (W) dominan terhadap biji berkerut (w), dan
menghasilkan nisbah 3:1. Rasio keturunan F2, Mendel juga mendapatkan bahwa
warna biji kuning (G) dominan terhadap biji hijau (g), dan segregasi dengan
nisbah 3:1. Persilangan kapri dihibrida berbiji kuning bulat dan berbiji hijau
113
Praktik persilangan dua individu yang mempunyai dua beda sifat, misalnya
beda bentuk dan warna biji kapri akan menghasilkan keturunan F1 yang
kapri berbiji kerut hijau (bbkk) dan tanaman kapri berbiji bulat kuning (BBKK).
Mula-mula tanaman kapri yang bijinya kerut hijau (bbkk) disilangkan dengan
tanaman yang bijinya bulat kuning (BBKK). Semua tanaman F1 (dihibrid) adalah
macam fenotip, yaitu biji bulat kuning, biji bulat hijau, biji kerut kuning, dan biji
kerut hijau. Mendel dapat mengambil kesimpulan bahwa anggota dari sepasang
Insecta, ordo Diptera, sub ordo Cyclorrhapha, familia Drosophilidae dan genus
dimorfisme. Ukuran tubuh lalat jantan lebih kecil dibandingkan betina dengan
tanda-tanda secara makroskopis adanya warna gelap pada ujung abdomen, pada
kaki depannya dilengkapi dengan sisir kelamin yang terdiri dari gigi hitam
Menurut Suryo (1986), menyatakan bahwa Uji Chi Kuadrat adalah hasil
didapat dari hasil percobaan, sedangkan frekuensi harapan nilainya dapat dihitung
114
secara teoritis. Statistik distribusi chi square digunakan dalam banyak hal. Mulai
dari pengujian proporsi data multinom, menguji kesamaan rata-rata poisson serta
pengujian hipotesis.
Uji Chi square merupakan salah satu pengujian untuk mengetahui hubungan
atau kebebasan antara variabel yang bersifat kategori. Metode uji Chi Square ini
memiliki beberapa kelebihan, yaitu dapat digunakan pada data kecil dan bersifat
distribution free. Salah satu metode untuk menguji hubungan antar variabel
adalah uji Chi Square. Dua variabel tersebut bertujuan untuk mengetahui
hubungan yang dibuktikan dengan suatu hipotesis yang digunakan pada H 0 dan
H1. Variabel H0 memilikia kedua variabel yang saling bebas dan pada H 1 memiliki
dua variabel tidak saling bebas. Metode uji Chi Square yang digunakan adalah
115
III. METODE PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu 13 November 2018 pada jam
kelancaran praktikum. Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu : lalat
pengamatan. Alat-alat yang digunakan antara lain kalkulator, lup, dan alat tulis.
C. Prosedur Kerja
Tahapan dan prosedur kerja pada praktikum persilangan dihibrid ini antara
116
5. Morfologi Drosophilla melanogaster digambar pada lembar pengamatan
beserta keterangannya.
117
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Sumber :
(Hotimah, et al.,
2017).
Sumber :
(Hotimah, et al.,
2017).
Bagan Persilangan :
P1: Mata Merah, Badan Kelabu >< Mata Coklat Badan Hitam
± ± se b
± ± se b
118
G: ± >< se, b
± ±
F1 : se b
± ± ± ±
F2 : se b >< se b
Gamet : ±± ±±
± b ± b
se ± se ±
seb seb
±± ± b se ± seb
±± ± ± ± ± ± ± ± ±
± ± ± b se ± se b
± b ± ± ± b ± ± ± b
± b ± b se b se b
se ± ± ± ± ± se ± se ±
se ± se b se ± se b
seb ± ± ± b se ± se b
se b se b se b se b
Tabel 2. Hasil persilangan dihibrid
± ± ± ± ± ± ± ± ± b ± b
Genotipe : ± ± : ± b : se ± : se b : ± b : se b :
se ± se ± se b
se ± : se b : se b .
: 1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 2 : 1 : 1
119
Rasio Fenotipe : Mata merah badan kelabu 9 ; Mata merah badan hitam 3 ; Mata
O 150 46 46 14 256
9 3 3 1
×256 ×256 ×432 ×256
E 16 16 16 16 256
=144 =48 =81 =16
( ( (
( |O−E| |246−243| |78−81| |80−81| ( |28−27| 52
2
) 2
) =9 2
) =9 2
) =1 )2 = 1
( |O−E| 36 4 4 4 52
2
) E 144 48 48 16 256
2
X Hitung 0,25 0,08 0,08 0,25 0,66
X2 Tabel = 7,81
Kesimpulan: X2 hitung (0,66) < X2 tabel (7,81), maka H0 diterima dan H1 ditolak,
maka hasil pengujian signifikan (pengujian sesuai dengan
perbandingan) hukum Mendel II.
B. Pembahasan
Dihibrid adalah persilangan dari individu yang memiliki dua karakter yang
baru sekadar rasio teoritis yang didapat dari perhitungan dan melihat pada susunan
120
genotip individu-individunya. Apabila dilakukan percobaan, hasilnya tidak akan
berbeda. Eksperimen Mendel dengan bentuk biji dan warna ercis adalah sebuah
fenotipe dan genotipnya. Metode ini pada dasarnya sama dengan persilangan
sifat beda. Persilangan dihibrid (homozigot untuk dua sifat yang berbeda)
bagaimana dua ciri, bentuk dan warna biji dapat berinteraksi dalam pewarisan
sifat. Hukum Mendel II atau yang dikenal sebagai Hukum Segregasi, membahas
mengenai gen-gen yang terletak pada kromosom yang berlainan akan bersegregasi
(Wijayanto, 2013).
mawar berbunga merah halus (MMHH) dengan tanaman mawar berbungan putih
bercak (mmhh).
121
MMHH mmhh
(merah halus)
F2:
MH Mh mH Mh
MH MMHH MMhh MmHH MmHh
Mh MMHh MMhh MmHh Mmhh
mH MmHH MmHh mmHH mmHh
mh MmHh Mmhh mmHh Mmhh
Rasio Genotip :
Merah halus (M_H_) : merah bercak (M_hh) : putih halus (mmH_) ; putih bercak
(mmhh) = 9 : 3 : 3 : 1.
Rasio Fenotip :
= 1 : 2 : 1: 2 : 4 : 2 : 1 : 2 : 1 (Cahyono, 2010).
persilangan dihibrid dalam mengembangkan varietas baru yang lebih unggul dan
122
panas atau kekeringan, maka dibuatlah varietas padi yang lebih tanah terhadap
panas dan lahan kering dengan kualitas yang sama dengan padi yang baik pada
tahan terhadap hama dan penyakit utama. Perbaikan pada kualitas buah
seperti kekompakan buah, kandungan biji sedikit, warna dan diameter buah,
perbaikan ekspresi kelamin bunga (bunga betina lebih banyak dari bunga
jantan). Perbaikan tipe tanaman seperti internodia pendek, buah banyak dan
masak serentak.
terhadap penyakit utama, peningkatan hasil, umur genjah, masak awak dan
kualitas rasa pedas, toleran terhadap cekaman abiotik dan aroma serta warna
buah menarik.
pada suatu lokus tidak bergantung kepada segregasi gen pada lokus yang lain
sehingga gen-gen akan bertemu dengan bebas pada gamet-gamet yang terbentuk.
123
Dengan kata lain, alel dengan gen sifat yang berbeda tidak saling mempengaruhi.
(Aryulina, 2007).
dilihat dari ciri-ciri yang dapat diamati (secara kolektif, fenotipenya) suatu
organisme dikendalikan oleh suatu faktor penentu yang disebut dengan gen.
pasang gen, satu anggota gen pasangan tersebut diwariskan dari setiap tetua. Suatu
gamet yang terbentuk karena meiosis, maka pasangan-pasangan gen akan menjadi
pewarisan satu pasangan gen sama sekali tidak bergantung pada pewarisan
hanya dapat terjadi bila dua pasang gen yang bersangkutan terdapat pada
pengelompokan secara bebas adalah setiap gamet jantan yang dihasilkan oleh F1
dihasilkan dari F1. Menutur Campbell (2008), hukum ini secara ketat hanya
124
berlaku pada gen-gen yang terletak pada kromosom berbeda, artinya kromosom
1. Mudah didapat
karena siklus hidup lalat buah yang sangat pendek yaitu sekitar 10 hingga 15 hari,
ukuran tubuh yang kecil dan mudah untuk didapatkan, dan mudah untuk diamati
persilangan antara lalat buah normal dengan lalat buah ebony, sehingga diketahui
125
Drosophila melanogaster adalah hewan yang memiliki banyak variasi.
Keragaman variasi tersebut dapat disebabkan salah satunya oleh mutasi. Mutasi
adalah perubahan pada materi genetik suatu makhluk hidup yang terjadi secara
tiba-tiba, acak dan merupakan dasar bagi sumber variasi organisme hidup yang
bersifat terwariskan (heritable). Selain itu mutasi juga dapat diartikan sebagai
perubahan struktural pada rangkaian DNA dalam suatu kromosom yang dapat
terjadi karena factor luar (mutagen). Peristiwa terjadinya mutasi disebut sebagai
kromosom) pada suatu organisme dan sifat yang dihasilkan akan diturunkan dari
ebony betina yaitu ukuran tubuh besar, abdomen posterior lancip, warna tubuh
hitam, warna mata merah, segmen bergaris tipis hitam dan panjang sayap lebih
panjang dari tubuh. Morfologi lalat ebony jantan yaitu ukuran tubuhnya kecil,
abdomen posterior tumpul, warna tubuh hitam, warna mata merah, bergaris tebal
hitam pada ujungnya dan panjang sayap lebih panjang dari tubuh (Crowder,
1990).
ada beberapa strain yang merupakan hasil mutasi dan menghasilkan mutan-mutan
yang berbeda dari keadaan normalnya. Perbedaan tersebut terutama terkait dengan
126
warna mata, bentuk mata, dan bentuk sayap. Beberapa jenis mutasi pada
Drosophila melanogaster yang dapat terlihat dari fenotipnya adalah mutasi warna
mata, bentuk mata, bentuk sayap dan warna tubuh. Berdasarkan hal tersebut, maka
dikenal berbagai strain (mutan) dari Drosophila melanogaster antara lain: normal,
sebagai berikut :
1. Short-Winged
vestigial gen yang dibawa oleh masing-masing lalat (satu dari orangtua
abnormal.
2. Curly-Winged Flies
Sayap-sayap lalat ini keriting. Lalat tipe ini mempunyai suatu cacat di
dalam tubuh mereka yaitu "gen keriting" pada kromosom yang kedua. Sayap-
sayap keriting ini terjadi karena suatu mutasi dominan, yang berarti bahwa
127
satu salinan gen diubah dan menghasilkan cacat itu. Jika salinan kedua-
duanya (orang tuanya) adalah mutan, maka lalat ini tidak akan survive.
3. Ebony Flies
Lalat ini berwarna gelap, hampir hitam dibadannya. Lalat ini membawa
suatu cacat di dalam tubuh yaitu gen kayu hitam yang terletak pada
kromosom ketiga. Secara normal, gen kayu hitam bertanggung jawab untuk
membangun pigmen yang memberi warna pada lalat buah normal. Jika gen
kayu hitam cacat, maka pigmen yang hitam ini dapat menyebabkan badan
4. Yellow Flies
normal. Lalat ini mempunyai suatu cacat di dalam tubuh yaitu gen kuning
pada lalat hitam normal. Hasil mutan ini tidak bisa menghasilkan pigmen atau
128
Gambar 4. Lalat Yellow Flies
Sumber : Hotimah (2017)
5. White-Eyed Flies
tubuh yaitu gen putih. Tetapi di lalat ini, gen putih secara total cacat,sehingga
6. Orange-Eyed Flies
seperti warna jeruk. Mempunyai suatu cacat di dalam tubuh yaitu gen putih,
yang secara normal menghasilkan pigmen merah di dalam mata. lalat ini
mempunyai gen yang putih hanya bekerja secara parsial dan memproduksi
129
Gambar 6. Lalat Orange-Eyed Flies
Sumber : Hotimah (2017)
7. Eyeless Flies
Lalat ini tidak punya mata. Lalat ini mempunyai suatu cacat di dalam
tubuh yaitu gen buta, yang secara normal diinstruksikan sel di dalam larva
8. Leg-Headed Flies
untuk merubah beberapa badan untuk menjadi kaki. Lalat ini mempunyai gen
130
antennapedia dengan licik instruksikan sel yang secara normal untuk
9. Normal
tubuh normal, sayap panjang dan lurus,warna tubuh coklat muda. Ukuran
tubuh lalat jantan lebih kecil daripada lalat betina, memiliki sisir seks pada
lengan, serta segmen hitam pada ujung abdomen lebih besar dibanding
Lalat tipe normal betina memiliki ciri-ciri morfologi mata merah, abdomen lancip,
sayap panjang, dan ukuran tubuh lebih besar daripada lalat jantan. Lalat tipe
normal jantan, ciri morfologinya mata merah, abdomen tumpul, sayap panjang,
131
memiliki sisir kelamin, dan ukurannya lebih kecil daripada lalat betina. Menurut
sebagai berikut: panjang tubuh lalat dewasa 2-3 mm, imago betina umumnya lebih
dengan faset mata berwarna merah berbentuk elips. Terdapat pula mata oceli yang
mempunyai ukuran jauh lebih kecil dari mata majemuk, berada pada bagian atas
kepala, di antara dua mata majemuk, berbentuk bulat. Selain itu, Drosophila
banyak bulu, dengan warna dasar putih. Abdomen bersegmen lima, segmen
terlihat dari garis-garis hitam yang terletak pada abdomen. Sayap Drosophila
normal memiliki ukuran yang panjang dan lurus, bermula dari thorax hingga
lalat jantan mempunyai sex comb (sisir kelamin) pada kaki depannya, sehingga
dapat digunakan sebagai alat identifikasi, sedangkan lalat betina tidak memiliki
sisir kelamin. Lalat betina mempunyai tanda berwarna gelap atau hitam pada
Lalat tipe mutan ebony, tubuh lalat berwarna hitam dan memiliki warna
merah dan untuk lalat tipe white memiliki warna mata hitam (Iskandar et al.,
2009). Persilangan lalat betina normal dengan lalat jantan eboni, didapatkan
keturunan F1 100% mata merah dan badan kelabu. Jika F1 dikawinkan dengan
untuk lalat mata merah badan kelabu, 3 untuk lalat mata merah badan hitam, 3
132
untuk lalat mata coklat badan kelabu, dan 1 untuk lalat coklat badan hitam. Hal ini
menunjukkan bahwa persilangan yang terjadi pada lalat normal dengan lalat eboni
X2 juga didapatkan X2 hitung (0,20) < X2 tabel (7,81) yang artinya hasil percobaan
persilangan dihibrid yang dilakukan sesuai (sigifikan) dengan Hukum Mendel II.
V. SIMPULAN
yang dilakukan pada lalat Drosophila ebony dan lalat Drosophila white sesuai
dengan Hukum Mendel II, karena hasil perhitungan nilai X2 hitung (0,66) lebih
kecil daripada nilai X2 tabel (7,81), artinya hasil pengujian tersebut sesuai
133
DAFTAR PUSTAKA
Ferdinand, fiktor P. & Mukti. 2007. Praktis Belajar Biologi. Visindo Media
Persada, Jakarta.
134
Hotimah, Husnul. Purwatiningsih dan Kartika. 2017. Deskripsi morfologi
Drosophilla melanogaster normal (Diptera : Droshophillidae), strain
sepia dan plum. Jurnal Ilmu Dasar. 18(1): 55-60.
Karmana, I.W. 2010. Pengaruh macam strain dan umur betina terhadap jumlah
turunan lalat buah (Drosophila melanogaster). Jurnal Agroteknologi.
4(2) : 15-20.
135
LAMPIRAN
136
Gambar 11. Pengamatan morfologi lalat
Drosophilla melanogaster
137
138
139
140
LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA TUMBUHAN
ACARA V
PENYIMPANGAN HUKUM MENDEL
Semester:
Ganjil 2018
Oleh :
Prastowo Aji Budi Hutomo
A1D017107/6
PJ Acara : Dea Johana dan Dewi Puspitasari
A. Latar Belakang
generasi berikutnya disebut gen. Gen merupakan faktor turunan tersimpan dalam
dari kromosom yang mengandung satuan informasi genetik dan mengatur sifat-
sejenis. Perkawinan antara dua individu sejenis yang mempunyai sifat beda
disebut persilangan. Sifat beda ditentukan oleh gen di dalam kromosom yang di
atau dipengaruhi oleh gen lain, digunakan untuk menumbuhkan karakter. Gen-gen
itu mungkin terdapat pada kromosom sama (berangkai), mungkin pula pada
sifat secara bebas, diketahui bahwa tidak semua keturuan yang bersegregasi dapat
Pewarisan sifat dan kombinasi antar gen, tidak jarang menghasilkan gen
yang kurang diinginkan, seperti gen hemofilia dan albinism. Gen yang kurang
atau biasa disebut dengan interaksi gen merupakan penyimpangan semu terhadap
141
hukum Mendel yang tidak ada kaitannya dengan nisbah fenotip, tetapi
Penyimpangan ini terjadi karena kedua pasang gen melakukan interaksi gen
(kerjasama gen). Interaksi gen terjadi karena adanya interaksi antar alel dan secara
genetik.
sering menemukan rasio fenotip yang berbeda, seperti tidak mengikuti hukum
Biasanya kita beranggapan bahwa suatu sifat keturunan yang nampak pada
suatu individu itu ditentukan oleh sebuah gen tunggal. Penerapan dalam
komplementer, atavisme, epistasis dan hipostasis, dan polimeri. Oleh karena itu,
142
kita perlu mempelajari mengenai penyimpangan hukum Mendel yang akan
B. Tujuan
143
II. TINJAUAN PUSTAKA
Organisme yang terdiri dari satu dan dapat melakukan pewarisan sifat
pewarisan Mendel. Persilangan atau perkawinan antar jenis atau individu dalam
suatu populasi terjadi karena adanya penyebaran gen. Berdasarkan jumlah sifat
sifat beda. Persilangan dihibrid ini lebih rumit dibandingkan dengan persilangan
penting dalam genetika populasi yang melibatkan dua lokus adalah adanya
genes” pengelompokan gen secara bebas. Hukum ini berlaku ketika pembentukan
gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi ke masing-masing kutub ketika
kacang ercis untuk dihibrid, yang pada bijinya terdapat dua sifat beda, yaitu soal
bentuk dan warna biji. B untuk biji bulat, b untuk biji kisut, K untuk warna kuning
dan k untuk warna hijau. Semua tanaman F1 berbiji bulat kuning apabila tanaman
ercis biji bulat kuning homozygote (BBKK) disilangkan dengan biji kisut hijau
(bbkk). Tanaman ini akan membentuk empat macam gamet baik jantan ataupun
betina masing-masing dengan kombinasi BK, Bk, Bk, bk apabila Apabila tanaman
144
F1 ini dibiarkan menyerbuk kembali.. Akibatnya turunan F2 dihasilkan 16
kombinasi.yang terdiri dari empat macam fenotip, yaitu 9/16 bulat kuning, 3/16
bulat hijau, 3/16 kisut kuning dan 1/16 kisut hijau. Dua diantara fenotip itu serupa
dengan induknya semula dan dua lainnya merupakan fariasi baru (Kimball, 1987).
Beberapa gen yang berinteraksi atau dipengaruhi oleh gen lain, digunakan
Mendel dan penelitian awal tentang pewarisan sifat secara bebas, diketahui bahwa
yang jelas dengan nisbah yang sederhana. Keragaman nisbah genetika Mendel ini
dapat dijelaskan berdasarkan adanya interaksi gen, yaitu pengaruh satu alel
terhadap alel lain pada lokus yang sama dan juga pengaruh satu gen pada satu
Keturunan yang dihasilkan oleh induknya banyak yang tidak dapat dianalisis
dengan cara Mendel sederhana, seperti dihibrid dan monohibrid. Oleh karena itu,
mendel adalah penyimpangan yang tidak keluar dari hukum Mendel walaupun
terjadi perubahan pada rasio F2-nya karena gen memiliki sifat yang berbeda-beda
sehingga rasio fenotipe tidak sama dengan yang diuraikan oleh hukum Mendel
(Abdurrahman, 2008).
alel dimana alel-elel yang berasal dari gen yang berbeda terkadang berinteraksi
145
menyebabkan dominasi suatu alel terhadap alel lain tidak selalu terjadi.
Contohnya interaksi bentuk pial pada ayam yang berbentuk rose dan walnut
(Yunus, 2006).
9:3:3:1. Suatu kasus tertentu, perbandingan tersebut tidak tepat sama dengan
9:6:1 (gen duplikat dengan efek kumulatif) atau 15:1 (polimeri atau epistasis
dominan duplikat). Menurut Mendel fenotipe F2 itu ada 4 kelas, tetapi karena ada
suatu karakter tidak sempurna atau terhalang apabila salah satu gen tidak
hadir maka
146
2. Kriptomeri, yaitu interaksi yang sifatnya menyembunyikan karakter yang
3. Epistasis, yaitu interaksi dimana yang satu mengalahkan atau menutupi gen
mempengaruhi antara 2 pasang gen atau lebih disebut interaksi gen. Perbedaan
perubahaan rasio fenotip tergantung pada macam interaksi gennya. Interaksi gen
terjadi antara gen yang berbeda alel. Pewarisan Mendel terjadi di antara gen pada
alel yang sama atu gen pada kromosom yang sehomolog. Interaksi gen ada 5
gen komplementer. Interaksi gen lainnya adalah sifat dominan tidak sempurna
penutupan ekspresi oleh pasangan gen lain. Sebuah atau sepasang gen yang
menutupi ekspresi gen lain yang bukan alelnya dinamakan gen yang epistasis.
147
III. METODE PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 15 November 2018 pada jam
Purwokerto.
praktikum. Bahan yang digunakan dalam praktikum acara ini meliputi kantong
plastik dan kancing warna. Alat yang digunakan yaitu lembar pengamatan dan alat
tulis.
C. Prosedur Kerja
148
3. Pengambilan kancing dilakukan 90x dan 160x, kemudian dicatat pada lembar
A. Hasil
149
Kesimpulan : X² Hitung (1,038) < X² Tabel (5,99), maka H0 diterima dan H1
ditolak sehingga hasil percobaan sesuai dengan penyimpangan
hukum Mendel epistasis dominan dengan perbandingan 12:3:1.
Tabel 3. Uji X2 pembuktian penyimpangan hukum Mendel untuk epistasis resesif
(9:3:4) (90x)
Karakteristik yang diamati
Total
Cokelat Hijau Hitam
Observasi (O) 45 17 28 90
Harapan (E) 9 3 4 90
× 90=50,625 × 90=16 , 875 × 90=22,5
16 16 16
( |O - E| )² (|45–50,625|)² (|17-16,875|)² (|28-22,5|)² 61,91
¿¿ 31,64 0,02 30,25 1,970
50,625 16,875 22,5
X2 0,625 0,001 1,344 1,970
X2 Tabel = 5,99
Kesimpulan : X² Hitung (1,1) < X² Tabel (5,99), maka H 0 diterima dan H1 ditolak
sehingga hasil percobaan sesuai dengan penyimpangan hukum
Mendel epistasis resesif dengan perbandingan 9:3:4.
150
Tabel 5. Uji X2 pembuktian penyimpangan hukum Mendel untuk epistasis
dominan resesif (13:3) (90x)
Karakteristik yang diamati
Total
Cokelat Hitam
Observasi (O) 75 15 90
13 3
Harapan (E) × 90=73,125 × 90=16,875 90
16 16
2 2 2
|O−E|− 1
( |75−73,125|− 1 |15−16,875|− 1
2) ( ) ( ) 3,78
2 2
2
(|O−E|− 12 ) 1,89
73,125
1,89
16,875
0,138
E
X2 0,026 0,112 0,138
X2 Tabel = 3,84
(|O−E|− 12 ) 20,25
130
20,25
30
0,831
E
X2 0,156 0675 0,831
X2 Tabel = 3,84
151
Tabel 7. Uji X2 pembuktian penyimpangan hukum Mendel untuk epistasis
dominan duplikat (15:1) (90x)
Karakteristik yang diamati
Total
Hijau Hitam
Observasi (O) 87 3 90
15 1
Harapan (E) × 90=84,375 × 90=5,625 90
16 16
2 2 2
(|O−E|− 12 ) 4,5
84,375
4,5
5,625
0,85
E
X2 0,05 0,8 0,85
X2 Tabel = 3,84
Kesimpulan : X² Hitung (0,85) < X² Tabel (3,84), maka H0 diterima dan H1 ditolak
sehingga hasil percobaan sesuai dengan penyimpangan hukum
Mendel epistasis resesif dengan perbandingan 15:1.
152
hukum Mendel epistasis dominan duplikat dengan perbandingan
15:1.
(|O−E|− 12 ) 0,765
50,625
0,75
39,375
0,034
E
X2 0,015 0,019 0,034
X2 Tabel = 3,84
Tabel 10. Uji X2 pembuktian penyimpangan hukum Mendel untuk epistasis resesif
duplikat (9:7) (160x)
Karakteristik yang diamati
Total
Cokelat Hitam
Observasi (O) 90 70 160
9 7
Harapan (E) ×160=90 ×160=70 160
16 16
2 2 2
|O−E|− 1
( |90−90|− 1 |70−70|− 1
2) ( ) ( ) 3,78
2 2
2
(|O−E|− 12 ) 0,25
90
0,25
70
0,005
E
X2 0,002 0,003 0,005
X2 Tabel = 3,84
153
Kesimpulan : X² Hitung (0,005) < X² Tabel (3,84), maka H0 diterima dan H1
ditolak sehingga hasil percobaan sesuai dengan penyimpangan
hukum Mendel epistasis resesif duplikat dengan perbandingan 9:7.
Tabel 11. Uji X2 pembuktian penyimpangan hukum Mendel untuk epistasis gen
duplikat dengan efek kumulatif (9:6:1) (90x)
Karakteristik yang diamati
Total
Cokelat Hijau Hitam
Observasi (O) 47 37 6 90
9 6 1
Harapan (E) × 90=50,625 × 90=33,75 × 90=5,625 90
16 16 16
Kesimpulan : X² Hitung (0,58) < X² Tabel (5,99), maka H0 diterima dan H1 ditolak
sehingga hasil percobaan sesuai dengan penyimpangan hukum
Mendel epistasis gen duplikat dengan efek kumulatif dengan
perbandingan 9:6:1.
Tabel 12. Uji X2 pembuktian penyimpangan hukum Mendel untuk epistasis gen
duplikat dengan efek kumulatif (9:6:1) (160x)
Karakteristik yang diamati
Cokelat Hijau Hitam Total
Observasi (O) 95 57 8 160
9 6 1
Harapan (E) ×160=90 ×160=60 ×160=10 160
16 16 16
( |O - E| )² ( |95 - 90 | )² ( |57 - 60| )² ( |8 - 10| )² 38
25 9 4
¿¿ 0,83
90 60 10
X2 0,28 0,15 0,40 0,83
X2 Tabel = 5,99
154
Kesimpulan : X² Hitung (0,83) < X² Tabel (5,99), maka H0 diterima dan H1 ditolak
sehingga hasil percobaan sesuai dengan penyimpangan hukum
Mendel epistasis gen duplikat dengan efek kumulatif dengan
perbandingan 9:6:1.
B. Pembahasan
genes” pengelompokan gen secara bebas. Hukum ini berlaku ketika pembentukan
gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi ke masing-masing kutub ketika
kacang ercis untuk dihibrid yang pada bijinya terdapat dua sifat beda yaitu soal
bentuk dan warna biji. B untuk biji bulat, b untuk biji kisut, K untuk warna kuning
dan k untuk warna hijau. Semua tanaman F1 berbiji bulat kuning apabila tanaman
ercis biji bulat kuning homozygote (BBKK) disilangkan dengan biji kisut hijau
(bbkk). Tanaman ini akan membentuk empat macam gamet baik jantan ataupun
betina masing-masing dengan kombinasi BK, Bk, Bk, bk apabila tanaman F1 ini
yang terdiri dari empat macam fenotip yaitu 9/16 bulat kuning, 3/16 bulat hijau,
3/16 kisut kuning dan 1/16 kisut hijau. Dua diantara fenotip itu serupa dengan
induknya semula dan dua lainnya merupakan fariasi baru (Kimball, 1987).
Penyimpangan semu ini terjadi karena adanya 2 pasang gen atau lebih saling
pengaruh mempengaruhi antara 2 pasang gen atau lebih disebut interaksi gen.
155
hipostasis, polimeri. Komplementer adalah peristiwa dimana 2 gen dominan
pengaruhnya bila bertemu dengan faktor dominan lain yang bukan alelanya.
keluar dari hukum Mendel walaupun terjadi perubahan pada rasio F2-nya karena
gen memiliki sifat yang berbeda-beda sehingga rasio fenotipe tidak sama dengan
hukum Mendel disebabkan oleh genetik dan interaksi alel dimana alel-alel yang
suatu alel terhadap alel lain tidak selalu terjadi. Contohnya interaksi bentuk pial
diturunkan dari suatu induk kepada generasi fenotipenya dan dapat mengetahui
sifat-sifat yang dimiliki anakannya. Selain itu, dapat juga diketahui bahwa
hanya berbeda variasi pada fenotip, tetapi jumlah fenotip sebenarnya sama yaitu
16, seperti pada epistasis resesif duplikat 9:7 = 9:(3+3+1), epistasis dominan
156
12:3:1 = (9+3):3:1, epistasis dominan duplikat 15:1 = (9+3+3):1, epistasis resesif
pembentukan gamet, pembelahan alel dari gen adalah proses pembelahan alel dari
gen yang lain dan terjadi pengelompokan dengan gen lain yang bukan alelnya.
yaitu 9:3:3:1. Selain itu, dengan mempelajari penyimpangan hukum Mendel kita
dapat mengatahui bahwa alel dominan dari suatu gen itu kemungkinan dapat
1. Mempelajari kejadian-kejadian apa saja yang terjadi pada gen makhluk hidup.
157
Menurut Suryo (1998), menyatakan bahwa macam-macam penyimpangan
1. Epistasis dominan
Epistasis dominan misalnya terjadi pada pewarisan warna kulit biji gandum,
seperti dilaporkan oleh Nelson-Ehle. Warna kulit biji gandum ditentukan oleh
gen H untuk warna hitam dan gen K untuk warna kuning. Gen H bersifat
F2 antara biji hitam : biji kuning : biji putih adalah 12:3:1. Persilangannya
P1 : ♂ HHkk x ♀hhKK
(hitam) (kuning)
Gamet: Hk hK
F1 : HhKk
(hitam)
P2 : HhKk x HhKk
(hitam) (hitam)
158
F2 :
♀ HK Hk hK Hk
♂
HHKK HHKk HhKK HhKk
HK
Hitam Hitam Hitam hitam
HHKk HHkk HhKk Hhkk
Hk
Hitam Hitam Hitam hitam
HhKK HhKk HhKK HhKk
HK
Hitam Hitam Kuning kuning
HhKk Hhkk HhKk Hhkk
Hk
Hitam Hitam kuning Putih
2. Epistasis resesif
Linari maroccana.
P : Merah x Putih
Aabb aaBB
bersama)
P2 : AaBb x aaBB
F2 : AaBb : ungu
AAbb : merah
aaBB : putih
159
aabb : putih
(Suryo,1998).
penyimpangan semu yang terjadi karena terdapat dua gen dominan yang jika
dalam keadaan bersama akan menghambat pengaruh salah satu gem dominan
Drossophilla melanogaster.
F1 : PpSs (merah-suspensor)
banyak sifat beda yang berdiri sendiri, akan tetapi mempengaruhi bagian yang
P1 : ♀M1M1M2M2 x ♂m1m1m2m2
160
(merah) (putih)
F1 : M1m1M2m2
(merah)
P2 : M1m1M2m2 x M1m1M2m2
(merah) (merah)
(Suryo,1998).
karakter (fenotip) tertentu. Sebaliknya jika salah satu gen tidak hadir maka
dan apabila ada salah satu gen bersifat homozigot resesif (aa) maka
pemunculan karakter anakan akan terhalangi maka kedua dari gen harus
P1 : CCpp x ccPP
161
Putih Putih
F1 : CcPp
Ungu
P2 : CcPp x CcPp
Ungu Ungu
9 C-P- = Ungu
3 C–pp = Putih
3 ccP- = Putih
1 ccpp = Putih
ada pigmen aktifitas enzimnya tidak tampak. Jika tidak ada enzim pengaktif
pigmen warna tidak akan aktif dan fenotipe keturunannya adalah 9:7
(Suryo,1998).
fenotip F2 :
9 A-B- = 9
3 A-bb + 3 aa B- = 6
1 aabb = 1
gen dominan yang mempengaruhi bagian tubuh makhluk hidup yang sama
162
dan jika berada bersama-sama fenotipnya merupakan gabungan dari kedua
P1 : BBLL x bbll
(Cakram) (Lonjong)
F1 : BbLl
(Cakram)
P2 : BbLl x BbLl
Cakram Cakram
9 B-L- = Cakram
3 B–ll = Bulat
3 bbL- = Bulat
1 bbll = Lonjong
1. Kriptomeri
apabila tidak berpasangan dengan gen dominan lainnya, dan sifat gen tersebut
baru akan nampak apabila bertemu dengan gen lain yang sesuai. Karakter gen
akan tersembunyi apabila gen dominan berdiri sendiri. Contoh tanaman yang
163
2. Polimeri
dengan sifat berbeda yang berdiri sendiri tetapi mempengaruhi karakter dan
bagian yang sama dari suatu organisme. Rasio fenotipe F2 pada polimeri
adalah 15:1. Tanaman yang heterozigot mempunyai warna merah yang lebih
muda daripada tanaman homozigot yang warna merahnya lebih kuat. Turunan
F1 akan dihasilkan warna merah yang pudar dibanding dengan induknya, dan
3. Komplementer
dimaksud juga tidak akan mucul sempurna apabila salah satu gen tidak
Epistasis adalah adalah suatu gen dominan yang menutupi gen dominan
lainnya yang bukan alelnya, sehingga sifat yang dikendaliakan gen yang
tertutup tidak muncul, tetapi juga tidak hilang. Faktor gen yang ditutupi
dimana ada gen A untuk umbi merah dan gen B untuk umbi kuning. Gen A
164
homozigot kuning menghasilkan keturunan F1 yang berumbi merah dan pada
5. Atavisme
Contohnya persilangan ayam jengger mawar dan ercis didapatkan ayam pada
kromosom yang sama tidak dapat bersegragasi secara bebas dan cenderung
jenis kelamin. Tautan dipengaruhi oleh adanya pindah silang. Pindah silang
(Barmawi, 2007).
165
Gagal berpisah adalah kegagalan pemisahan sepasang kromosom homolog
selama proses anafase meiosis II. Gagal berpisah dapat terjadi pada kromosom
seks ataupun autosom. Pautan seks (sex linkage) adalah gen yang terletak pada
kromosom seks. Karakter yang ditimbulkan oleh gen ini muncul bersama-sama
dengan jenis kelamin. Gen berpautan seks yang pertama kali ditemukan adalah
gen mutan resesif yang menyebabkan warna mata putih pada Drosophila. Mutasi
adalah suatu perubahan yang terjadi pada bahan genetika sehingga ekspresinya
(fenotip) berubah. Mutasi dapat terjadi pada pasangan basa, satu ruas ADN, atau
kodon ARNd dan akhirnya menyebabkan perubahan jenis asam nukleat yang
pengambilan kancing secara acak dalam kantong plastik hitam dengan dua atau
tiga fenotipe sebanyak 90x dan 160x. Percobaan pertama yaitu dengan kantong
coklat, dan hijau dengan perbandingan 12:3:1. Pengambilan secara acak dilakukan
160x diperoleh X2 hitung (1,038) dan X2 tabel (5,99). Oleh karena itu dapat
166
disimpulkan bahwa X2 hitung < X2 tabel, sehingga hasil percobaan tersebut
Ujianto (2011), bahwa epistasis dominan memiliki rasio fenotipe 12:3:1 pada
hasil persilangannya.
Percobaan kedua yaitu kantong yang berisi gen epistasis resesif pada
dilakukan dengan pengambilan secara acak sebanyak 90x dan dilakukan analisis
(1,970) dan nilai X2 tabel (5,99). Berdasarkan hasil tersebut, maka disimpulkan
bahwa X2 tabel > X2 hitung, sehingga hasil percobaan tersebut signifikan (sesuai
Pengambilan secara acak yang kedua sebanyak 160x diperoleh hasil analisis chi-
square, nilai X2 hitung (1,1) dan X2 tabel (5,99). Berdasarkan hasil tesebut
diperoleh kesimpulan bahwa nilai X2 hitung < X2 tabel, sehingga hasil percobaan
pada rasio penyimpangan epistasis resesif. Hal ini sesuai dengan pernyataan
pada perbandingan warna kancing coklat dan hitam. Pengambilan secara acak
dilakukan sebanyak 90x dan diperoleh hasil melalui metode chi-square, nilai X2
167
hitung (0,138) dan X2 tabel (3,84). Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat
disimpulkan bahwa nilai X2 hitung > X2 tabel, maka hasil percobaan signifikan
resesif. Pengambilan secara acak yang kedua sebanyak 160x, diperoleh X2 hitung
(0,831) dan X2 tabel (3,84). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
dominan resesif 13:1. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Yusuf (2001), rasio
secara acak sebanyak 90x sehingga diperoleh X 2 hitung (0,85) dan X2 tabel (3,84).
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa X2 tabel > X2 hitung, maka
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan X 2 hitung > X2 tabel, sehingga hasil
168
Percobaan kelima yaitu kantong yang berisi gen duplikat dengan efek
(0,034) dan X2 tabel (3,84). Kesimpulan dari hasil tersebut adalah X 2 hitung > X2
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa X2 hitung < X2 tabel, maka
sesuai dengan rasio penyimpangan epistasis resesif duplikat 9:7. Menurut Susanto
(2014), bahwa pada epistasis resesif ganda rasio yang dihasilkan pada F2 yaitu 9:7.
Percobaan keenam yaitu kantong yang berisi gen duplikat dengan efek
kumulatif pada perbandingan coklat, hijau dan hitam dengan perbandingan 9:6:1.
Data analisis chi-square pada pengambilan secara acak sebanyak 90x, diperoleh
nilai X2 hitung (0,58) dan X2 tabel (5,99). Berdasarkan hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa X2 tabel > X2 hitung, maka hasil percobaan tersebut signifikan
dengan efek kumulatif. Data hasil percobaan kedua yakni dengan pengambilan
secara acak 160x, diperoleh nilai X2 hitung (0,83) dan X2 tabel (5,99).
Berdasarkan hasil data analisis metode chi-square yang diperoleh maka dapat
169
(sesuai dengan perbandingan) terhadap rasio penyimpangan epistasis duplikat
(Crowder, 1993) :
a. Umur yaitu proses penuaan dimulai dari saat pembuahan dan berlangsung
170
V. SIMPULAN
terdapat 6 macam yaitu epistasis dominan dengan rasio 12:3:1, epistasis resesif
dengan rasio 9:3:4, epistasis dominan resesif dengan rasio 13:3, epistasis dominan
duplikat dengan rasio 15:1, epistasis resesif duplikat dengan rasio 9:7, dan gen
171
DAFTAR PUSTAKA
Kisman. 2008. Pola pewarisan adaptasi kedelai (Glycine max L.) terhadap
cekaman naungan berdasarkan karakter morfo-fisiologi daun. Buletin
Agronomi. 36(1):1—7.
Maulidi, Andri. 2014. Deskripsi Konsepsi Siswa Pada Materi Hereditas di MAN.
Artikel Ilmiah. Universitas Tanjung pura, Pontianak.
Stansfield, William dan Elrod, Susan. 2002. Genetics, Fourth Edition. The
McGraw-Hill Companies. California.
172
Supartha, I.W. 2008. Pengendalian Terpadu Vektor Virus Demam Berdarah
Dengue, Aedes aegypti (Linn.) dan Aedes albopictus (Skuse) (Diptera:
Culicidae). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Denpasar.
Bali.
Susanto, G. W. A. 2014. Genetika umur panen dan hubungannya dengan hasil dan
komponen hasil tanaman kedelai. [On-line].
http://etd.repository.ugm.ac.id/index. Diakses pada 8 November 2018.
Ujianto, L. 2011. Evaluasi ketahanan hibrida hasil persilangan kacang hijau dan
kacang uci terhadap Callosobruchus chinensis L. (coleoptera: bruchidae).
Jurnal Hama Penyakit Tanaman. 1(1):130—138.
Yunus, Rosman. 2006. Teori Darwin dalam Pendangan Sains dan Islam. Prestasi,
Jakarta.
Yusuf. 2001. Genetika I: Struktur dan Ekspresi Gen. Sagung Seto, Jakarta.
173
LAMPIRAN
174
Gambar 2. Kancing warna
hitam dan coklat
Gambar 3. Pengambilan
kancing warna dalam kantong
plastik
175
Gambar 4. Kantong plastik
(polybag)
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA TUMBUHAN
ACARA VI
PERHITUNGAN FREKUENSI ALELE, FREKUENSI GENOTIP,
PENGUKURAN SIFAT-SIFAT KUANTITATIF
Semester:
Ganjil 2018
Oleh :
Prastowo Aji Budi Hutomo
A1D017107/6
PJ Acara: Nada Selfia dan Fia Arinta Arvianti
A. Latar Belakang
induk (DNA induk) kepada anaknya melalui kromosom yang terdapat di dalam
sel. Proses penurunan sifat atau DNA induk kepada anaknya di dalam kromosom
terdapat alel. Alel merupakan gen-gen yang menempati atau terletak pada lokus
yang memiliki tugas berlawanan. Proses penurunan sifat dapat diketahui sifat
tampak yang diturunkan induknya kepada anaknya, yang disebut dengan fenotip.
Sedangkan, terdapat pula istilah genotip dalam proses penurunan sifat. Genotip
adalah sifat dari induk yang tidak dapat dilihat dengan mata (tidak nampak) yang
ditinjau pada aras individu, melainkan lebih pada aras populasi. Populasi yang
menjadi pertanyaan adalah bagaimana perilaku produk suatu mutasi atau gena
Faktor-faktor lain yang tentunya dapat mempengaruhi memiliki porsi yang beda
189
Jika individu-individu dalam populasi mengadakan persilangan secara acak
dan beberapa asumsi dipenuhi, maka frekuensi alel dalam populasi akan tetap
dalam keseimbangan yang stabil, yaitu tidak berubah dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Tiap gamet yang berbeda akan terbentuk sebanding dengan
frekuensi masing-masing alelnya dan frekuensi tiap tipe zigot akan sama dengan
Weinberg adalah perkawinan secara rambang, tidak ada seleksi, tidak ada migrasi,
tidak ada mutasi, tidak ada penghanyutan genetik rambang dan meiosis normal.
bahwa frekuensi alel dan genotipe dalam kumpulan gen suatu populasi tetap
konstan selama beberapa generasi kecuali kalau ada yang bertindak sebagai agen
salinan rekombinasi seksual. Frekuensi gen merupakan frekuensi suatu alel pada
praktikum ini juga akan mengukur sifat-sifat kualitatif dan kuantitatif suatu
Lungkang gen merupakan total seluruh gen yang ada dalam gamet dari
tetapi en-gennya tetap ada sepanjang waktu. Gen-gen diatur kembali dari generasi
antara kromosom homolog. Gen-gen dapat berubah karena mutasi. Frekuensi alel
190
Banyak sifat tanaman dan hewan yang lebih memperlihatkan perbedaan
tingkatan fenotipe continue daripada perbedaan fenotipe yang jelas dan tegas
seperti yang dijumpai dalam segregasi sifat Mendel. Sifat-sifat ekonomis penting
seperti hasil tanaman ketahanan terhadap penyakit dan lain-lain, menunjukan pola
yang seolah-olah tercampur dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya. sifat-sifat ini
Pewarisan sifat terjadi secara acak sehingga ada kemungkinan frekuensi alel
dalam populasi tetap seimbang. Keseimbangan frekuensi alel dalam populasi ini
B. Tujuan
191
II. TINJAUAN PUSTAKA
digolongkan sebagai spesies yang sama. Sampai saat ini, kita akan mendefinisikan
potensi untuk saling mengawini dan menghasilkan keturunan yang subur di alam
tersebar secara tidak merata, tetapi pada umumnya terpusat pada beberapa
populasi terlokalisir. Suatu populasi mungkin terisolasi dari populasi lain yang
berspesies sama dan jarang sekali dapat mempertukarkan materi genetiknya. Satu
pusat populasi yang padat bisa saja berbaur dengan populasi lain dalam suatu
wilayah anatara (pertemuan) dimana anggota spesies itu ditemukan dalam jumlah
sedikit. Populasi ini tidak terisolir, individu-individu masih lebih terpusat pada
bagian tengah populasinya sehingga lebih mungkin untuk kawin dengan anggota
populasi yang sama dibandingkan dengan populasi lain. Individu yang berada
dekat dengan pusat populasinya, secara rata-rata, lebih erat hubungan salinan gen
warna bunga dalam populasi 500 individu tumbuhan. Para ahli genetika populasi
Keseluruhan dari alel-alel setiap gen dalam suatu populasi disebut lungkang
sebagian alel, tetapi individu-individu datang dan pergi. Individu dalam gen
192
perubahan pada frekuensi spesifik alel-alel tertentu merupakan bahan mentah bagi
evolusi. Perubahan kecil pada frekuensi alel tidak menghasilkan perubahan yang
teramati pada populasi, tetapi dalam jangka waktu yang lama perubahan-
frekuensi alel dalam populasi akan tetap dalam keseimbangan yang stabil, yaitu
tidak berubah dari generasi ke generasi berikutnya. Tiap gamet yang terbentuk
akan sebanding dengan frekuensi masing-masing alelnya dan frekuensi tiap tipe
zigot akan sama dengan hasil kali dari frekuensi gamet-gametnya (Stanfield,
1991).
Tahun 1908 G.H. Hardy (seorang ahli matematika bangsa inggris) dan W.
genotipe akan tetap dari satu generasi ke generasi seterusnya. Hal ini dijumpai
dalam populasi yang besar, dimana perkawinan berlangsung secara acak (random)
dan tidak ada pilihan / pengaturan atau faktor lain yang dapat merubah frekuensi
193
Hukum Hardy-Weinberg ditemukan oleh ahli fisika W. Weinberg dan ahli
matematika G.H. Hardy pada tahun 1980. Kedua ahli tersebut berasal dari inggris.
G.H. Hardy (seorang ahli matematika bangsa Inggris) dan W. Weinberg (seorang
dokter bangsa Jerman) pada tahun 1980, secara terpisah menemukan dasar-dasar
yang ada hubungannya dengan frekuensi gen dalam populasi. Prinsip yang
(dalam keseimbangan), maka baik frekuensi gen maupun frekuensi genotip akan
tetap dari satu generasi kegenerasi seterusnya. Ini dijumpai dalam populasi yang
besar, di mana perkawinan berlangsung secara acak (random) dan tidak ada
(Campbell, 2008).
sebagai pengekspresikan genotip dari keturunan fraksi gamet (alel) dari pusat
parental. Suatu populasi sesuai jika pada kondisi yang menjadi dasar dari rumus
ini, maka tidak akan ada perubahan dalam frekuensi gamet atau zigot dari generasi
terbatas besarnya, melakukan perkawinan acak, tidak terdapat seleksi, yaitu setiap
genotip yang dipersoalkan dapat bertahan hidup sama seperti yang lainnya,
populasi itu tertutup, yaitu tidak ada imigrasi dan emigrasi, tidak ada mutase dari
satu keadaan alel kepada yang lainnya dan meiosis normal, peluang yang menjadi
194
berlakunya hukum tersebut. Syarat berlakunya asas Hardy-Weinberg yaitu setiap
gen mempunyai viabilitas dan fertilitas yang sama, perkawinan terjadi secara
acak, tidak terjadi mutasi gen atau frekuensi terjadinya mutasi, sama besar, tidak
terjadi migrasi dan jumlah individu dari suatu populasi selalu besar (Campbell,
2008).
frekuensi alel dan genotip yang kita hitung dari persamaan Hardy-Weinberg
memberikan dasar untuk melacak struktur genetik suatu populasi selama beberapa
generasi. Frekuensi alel atau genotip menyimpang dari nilai yang diharapkan
Kembali pada definisi evolusi pada tingkat populasi. Evolusi adalah suatu
perubahan dari generasi ke generasi dalam frekuensi alel atau genotip populasi
suatu perubahan dalam struktur genetik populasi. Karena perubahan dalam suatu
kumpulan gen adalah evolusi dalam skala kecil maka disebut sebagai
oleh Hardy-Weinberg:
1. Ukuran populasi yang sangat besar. Populasi yang kecil, hanyutan genetik
(genetic drift), yang merupakan fluktuasi acak dalam kumpulan gen, dapat
195
2. Terisolasi dari populasi lain. Aliran gen (gene flow), pemindahan alel
kumpulan gen.
3. Tidak ada mutasi netto. Dengan cara mengubah satu alel menjadi alel yang
sifat tertentu yang dapat diwariskan, maka percampuran acak gamet yang
atau-itu, misalnya warna bunga ungu versus putih. Akan tetapi, untuk banyak
karakter, misalnya warna kulit dan tinggi manusia, klasifikasi ini-atau-itu mustahil
karena karakter tersebut bervariasi dalam populasi sepanjang suatu kontinum atau
sifat poligenik (polygenic inheritance), efek aditif dari dua gen atau lebih pada
196
Pewarisan pada sifat keturunannya dapat merupakan sifat kualitatif atau
sebarannya discrete dan mudah dilakukan dengan melihat apa yang tampak.
Misalnya persilangan antara jagung kuning dan jagung putih keturunannya akan
mudah dibedakan menjadi kelompok yang berwarna kuning, kuning muda, dan
putih. Sebaliknya, persilangan antara dua jenis padi yang masing-masing memiliki
kualitatif, seperti warna bunga, warna daun, dan bentuk daun. Oleh karena itu,
pada kelompok sifat kualitatif dikenal adanya kategori-kategori sifat dari suatu
deskriptor. Sifat kuantitatif adalah sifat yang merupakan hasil pengukuran secara
kuantitatif, seperti tinggi tanaman, panjang daun, umur panen, dan diameter bunga
(Krisnawati, 2010).
197
III. METODE PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 23 November 2018 pada jam
kantong plastik berisi kancing 3 warna (merah, hijau, kuning), kantong plastik
berisi kacang tanah dan lembar pengamatan. Alat-alat yang digunakan dalam
praktikum ini adalah neraca (timbangan elektrik), kalkulator, dan alat tulis.
C. Prosedur Kerja
Percobaan 1
198
1. Individu yang berada dalam kantong plastik (merah (GG), hijau (Gg), dan
kuning (gg) diambil secara acak sebanyak 200 individu. Setiap satu kali
Percobaan 2
2. 2 kancing setiap pengambilan diambil secara acak dan di catat warnanya, lalu
Percobaan 3
1. Individu diambil secara acak dari populasi kacang tanah dan ditimbang, lalu
199
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Percobaan 1
a. Frekuensi Alele :
p + 2pq + q2 = 1
p+q=1
52
q2 = 200
52
q= √ 200
q= √ 0,265
200
q = 0,51
p=1–q
= 1 - 0,51 = 0,49
b. Frekuensi Genotip :
pp = (p) 2× 100 %
= (0,49) 2× 100 %
= 0,2401× 100 %
= 24,01 %
= 0,50 × 100 % = 50 %
qq = (q)2× 100 %
= (0,51) 2× 100 %
= 0,26 × 100 % = 26 %
∑ = pp % + 2pq % + qq %
= 24 % + 50 % + 26 % = 100 %
Perbandingan = pp % : pq % : qq %
= 24 % : 50 % : 26 %
=1:2:1
201
Harapan (E) 1 2 1
×200 ×200 ×200
4 4 4 200
=50 =100 =50
( |O – E|)2 (|52 – 50|)2 (|95 – 100|)2 (|53 – 50|)2
38
=4 = 25 =9
¿¿ 4 25 9
0,51
50 100 50
X2 0,08 0,25 0,18 0,51
2
X tabel : 5,99
1:2:1.
Percobaan 2
a) Frekuensi Alele :
p + 2pq + q2 = 1
p+q=1
28
q = 100
2
28
q= √ 100
q = 0,5
p=1–q
202
= 1 - 0,5 = 0,5
b) Frekuensi Genotip :
pp = (p)2 × 100 %
= (0,5)2 × 100 %
= 0,25 × 100 %
= 25 %
= 0,5 × 100 % = 50 %
qq = (q)2 × 100 %
= (0,5) 2× 100 %
= 0,25 × 100 % = 25 %
∑ = pp % + 2pq % + qq %
= 25 % + 50 % + 25 % = 100 %
Perbandingan = pp % : pq % : qq %
= 25 % : 50 % : 25 %
= 1:2:1
203
X2 tabel
Grafik Bobot Jumlah Kacang Tanah
30
: 5,99
25
20
Jumlah
15
10
5
0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
Bobot kacang tanah
Kesimpulan : X² hitung (2) < X² tabel (5,99), maka Ho diterima dan Hi ditolak,
1:2:1.
Percobaan 3
204
B. Pembahasan
Alele adalah gen yang memiliki lokus (posisi pada kromosom) yang sama
tetapi memiliki sifat bervariasi yang disebabkan mutase pada gen asli
(Apriliyanti, 2016). Alele didefinisikan sebagai gen yang terletak pada lokus yang
menentukan sifat dasar suatu makhluk hidup dan bersifat tetap (Fitriani, 2013).
fenotip dari satu atau beberapa sifat (Abdurahman, 2008). Frekuensi alele adalah
proporsi allele tertentu (varian gen) diantara semua salinan gen dalam suatu
205
Frekuensi alel adalah proporsi ataupun perbandingan keseluruhan kopi gen
yang terdiri dari suatu varian gen tertentu (alel). Frekuensi alel merupakan jumlah
kopi suatu alel tertentu dibagi dengan jumlah kopi keseluruhan alel pada suatu
lokus dalam suatu populasi. Ia dapat diekspresikan dalam bentuk persentase. Ilmu
genotipe tertentu di dalam suatu populasi. Dapat pula diartikan sebagai proporsi
atau persentase individu di dalam suatu populasi yang tergolong kedalam genotipe
mereka berada. Susunan genetik suatu populasi ditinjau dari gen-gen yang ada
dinyatakan sebagai frekuensi gen, atau disebut juga frekuensi alel, yaitu proporsi
frekuensi alel dan genotip yang kita hitung dari persamaan Hardy-Weinberg
memberikan dasar untuk melacak struktur genetik suatu populasi selama beberapa
generasi. Frekuensi alel atau genotip menyimpang dari nilai yang diharapkan
Kembali pada definisi evolusi pada tingkat populasi. Evolusi adalah suatu
perubahan dari generasi ke generasi dalam frekuensi alel atau genotip populasi
suatu perubahan dalam struktur genetik populasi. Karena perubahan dalam suatu
kumpulan gen adalah evolusi dalam skala kecil maka disebut sebagai
206
mikroevolusi (microevolution). Mencegah terjadinya mikroevolusi dan
yang dinyatakan secara teoritis tersebut dikenal sebagai prinsip ekuilibrum Hardy-
genotip akan tetap dari satu generasi ke generasi seterusnya. Hal seperti ini dapat
acak (random) dan tidak ada pilihan atau pengaturan yang dapat merubah
frekuensi gen. Faktor lainnya adalah tidak terjadinya migrasi pada individu dalam
tertutup dimana hal ini merupakan hal yang sangat jarang terjadi dalam kehidupan
nyata, tidak terlibat dalam seleksi alam, tidak terjadi mutasi dan terjadi meiosis
(Suryo, 2012).
menentukan apakah asumsi di atas terpenuhi dan apakah suatu populasi berada
13 dalam populasi pada lokasi berbeda, maka kita dapat menentukan apakah
207
1. Perkawinan terjadi secara acak. Dalam perkawinan secara acak, fenotip
2. Tidak ada seleksi. Semua gamet mempunyai kesempatan yang sama untuk
3. Tidak ada migrasi yaitu tidak ada alel yang keluar dan masuk dalam
populasi tersebut
4. Tidak ada mutasi. Mutasi adalah proses yang lambat dan perubahan frekuensi
Penghanyutan terjadi dalam populasi kecil karena contoh alel yang kecil bila
persilangan. Sifat kuantitatif dari suatu populasi dapat dianalisis dengan menduga
data populasi (parameter). Sifat kualitatif merupakan kualitas dari individu missal
warna dan ukuran. Sifat kualitatif dihasilkan oleh persilangan individu dan
Sifat kualitatif adalah sifat yang secara kualitatif berbeda sehingga mudah
dapat dinyatakan dengan angka, dan tidak diukur dengan menggunakan alat ukur.
208
Definisi lain sifat kualitatif adalah sifat yang nampak dari luar dan dapat di lihat
dengan mata telanjang. Sifat kulititatif ini tidak berhubungan dengan faktor
produksi. Sifat kualitatif biasanya hanya dikontrol oleh hanya sepasang gen. Sifat
yang bersifat kualitatif seperti warna buah, warna daun, rasa buah
genotip juga menentukan kualitas dan kuantitas tanaman yang akan sama persis
dengan sifat-sifat pada induknya, karena sifat gen yang tampak pada tanaman
adalah cerminan dari genotip yang disebut fenotip. Keragaman suatu tanaman atau
fenotip ditentukan oleh interaksi genotip dengan faktor lingkungan. Sifat kualitatif
dikendalikan oleh sedikit gen sehingga yang muncul relatif stabil pada berbagai
tempat dan waktu tumbuh. Sifat kualitatif yang diamati meliputi sifat morfologi
pada batang, daun, bunga, dan buah. Sifat kuantitatif merupakan sifat yang
membentuk sebaran normal. Sifat kuantitatif dapat ditentukan secara teliti dengan
inilah yang menjadi kekhasan suatu populasi dapat diketahui. Adanya karakter
209
dijadikan obyek pemuliaan tanaman (Khoiriyah, 2014). Perubahan pada frekuensi
merakit bibit unggul. Arti penting dalam sifat kuantitatif yaitu cara menentukan
penyebaran alel yang digunakan untuk memprediksi frekuensi yang lain. Sifat
kuantitatif yaitu sifat kontinyu yang bervariasi secara kontinyu diantara kedua
ekstrim tanpa ada pemisahan yang tegas dari satu fenotipe ke fenotipe berikutnya
(Susanto, 2011).
diasumsikan bahwa tidak hanya sedikit gen yang mengendalikan suatu sifat
melainkan banyak gen. Sifat gen kuantitatif sering disamakan dengan sifat
dipelajari orang dalam genetika karena berkaitan langsung dengan fenotipe. Sifat-
sifat dengan sebaran kontinyu mempunyai nilai tertentu yang diperoleh melalui
210
Karakter kuantitatif umumnya dikendalikan oleh banyak gen dan merupakan
hasil akhir dari suatu proses pertumbuhan dan perkembangan yang berkaitan 16
kontinu atau menunjukan sebaran normal dan dikendalikan oleh banyak gen yang
karakter kuantitatif seperti karakter umur berbunga, umur panen, bobot biji per
frekuensi alel didapatkan nilai q sebesar 0,51 dan nilai p sebesar 0,49. Hasil dari
24%, presentase 2pq sebesar 50% dan presentase qq sebesar 26%, sehingga
uji chi-square dan diperoleh nilai X2 hitung sebesar 0,51 dan selanjutnya
dibandingkan dengan X2 tabel 5,99, maka didapatkan hasil X2 hitung (0,51) < X2
tabel (5,99) artinya percobaan ini signifikan atau sesuai dengan perbandingan
1:2:1.
Percobaan kedua frekuensi alel didapatkan nilai q sebesar 0,5 dan nilai p
211
adalah 1:2:1. Selanjutnya dilakukan analisis perbandingan menggunakan uji chi-
dengan X2 tabel 5,99 dan didapatkan hasil X2 hitung (2) < X2 tabel (5,99), artinya
sesuai dengan pendapat Crowder (1986), yang menyatakan bahwa apabila nilai
chi-square yang diperoleh diperhitungan lebih kecil dari nilai chi-square tabel,
disini berarti diterima karena fenotip-fenotip keturunan yang dihasilkan oleh suatu
uji silang mengungkapkan jumlah macam gamet yang dibentuk oleh genotip
parental yang diuji dalam hal ini tidak melenceng dari hasil yang diharapkan. Uji
kacang tanah. Kemudian didapatkan hasil jumlah biji kacang yang mempunyai
bobot 0,1 g sebanyak 0 biji, bobot 0,2 g sebanyak 6 biji, bobot 0,3 g sebanyak 13
biji, bobot 0,4 g sebanyak 22 biji, bobot 0,5 g sebanyak 27 biji, bobot 0,6 g
sebanyak 22 biji, bobot 0,7 g sebanyak 7 biji dan bobot 0,8 g sebanyak 3 biji.
Bobot rata-rata keseluruhan biji kacang didapatkan sebesar 0,479 g. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Susanto (2011), bahwa sifat kuantitatif adalah sifat yang
212
kuantitatif banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, misalnya produksi padi.
Produksi padi selain ditentukan oleh varietas yang ditanam juga sangat
bergantung pada pemupukan, jarak tanam, curah hujan dan yang lainnya. Menurut
Stansfield (1991), bahwa frekuensi paling banyak ada pada bagian tengah dan
yang tinggi. Keragaman genetik yang tinggi merupakan indikator yang baik untuk
meningkatkan mutu genetik. Suatu program seleksi, oleh karena gen aditif inilah
non aditif mengalami penurunan karena gen non aditif tidak diwariskan secara 18
utuh dan keunggulan dari gen-gen tersebut akan hilang pada saat pembentukan
gamet (meiosis) dan pada saat terjadi pembuahan (pembentukan sel anak)
(Barmawi, 2013).
V. SIMPULAN
frekuensi alel, frekuensi genotip, dan pengukuran sifat-sifat kualitatif ini, maka
perhitungan frekuensi alel dari dari praktikum ini didapatkan hasil nilai q
213
sebesar 0,51 dan nilai p sebesar 0,49 pada percobaan pertama, dan hasil
percobaan kedua didapat nilai q sebesar 0,5 dan nilai p sebesar 0,5. Frekuensi
genotip dari percobaan pertama untuk genotip pp sebesar 24%, genotipe 2pq
sebesar 50% dan genotip qq sebesar 26%. Frekuensi genotip pada percobaan
kedua didapat untuk genotip pp sebesar 25%, genotip 2pq sebesar 50% dan
hitung (0,51) < X2 tabel (5,99), maka percobaan tersebut signifikan terhadap
karena X2 hitung (2) > X2 tabel (5,99), maka hasil percobaan signifikan
kacang tanah diperoleh grafik yang normal yang berarti hasil percobaan
214
DAFTAR PUSTAKA
215
Campbell, N.A., J.B. Reece, dan L.G. Mitchell. 2002. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Fitriani, L., Toekidjo dan Setyastuti P. 2013. Keragaan Lima Kultivar Cabai
(Capsicum annuum L.) di Dataran Medium. Yogyakarta, Universitas
Gadjah Mada. Vegetalika. 2 (1) : 50—63.
Imas, C. 2013. Analisis Variasi Genetik Varian Jati Arboretum dengan Penanda
Mikrosatelit. Jurnal Pendidikan Sains. 1(2) : 109—114.
Khoiriyah, Y.N. 2014. Karakter Genetik Populasi Bedeng 61B Desa Wonokarto
Kabupaten Lampung Timur Pasca Program Kolonisasi Pemerintah
Belanda. Jurnal Ilmiah Biologi. 2(2) : 132—137.
216
LAMPIRAN
217
Gambar 3. Gambar 4. Penimbangan
Timbangan Analitik Biji Kacang Tanah
218
Lampiran 2. ACC ACARA
219
220
221
222
223
224
BIODATA PENULIS
225