Anda di halaman 1dari 22

PROJEK MAKALAH

“KEANEKARAGAMAN HAYATI”

Dosen Pengampu :
Ir. Yetti Elfina, S. MP

Disusun Oleh:

Muhammad Aras Azdira


2006110431

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, kemudahan,
sehingga penulis dapat menyelesaikan “ Projek Makalah” mata kuliah Keanekaragaman
Hayati ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Ir. Yetti Elfina, S. MP sebagai dosen
pengampu mata kuliah Keanekaragaman Hayati dan Kak Eni wilta dan kak Utari Elfita
sebagai asisten praktikum mata kuliah Keanekaragaman Hayati yang telah banyak
memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, sehingga selesai tugas laporan akhir praktikum
ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan Projek


Makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan yang bersifat membangun
untuk penyempurnaan laporan akhir praktikum ini sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Pekanbaru, 5 Desember 2021

Muhammad Aras Azdira


DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keanekaragaman hayati ialah suatu istilah yang mencakup semua bentuk kehidupan
yang mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan
proses-proses ekologi. Adanya arus globalisasi dan efisiensi menuntut suatu keseragaman,
mengakibatkan krisis keragaman di berbagai bidang. Saat ini keragaman dianggap sebagai
in-efisien dan primitif, dimana keseragaman ialah efisien dan modern. Hal yang sama ini
juga terjadi pada keragaman hayati atau sering diistilahkan sebagai keanekaragaman hayati.
Pada saat ini proses penyeragaman sudah terjadi pada semua aspek, sehingga terjadi
penekanan pada perkembangan keragaman genetik.

Bahan organik berperan sangat penting di dalam tanah. Disamping mengatur aliran
energi dan hara dalam tanah, bahan organik juga berperan untuk memperbaiki struktur
tanah. Bahan organik (BO) bertindak sebagai perekat antar fraksi mineral primer (Sanchez,
1992). Proses agregasi di percepat oleh kegiatan jasad renik dalam tanah, khususnya jika
tersedia cukup bahan organik. Bahan organik merupakan sumber makanan atau energi bagi
organisme tanah. Semakin banyak bahan organik dalam tanah maka semakin tinggi aktifitas
organik tanah semakin intensif. Hasil dekomposisi bahan organik dan gum yang dihasilkan
mikroba berperan sebagai perekat butir-butir tanah dan agregat mikro. Disamping itu,
organisme seperti jamur mengikat satu partikel tanah dengan partikel lainnya sampai
membentuk agregat dan struktur tanah. Oleh sebab itu peran bahan organik penting bagi
pembentukan struktur tanah.

Bahan organik yang terkandung di dalam tanah sangat ipengaruhi oleh pengelolaan
yang diterapkan pada lahan. Hal ini disebabkan karena bahan organik bersifat dinamis yang
dapat berubah dengan waktu, iklim, dan kondisi lingkungan. Pada ekosisten alami, laju
kehilangan bahan organik akibat oksidasi biologi akan terimbangi oleh bahan organik yang
terakumulasi dari sisa tanaman dan makhluk hidup di atasnya. Akan tetapi, pada tanah yang
diolah untuk praktek pertanian sangat mungkin terjadi kesenjangan antara input dan output
bahan organik tanah (Yulnafatmawita, 2006). Jumlah bahan organik dalam tanah mineral
hanya 3 – 5% (Darmawijaya, 1990). Praktek pertanian dan input tanaman mempengaruhi
kuantitas dan kualitas bahan organik tanah, yang pada gilirannya berdampak langsung pada
produktivitas tanah. Bahan organik tanah merupakan salah satu parameter yang mendukung
kapasitas fungsional tanah untuk menahan air tersedia, simpanan hara, menyediakan energi
untuk fauna tanah, dan meningkatkan hasil biomass.

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

Tujuan dari projek makalah ini agar praktikan mengetahui keanekaragaman hayati
dalam ekosistem pertanian/agroekosistem input bahan organik
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Keanekaragaman hayati ialah suatu istilah yang mencakup semua bentuk kehidupan
yang mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan
proses-proses ekologi. Adanya arus globalisasi dan efisiensi menuntut suatu keseragaman,
mengakibatkan krisis keragaman di berbagai bidang. Saat ini keragaman dianggap sebagai
in-efisien dan primitif, dimana keseragaman ialah efisien dan modern. Hal yang sama ini
juga terjadi pada keragaman hayati atau sering diistilahkan sebagai keanekaragaman hayati.
Pada saat ini proses penyeragaman sudah terjadi pada semua aspek, sehingga terjadi
penekanan pada perkembangan keragaman genetik. (Endarwati, 2005).

Agrobiodiversitas (Agrobiodiversity) mencakup seluruh komponen kehati yang


terkait dengan pangan dan pertanian. Termasuk didalamnya adalah seluruh jenis tanaman,
hewan, dan mikroba pada tingkat gen, spesies, dan ekosistem yang dibutuhkan untuk
berlangsungnya fungsifungsi utama, struktur dan proses-proses pada agroekosistem.
Pengetahuan lokal dan keanekaragaman budaya juga tercakup dalam agrobiodiversitas
karena aktivitas manusia dalam pertanian berpengaruh terhadap kelestarian
agrobiodiversitas. FAO (1999) mendefenisikan agrobiodiversitas sebagai keragaman dan
variabilitas hewan, tumbuhan dan mikroorganisme yang digunakan secara langsung atau
tidak langsung untuk pangan dan pertanian, termasuk tanaman, ternak, kehutanan dan
perikanan. Tercakup di dalamnya keanekaragaman sumber daya genetik (varietas, ras, klon)
dan spesies yang digunakan untuk makanan, pakan ternak, serat, bahan bakar dan obat-
obatan. Ini juga termasuk keanekaragaman spesies yang tidak dibudidayakan yang
mendukung produksi (mikroorganisme tanah, predator, penyerbuk), dan seluruh yang berada
di lingkungan yang lebih luas yang mendukung agroekosistem (pertanian, pastoral, hutan
dan perairan) serta keanekaragaman agroekosistem.

Ekosistem pertanian (agroekosistem) memegang faktor kunci dalam pemenuhan


kebutuhan pangan suatu bangsa. Keanekaragaman hayati (biodiversiy) yang merupakan
semua jenis tanaman, hewan, dan mikroorganisme yang ada dan berinteraksi dalam suatu
ekosistem sangat menentukan tingkat produktivitas pertanian. Namun demikian dalam
kenyataannya pertanian merupakan penyederhanaan dari keanekaragaman hayati secara
alami menjadi tanaman monokultur dalam bentuk yang ekstrim. Hasil akhir pertanian adalah
produksi ekosistem buatan yang memerlukan perlakuan oleh pelaku pertanian secara
konstan. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berupa masukan
agrokimia (terutama pestisida dan pupuk) telah menimbulkan dampak lingkungan dan sosial
yang tidak dikehendaki (Altieri, 1999).

Komponen keanekaragaman hayati agroekosistem dapat diklasifikasikan sesuai


dengan peran mereka dalam lahan pertanian. Altieri dan Nichols (2004) menjelaskan bahwa
ada dua komponen penting keanekaragaman hayati dalam agroekosistem, yaitu
keanekaragaman hayati yang terencana dan keanekaragaman hayati yang berasosiasi
dengannya. Keanekaragaman hayati yang terencana, meliputi tanaman dan hewan yang
secara sengaja dimasukkan oleh petani ke dalam agroekosistem, variasinya tergantung dari
manajemen dan pengaturan tanaman secara sementara. Keanekaragaman hayati yang
berasosiasi dengannya, terdiri dari seluruh tumbuhan dan hewan, herbivora, karnivora,
pengurai, dan lain-lain, serta dari lingkungan sekitar agroekosistem, yang saling
berhubungan atau berinteraksi.

Keberadaan agrobiodiversitas secara langsung menentukan produktivitas,


keberlanjutan, dan resiliensi agroekosistem terhadap gangguan biotik dan abiotik.
Pengalaman dan penelitian menunjukkan bahwa agrobiodiversitas dapat:

a. Meningkatkan produktivitas, keamanan pangan, dan peningkatan ekonomi.


b. Mengurangi tekanan pertanian pada daerah rentan, hutan dan spesies terancam
punah.
c. Membuat sistem pertanian lebih stabil, kuat, dan berkelanjutan.
d. Berkontribusi pada manajemen hama dan penyakit yang baik
e. Konservasi tanah dan meningkatkan kesuburan dan kesehatan tanah
f. Berkontribusi pada sistem intensifikasi berkelanjutan.
g. Diversifikasi produk dan peluang pendapatan/ekonomi.
h. Mengurangi atau membagi resiko kepada individu dan negar.a
i. Membantu memaksimalkan penggunaan sumber daya dan lingkungan secara
efektif.
j. Mengurangi ketergantungan pada input eksternal.
k. Meningkatkan nutrisi manusia dan menyediakan begitu banyak obat dan
vitamin.
l. Melestarikan struktur ekosistem dan stabilitas keanekaragaman spesies (Thrupp,
1997).
BAB III

METODOLOGI DAN CARA KERJA

3.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu pancang 12 buah, tali rafia, alat
dokumentasi, dan alat tulis.

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu ekosistem pertanian meliputi lahan
tumpang sari, rotasi tanaman, agroekosistem input bahan organic, agroforestry atau
arboretum, dan agroekosistem pengendalian hayati.

3.2 Cara Kerja

Langkah kerja dalam pelaksanaan praktikum ini:

1. Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil sebanyak jenis ekosistem pertanian di


atas.
2. Mahasiswa menentukan areal pengamatan sesuai dengan jenis ekosistem pertanian
yang didapat.
3. Mahasiswa melakukan pengamatan pada areal 3 plot ukuran 2 x 2 m² dengan jarak
antar plot pengamatan minimal 3 meter pada lahan yang sama.
4. Mahasiswa mengamati faktor biotik yang dijumpai pada setia plot pengamatan dan
hasil pengamatan didokumentasikan serta dibuat dalam bentuk tabel.
5. Mahasiswa menghitung penyebaran populasi dengan menggunakan rumus morisita

∑ xi2−N
P= XN
N (N−1)
Keterangan :
P = Penyebaran Populasi
∑xi = Kuadrat Setiap Individu
N = Jumlah Individu
n = Jumlah Plot Pengamtan
6. Mahasiswa melakukan kegiatan wawancara dengan pemilik lahan, kemudian
merangkum hasil wawncara yang dilakukan.
Pertanyaan yang harus ada dalam kegiatan wawncara meliputi:
a. benih yang digunakan dalam kegiatan budidaya
b. tahap pengolahan tanah yang dilakukan
c. cara budidaya yang dilakukan meliputi penanaman, perawatan (penyiraman,
pengendalian organisme penggangu tanaman (OPT)), pemupukan yang dilakukan,
dan kegiatan panen.
7. Mahasiswa menjelaskan organisme terkait apa yang berperan sebagai produsen,
konsumen I, konsumen II, konsumen III, decomposer/ pengurai yang ada di lahan
tersebut dari kegiatan survey.
8. Mahasiswa membuat rantai makan dan jarring-jaring makanan yang terjadi pada
lahan tersebut.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Rumus Morista

Plot Plot Plot


1 2 3 Jumla
Nam Nam Nam h
a Juml a Juml a Juml keselu
orga ah orga ah orga ah ru han
nis nis nis
m m me
e e
Mama Mama Mama
ng 32 ng 18 ng 6 56
lanang lanang lanang
Semut 16 Semut 41 Semut 2 59
Menira 4 Menira 2 6
n n
R. teki 14 R. teki 12 26
Kangk Kangk
un 7 un 1 8
g g
Sawi 41 41
Cipluk 23 23
an
Bayam
37 37
hijau
Bayam
1 1
merah
Lalat 2 2
Total 259

Zxi2−N
xn
𝑃 = N ( N−1)
( 3136+3 481+36+676 +64+1681+529+1369+1+ 4 ) −259
x3
P= 259(259−1)

P= 0,48118883003
Pola Penyabaran pada lahan ini adalah Merata. Dimana nilai P<1

4.1.2 Rantai-rantai Makanan

Pada ekosisten kebun sayur yang kelompok 5 lakukan pengamatan


untuk rantai makanan didapatkan hasil bahwa
Produsen : Sayuran produksi
Konsumen tingkat 1 : Serangga
Konsumen tingkat 2 : Burung Pipit
Konsumen tingkat 3 : Kucing
Dekomposer : Bakteri yang terdapat pada pupuk

4.1.3 Jaring-jaring Makanan

Pada ekosisten kebun sayur yang kelompok 5 lakukan


pengamatan untuk jaring-jaring makanan didapat sebagai berikut:

4.1.4 Hasil Wawancara

Berikut hasi wawancara yang telah kelompok 5 lakukan pada


petani di daerahh pasar uka yang dilakukan pada hari sabtu, tanggal 6
november 2021, pukul 07:45, sebagai berikut:

Pertanyaan Jawaban
Nama petani Toni
Umur petani 25 tahun
Kelompok tani Tidak bergabung
Jenis tanaman Bayam merah, bayam malaysia,
bayam biasa, kangkung, sawi
Alasan Waktu penanaman singkat, hasil
yang didapat cepat
Luas lahan ½ ha
Status lahan Sewa per tahun
Jenis lahan Tadah hujan
Pengelolahan lahan Dengan mesin bajak
Persiapan lahan Pembutan gundukan
Tinggi :
menyesuaikan Lebar :
3m
Panjang : 20 m
Proses pengapuran Tidak dilakukan
Asal bibit Beli toko pertanian
Proses pembibitan Bibit yang dibeli langsung ditanam
pada lahan
Jumlah bibit 1 ½ kg bibit per bedengan untuk
kangkung
10-12 sdm per bedengan
untuk tanaman bayam

Proses penanaman Bibit langsung disebar di


lahan untuk kangkung dan
bayam, dan
untuk sawi bibit di olat bersama
tanah.
Proses pengairan Air hujan yang telah di tampug,
digunakan mesin untuk memompa
dan menyiramkan pada seluruh
Bedengan
Penyulaman Tidak dilakukan penyulaman,
karena jangka waktu panen yang
singkat
dan mudah dalam penanaman
Penyiangan Hanya dilakukan pada sawi, sekali
dalam masa tanam
Pupuk Pupuk kandang: tai ayam, serbuk
kayu, sekam padi
4.2 Pembahasan

Berdasarkan pengamatan terhadap plot yang dilakukan didapatkan


data pada plot 1 tanaman mamang lanang:32, semut: 16, meniran:4, rumput
teki:14 dan sawi: 41, pada plot 2 di dapatkan data mamang lanang :18,
semut:41, kangkung:7 dan ciplukan:23 dan pada plot 3 didapatkan data
mamang lanang:6, semut:2, meniran:2, rumput teki: 12, kangkung:1, bayam
hijau:37, bayam merah:1, lalat 2, untuk total organisme yang ada dalam
ketiga plot tersebut yaitu 259. Setelah dilakukan perhitungan dengan rumus
morista didapatkan hasil 0,481189 yang berearti pola Penyabaran pada lahan
ini adalah Merata. Dimana nilai P<1.
Kebun merupakan ekosistem buatan yang dibuat manusia yang tak
lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebanyakan berupa tanaman
budidaya yang mendominasi area kebun tersebut namun bukan berarti tidak
ada hewan atau satwa di dalamnya. Karena termasuk ekosistem buatan maka
tanaman atau produsennya pun tergantung manusia itu sendiri.
Produsen pada rantai makanan ekosistem kebun yang saya amati
adalah sayuran berupa bayam, kangkung dan sawi. Tingkat tropik kedua
yaitu pemakan produsen tingkat pertama/konsumen pada ekosistem kebun
yang saya amati adalah serangga. Tingkat tropik ketiga yaitu pemakan
konsumen tingkat kedua pada ekosistem kebun yang saya amati adalah
burung pipit.
Tingkat tropik keempat yaitu pemakan konsumen tingkat ketiga pada
ekosistem kebun yang saya amati adalah kucing. Tingkat tropik kelima yaitu
pengurai pada ekosistem kebun yang saya amati adalah bakteri.Rantai
makanan dikebun adalah peristiwa atau kegiatan makan dimakan pada area
kebun, mangsa dimangsa antara makhluk hidup satu yang lainnya dengan
urutan dan arah tertentu. Dalam urutannya, setiap masing masing mahluk
hidup berperan sesuai dengan posisi, kedudukan dan kemampuannya
masing-masing.
Jaring-jaring makanan adalah sekumpulan rantai makanan yang
saling berhubungan membentuk semacam jaring. Proses ini menggambarkan
keterikatan satu makhluk hidup dengan makhluk hidup lainnya dalam
menjaga keseimbangan ekosistem tersebut. Pada gambar diatas jika burung
pipit habis diburu oleh pemburu akan memengaruhi kedua ekosistem.
Awalnya akan memengaruhi jumlah mangsa dan pemangsa burung pipit.
Pemangsa burung pipit akan mengalami penurunan populasi karena tidak
adanya asupan makanan, sedangkan pada hewan yang dimangsa burung
pipit akan mengalami ledakan populasi sebab tidak ada pemangsanya.
Apabila hal ini terjadi dalam kurun waktu lama akan membuat ekosistem
tidak stabil dan akhirnya akan membuat organisme lain dalam ekosistem itu
punah.
Pengamatan yang saya lakukan dengan anggota kelompok saya
dengan tema agroekosistem input bahan organik, yang semua bahan untuk
pertumbuhan dari tanaman yang di tanam petani berasal dari bahan organik
yang pastinya ramah lingkungan, dengan kriteria pertanian ramah
lingkungan adalah:
1) terpeliharanya keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekologis biota
pada permukaan dan lapisan olah tanah,
2) terpeliharanya kualitas sumberdaya alam pertanian dari segi fisik,
hidrologis, kimiawi dan biologik mikrobial,
3) bebas cemaran residu kimia, limbah organik dan anorganik yang
berbahaya atau mengganggu proses hidup tanaman,

4) terlestarikannya keanekaragaman genetik tanaman budidaya,

5) tidak terjadi akumulasi senyawa beracun dan logam berat yang


membahayakan melebihi batas ambang aman,
6) terdapat keseimbangan ekologis antara hama/penyakit dengan musuh-
musuh alami,
7) produktivitas lahan stabil dan berkelanjutan,
8) produksi hasil panen bermutu tinggi dan aman sebagai pangan atau pakan
(Sumarno et al. 2000).

Berdasarkan hasil wawancara yang kami lakukan dengan petani


berikut pemaparannya dimulai dari Nama petani :Toni, Umur petani:25
tahun, Kelompok tani:Tidak bergabung,Jenis tanaman:Bayam merah,
bayam malaysia, bayam biasa, kangkung, sawi,Alasan:Waktu penanaman
singkat, hasil yang didapat cepat,Luas lahan: ½ ha,Status lahan: Sewa per
tahun,Jenis lahan:Tadah hujan,Pengelolahan lahan:Dengan mesin
bajak,Persiapan lahan:Pembutan gundukan,Tinggi : menyesuaikan,Lebar :3
m,Panjang : 20 m,Proses pengapuran:Tidak dilakukan,Asal bibit:Beli toko
pertanian,Proses pembibitan:Bibit yang dibeli langsung ditanam pada
lahan,Jumlah bibit:1 ½ kg bibit per bedengan untuk kangkung10-12 sdm
per bedengan untuk tanaman bayam,Proses penanaman:Bibit langsung
disebar di lahan untuk kangkung dan bayam, dan untuk sawi bibit di olat
bersama tanah,Proses pengairan:Air hujan yang telah di tampug, digunakan
mesin untuk memompa dan menyiramkan pada seluruh
bedengan,Penyulaman :Tidak dilakukan penyulaman, karena jangka waktu
panen yang singkat dan mudah dalam penanaman,Penyiangan:Hanya
dilakukan pada sawi, sekali dalam masa tanam,Pupuk :Pupuk kandang: tai
ayam, serbuk kayu, sekam padi,Waktu pemupukan:Sekali diawal saat
pengolahan tanah sebelum di tanam, dan sekali ditambah saat pertengahan
masa tanam,Hama yang menyerang: Ulat, kembang klinting, ulat-
ulatan,Umur panen Bayam- bayaman : 17-20 hari,Sistem pemanenan:
Pamanenan sendiri dengan 3 orang pekerja,Pasca panen:Hasil panen
dikumpulkan, dan ada konsumen yang langsung menjemput.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Keanekaragaman hayati ialah suatu istilah yang mencakup semua


bentuk kehidupan yang mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, dan
mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi.Agrobiodiversitas
(Agrobiodiversity) mencakup seluruh komponen kehati yang terkait dengan
pangan dan pertanian. Termasuk didalamnya adalah seluruh jenis tanaman,
hewan, dan mikroba pada tingkat gen, spesies, dan ekosistem yang
dibutuhkan untuk berlangsungnya fungsifungsi utama, struktur dan proses-
proses pada agroekosistem.
Agrobiodiversitas sebagai keragaman dan variabilitas hewan,
tumbuhan dan mikroorganisme yang digunakan secara langsung atau tidak
langsung untuk pangan dan pertanian, termasuk tanaman, ternak, kehutanan
dan perikanan.
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan
kelompok saya didapatnya data pola penyebaran merata dengan mengnakan 3
plot. Pada pengamtan dan wawancara tersebut terdapat rantai makanan yang
terdiri dari produsen, konsumen I, konsumen II, konsumen III dan pengurai
atau dekomposer. Pada pengamatan tersebut terdapat jaring jaring jaring
makanan, jika konsumen tingkat 2 diburu maka maka akan terjadi 2
kemungkinan yaitu konsumen tingkat 1 akan membludak dan konsumen
tingkat 3 mengalami kepunahan dikarenakan tidak ada makanannya. Pada
pengamatan dan wawancara ini kami kelompok 5 mendapatkan beberapa data
hasil wawancara.
5.2 Saran

Saran pada projek makalah kali ini, sebaiknya sebelum pengamatan


dan wawancara praktikan terlebih dahulu mensurvei lahan dan petani agar
memudahkan praktikan melakukan kegiatan praktikum kali ini, praktikan
sebaiknya praktikan menyiapkan kuisioner yang bakal di tanyakan kepada
petani agar memudahkan kegiatan wawancara dan yang terakhir meminta izin
terlebih dahulu kepada petani sebelum melakukan pengamatan
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai