“KEANEKARAGAMAN HAYATI”
Dosen Pengampu :
Ir. Yetti Elfina, S. MP
Disusun Oleh:
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, kemudahan,
sehingga penulis dapat menyelesaikan “ Projek Makalah” mata kuliah Keanekaragaman
Hayati ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Ir. Yetti Elfina, S. MP sebagai dosen
pengampu mata kuliah Keanekaragaman Hayati dan Kak Eni wilta dan kak Utari Elfita
sebagai asisten praktikum mata kuliah Keanekaragaman Hayati yang telah banyak
memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, sehingga selesai tugas laporan akhir praktikum
ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
PENDAHULUAN
Keanekaragaman hayati ialah suatu istilah yang mencakup semua bentuk kehidupan
yang mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan
proses-proses ekologi. Adanya arus globalisasi dan efisiensi menuntut suatu keseragaman,
mengakibatkan krisis keragaman di berbagai bidang. Saat ini keragaman dianggap sebagai
in-efisien dan primitif, dimana keseragaman ialah efisien dan modern. Hal yang sama ini
juga terjadi pada keragaman hayati atau sering diistilahkan sebagai keanekaragaman hayati.
Pada saat ini proses penyeragaman sudah terjadi pada semua aspek, sehingga terjadi
penekanan pada perkembangan keragaman genetik.
Bahan organik berperan sangat penting di dalam tanah. Disamping mengatur aliran
energi dan hara dalam tanah, bahan organik juga berperan untuk memperbaiki struktur
tanah. Bahan organik (BO) bertindak sebagai perekat antar fraksi mineral primer (Sanchez,
1992). Proses agregasi di percepat oleh kegiatan jasad renik dalam tanah, khususnya jika
tersedia cukup bahan organik. Bahan organik merupakan sumber makanan atau energi bagi
organisme tanah. Semakin banyak bahan organik dalam tanah maka semakin tinggi aktifitas
organik tanah semakin intensif. Hasil dekomposisi bahan organik dan gum yang dihasilkan
mikroba berperan sebagai perekat butir-butir tanah dan agregat mikro. Disamping itu,
organisme seperti jamur mengikat satu partikel tanah dengan partikel lainnya sampai
membentuk agregat dan struktur tanah. Oleh sebab itu peran bahan organik penting bagi
pembentukan struktur tanah.
Bahan organik yang terkandung di dalam tanah sangat ipengaruhi oleh pengelolaan
yang diterapkan pada lahan. Hal ini disebabkan karena bahan organik bersifat dinamis yang
dapat berubah dengan waktu, iklim, dan kondisi lingkungan. Pada ekosisten alami, laju
kehilangan bahan organik akibat oksidasi biologi akan terimbangi oleh bahan organik yang
terakumulasi dari sisa tanaman dan makhluk hidup di atasnya. Akan tetapi, pada tanah yang
diolah untuk praktek pertanian sangat mungkin terjadi kesenjangan antara input dan output
bahan organik tanah (Yulnafatmawita, 2006). Jumlah bahan organik dalam tanah mineral
hanya 3 – 5% (Darmawijaya, 1990). Praktek pertanian dan input tanaman mempengaruhi
kuantitas dan kualitas bahan organik tanah, yang pada gilirannya berdampak langsung pada
produktivitas tanah. Bahan organik tanah merupakan salah satu parameter yang mendukung
kapasitas fungsional tanah untuk menahan air tersedia, simpanan hara, menyediakan energi
untuk fauna tanah, dan meningkatkan hasil biomass.
1.3 Tujuan
Tujuan dari projek makalah ini agar praktikan mengetahui keanekaragaman hayati
dalam ekosistem pertanian/agroekosistem input bahan organik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keanekaragaman hayati ialah suatu istilah yang mencakup semua bentuk kehidupan
yang mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan
proses-proses ekologi. Adanya arus globalisasi dan efisiensi menuntut suatu keseragaman,
mengakibatkan krisis keragaman di berbagai bidang. Saat ini keragaman dianggap sebagai
in-efisien dan primitif, dimana keseragaman ialah efisien dan modern. Hal yang sama ini
juga terjadi pada keragaman hayati atau sering diistilahkan sebagai keanekaragaman hayati.
Pada saat ini proses penyeragaman sudah terjadi pada semua aspek, sehingga terjadi
penekanan pada perkembangan keragaman genetik. (Endarwati, 2005).
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu pancang 12 buah, tali rafia, alat
dokumentasi, dan alat tulis.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu ekosistem pertanian meliputi lahan
tumpang sari, rotasi tanaman, agroekosistem input bahan organic, agroforestry atau
arboretum, dan agroekosistem pengendalian hayati.
∑ xi2−N
P= XN
N (N−1)
Keterangan :
P = Penyebaran Populasi
∑xi = Kuadrat Setiap Individu
N = Jumlah Individu
n = Jumlah Plot Pengamtan
6. Mahasiswa melakukan kegiatan wawancara dengan pemilik lahan, kemudian
merangkum hasil wawncara yang dilakukan.
Pertanyaan yang harus ada dalam kegiatan wawncara meliputi:
a. benih yang digunakan dalam kegiatan budidaya
b. tahap pengolahan tanah yang dilakukan
c. cara budidaya yang dilakukan meliputi penanaman, perawatan (penyiraman,
pengendalian organisme penggangu tanaman (OPT)), pemupukan yang dilakukan,
dan kegiatan panen.
7. Mahasiswa menjelaskan organisme terkait apa yang berperan sebagai produsen,
konsumen I, konsumen II, konsumen III, decomposer/ pengurai yang ada di lahan
tersebut dari kegiatan survey.
8. Mahasiswa membuat rantai makan dan jarring-jaring makanan yang terjadi pada
lahan tersebut.
BAB IV
4.1 Hasil
4.1.1 Rumus Morista
Zxi2−N
xn
𝑃 = N ( N−1)
( 3136+3 481+36+676 +64+1681+529+1369+1+ 4 ) −259
x3
P= 259(259−1)
P= 0,48118883003
Pola Penyabaran pada lahan ini adalah Merata. Dimana nilai P<1
Pertanyaan Jawaban
Nama petani Toni
Umur petani 25 tahun
Kelompok tani Tidak bergabung
Jenis tanaman Bayam merah, bayam malaysia,
bayam biasa, kangkung, sawi
Alasan Waktu penanaman singkat, hasil
yang didapat cepat
Luas lahan ½ ha
Status lahan Sewa per tahun
Jenis lahan Tadah hujan
Pengelolahan lahan Dengan mesin bajak
Persiapan lahan Pembutan gundukan
Tinggi :
menyesuaikan Lebar :
3m
Panjang : 20 m
Proses pengapuran Tidak dilakukan
Asal bibit Beli toko pertanian
Proses pembibitan Bibit yang dibeli langsung ditanam
pada lahan
Jumlah bibit 1 ½ kg bibit per bedengan untuk
kangkung
10-12 sdm per bedengan
untuk tanaman bayam
5.1 Kesimpulan