MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kajian Lingkungan Lahan Basah dalam Pembelajaran IPS
Yang dibina oleh Dr. Deasy Arisanty, M.Sc
Oleh
Ekosistem adalah suatu unit fungsional dari berbagai ukuran yang tersusun
dari bagian komponen dan sistem secara keseluruhan berfungsi berdasarkan suatu
tertangkap disimpan dalam ikatan kimia zat organik tanaman, yang merupakan
lain.
dalam ekologi tidak hanya melibatkan suatu sistem antara tingkah laku (behavior)
dari faktor-faktor biotik dan non biotik, tetapi melibatkan berbagai sistem dalam
dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan
kehidupan". Hal ini mengarah pada kenyataan bahwa kandungan kimia atmosfer
dan bumi sangat terkendali dan sangat berbeda dengan planet lain dalam tata
surya.
ditentukan oleh tingkat ketersediaan sumber daya serta kondisi faktor kimiawi dan
fisis yang harus berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh spesies tersebut,
inilah yang disebut dengan hukum toleransi. Misalnya: tikus memiliki toleransi
yang luas terhadap suhu, namun memiliki toleransi yang sempit terhadap
dengan kondisi apapun asalkan dalam ekosistem tersebut terdapat bambu sebagai
sumber makanannya. Berbeda dengan makhluk hidup yang lain, manusia dapat
yang terbentuk secara alami tanpa ada campur tangan manusia. Contoh ekosistem
alami antara lain : Ekosistem Hutan Tropis, Danau, Mangrove, dan Savana.
sebagai berikut:
pertanian?
Kehidupan yang ada di muka bumi ini sebenarnya merupakan satu sistem
dan daur biogeokimia pada suatu ekosistem. Berpindahnya energi disertai dengan
perpindahan zat dari air, tanah, dan udara ke organisme, lalu kembali ke air, tanah
dan udara lagi. Lingkungan yang dapat menjamin kelangsungan sistem ekologi
dimaksud dapat terjadi jika faktor biotik dalam rantai makanan, jaring-jaring
lingkungan semacam itu yang akan menjamin terbentuknya ekosistem yang sehat.
alternatif lintasan yang dapat dilalui zat untuk terjadinya daur materi dan
dan mikroba maka semakin banyak lintasan zat. Hal tersebut menyebabkan
Jika satu jenis tumbuhan berkurang, masih tersedia jenis tumbuhan lain
sebagai produsen yang menjadi sumber makanan bagi herbivora. Demikian pula,
bila hewan herbivora tertentu jumlahnya berkurang masih ada jenis herbivora
lainnya yang dapat dimakan oleh hewan karnivora. Seterusnya, bila ada jenis
karnivora tertentu yang punah masih ada karnivora lain yang meneruskan
perpindahan energi dan zat dalam komunitas tersebut. Sebaliknya, bila komunitas
hanya beberapa jenis organisme yang terbatas akan menjadi kurang stabil.
Bila ada satu atau dua jenis organisme mengalami kepunahan tidak akan
ada alternatif jalur yang dapat dilalui oleh zat dan energi, sehingga bila ada
perubahan lingkungan maka akan ada yang mengalami kepunahan atau bahkan
Keseimbangan lingkungan akan stabil dan akan tetap terjaga apabila jumlah
individu produsen lebih besar daripada jumlah konsumen I, demikian juga jumlah
konsumen I harus lebih besar dari jumlah konsumen II, dan seterusnya jumlah
konsumen II harus lebih besar dari jumlah konsumen III. Apabila faktor biotik dan
Indonesia diproyeksikan pada tahun 2020 akan mencapai 262 juta jiwa, sehingga
lahan, baik secara fisik, kimia, dan biologi maupun ekonomi. Degradasi lahan
kekurangan sumber air, kelaparan, dan munculnya berbagai penyakit. Selain itu,
meliputi 7,50 juta ha lahan potensial kritis, 6 juta ha lahan semikritis, dan 4,90
juta ha lahan kritis. Sementara itu Departemen Kehutanan mencatat 13,20 juta ha
lahan yang terdegradasi, 5,90 juta ha terdapat di dalam kawasan hutan dan 7,30
juta ha di luar kawasan hutan. Badan Pusat Statistik (2002) bahkan mencatat luas
mendelineasi lahan tidak sama antara ketiga institusi tersebut. Selain itu,
disebut sebagai lahan sakit (soil sickness). Hal ini merupakan tantangan dalam
Lahan di daerah hulu dengan lereng curam yang hanya sesuai untuk hutan, apabila
mengalami alih fungsi menjadi lahan pertanian tanaman semusim akan rentan
terhadap bencana erosi dan atau tanah longsor. Perubahan penggunaan lahan
menyebabkan tanah menjadi lebih mudah terdegradasi oleh erosi tanah. Praktek
penebangan dan perusakan hutan (deforesterisasi) merupakan penyebab utama
ketidak-berlanjutan usaha tani di wilayah hulu, kegiatan usaha tani tersebut juga
menyebabkan kerusakan sumber daya lahan dan lingkungan di wilayah hilir, yang
kemarau.
dapat disebabkan karena penggunaan agrokimia (pupuk dan pestisida) yang tidak
bibit, pupuk kimia dan dalam menentukan komoditas yang akan ditanam.
Penggunaan pestisida yang berlebih dalam kurun yang panjang, akan berdampak
pada kehidupan dan keberadaan musuh alami hama dan penyakit, dan juga
berdampak pada kehidupan biota tanah. Hal ini menyebabkan terjadinya ledakan
Penggunaan pupuk kimia yang berkonsentrasi tinggi dan dengan dosis yang tinggi
kesuburan tanah karena terjadi ketimpangan hara atau kekurangan hara lain, dan
tinggi dalam kurun waktu yang pendek. Hal ini kalau dibiarkan terus menerus
sustainable (berkelanjutan) jika kandungan bahan organik tanah lebih dari 2%.
Bahan organik tanah disamping memberikan unsur hara tanaman yang lengkap
juga akan memperbaiki struktur tanah, sehingga tanah akan semakin remah.
Namun jika penambahan bahan organik tidak diberikan dalam jangka panjang
dampak pada degradasi lahan. Dua faktor penting dalam usaha pertanian yang
faktor manusialah yang berpotensi berdampak positip atau negatip pada lahan,
antara lain meliputi kegiatan pengolahan tanah, penggunaan sarana produksi yang
tidak ramah lingkungan (pupuk dan insektisida) serta sistem budidaya termasuk
haruslah menjamin kualitas lahan kita tetap produktif dengan menerapkan upaya
dewasa ini lebih banyak terfokus kepada usaha yang mendatangkan keuntungan
Pertanian berkelanjutan, suatu bentuk yang memang harus dikembangkan jika kita
ingin menjadi pewaris yang baik yang tidak semata memikirkan kebutuhan sendiri
lingkungan).
Berbagai praktek explorasi lahan yang tidak sesuai dengan daya dukung
haruslah disertai dengan upaya konservasi yang benar-benar. Oleh karena itu,
tanah; dan (3) Penerapan konsep pengendalian hama terpadu merupakan usaha-
usaha yang harus kita lakukan untuk menjamin keberlanjutan usaha pertanian kita
membutuhkan proses yang lama karena melibatkan sifat dan mental dari petani
sebagai mediator atau fasilitator dan motifator dan didukung dengan konsep
pertanian terintegrasi.
ekosisitem alami yaitu biotok khususnya musuh alami. Selain itu untuk
mengembalikan tanah yang sudah dicemari oleh kimia aktif yang residunya dapat
merusak tanah sekaligus makhluk hidup dalam tanah. Pertanian yang alami dan
bebas dari pengaruh pestisida walaupun produk pertanian tersebut di dapat dengan
harga yang lebih mahal dari produk pertanian yang menggunakan pestisida (Ton,
1991).
ekosistem salah satu yang sangat berpangaruh yaitu ikilim yang sangat tidak tentu
satu contohnya yaitu hewan dan tumbuhan dapat bermigrasi untuk beradaptasi
dan tumbuhan. Pada umumnya kecepatan migrasi jenis tumbuhan lebih rendah
daripada kecepatan migrasi hewan. Dalam kasus ini bila tumbuhan tersebut
merupakan makanan utama jenis hewan yang bermigrasi maka hewan tersebut di
habitat yang baru kurang atau tidak mendapat makanan utama. Akibatnya akan
beradaptasi dengan jenis makanan yang tersedia di habitat y ang baru, populasinya
Kita tidak sadar bahwa organisme pada lahan pertanian sebagian besar
adalah musuh alami bagi hama, namun karena pemakian pestida itulah
keanekaragaman musuh alami punah pada lahan pertanian. Salah satu cara untuk
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan yang telah merujuk dari pertanyaan
menyebabkan tidak seimbangnya beberapa musuh alami untuk hama pada areal
pertanian.
disengaja oleh para petani yang mempunyai areal lahan tersebut, dengan
menggunakan bahan kimia aktif untuk meningkatkan kualias dan kuantitas hasil
yang diperoleh. Mereka tidak sadar akan tidak seimbangnya antara biotic dan
abiotik tersebut sangat mempengaruhi hasil yang lebih baik. Selain itu terjadinya
3. Dampak yang terasa yaitu hilangnya organisme yang lain akibat perubahan
ekosistem dari alami kebuatan akan tetapi manusia bisa mengembalikan ekosistem
E. Kang. 2006. Vegetation and carbon sequestration and their relation to water
University.
Wasington DC.
Titus Tri Wibowo, 1990, Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekosistem, Genewa.