EKOLOGI LANJUT
“HUBUNGAN KONSEP EKOLOGI HEWAN LAUT-TUMBUHAN DARAT
dan APLIKASINYA”
Disusun oleh :
PASCASARJANA
2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
habitat. Misalnya, habitat ikan mas ialah perairan tawar dan habitat ikan hiu ialah
masing-masing. Dalam suatu habitat terdapat lebih dari satu jenis organisme dan
lainnya. Interaksi tersebut dapat terjadi antar individu, antar populasi dan antar
faktor lingkungan abiotik. Hewan tidak mungkin hidup pada kisaran faktor abiotik
alam menjadi semakin jelas, dengan perkembangan dan eksploitasi yang cepat
substansial mereka.
2
Sementara habitat hewan menyediakan semua sumber daya yang
diperlukan untuk bertahan hidup, bahkan mengandung sumber daya yang lebih
sumber daya untuk makanan, tempat tinggal, dan persyaratan penting lainnya
merupakan hasil dari keputusan perilaku aktif oleh individu, dengan rata-rata
spesies yang ada di suatu tempat di sepanjang sumbu dari spesialis, hanya
Habitat terestrial dan laut sangat berbeda dalam sifat biofisiknya, yang
lingkungan mereka.
mendalam mengenai hubungan konsep ekologi hewan laut- tumbuhan darat serta
aplikasinya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Ekologi
Ekologi berasal dari bahasa Yunani oikos yang berarti rumah dan logos
yang berarti ilmu atau studi tentang sesuatu. Dengan demikian ekologi
tersebut, Utina dan Baderan (2006), menjelaskan bahwa ekologi merupakan studi
maupun biotic.
sama lain dalam system yang kompleks. Sistem yang terbentuk karena inetraksi
B. Pembagian Ekologi
4
a. Autekologi : ekologi yang mempelajarai suatu jenis (spesies)
2. Menurut habitat
3. Menurut taksonomi
(Suzyanna, 2013).
5
Suatu organisme hidup akan selalu membutuhkan organisme lain
ekologi. Di dalam suatu ekosistem terdapat struktur dan tingkat trofik dari
makanannya sendiri.
Aplikasinya
Menurut Park (1963) dalam terdapat empat elemen dalam studi ekologi,
6
a. Individu/spesies, merupakan satuan dasar dalam memepelajarai
b. Populasi, adalah satu kelompok individu dari satu spesies yang hidup
(terrestrial), Ekosistem perairan meliputi air tawar (danau, sungai, kolam, rawa)
dan ekosistem laut (estuarian, zona pasang surut terumbu karang, samudra,
burung, dll. Semua komponen ini terhubung dalam rantai makanan yang
7
Pada abad baru, manusia telah memulai eksplorasi laut untuk
Pengembangan dan pemanfaatan laut telah menjadi tren yang tidak dapat
diubah, dan ekonomi kelautan telah menjadi bagian penting dari ekonomi
dan ruang, ekosistem laut terus memburuk, dan bencana lingkungan laut
seperti erosi pantai dan pasang merah sering terjadi. Ini menunjukkan bahwa
adalah mangsa yang mudah bagi Hiu Paus. Sementara itu, dugaan lain
8
menyebutkan bahwa kemunculan Hiu Paus di Perairan Botubarani
adalah akibat dari pemberian makan secara sengaja berupa kepala dan
satu perusahaan yang berdiri tepat dipinggir pantai. Adalah PT. Sinar
Aktivitas pabrik berupa pemisahan kepala dan kulit dari udang, air
bekas pencucian dimana terdapat sedikit kulit dan kepala udang yng
dilakukan secara terus menerus telah merubah perilaku dari Hiu Paus.
9
jumlah banyak dalam waktu yang lama. Hiu Paus menjadi sangat
lepas pantai dan dekat dengan daratan, masuk ke laguna atau atol
karang, serta dekat dengan mulut muara sungai untuk mencari makan
10
Perairan laut antara Semarang sampai Demak merupakan daerah
akan berubah. Hal ini juga akan bepengaruh terhadap jenis dan jumlah
yang akan masuk ke pesisir laut. Karena kualitas air suatu perairan
dalamnya.
11
c. Gormley, dkk (2012). First evidence that marine protected areas
laut yang terancam, tetapi tidak ada bukti empiris bahwa cara ini
kecil. Dari tahun 1986 hingga 2006, tercatat sebanyak 462 individu
12
Ekologi tumbuhan adalah hubungan timbal balik antara tumbuhan
cara mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik. Makhluk hidup ini
a. Faktor cahaya
sebagai sumber energi utama bagi ekosistem. Ada tiga aspek penting
yang perlu dikaji dari faktor cahaya, yang sangat erat kaitannya dengan
Lama penyinaran, seperti panjang hari atau jumlah jam cahaya yang
b. Faktor suhu
13
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat
tidak saja keefektifan hujan tetapi juga laju kehilangan air dari
organisme.
c. Faktor air
oleh apa pun juga. Tanpa air seluruh organisme tidak akan dapat hidup.
14
sejak lama dan tidak dapat diimbangi dengan kemampuan regenerasi
Manado terus menunjukkan variasi dari waktu ke waktu, dan hal ini
Perbedaan kondisi geografis antara habitat asli dan diluar habitat asli
tanaman.
15
adalah salah satu kawasan konservasi yang memiliki tipe
(Bambusa blumeana). Pada strata tiang dan pohon jenis ini banyak
16
lereng. Hal ini berkaitan dengan penyebaran bijinya yang dibawa
oleh agen pemencar biji seperti kera ekor panjang dan kelelawar
Perbedaan fisik antara sistem laut dan terrestrial (darat) jelas berdampak
pada cara organisme berinteraksi satu sama lain dan lingkungan mereka. Namun,
proses ekologi yang berbeda secara fundamental di dua domain, secara hati-hati
dan darat) atau secara eksplisit dicatat dalam analisis (misalnya, terkait atribut
kolaborasi lintas sistem seperti itu, dalam hal pemisahan kelembagaan dan
upaya semacam itu secara historis agak tipis di lapangan. Jika salah satu
17
putative) yang bergantung pada pengaturan biotik dan abiotik tertentu? Kita harus
Perilaku yang terkait dengan pemilihan habitat dan ceruk ekologi tertentu
populasi dapat dipengaruhi oleh tekanan eksternal dan bagaimana hal itu dapat
keanekaragaman hayati dan memiliki efek positif pada pengerahan pola dan
tertentu (misalnya karang pembangun habitat atau umpan lebih bersih) dapat
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
yaitu :
ekologi.
19
DAFTAR PUSTAKA
Brooker, R.M, Feeney, W.E, White, J.R, Manassa, R.P, Johansen, L.P, Dixson,
D.L. 2016. Using Insights From Animal Behaviour and Behavioural
Ecology to Inform Marine Conservation Initiatives. Anim Behav. Vol. 120.
(211-221).
Gormley, A.M., Slooten, E., Dawson, S., Barker, R.J., Rayment, W., Fresne, S.,
dan Bra¨ger, S. 2012. First Evidence that Marine Protected Areas Can
Work for Marine Mammals. Journal of Apllied Ecology. Vol. 49. (474-
480).
Handok, K., Himawan, M., Tania, C., Syafrudin, U., Jaksukmana, M.,
Maduppa, H., dan Subhan, B. 2017. Hiu Paus di Pantai Botubarani,
Gorontalo. Maros: Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut
Makassar.
Khino, J., Halawane, J., dan Kafiar, Y. 2014. Evaluasi Pertumbuhan Eboni
(Diospyros rumphii Bakh.) Umur 2 Tahun di Arboretum Balai Penelitian
Kehutanan Manado. Medan: Prosiding Seminar Nasional MAPEKI XVII.
Olii, A., H., dan Sayuti, M. 2015. Ekosistem Mangrove Perairan Teluk Kwandang
Kabupaten Gorontalo Utara. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol. 20. (2).
49-55.
Qu, Q., Tsai, S., Tang, M., Xu, C, dan Dong, W. Marine Ecological Environment
Management Based on Ecological Compensation Mechanisms.
Sustainability, Vol. 8. Online (www.mdpi.com/journal/sustainability),
Diakses, 02 November 2018.
Sumarto, S dan Koneri, R. 2016. Ekologi Hewan. Bandung: CV. Patra Media
Grafindo.
20
Suryono, C.A., Riniatsih, I., Azizah, R., dan Djunaedi, A. 2017. Ekologi Perairan
Semarang-Demak: Inventarisasi Jenis Kerang yang Ditemukan di Dasar
Perairan. Jurnal Kelautan Tropis. Vol. 20. (2). (84-89).
Webb, J.T. 2012. Marine and Terresterial Ecology: Unifying Concepts, Revealing
Differences. Trends in Ecology and Evolution. Vol. 27. 10. (535-541).
21