Anda di halaman 1dari 4

Dampak Over Exploitation

1. Putusnya raintai makanan


Rantai makanan adalah perpindahan energi dari organisme pada suatu tingkat
tropik ke tingkat tropik berikutnya dalam peristiwa makan dan dimakan dengan urutan
tertentu (Wardana 2016). Dalam suatu ekosistem, terdapat interaksi antara makhluk hidup
yang menghasilkan aliran energi dan siklus materi. Setiap makhluk hidup membutuhkan
energi dan nutrisi (makanan) berbeda bergantung pada kondisi dan tempat. Makhluk
hidup juga memerlukan tanah, udara, dan matahari untuk mendukung kehidupannya,
tetapi dengan adanya over exsplotation ini akan menyebabkan terjadiya kepunahan atau
kerusakan habitat makhluk hidup.

Rantai makanan merupakan suatatu proses yang saling terhubung satu dengan yang
lainnya, sehingga dapat dibayangkan jika salah satu tumbuhan yang berperan sebagai
produsen atau hewan yang berperan sebagai kosumen hilang dari rantai makanan, maka
hal hal yang terjadi yaitu akan terjadi penurunan jumlah populasi hewan karena
kekurangan makanan atau bisa saja hewan mekanan makanan yang sebenarnya bukan
makanan hewan tersebut sehingga mengacaukan rantai makanan hewan lain, atau bisa
jadi suatu populasi hewan meningkat karena tidak ada predator yang memangsanya.

2. Terganggunya Daur Biogeokimia


Daur Biogeokimia merupakan perpindahan unsur-unsur kimia melalui makhluk
hidup dan lingkungan abiotik (tanah dan air). Fungsi Siklus Biogeokimia adalah sebagai
siklus materi yang mengembalikan semua unsur-unsur kimia yang sudah terpakai oleh
semua yang ada di bumi baik komponen biotik maupun komponen abiotik,
sehinggakelangsungan hidup di bumi dapat terjaga.

Proses timbal balik fotosintesis dan respirasi seluler bertanggung jawab atas
perubahan dan pergerakan utama karbon. Naik turunnya CO2 dan O2 atsmosfer secara
musiman disebabkan oleh penurunan aktivitas fotosintetik. Dalam skala global
kembalinya CO2 dan O2 ke atmosfer melalui respirasi hampir menyeimbangkan
pengeluarannya melalui fotosintesis.
Akan tetapi pembakaran kayu dan bahan bakar fosil menambahkan lebih banyak
lagi CO2 ke atmosfir. Sebagai akibatnya jumlah CO2 di atmosfer meningkat. CO2 dan
O2 atmosfer juga berpindah masuk ke dalam dan ke luar sistem akuatik, dimana CO2 dan
O2 terlibat dalam suatu keseimbangan dinamis dengan bentuk bahan anorganik lainnya.

3. Kerusakan Ekosistem Laut


Salah satu dampak buruk eksplotasi sumber daya alam adalah menimbulkan
kerusakan ekosistem laut. Hal ini disebabkan karena penggunaan bahan peledak untuk
menangkap ikan secara besar-besaran, selain itu trumbu karang juga dapat rusak akibat
bahan peledak ini.

Selain itu limbah hasil industri juga turut berperan dalam mencemari ekosistem
laut, seperti pada kasus teluk di Bima, NTB. Perairan di Bima, Nusa Tenggara Barat
(NTB) diduga tercemar oleh limbah yang bersal dari kegiatan PT Pertamina. Dikutip dari
CNN Indonesia Perairan Teluk Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) diduga tercemar
oleh limbah yang berasal dari kegiatan usaha PT Pertamina beroperasi di sekitar
wilayah tersebut.
"Tumpahan yang diduga limbah tersebut dapat diduga keras pula bersumber dari kegiatan
usaha Pertamina yang berada di pantai laut di Kota Bima," kata Direktur Walhi NTB,
Amri Nuryadi dalam keterangannya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (27/4).
"Ini ditunjukkan dengan adanya perubahan warna air laut di sepanjang pantai Amahami,"
kata Amri.
Peristiwa ini tentu berdampak pada masyarakat sekitar. Di tanggal 27 April 2022,
terjadi kasus keracunan akibat konsumsi ikan mati akibat pencemaran di Desa
Lewintana. Selain itu, IPLT Kota Bumi menjadi tidak berfungsi. Data Dinas Pertanian
Kota Bima, lahan atau area tanaman jagung tahun 2016 hanya seluas 300 hektar, tetapi
memasuki tahun 2020 luas lahannya mencapai 6.000 hektar. Lahan jagung di
Kabupaten Bima adalah selus 68.344 hektar pada tahun 2019.

4. Hutan Kehilangan Fungsinya


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah
suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya
tidak dapat dipisahkan. Berdasarkan fungsinya hutan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu
hutan lindung, hutan produksi dan hutan konservasi.

Tetapi belakangan ini hutan mengalami eksplotasi secara berlebihan, seperti


contohnya penggundulan dan alih fungsi lahan hutan menjadi jalan, perumahan atau
perkebunan menyebabkan hutan kehilangan fungsinnya. Padahal hutan memegang fungsi
yang sangat penting, selain sebagai paru-paru dunia, hutan juga dapat dijadikan sebagai
daerah resapan air, habitat bagi hewan serta menyimpan kekayaan dari berbagai flora dan
fauna karena dapat digunakan sebagai area untuk memproduksi embrio- embrio flora dan
fauna yang akan menembah keanegaragaman hayati.

5. Kerusakan Tanah
Tanah sebagai benda yang dinamik, selalu mengalami perubahan – perubahan baik
yang disebabkan oleh material yang dimiliki tanah itu sendiri atau material yang berasal
dari luar tubuh tanah. Perubahan – perubahan yang terjadi akan menyebabkan penurunan
produktivitas tanah (menurunnya fungsi tanah). Penurunan produktivitas tanah atau
fungsi tanah, maka kerusakan tanah telah terjadi (Suripin, 2002).

Eksploitasi tanah secara berlebihan dapat menyebabkan kerusakan tanah jika tidak
diikuti dengan perawatan atau peremajaan. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
menjaga produktivitas tanah yaitu dengan menanam pohon, tidak membuang sampah di
sembarang tempat serta mengurangi penggunaan pestisida dan bahan kimia berbahaya.
Salah satu aktivitas yang dapat merusak tanah yaitu ladang berpindah, ladang
berpindah dapat menyebabkan tanah menjadi gersang dan mudah tererosi. Karena tanah
dibiarkan begitu saja tanpa adanya perawatan yang baik. FAO (1990) dan Worl Bank
(1990) dalam Sunderlin (1997) menyatakan bahwa perladangan berpindah merupakan
penyebab utama deforestasi di Indonesia yang mencapai satu juta hektar per tahun.

Daftar Pustaka

Kusumaningtyas Rahajeng & Ivan Chofyan. 2013. Pengelolaan Hutan Dalam Mengatasi Alih
Fungsi Lahan Hutan Di Wilayah Kabupaten Subang. Jurnal Perencanan Wilayah da
Kota. Vol:13, No: 2.
Talaohu Moda. 2013. Perladangan Berpindah: Antara Masalag Lingkungan dan Masalah
Sosial. Populis. Vol: 7, No: 1.
Wardana Dewangga Wisnu. 2017. Rekayasa Media Pembelajaran Rantai Makanan Pada
Hewan Menggunakan Augmented Reality. Surakarta: Univesitas Muhammadyah
Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai