Anda di halaman 1dari 19

Lampiran 1.

MATERI

PERUBAHAN DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN

A. Lingkungan dan Perubahannya


Lingkungan terdiri dari komponen biotik dan komponen abiotik, komponen biotik
berada dalam komposisi yang proposional dengan komponen abiotik. Contoh lingkungan alami
seimbang adalah hutan, hutan tumbuhan sebagai produsen ada dalam jumlah yang mencukupi
untuk perlindungan dan makan bagi konsumen tingkat pertama seperti burung pemakan
tumbuhan, rusa dan monyet. Hewan konsumen tingkat pertama berada dalam jumlah yang
mencukupi untuk kehidpan konsumen tingkat kedua misalnya harimau, musang dan ular.
Kemampuan hutan mendukung kelangsungan hidup kelangsungan hidup harimau dengan
adanya hewan mangsa adalah contoh kemampuan lingkungan mendukung kehidupan berbagai
makhluk hidup di dalamnya, bertambah kembali rusa setelah berkurangnya pemburuhan adalah
contoh daya lenting lingkungan atau kemampuan lingkungan untuk pulih kembali pada keadaan
seimbang jika mengalami perubahan atau gangguan.
Manusia adalah bagian dari lingkungan yang memiliki kemampuan akal dan pikiran yang
tinggi. Selain itu, manusia memiliki kebutuhan terhadap keanekaragaman jenis makanan paling
besar dan mampu mengadakan perubahan lingkungan untuk memenuhi segala
kebutuhannya. Diseluruh biosfer (permukaan bumi), aktivitas manusia mengubah struktur
trofik, aliran energi, daur kimia dan proses ekologis. Dari waktu ke waktu, populasi manusia
terus meningkat. Keadaan tersebut akan berpengaruh besar terhadap lingkungan. Lingkungan
memiliki daya dukung lingkungan.

Gambar 1. Akibat Kepadatan Lingkungan


(Sumber: www.ilmulingkungan.com/2018/06/pengaruh- kepadatan-populasimanusia.html)

Lingkungan yang tepat dan sesuai akan dapat menunjang segala kehidupan organisme
yang berada di dalamnya. Untuk kelangsungannya, suatu sistem harus memelihara kerja setiap
komponen yang menyusun sistem tersebut. Kepincangan kerja suatu komponen menyebabkan
tidak seimbangnya sistem tersebut. Hilangnya satu komponen dapat menghancurkan
keseimbangan sistem.
Dalam suatu ekosistem, keseimbangan lingkungan terjadi secara alami. Komponen-
komponen yang terlibat berperan sesuai kondisi keseimbangan. Contoh kejadian keseimbangan
di lingkungan adalah misalnya kesuburan air (kandungan nutrisi) suatu danau akan memacu
pertumbuhan fitoplankton dan ikan. Penambahan kesuburan air yang terus-menerus akan
meningkatkan populasi fitoplankton. Peningkatan populasi ini pada suatu ketika akan mencapai
batas tertentu yang melampaui daya dukung lingkungan (kandungan nutrisi dalam air tidak
dapat mendukung kehidupan fitoplankton lagi). Akibatnya, fitoplankton mengalami kematian.
Kematian fitoplankton akan diikuti dengan kematian zooplankton yang merupakan konsumen
dari fitoplankton itu sendiri. Hal tersebut secara tidak langsung akan meningkatkan kandungan
CO2 dan ureum dalam perairan karena keduanya akan mengalami pembusukan. Meningkatnya
CO2 dan ureum merupakan racun bagi ikan sehingga hal tersebut dapat menyebabkan kematian
pada ikan.
Perubahan lingkungan dapat terjadi oleh aktivitas manusia atau kejadian alam, seperti
letusan gunung berapi, kebakaran hutan, dan longsor. Perubahan yang ditimbulkan oleh
aktivitas manusia dapat bersifat positif artinya bermanfaat bagi kesejahteraan manusia dan
lingkungan, sedangkan bersifat negatif dapat merugikan bagi kehidupan manusia, seperti
limbah dan pencemaran lingkungan.
1. Perubahan lingkungan karena aktivitas manusia
Perubahan lingkungan dapat terjadi karena aktivitas manusia. Aktivitas manusia yang
dapat merubah lingkungan, contohnya penebangan hutan, pembangunan, dan penggunaan
bahan-bahan kimia yang akhirnya dapat merugikan manusia itu sendiri.
a. Penebangan hutan
Penebangan pohon-pohon di hutan tanpa perhitungan akan menimbulkan berbagai
akibat saling berkaitan, antara faktor biotik dan abiotik. Hilangnya pohon akan
menyebabkan tanah menjadi terbuka dan terkena sinar matahari secara langsung.
Penyinaran meningkatkan evaporasi (penguapan) sehingga permukaan tanah
mengembang dan kering. Peristiwa ini diikuti penurunan kelembapan udara, rendahnya
kelembapan udara menyebabkan temperatur pada siang hari tinggi dan suhu padamalanya
rendah. Hal ini mempengaruhi proses fisiologi tumbuhan. Tumbuhan yang masih ada
umngkin dapat bertahan dengan perubahan suhu tersebut, atau akan mengalami kematian.
Mungkin pula diikuti dengan punahnya jenis hewan yang memerlukan tumbuhan
tersebut.
Gambar 2. Penebangan Hutan
(Sumber: https://dimaskehutanan.com/2018/09/26/dampak-dankerugian-penebangan-
hutan-secara-liar.html)

Jika turun hujan lebat pada tanah yang terbuka tersebut, air hujan akan jatuh secara
langsung ke lapisan atas tanah yang memiliki kesuburan tinggi (humus). Tidak adanya
tumbuhan yang dapat menahan air hujan mengakibatkan air tidak dapat meresap ke dalam
tanah. Hal ini dapat mengakibatkan banir yang membahayakan manusia. Selain itu, aliran
air akan mengikis lapisan tanah yang subur. Hilangnya kesuburan tanah akan mengurangi
populasi cacing tanah. Kurangnya resapan air di dalam tanah juga akan menimbulkan
kekeringan pada musim kemarau.
b. Pembangunan
Pembangunan banyak mendatangkan keuntungan. Akan tetapi, jika pembangunan
itu dilaksanakan tidak memperhatikan lingkungan, akan menimbulkan dampak negatif.
Sebagai contoh, pembangunan pengembangan sumber air dapat menimbulkan masalah
yang cukup rumit. Misalnya, timbulnya habitat baru bagi berbagai vektor penyakit,
seperti nyamuk yang menjadi vektor malaria dan demam berdarah.
Pembangunan kawasan industri juga menimbulkan pencemaran udara. Selain itu,
limbah-limbah hasil industri banyak merusak sungai dan lingkungan sekitarnya.
Pembangunan pemukiman penduduk di daerah resapan air dapat menimbulkan berbagai
kerugian. Tata guna lahan menjadi rusak, laju erosi dan banjir menjadi semakin
meningkat.
Gambar 3. Pemukiman Padat
(Sumber: http://www.beritadaerah.co.id/2018/03/19/pemukiman-padatpenduduk.html)

c. Penggunaan pestisida
Penggunaan pestisida dimaksudkan untuk mematikan makhluk-makhluk yang
tidak dikehendaki keberadaannya pada ladang pertanian atau tempat lain, seperti
serangga, tanaman pengganggu, jamur, tikus dan bakteri. Akan tetapi, pestisida dapat
menimbulkan pencemaran. Pestisida dapat terakumulasi dalam tubuh tumbuhan, hewan
dan manusia bahkan sampai pada sungai dan tanah. Pestisida sulit terurai, tetapi mudah
larut ke dalam lemak, dan mudah diikat jaringan lemak. Pestisida dapat berpindah dari
satu organisme ke organisme lain melalui suatu rantai makanan.
2. Perubahan lingkungan akibat faktor alam
Perubahan lingkunngan karena faktor alami disebabkan oleh bencana alam. Bencana
alam tersebut, seperti banjir, gempa bumi dan gunung meletus.

Gambar 4. Kerusakan Lingkungan Akibat Gempa Bumi


(Sumber: http://www.beritadaerah.com/2013/11/kerusakan-lingkunganfaktor-alam.html)

B. Limbah dan Pencemaran Lingkungan


Limbah merupakan sisa atau sampah suatu produksi. Limbah dapat menjadi bahan
pencemaran atau polutan di suatu lingkungan. Pencemaran adalah perubahan yang tidak di
inginkan pada lingkungan yang meliputi udara, darat dan air baik secara fisik, kimia maupun
biologi dan polutan adalah zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran terhadap
lingkungan baik pencemaran udara, tanah dan air, makhluk hidup, zat energi atau komponen lain
ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses
alam.
1. Jenis-jenis limbah
Limbah terdiri dari beberapa jenis, tergantung dari mana limbah tersebut berasal. Setiap
jenis limbah memiliki kemampuan merusak lingkungan yang berbeda-beda. Berikut adalah
jenis limbah yang dapat menyebabkan pencemaran.
a. Limbah industri
Limbah industri merupakan salah satu penyebab terjadinya kerusakan lingkungan.
Umumnya limbah industri ini berasal dari pabrik-pabrik yang membuang sisa limbahnya
ke sungai dan asap-asap hasil pembakaran produksi.

Gambar 5. Limbah Industri Cair


(Sumber: https://www.ilmulingkungan.com/2018/12/15/pawapeling-investigasi-
pencemaran-limbah-cair.html)

b. Limbah transportasi
Limbah tansportasi berasal dari kendaraan bermotor. Limbah yang dihasilkannya
beurpa asap buangan karbon monoksida (CO). Limbah transportasi ini dapat menyebabkan
polusi udara.

Gambar 6. Limbah Transportasi


(Sumber: http://www.beritadaerah.com/2016/01/dampak-pembakaran-bahanbakar.html)
c. Limbah rumah tangga
Limbah tumah tangga umunya berupa sampah, baik anorganik maupun organik.
Sampah organik yang berasal dari limbah rumah tangga berupa potongan kayu,
dedaunan, dan sayur-sayuran. Limbah organik yang dibuang ke air dapat mengganggu
kehidupan di dalam air. Limbah yang berupa sampah ini dibusukkan oleh bakteri
sehingga oksigen berkurang dan kehidupan organisme air terganggu.
Sampah anorganik yang merupakan limbah rumah tangga dapat berupa plastik,
kaleng, dan botol. Sampah anorganik oleh penduduk yang paling sering dibuang, yaitu
detergen. Detergen jika dibuang ke perairan sangatlah berbahaya sebab tidak dapat
diuraikan secara alami.
Pencemaran yang ditimbulkan ini dapat mencemari tanah, udara, dan air.
Limbah rumahtangga seperti plastik, jika dibuang ke tanah atau air memerlukan waktu
yang cukup lama agar dapat terurai.

Gambar 7. Limbah Rumah Tangga


(Sumber: http://www.beritadaerah.com/2016/02/jenisjenislimbah.html)

d. Limbah pertanian
Limbah pertanian umumnya berasal dari pupuk yang berlebihan. Pupuk yang
berlebihan ini akan terbawa air menuju sungai. Hal tersebut dapat
mengakibatkan blooming algae. Blooming algae adalah pertumbuhan alga yang cepat
akibat peningkatan kadar nutrien yang cepat dalam suatu perairan (eutrofikasi).

Gambar 7. Limbah Pertanian


(Sumber: http://kumpulrejo.desa.id/kabardetail/2111/metode-pemberian-pupuk-pada-
tanaman.html)
2. Pencemaran lingkungan
Polusi atau pencemaran adalah masuknya suatu komponen ke dalam suatu lingkungan
dengan kadar yang melebihi batas normal, masuknya suatu komponen ke tempat yang tidak
semestinya, atau adanya suatu komponen dalam suatu lingkungan pada waktu yang tidak
tepat sebagai hasil aktivitas manusia. Berikut adalah jenis-jenis pencemaran lingkungan:
a. Pencemaran udara

Gambar 8. Pencemaran Udara


(Sumber: http://ilmulingkungan.com/2013/04/pencemaran-udara-danpenyebab-
terjadinya.html)

Pencemaran udara berhubungan dengan pencemaran atmosfer bumi, atmosfer


merupakan lapisan udara yang menyelubungi bumi sampai ketinggian 300 km. Sumber
pencemaran udara berasal dari kegiatan manusia, penyebab pencemaran udara adalah
dari polutan seperti Karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan dari pemakaian bahan bakar
fosil (minyak bumi atau batubara), pembakaran gas alam dan hutan, respirasi, serta
pembusukan, Sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen monoksida (NO2) yang dihasilkan dari
pemakaian bahan bakar fosil (minyak bumi atau batubara) misalnya gas buang
kendaraan, karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan dari Pemakaian bahan bakar fosil (
minyak bumi atau batubara) dan gas buangan kendaraan bermotor yang pembakarannya
tidak sempurna dan Kloro fluro (CFC) yang dihasilkan dari pendingin ruangan, lemari
es, dan perlengkapan yan menggunakan penyemprot aesrol.
Dampak pencemaran udara berskala makro misalnya fenomena hujan asam dalam
skala regional sedangkan dlam sekala global adalah efek rumah kaca dan penipisan
lapisan ozon.
1) Hujan asam, dua gas yang di hasilkan dari pembakaran mesin kendaraan serta
pembangkit listrik tenaga diesel dan batubara yang sama, adalah sulfur dioksida
(SO2) dan nitrogen dioksida (NO2) gas yang di hasilkan tersebut bereaksi di udara
membentuk asam.hujan asam mengakibatkan kerusakan hutan, hujan asam juga
mengakibatkan beratnya benda-benda yang terbuat dari logam misalnya jembatan
dan rel kereta api.
2) Efek rumah kaca merupakan pengingkatan suhu di permukaan bumi yang terjadi
karena meningkatnya kadar karbon dioksida di atmosfer gejala ini di sebut efek
rumah kaca, kenaikannya suhu menyebabkan mencairnya gunung es di kutub utara
dan selatan, sehingga menyebabkan berbagai kota dan wilayah pinggir laut akan
tenggelam sedangkan daerah kering semakin kering, efek rumah kaca menimbulkan
perubahan iklim.
3) Lapisan ozon adalah lapisan yang menyeliputi bumi pada ketinggian 30 km di atas
bumi, lapisan ozon terletak pada lapisan atmosfer yang disebut Startosfer.

b. Pencemaran air

Gambar 9. Pencemaran Air

(Sumber: http://ilmulingkungan.com/2013/04/pencemaran-air-dan-
penyebabterjadinya.html)

Masuknya suatu zat, energi maupun komponen lainnya baik berupa makhluk hidup
maupun benda mati kedalam air menyebabkan penurunan kualitas air sehingga tidak
dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Berdasarkan jenis bahannya pencemaran air di
bedakan menjadi 3 yaitu bahan pencemaran fisik, bahan pencemaran biologis, bahan
pencemaran kimia. Akibat pencemaran air adalah penurunan kualitas air dan gangguan
penggunaan. Dampak negatif dari pencemaran ini antara lain adalah pengurangan
oksigen terlarut peningkatan derajat eutropikasi, penurunan biota air. Polusi air dapat
disebabkan oleh faktor-faktor berikut:
1) Pembuangan limbah rumah tangga, pembuangan sampah, pembuangan detergen,
pembuangan sisa-sisa industri, dan sebagainya. Limbah dari pabrik-pabrik industri
merupakan ancaman yang serius bagi ekosistem air.
2) Blooming algae ialah pertumbuhan alga yang cepat akibat eutrofikasi,
eutrofikasi adalah proses memperkaya air dengan zat organik. Penimbunan zat
organik ini terjadi akibat dari tinggimya jumlah fosfat hasil pembusukan dan
akumulasi pupuk pertanian di dalam air. Jika zat organik terkumpul di suatu
perairan, seperti danau dan sungai, kedua wilayah perairan tersebut akan kaya
kehidupan tumbuhan dan hewannya. Lama-kelamaan kandungan zat organik d
wilayah perairan tersebut berlebih. Akibatnya, tumbuhan akan menjadi bentuk
kehidupan yang dominan. Sejalan dengan mati dan membusuknya tumbuhan,
kandungan oksigen terlarut dalam air akan berkurang. Selain itu, zat organik yang
banyak tersedia memicu pertumbuhan alga. Akibatnya permukaan perairan tertutupi
alga sehingga menghalangi kontak antara perairan dan udara atmosfer. Oksigen dari
dari atmosfer tidak dapat masuk ke perairan. Oksigen dalam air semakin berkurang
karena digunakan dalam proses pembusukkan tumbuhan. Tanpa oksigen ikan akan
mati sehingga menambah tumbuhan bahan-bahan yang membusuk. Akibatnya,
organisme dalam perairan akan mengalami kekurangan oksigen sehingga
mengalami kematian.
3) Sampah organik yang terlalu banyak akan mengganggu kehidupan di dalam air.
Sampah ini dibusukkan oleh bakteri sehingga oksigen berkurang dan kehidupan
organisme air terganggu. Sampah-sampah organik yang masuk perairan berasal dari
limbah insudtri dan terutama limbah rumah tangga. Air yang tercemar akan tampak
menghitam dan menyebarkan bau yang tak sedap.
c. Pencemaran Tanah

Gambar 10. Pencemaran Tanah


(Sumber: https://www.ilmulingkungan.com/2012/05/pencemaran
lingkungan.html)
Pencemaran tanah adalah suatu dampak limbah rumah tangga, industri, dan
penggunaan pestisida yang berlebihan terhadap tanah. Pencemaran tanah dapat
menurunkan estetika tanah dan kegunaannya bagi pertanian, serta meningkatkan
kandungan zat kimia beracun didalamnya. Pencemaran tanah dapat terjadi karea
oemakaian pestisida dalam dosis berlebihan, dan merembesnya zat kimia berbahaya dari
penimbunan limbah industri atau rumah tangga ke lapisan permukaan tanah.
Dinamika Lingkungan Indonesia, Juli 2022, p 144-152 22 2
Volume 9, Nomor
p-ISSN 2356-2226 DOI 10.31258/dli.9.2.p. 144-152
e-ISSN 2655-8114 https://dli.ejournal.unri.ac.id/index.php/DL

Strategi Pengendalian Pencemaran Sungai Siak yang Berkelanjutan


Menggunakan Pendekatan Multi Criteria Decision Making (MCDM)
Imam Suprayogi1*, Manyuk Fauzi2, Alfian3, Suprasman4, Nurdin5 , Zulkifli6
1,2,3,4,5
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau Pekanbaru
6
Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau Pekanbaru

Koresponden E-mail: drisuprayogi@yahoo.com

(Diterima: 9 April 2022|Disetujui: 30 Juli 2022|Diterbitkan: 31 Juli 2022)

Abstract : The main objective of the research is to establish a sustainable Siak River pollution management strategy, in
an effort to accelerate (quick win) the strategic policy of Siak River pollution management which is one of the National
Strategic category rivers located in the Sumatra Region based on Presidential Decree No. 12 of 2012 concerning the
Determination of the River Basin, because the Siak River has a very large function and role in regional and economic
development both locally, regionally and nationally. The approach method used is Multi Criteria Decision Making
(MCDM) with the selected method of Analytical Hierarchy Process (AHP). The primary data is in the form of
questionnaire data with the aim of being assessed by experts (expert judgment) who are considered competent in assessing
the processing of Siak River pollution. Seven respondents identified who have the potential and are representative to
contribute to obtaining expert judgment recommendations consist of Universities represented by the University of Riau
(UR), the Riau Province Environmental Agency (BLH), the Sumatran Ecoregion Development Control Center, Non-
Governmental Organizations (NGO) Jikalahari, Center for Watershed Management (BPDAS) Indragiri Rokan.
Regional Research and Development Agency for Riau Province and the River Basin Center (BWS) III Sumatra.
The main results of the study stated that the Siak River water pollution control strategy using the AHP approach
sequentially was to rearrange the spatial function, determine the pollution load capacity (DTBP), coordination of
stakeholder synergies, program socialization and counseling, supervision and monitoring, law enforcement and
development. Wastewater Treatment Plant (WTP).

Keywords: strategy; pollution; sustainable; multi criteria decision making

PENDAHULUAN

Sungai Siak merupakan salah satu sungai besar dilakukan oleh Tim Fakultas Teknik Universitas
yang mendapatkan perhatian secara nasional dan juga Gadjah Mada Jogyakarta bahwa Sungai Siak memiliki
masuk dalam kategori sungai strategis nasional kedalaman 20-29 meter merupakan sungai terdalam di
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun Indonesia, namun saat ini terjadi penumpukan
2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai, karena sedimen di dasar sungai yang telah mencapai
sungai tersebut memiliki fungsi dan peranan yang ketinggian 8 meter atau sepertiga dari kedalaman
sangat besar dalam perkembangan wilayah dan sungai. Hal ini mengindikasikan adanya erosi yang
ekonomi baik secara lokal, regional maupun nasional. cukup besar di bagian hulu sungai. Di lain pihak,
Sungai Siak adalah salah satu sungai yang secara dalam musim hujan dapat terjadi bahaya banjir karena
keseluruhan dari hulu hingga hilirnya berada di berkurangnya kapasitas sungai dalam menampung
wilayah Provinsi Riau yang melewati beberapa aliran air (Riyawan, 2014; Andri, 2015).
Kabupaten / Kota, yaitu Kabupaten Rokan Hulu, DAS Siak terdiri pada bagian hulu dari Sub DAS
Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru, Kabupaten Tapung Kiri, Sub DAS Tapung Kanan, Sub DAS Siak
Bengkalis dan Kabupaten Siak. Kondisi fisik Sungai Kecil dan Sub DAS Mandau, berdasarkan hasil
Siak memiliki manfaat yang sangat besar bagi semua penelitian tim Badan Pengkajian dan Penerapan
pihak yaitu sumber air domestik bagi masyarakat di Teknologi (BPPT) yang bekerjasama dengan Badan
sepanjang Sungai Siak, sumber air baku (intake) bagi Lingkungan Hidup Kabupaten Siak telah melakukan
PDAM Kota Pekanbaru, sumber air baku untuk penelitian dan hasil penelitian menyatakan kerusakan
industri, sumber mata pencaharian bagi nelayan di Sungai Siak berakibat pada rusaknya ekosistem
sepanjang Sungai Siak dan sarana transportasi sungai yang berada di sekitar sungai, sehingga dapat
(Sudiana et al, 2007). mengakibatkan hilangnya habitat alami bermacam-
Dipertegas Paparan Menteri Pekerjaan Umum macam ikan khas Riau akibat penurunan kualitas air.
pada acara Seminar Penyelamatan dan Pelestarian Pencemaran Sungai Siak semakin meningkat sejak
Daerah Aliran Sungai (DAS) Siak di Pekanbaru 6 booming industri yang menempati sepanjang Sungai
Agustus 2005 perihal Penataan Ruang DAS Siak Siak. Pencemaran pada Sungai Siak diakibatkan oleh
Provinsi Riau dengan merujuk hasil penelitian yang adanya limbah industri yang berada di sepanjang
Imam Suprayogi, Manyuk Fauzi, Alfian, Suprasman, Nurdin, Zulkifli |DLI 9 (2) (2022) 144-152 145

daerah aliran sungai, pelayaran dan limbah rumah cabang Multi Criteria Decision Making (MCDM)
tangga sekitarnya. memiliki keunggulan sebagai program bantu (tool)
Menteri Negara Lingkungan Hidup (Meneg LH) untuk pengambilan keputusan pada bidang
Republik Indonesia Rahmat Witoelar mengatakan, Sumberdaya Air yang diterapkan pada berbagai kasus
bahwa peristiwa penting DAS Siak yang pernah terjadi dan terbukti sukses memecahkan berbagai problem
pada tahun 2004 menyatakan bahwa ada 44 industri pengambilan keputusan. Selain itu, AHP adalah model
membuang limbahnya di DAS Siak terutama di Desa pengambilan keputusan yang mampu
Meredan, Kecamatan Tualang Perawang, Kabupaten mengkombinasikan sistem hirarki kriteria ke dalam
Siak, Provinsi Riau. Hasil penelitian juga cara analitis. Keunggulan lainnya yaitu
membuktikan bahwa jumlah oksigen terlarut (DO) perbandingan berpasangan (pairwise comparison) yang
dalam air sungai lebih kecil 1 ppm, sehingga dilakukan secara berulang-ulang dalam model AHP
mengancam kelangsungan hidup ikan dan biota air di ditujukan untuk menciptakan kekonsistenan data.
dalamnya. Hal ini terbukti pada tahun 2004 dimana Salah satu parameter kunci untuk menguji model AHP
sejumlah 1.5 – 5 ton ikan mati dalam waktu yang adalah menggunakan Index Concistency (IC) kurang
bersamaan akibat kekurangan oksigen. Hal ini dari 10%.
membawa dampak yang buruk bagi penduduk yang Sebagai ilustrasi penelitian yang telah dilakukan
berprofesi sebagai nelayan di sepanjang DAS Siak oleh Baherem (2014) terkait strategi pengelolaan daya
karena hasil tangkapan tidak mencukupi lagi untuk tampung beban pencemaran dan kapasitas asimilasi di
kebutuhan sehari-hari. Dengan demikian banyak yang Sungai Cibanten Provinsi Banten menggunakan
beralih profesi sebagai penebang liar yang justru pendekatan QUAL2KW dan AHP untuk menyusun
menambah parah kerusakan lingkungan DAS Siak itu strategi pengelolaan terahadap pencemaran sungai
sendiri. Sungai Cibanten Provinsi Banten. Hasil utama
Merujuk data bersumber dari Pusat Pengendalian penyusunan membuktikan strategi pengelolaan
Pembangunan Ekoregion Sumatera atau lazim disebut terhadap pencemaran Sungai Cibanten dengan
P3ES (2016) yang telah melakukan identifikasi ulang menggunakan AHP dapat dikelola dengan tujuh
terhadap potensi beban pencemaran Sungai Siak yang alternatif strategi yaitu pengawasan dan pemantauan
hasilnya menyatakan bahwa potensi beban pencemar (0.202), menata ulang fungsi tata ruang (0.198),
Sungai Siak dengan menggunakan parameter BOD, penegakkan hukum (0.195), koordinasi dan sinergi
COD, TSS dan E-Coli. Untuk Kabupaten Rokan Hulu stakeholder (0.144), sosialisasi dan penyuluhan
dan Kabupaten Kampar potensi sumber pencemaran (0.119), penetapan daya tampung beban pencemaran
didominasi oleh sektor pertanian, sedangkan untuk (0.077) dan IPAL komunal (0.068) dengan tingkat
Kota Pekanbaru didominasi oleh sektor pemukiman, Consistency of Index (CI) sebesar 6.7% kurang dari
dan Kabupaten Siak didominasi oleh Perkebunan. syarat batas yang dijinkan sebesar 10%. Prioritas
Selanjunya P3ES Kementerian Lingkungan Hidup dan utamanya adalah kegiatan pemantauan dan
Kehutanan Republik Indonesia tahun 2011 dalam pengawasan, menata ulang fungsi tata ruang,
upaya mengimplementasikan kebijakan maka upaya penegakkan hukum, koordinasi dan sinergi
yang dilakukan oleh PPPES menggunakan pendekatan stakeholder, sosialisasi dan penyuluhan, penetapan
metode analisis SWOT (Strength, Weakness, daya tampung beban pencemaran dan IPAL komunal.
Oportunity and Threat) yang bersifat kualitatip sehingga Tujuan dari penelitian ini adalah menyusun strategi
pendekatan SWOT dalam rangka mendukung pengelolaan pencemaran Sungai Siak menggunakan
program pengendalian pencemaran Sungai Siak pada pendekatan MCDM dengan pendekatan metode AHP
tataran kebijakan sulit untuk diimplementasikan agar Sungai Siak tetap berkelanjutan.
karena tidak terdiskripsinya bobot skala prioritas
penanganan serta besaran biaya yang harus
dianggarkan oleh instansi Pemerintah Daerah, dalam
hal ini Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BAHAN DAN METODE
(Bappeda) baik pada level Provinsi maupun
Kabupaten/Kota di wilayah Riau. Waktu dan Lokasi Penelitian
Selanjutnya fenomena umum pengambilan Penelitian dilakukan di Sungai Siak, yang
keputusan bidang Pengembangan Sumberdaya Air melewati 3 (tiga) wilayah Kabupaten/Kota, yaitu
adalah bersifat kompleks, multi sektor dan multi aktor, Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru, Kabupaten
memerlukan keterpaduan antara aspek teknik dan non- Bengkalis dan Kabupaten Siak. DAS Siak terdiri
teknik, diperlukan prosedur analisis secara sistematis dari empat Sub DAS yaitu Sub DAS Tapung
yang mampu memadukan berbagai maksud yang Kanan, Sub DAS Tapung Kiri, Sub DAS Mandau
saling kompetitif dan Decision Support System (DSS) dan Sub DAS Siak Hilir. Untuk selanjutnya DAS
merupakan bagian penting sebagai alat analisis untuk Siak disajikan seperti pada Gambar 1.
pengambilan keputusan. Selanjutnya Grandzol (2005)
menyatakan bahwa model AHP sebagai salah satu
Imam Suprayogi, Manyuk Fauzi, Alfian, Suprasman, Nurdin, Zulkifli |DLI 9 (2) (2022) 144-152 146

Gambar 1. Peta Administrasi Lokasi Penelitian


Sumber : PPPES, 2015,
AHP merupakan salah satu metode pengambilan
Penelitian dilakukan sejak bulan April sampai keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty
dengan September 2020 dengan subjek penelitian (Saaty,1980). Metode ini mempertimbangkan multi
pengelola dan anggota komunitas cangkir hijau serta factor (lingkungan, sosial dan ekonomi) dalam
masyarakat sekitar. melakukan pengambilan keputusan dengan
mengembangkan model hirarki (Saaty, 1980; Saaty,
Pengumpulan Data 2008; Saaty, 2010).
Data yang dibutuhkan untuk penelitian ini
adalah menggunakan data primer dan data sekunder. Tata Cara Penelitian
Adapun data primer adalah berupa data kuesioner Pengembangkan model hirarki pengambilan
dengan sasaran penilaian dari pakar (expert judgment) keputusan terhadap strategi penanganan pengendalian
yang dianggap berkompeten menilai terkait Sungai Siak menggunakan pendekatan Analitical
pengolahan pencemaran sungai Siak. Dalam upaya Hierarchy Process (AHP) dengan mendasarkan tata
mendukung ketepatan sasaran dan tujuan dalam urutan sebagai berikut:
pencapaian strategi pengelolaan pencemaran air
Sungai Siak, ada tujuh responden yang teridentifikasi Mengidentifikasi hasil penelitian terdahulu
yang berpotensi serta representatip memberikan Sumbangan sumber pencemar terbesar di
kontribusi untuk mendapatkan rekomendasi penilaian Sungai Siak dengan melakukan upaya dengan
/justifikasi pakar (expert judgment). 1) Perguruan Tinggi melakukan reduksi bebn pencemar BOD sebesar 80%,
diwakili Universitas Riau; 2) Badan Lingkungan COD sebesar 20%, dan TSS sebesar 20% (Saily, 2017,
Hidup (BLH) Provinsi Riau; 3) Pusat Pengendalian Handriati, 2018 dan Fitri, 2018) dengan mendasarkan
Pembangunan Ekoregion Sumatera; 4) Lembaga hasil kuesioner yang telah dilakukan penilaian oleh
Swadaya Masyarakat (LSM) Jikalahari; 5) Balai penilai pakar.
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Indragiri
Rokan; 6) Badan Penelitian dan Pengembangan Menetapkan struktur hirarki
Daerah Provinsi Riau; 7) Balai Wilayah Sungai (BWS) Skema Strategi Pengendalian Pencemaran Air
III Sumatera. Sungai Siak menggunakan AHP dengan kaidah
Adapun data sekunder adalah berupa data hasil Pengambilan Keputusan (DSS) dalam Pengelolaan
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu Sumberdaya Air (PSDA) yang bersifat kompleks,
terkait pengendalian pencemaran sungai Siak multi sektor dan multi aktor, memerlukan
menggunakan simulasi model WASP versi 7.3 dalam keterpaduan antara aspek teknik dan non-teknik serta
hal ini hasil kesimpulan dari penelitian Randhi Saily diperlukan prosedur analisis secara sistematis yang
(2017); Pipi Handriati (2018) & Husnil Fitri (2018) mampu memadukan berbagai maksud yang saling
guna mengembangkan model hirarki pengambilan kompetitif sehingga hirarki ditetapkan terdiri dari lima
keputusan terhadap strategi penanganan pengendalian level: Level 1: Goal Strategi Pengendalian
Sungai Siak menggunakan pendekatan AHP. Pencemaran Air Sungai Siak, Level 2: Faktor Sumber
Metode kuantitatif pada penelitian ini Daya Manusia (SDM), Anggaran, Sarana dan
menggunakan AHP untuk menganalisis prioritas Prasarana serta Kebijakan, Level 3: Faktor
kebijakan untuk pengelolaan Pencemaran Sungai Siak. Pemerintah, Litbang/PT, LSM dan Industri/Rumah
Imam Suprayogi, Manyuk Fauzi, Alfian, Suprasman, Nurdin, Zulkifli |DLI 9 (2) (2022) 144-152 147

Sakit, Level 4: Sub Tujuan Konservasi Hulu DAS HASIL DAN PEMBAHASAN
Siak , Pengendalian Pencemaran dari Sumber
Pencemar dan Perlindungan Sempadan Sungai, Level
Prinsip dasar pengambilan keputusan dalam
5: Alternatip/Tindakan Menata ulang fungsi tata
upaya pengelolaan sumberdaya air secara umum
ruang, kondisi strategi stakeholder, IPAL komunal,
adalah memiliki fenomena bersifat kompleks, multi
Penegakan Hukum, Pengawasan dan Pemantauan,
sektor dan multi aktor, memerlukan keterpaduan
Sosialisasi dan Penyuluhan serta Penetapan Daya
antara aspek teknik dan non-teknik, diperlukan
Tampung Beban Pencemaran (DTBP).
prosedur analisis secara sistematis yang mampu
Adapun hirarki Strategi Pengendalian
memadukan berbagai maksud yang saling kompetitif.
Pencemaran Air Sungai Siak menggunakan AHP
dan Decision Support System (DSS) merupakan bagian
selengkapnya disajikan seperti pada Gambar 2.
penting sebagai alat analisis untuk pengambilan
keputusan.
Landasan pemikiran penelitian adalah
menyatakan bahwa segala sesuatu aktivitas kegiatan
di DAS Siak yang terintegrasi dari hulu, tengah dan
hilir diyakini akan berpengaruh sacara signifikan
terhadap kondisi dinamis perubahan kualitas air dari
Sungai Siak. khususnya parameter kualits air COD,
BOD dan TSS.dengan mengacu hasil penelitian
tedahulu yang telah dilakukan oleh instansi vertikal
seperti pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion
Sumatera (PPPES) yang berupa dokumen kajian,
maupun hasil penelitian yang berupa hasil penelitian
terdahulu.

Sumber Pencemar

Kondisi Eksisting Beban Pencemar Bagian DAS Siak


Evaluasi kualitas air sungai Siak bagian Hulu
dilakukan dengan cara membandingkan hasil kualitas
air sungai Siak yang didapat dari Pusat Pengendalian
Pembangunan Ekoregion Sumatera yang selanjutnya
Gambar 2.Hirarki Strategi Pengendalian Pencemaran disebut PPPES pada tahun 2015 dengan kriteria mutu
Sungai Siak Menggunakan AHP air yang berlaku berpedoman pada Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Melakukan input data Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Level 2 yaitu Faktor yang meliputi SDM, Pencemaran Air. Pada penelitian ini beban pencemar
Anggaran, Saran dan Prasarana serta Kebijakan untuk parameter BOD, COD, dan TSS di DAS Siak
dengan menggunakan program bantu AHP SCBUK bagian Hulu dibandingkan dengan baku mutu kelas II
yang dikembangkan oleh Simon Bartrand LTD sesuai dengan Keputusan Gubernur Riau Nomor 12
United Kingdom untuk melakukan analisis pada tahun 2003 tentang peruntukkan dan Baku Mutu Air
setiap level secara bertahap dari level 2, level 3, level 4 Sungai Siak. Selanjutnya PPPES membagi DAS Siak
sampai dengan level 5. bagian hulu dibagi menjadi 9 segmen, yaitu segmen
Pantai cermin, Sungai Kandis, Bencah Kelubi, Teluk
Hasil analisis Kedundung, Muara Tapung Kiri, Lindai, Jembatan
Selanjutnya dilakukan pengujian konsistensi Siak II, Jembatan Siak I, dan Hilir Muara Sail.
hirarki tiap level. Jika tidak memenuhi kaidah uji
Consistency Index (CI) kurang dari 0,1 atau 10% maka Kondisi Eksisting BOD DAS Siak
penilaian harus dilakukan pengulangan kembali Bersumber dari hasil pengukuran oleh PPPES
sampai hasil analisis memenuhi criteria CI kurang (2015) menunjukkan bahwa nilai BOD observasi rata-
dari 10% dengan melakukan pengaturan nilai sesuai rata keseluruhan segmen dari Pantai Cermin sampai
dengan kaidah Angka Saaty. Hilir Muara Sail melebihi baku mutu kelas II yaitu
sebesar 13,98 mg/l sehingga DAS Siak bagian hulu
Instrumen Penelitian tidak layak digunakan sebagai sumber air baku karena
Piranti Lunak yang digunakan adalah program air sungai sudah tercemar. Selanjutnya berdasarkan
AHP SCUBK yang dikembangkan oleh Simon Grafik dari nilai BOD berdasarkan baku mutu kelas II
Barnard SCB Assosiated Ltd United Kingdom selanjutnya disajikan seperti pada Gambar 3.
sebagai program bantu dalam penyusunan
strategi pengelolaan pencemaran air di Sungai Siak.
Imam Suprayogi, Manyuk Fauzi, Alfian, Suprasman, Nurdin, Zulkifli |DLI 9 (2) (2022) 144-152 148

banyaknya penumpukkan/sedimentasi dari limbah


organik seperti aktivitas perkebunan yang membuang
limbahnya ke hulu sungai, sehingga air sungai sulit
mengalir ke hilirnya. Nilai TSS DAS Siak bagian hulu
dari segmen Pantai Cermin sampai Hilir Muara Sail.
Selanjutnya Gambar 5 mendiskripsikan grafik
hubungan nilai TSS observasi dengan nilai TSS baku
mutu kelas II disajikan seperti pada Gambar 5.

Gambar 3. Grafik hubungan nilai BOD observasi


terhadap nilai baku mutu BOD
Sumber: Saily, 2017; Saily, 2019

Kondisi Eksisting COD DAS Siak


Standar baku mutu untuk air limbah kelas II
untuk parameter COD adalah sebesar 25 mg/l,
berdasarkan kondisi eksisting DAS Siak bagian hulu
untuk parameter COD sebagian segmen sudah
memenuhi baku mutu kelas II. Untuk segmen yang Gambar 5. Grafik hubungan antara nilai TSS
tidak memenuhi baku mutu kelas II yaitu Sungai observasi terhadap nilai baku mutu TSS
Kandis, Teluk Kedundung, dan Jembatan Siak I, Sumber: Saily, 2017; Saily, 2019
khususnya pada segmen Sungai Kandis nilai COD
sangat tinggi yaitu sebesar 71,10 mg/l, yang berarti Kondisi BOD, COD dan TSS Beban Pencemar DAS
nilai COD nya sangat jauh melebihi dari baku mutu Siak
kelas peruntukkan. Diskripsi parameter COD secara Hasil simulasi yang dilakukan dengan mereduksi
umum pada DAS Siak bagian hulu cenderung sudah beban cemaran masing-masing parameter memiliki
memenuhi baku mutu sesuai peruntukkannya. persentase yang berbeda tetapi persentasenya sama
Selanjutnya grafik hubungan nilai COD observasi terhadap simulasi debit andalan maksimum maupun
terhadap nilai baku mutu COD disajikan seperti pada debit andalan minimum. Besar persentase reduksi daya
Gambar 4. tampung beban pencemaran BOD, COD dan TSS
pada saat debit andalan maksimum dan debit andalan
minimum adalah 75%, 50% dan 25%.

Gambar 4. Grafik hubungan antara nilai COD


observasi terhadap nilai baku mutu COD
Sumber: Saily, 2017; Saily, 2019
Gambar 6. Grafik hubungan antara nilai BOD
Kondisi Eksisting TSS DAS Siak observasi terhadap nilai baku mutu
Batas izin parameter pencemar TSS untuk DAS BOD
Siak bagian hulu sesuai baku mutu kelas II adalah 50 Sumber: Saily, 2017; Saily, 2019
mg/l. Berdasarkan uji lapangan oleh PPPES (2015)
bahwa untuk parameter TSS dari segmen Pantai
Cermin sampai Hilir Muara Sail sangat bervariasi.
Pada segmen Pantai Cermin kadar TSS sangat tinggi
yaitu sebesar 127 mg/l, hal ini disebabkan karena
Imam Suprayogi, Manyuk Fauzi, Alfian, Suprasman, Nurdin, Zulkifli |DLI 9 (2) (2022) 144-152 149

0.45
0.4
0.35
0.3

Bobot
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
Kebijakan Anggaran SDM Sarana/Prasarana
Bobot 0.428 0.256 0.19 0.126
Gambar 7. Grafik hubungan antara nilai COD Gambar 9. Hasil Pemeringkatan dari Faktor
observasi terhadap nilai baku mutu Pengendalian Pencemaran Air di
COD Sungai Siak
Sumber : Saily, 2017; Saily, 2019
Merujuk dari Gambar 9 di atas, maka dapat
disusun pemeringkatan peran Faktor Pengendalian
Pencemaran Air di Sungai Siak berturut-turut
menempati peringkat pertama adalah Kebijakan diikuti
Anggaran, SDM dan Sarana/Prasarana berturut-turut
0.428, 0.256, 0.19 dan 0.126.

Analisis Aktor pada Hirarki Pengambilan Keputusan


Analisis aktor menggunakan pendekatan metode
AHP dalam pengelolaan pencemaran air dari sungai
Siak terdiri dari aktor Pemerintah, Perguruan Tinggi,
Masyarakat dan Industri/Rumah Sakit. Aktor dengan
bobot tertinggi dianggap sebagai aktor yang paling
berpengaruh dalam pencapaian tujuan utama. Adapun
Gambar 8. Grafik hubungan antara nilai COD hasil selengkapnya hasil penilaian bobot aktor
observasi terhadap nilai baku mutu menggunakan program bantu AHP yang
COD dikembangkan oleh Simon Barnard SCB United
Sumber: Saily, 2017; Saily, 2019 Kingdom Ltd dalam pengelolaan pencemaran air di
sungai Siak selengkapnya disajikan Gambar 10.
Kesanggupan sungai menerima rata-rata beban
cemaran BOD, COD dan TSS setelah direduksi pada 0.4
saat debit andalan maksimum sebesar +7.595 kg/hari,
0.35
+177.742 kg/hari dan +173.074 kg/hari. Pada saat
debit andalan minimum sebesar +3.235 kg/hari, 0.3

+72.536 kg/hari dan +65.134 kg/hari. 0.25


Bobot

0.2
Analisis Faktor pada Hirarki Pengambilan
0.15
Keputusan
Analisis faktor menggunakan pendekatan metode 0.1

AHP dalam pengelolaan pencemaran air dari sungai 0.05


Siak terdiri dari faktor SDM, anggaran, sarana dan 0
prasarana dan kebijakan. Faktor dengan bobot Pemerintah Masyarakat Industri/Rumah Sakit Perguruan Tinggi

tertinggi dianggap sebagai faktor yang paling Bobot 0.361 0.262 0.199 0.177

berpengaruh dalam pencapaian tujuan utama. Adapun Gambar 10. Hasil Pemeringkatan dari Aktor
hasil selengkapnya hasil penilaian bobot faktor Pengendalian Pencemaran Air di
menggunakan program bantu AHP yang Sungai Siak
dikembangkan oleh Simon Barnard SCB United
Kingdom Ltd dalam pengelolaan pencemaran air di Masih merujuk dari Gambar 10 di atas, maka
sungai Siak selengkapnya disajikan seperti pada dapat disusun pemeringkatan peran Faktor
Gambar 9. Pengendalian Pencemaran Air di Sungai Siak berturut-
turut menempati peringkat pertama adalah Pertama
Pemerintah diikuti oleh Masyarakat, Industri/Rumah
Sakit dan Perguruan Tinggi berturut-turut 0.361, 0.262,
Imam Suprayogi, Manyuk Fauzi, Alfian, Suprasman, Nurdin, Zulkifli |DLI 9 (2) (2022) 144-152 150

0.199 dan 0.177. Analisis tujuan menggunakan dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya dan tetap
pendekatan metode AHP dalam pengelolaan terus berkelanjutan dengan menggunakan
pencemaran air di sungai Siak terdiri dari tujuan pendekatan AHP yang hasil selengkapnya secara
menata ulang tata fungsi ruang yang selaras RTRW berurutan disajikan sebagai berikut: a) Menata Ulang
Provinsi Riau tahun 2018-2038, pembangunan IPAL, Tata Fungsi Ruang (prioritas utama) Terjadinya
penetapan daya tampung beban pencemaran (DTBP), pencemaran air dan penurunan kualitas air
koordinasi sinergi stakeholder, sosialisasi program dan Sungai Siak diyakini yang disebabkan karena sumber
penyuluhan, penegakan hukum serta pengawasan dan pencemar air yang akan diidentifikasikan akan selalu
pemantauan. Tujuan dengan bobot tertinggi dianggap berkembang dari waktu ke waktu yang sangat
sebagai tujuan yang paling berpengaruh dalam tergantung dinamika pembangunan, pertumbuhan
pencapaian tujuan. Adapun hasil selengkapnya hasil ekonomi, sosial dan budaya masyarakat di sepanjang
analisis penilaian bobot tujuan menggunakan liran Sungai Siak. Inventarisasi dilakukan dengan
program bantu AHP yang dikembangkan oleh tujuan untuk mengkarakteristikkan aliran-aliran
Simon Barnard SCB United Kingdom Ltd dalam pencemar dalam lingkungan itu, sedang kan
pengelolaan pencemaran air di sungai Siak adalah identifikasi dilakukan untuk mengenali dan
melakukan penataan ulang tata fungsi ruang yang mengelompokkan jenis pencemar, sumber dan lokasi
selaras RTRW Provinsi Riau tahun 2018-2038 sebesar serta pengaruh dampak bagi lingkungan; b)
0.386, pembangunan IPAL 0.225, penetapan daya Menetapkan daya tampung beban pencemaran
tampung beban pencemaran (DTBP) 0.140, koordinasi (Prioritas Kedua) Penetapan daya tampung
sinergi stakeholder 0.140, sosialisasi program dan pencemaran dapat digunakan sebagai bahan
penyuluhan 0.093, penegakan hukum 0.04 serta pertimbangan dan kebijakan dalam menetapkan tata
pengawasan dan pemantauan 0.05 dengan nilai Index ruang, memberikan izin usaha/ kegiatan yang
Concistency (CI) sebesar 4% sehingga memenuhi syarat mempengaruhi kualitas air baik secara langsung
kurang dari 10%. Langkah selanjutnya dilakukan maupun tidak langsung. Memberikan izin lingkungan
urutan pemeringkatan dari tujuan Pengendalian air limbah ke sumber air dan digunakan sebagai dasar
Pencemaran Air Sungai Siak yang hasil selengkapnya pengalokasian beban yang diperolehkan masuk ke
disajikan seperti pada Gambar 11. sumber air dari berbagai sumber pencemar supaya
tindakan pengendalian yang tepat dapat dilaksanakan
sehingga baku mutu air yang telah ditetapkan dapat
0.45
dipenuhi atau mutu air sasaran dapat dicapai; c)
0.4 Koordinasi Sinergi Stakeholder (Prioritas Ketiga)
0.35 Stakeholder yang memiliki pengaruh dan
0.3 kepentingan yang tinggi karena stakeholder ini dapat
menentukan arahan kebijakan pengelolaan sungai dan
0.25
Bobot

pengendalian pencemaran di Sungai Siak yang


0.2 merupakn sungai strategis nasional. Peran SKPD ini
0.15 cukup luas yaitu mulai perencanaan,
pengorganisasian, pengawasan, pelaksanaan
0.1
pengelolaan sungai dan limbah industri masih kurang
0.05 sinergisasi antara stakeholder satu dengan lainnya. Hal
0 dapat dilihat dari kebijakan yang masih bersifat
Menata Ulang Tata Fungsi Sosialisasi Program dan
DTBP Koordinasi Sinergi Stakeholder Penegakan Hukum Pengawasan dan Pemantauan Pembangunan IPAL parsial hanya berdasarkan tugas pokok dan fungsi
Ruang Penyuluhan
masing- masing stakeholder. Belum adanya
Bobot 0.386 0.225 0.14 0.093 0.066 0.05 0.04 kebijakan menyeluruh yang dapat mensinergikan
kepentingan dan pengaruh antar stakeholder. Fungsi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Gambar 11. Hasil Pemeringkatan Tujuan
(Bappeda) harus dioptimalkan agar sinergits
Pengendalian Pencemaran Air di program dan kegiatan di instansi/Stakeholder terkait
Sungai Siak
pengendalian penncemaran air Sungai Siak dapat
terwujud sehingga kualitas lingkungan lebih baik; d)
Masih merujuk dari Gambar 11 di atas, Meningkatkan pengetahuan dan partisipasi
dengan menetapkan kebijakan, anggaran, SDM dan masyarakat dalam pengelolaan limbah dengan
sarana prasarana dengan dukungan aktor faktor melakukan sosialisasi dan pelatihan (Prioritas
prioritas prioritas utama Pemerintah, Masyarakat Keempat) Kesadaran masyarakat untuk menjaga
Ormas/LSM/Tokoh Masyarakat, Industri/Rumah kebersihan dan kesehatan juga perlu ditingkatkan.
Sakit dan Perguruan Tinggi serta ditopang oleh sub Hal ini perlu untuk mencegah masyarakat melakukan
tujuan prioritas utama dengan melakukan upaya pembuangan sampah ke sungai atau memanfaatkan
koservasi hulu DAS Siak, pengendalian pencemaran bantaran sungai sebagai tempat pembuangan sampah;
sumber pencemar Sungai Siak serta pemeliharaan e) Meningkatkan pengawasan dan pemantauan
terhadap sempadan sungai Siak maka strategi untuk terhadap segala aktivitas pembuangan air limbah ke
mencegah terjadinya pencemaran dan penurunan Sungai Siak (Prioritas Kelima). Pencemaran air dapat
kualitas air Sungai Siak sehingga air sungai dapat diminimalisir dengan melakukan pengawasan
Imam Suprayogi, Manyuk Fauzi, Alfian, Suprasman, Nurdin, Zulkifli |DLI 9 (2) (2022) 144-152 151

terhadap pembuangan air limbah ke sungai Siak. dan penyuluhan, pengawasan dan pemantauan,
Pengawasan dilakukan untuk menjamin pelaksanaan penegakan hukum dan pembangunan IPAL.
persyaratan yang tercantum dalam izin lingkungan
pembuangan air limbah ke sungai Siak dan UCAPAN TERIMA KASIH
persyaratan teknis pengendalian pencemaran air yang
tercantum dalam dokumen Analisa Mengenai Terimakasih disampaikan kepada Pusat
Dampak Lingkungan (AMDAL) atau UKL/UPL. Pengendalian Pembanngunan Ekoregion Sumatera
Hasil pelaksanaan pengawasan dapat digunakan (PPPES) Pekanbaru atas bantuan data dan Tim
sebagi acuan dalam pembinaan penataan atau Reviewer yang merekomendasikan penilaian jurnal
penegakan hukum terhadap segala sesuatu kegiatan layak terbit.
yang berpotensi terjadinya penurunan kualitas air di
Sungai Siak; f) Meningkatkan pemantauan kualitas
DAFTAR PUSTAKA
air sungai (Prioritas Keenam) Upaya pemantauan
kualitas air sungai dapat dilakukan secara
Ahmad. A., M. Atikalidia, & Syarfi. (2011).
berkala/rutin melakukan pengukuran parameter
Penyisihan Chemical Oxygen Demand (COD) Dan
kualitas air sungai Siak dan pemeriksaan limbah yang
Produksi Biogas Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
dihasilkan dari kegiatan industri yang membuang
Dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob Bermedia
limbah ke sungai Siak dengan penerapan piranti
Cangkang Sawit. Seminar Nasional Teknik Kimia
teknologi presisi untuk mendukung kualitas air
ISSN 1693-4393
Sungai Siak secara real time sehingga memudahkan
Agustiningsih & Sudarno, S. B. (2014). Analisis Kualitas
dalam pemantauan degradasi kualitas air Sungai Siak
Air dan Strategi Pencemaran Air. Semarang :
sehingga segala aktivitas pencemaran baik oleh
Universitas Diponegoro.
manusia, industri, rumah sakit dan lainnya dapat
Andri. (2015) Analisis Indeks Bahaya Erosi Pada Daerah
segera ditangani secara cepat sehingga meminimalisir
resiko dampak akibat pencemaran; g) Meningkatkan Aliran Sungai Siak Bagian Hulu, Tesis, Bidang
pengelolaan limbah (Prioritas Ketujuh) Upaya untuk Keahlian Hidroteknik Program Studi Magister
mengurangi pencemaran limbah limbah cair pada (S2) Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil
sungai yaitu dengan cara melakukan pengelolaan Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru.
limbah sebelum dibuang ke sungai Siak. Pengelolaan Asdak, C. (2002). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah
limbah dapat dilakukan dengan cara pembuatan Aliran Sungai. Yogyakarta : Gadjah Mada
infrastruktur bangunan IPAL sebelum masuk ke University.
Sungai Siak sebagai tempat akhir penerima beban Baherem. (2014). Strategi Pengelolaaan Sungai
pencemaran. Berdasarkan Beban Pencemaran dan Kapasitas
Asimilasi Studi Kasus: Sungai Cibanten Provinsi
Banten, Tesis Magister, Sekolah Pascasarjana
KESIMPULAN Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor.
Dermawan, R. (2005). Model Kuantitatif Pengambilan
Berdasarkan analisis dan pembahasan terkait Keputusan dan Perencanaan Strategis. Alfabeta Press,
rencana strategi pengendalian pencemaran Sungai
Bandung.
Siak yang berkelanjutan dengan menggunakan
Djabu,Koesmantoro, & Wiwoho.(1991). Pembuangan
pendekatan AHP maka dapat ditarik kesimpuan
Tinja dan Air Limbah. Pusat Pendidikan Tenaga
sebagai berikut:
Kesehatan, Jakarta.
Strategi pengendalian pencemaran air Sungai
Dunn, (2003). Analisa Kebijakan Publik. PT. Hanindita
Siak menggunakan pendekatan AHP dengan
Graha Wijaya, Jogyakarta.
menetapkan urutan prioritas faktor adalah dukungan
Effendi. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan
kebijakan, anggaran, SDM dan sarana prasarana
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Perairan. PT
dengan dukungan aktor prioritas secara berurutan
Kanisius, Jogyakarta.
adalah Pemerintah, Masyarakat Ormas / LSM /T
Ekayanti, Y. (2014). Studi Daya Dukung Sungai di
okoh Masyarakat, Industri/Rumah Sakit dan
Perkebunan Kali Jompo Kecamatan Sukorambi Jember.
Perguruan Tinggi yang didukung oleh Sub tujuan
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Jember
prioritas dengan melakukan koservasi hulu DAS
(UNEJ), Jember.
Siak, pengendalian pencemaran sumber pencemar
Fitri, H. (2018). Identifikasi Daya Tampung Beban
Sungai Siak serta pemeliharaan terhadap sempadan
Pencemaran Sungai Siak bagian Hulu
sungai Siak untuk mendukung capaian tujuan dari
Menggunakan Model Water Quality Analysis
strategi pengendalian pencemaran air Sungai Siak
yang berkelanjutan. Simulation Program (WASP) Versi 7.3, Tugas
Tujuan atau goal dari strategi pengendalian Akhir, Program Studi Teknik Lingkungan,
pencemaran air Sungai Siak menggunakan Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
pendekatan AHP secara berurutan adalah dengan Universitas Riau, Pekanbaru.
melakukan penataan ulang tata fungsi ruang, Handriati, P. (2018). Analisis Daya Tampung Beban
penetapan daya tampung beban pencemaran (DTBP), Pencemaran Sungai siak Bagian Hilir
koordinasi sinergi stakeholder, sosialisasi program Menggunakan Pendekatan Water Quality Analysis
Simulation Program (WASP) Versi 7.3, Tugas
Imam Suprayogi, Manyuk Fauzi, Alfian, Suprasman, Nurdin, Zulkifli |DLI 9 (2) (2022) 144-152 152

Akhir, Program Studi Teknik Lingkungan Saaty, T. L. (1980). The Analytical Hierarchy Process,
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Planning, Priority. Resource Allocation. USA: RWS
Universitas Riau, Pekanbaru. Publications.
Hindriani.H, A.Sapei., Suprihatin & Machfud. (2013). Saaty, T., L. (1993) Fundamentals of Decision
Identifikasi Daya Tampung Beban Pencemaran Making and Priority Theory with Analytic
Sungai Ciujung Dengan Model WASP Dan Stategi Hierarchy Process. Journal the Series of Analitical
Pengendaliannya. Jurnal Bumi Lestari. Vol.13 No.2. Hierarchy Process Vol 6.
Riyawan, E. (2014). Model Pengembangan Peta Resiko Saaty, T., L. (2008). Decision Making with The
Erosi Pada Daerah Aliran Sungai Menggunakan Analytic Hierarchy Process. International Journal
Pendekatan Logika Fuzzy, Tesis Magister, Bidang Services Sciences Vol. 1 No. 1 83-98.
Keahlian Hidroteknik Program Studi Magister Saaty, T., L. ( 2010). The Eigenvector in Lay
(S2) Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil, Language. International Journal of the Analytic
Fakultas Teknik Universitas Riau, Pekanbaru. Hierarchy Process, 2 (2).
Irianto & Waluyo. (2004). Gizi dan Pola Hidup Sehat. Saily, R. (2017). Model Kajian Pengendalian Pencemaran
CV. Yrama Widya, Bandung. Sungai Siak Menggunakan Pendekatan Model WASP
Iryanto. (2008). Eksposisi Analitical Hierarchy Process versi 7.3, Tesis Magister, Bidang Keahlian
(AHP) Dalam Riset dan Operasi : Cara Efektif Hidroteknik Program Studi Magister (S2)
Pengembilan Keputusan. Fakultas Matematika dan Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Ilmu Pengetahuan Alam (F-MIPA), USU, Medan. Teknik Universitas Riau, Pekanbaru.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Saily, R., Fauzi, M., Suprayogi, I. (2019). Pendekatan
Tahun 2012. Tentang Penetapan Wilayah Sungai Model Wasp Pada Pengendalian Pencemaran
Keputusan Gubernur Riau Nomor 12 tahun 2003. Sungai Dengan Parameter Uji COD, Construction
Tentang Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai Engineering & Sustainable Development, Vol 2 No. 1,
Siak. Juli 2019
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Sudiana, N., Soewandhita, H. (2007). Pola
110 tahun 2003. Tentang Pedoman Penetapan Konservasi Sumberdaya Air Daerah Aliran
Daya Tampung Beban Pencemaran Air Pada Sungai (DAS) Siak, Jurnal Alami Volume 12 Nomor
Sumber Air. 1, Tahun 2007.
Kusrini. (2007). Konsep dan Aplikasi Sistem Sugiharto. (1987). Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah.
Pendukung Keputusan. Yogyakarta : Andi Offset UI-Press. Jakarta.
Marimin. 2005. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Suripin, T. Dani & Sudarno. (2015). Analisis Daya
Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta (ID): Tampung Beban Cemar Di DAS Bengawan Solo
Grasindo. Segmen Kota Surakarta Dan Kabupaten
Marimin, Maghfiroh N. ( 2010). Aplikasi Teknik Karanganyar Dengan Metode QUAL2KW. Jurnal
Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Ilmu Lingkungan. Vol.13. Issue 2 Jurusan Teknik
Rantai Pasok. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Lingkungan Fakultas Teknik Universitas
(IPB) Press. Diponegoro, Semarang.
Metcalf & Eddy. (1991). Wastewater Engineering Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
Treatment : Treatment, Disposal And Reuse. Mc Graw- 2009. Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Hill, Inc. New York Lingkungan Hidup
Mulyadi, A. (2005). Hidup Bersama Sungai Kasus Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
Provinsi Riau. Unri Press. Riau. 1997. Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Linsley & Franzini. (1995). Teknik Sumber Daya Air.
Indonesia Nomor 10 Tahun 2010 Baku Mutu Air PT.Erlangga, Jakarta.
Limbah. Wiwoho. (2005). Model Identifikasi Daya Tampung
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Beban Cemaran Sungai Dengan QUAL2E.
Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Tesis.Master, Program Studi Ilmu Lingkungan,
Pengendalian Pencemaran Air. Universitas Diponegoro, Semarang.

Anda mungkin juga menyukai