Anda di halaman 1dari 10

KLIPPING KIMIA

[ KERUSAKAN LINGKUNGAN ]

NAMA : CAHAYA ANGGELA

KELAS : XII MIPA 3

Gambar 1.1 Sistem pembuangan sampah yang menyebabkan pencemaran tanah


dan bau, 2015.

Keterangan : Pencemaran tanah berpunca daripada perbuatan atau pembuangan


sesuatu bahan di sebuah kawasan sehingga berlaku pertukaran warna, hakisan dan
kesuburan tanah. Bahan pembuangan tersebut terbagi menjadi dua, yaitu cecair
dan pepejal. Bahan buangan berbentuk cecair ialah kimia, seperti sisa toksik dan
racun. Pembuangan sampah sarap (pepejal) yang tidak di kawal juga adalah punca
berlaku pencemaran tanah.

Pembuangan sampah yang tidak terkelola dengan baik dapat mencemari


tanah dan menyebabkan bau yang tidak sedap. Beberapa kimia yang berperan
dalam pencemaran tersebut termasuk logam berat, zat kimia berbahaya dari
sampah elektronik dan industri, serta leachate yang mengandung zat berbahaya dari
sampah terurai. Daur ulang dan pengelolaan sampah yang tepat diperlukan untuk
mengurangi dampak negatif ini.
Gambar 2.1 Pencemaran sungai, 2015.

Keterangan : Pembangunan tanpa kawalan menyebabkan sumber air telah


tercemar. Pencemaran air berlaku apabila sifat air berubah dan memberi kesan
negatif kepada manusia dan alam sekitar. Puncak utama berlakunya pencemaran air
ialah pembuangan sampah yang tidak teratur, najis, sisa perkilangan, bahan kimia
dan tumpahan minyak. Pencemaran air akan memberi kesan kepada kehidupan
manusia karena manusia menggunakan air untuk minum, memasak, membasuh dan
sebagainya.

Pencemaran air sungai seringkali disebabkan oleh berbagai zat kimia yang
masuk ke dalam air. Beberapa sumber pencemaran kimia dalam air sungai meliputi:

1. Limbah Industri: Banyak industri membuang limbah kimia ke sungai,


termasuk senyawa beracun seperti logam berat, pelarut organik, dan bahan
kimia sintetis lainnya.
2. Limbah Pertanian: Penggunaan pupuk dan pestisida di lahan pertanian dapat
menyebabkan aliran limbah kimia ke sungai saat hujan membasahi lahan
tersebut.
3. Limbah Perkotaan: Limbah domestik dari rumah tangga dan fasilitas umum
juga mengandung zat kimia seperti deterjen, minyak, dan produk-produk
kimia rumah tangga lainnya yang dapat mencemari sungai.
4. Air Hujan: Air hujan dapat mengandung polutan atmosfer seperti oksida
nitrogen dan sulfur yang larut dalam air dan mencemari sungai saat mengalir
melalui permukaan tanah yang tercemar.
5. Limbah Medis: Limbah medis dari rumah sakit dan fasilitas perawatan
kesehatan lainnya mengandung bahan kimia berbahaya yang dapat
mencemari air sungai jika tidak dikelola dengan baik.

Pencemaran kimia dalam air sungai memiliki dampak serius terhadap


lingkungan dan kesehatan manusia, termasuk keracunan, penyakit kulit,
kerusakan ekosistem, dan masalah kesehatan jangka panjang. Oleh karena itu,
pengelolaan limbah industri, pertanian, perkotaan, dan medis yang baik sangat
penting untuk mencegah pencemaran kimia sungai.
Gambar 3.1 Pencemaran udara, 2015 Gambar 3.2 Jerebu, 2015

Keterangan : Pencemaran udara merupakan suatu keadaan yang melibatkan bahan


kimia, jirim zarahan yang terkandung dalam udara sehingga berlakunya perubahan
dan ketidakselesaan. Bahan-bahan tersebut sampai di udara dan memberi kesan
negativ kepada manusia, tumbuhan dan hewan. Bahan-bahan ini akan memasuki
kedalam tubuh manusia melalui pernapasan dan berupaya menyekat pengaliran
oksigen ke dalam salur-salur darah.

Pencemaran udara sebagai kehadiran satu atau lebih bahan pencemar atau
gabungannya didalam atmosfer dalam kuantitas tertentu pada suatu jangka waktu
yang boleh menyebabkan darurat kepada kehidupan manusia, haiwan atau
menganggu suasana kehidupan (Wark dan Warner, 1901).

Pencemaran udara dan jerebu melibatkan penyebaran zat kimia dan partikel
ke udara, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan dan lingkungan. Contoh
zat kimia dalam pencemaran udara termasuk nitrogen dioksida, sulfur dioksida,
karbon monoksida, dan partikulat halus. Jerebu, di sisi lain, terdiri dari partikel debu,
tanah, dan abu vulkanik. Keduanya dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan
dan masalah kesehatan lainnya serta mempengaruhi kualitas udara secara
keseluruhan. Upaya pengendalian emisi dari sumber-sumber polusi utama
diperlukan untuk mengurangi dampaknya.

Pencemaran udara dan jerebu yang disebabkan oleh zat kimia dapat menjadi
masalah serius yang memerlukan tindakan pencegahan dan mitigasi. Upaya untuk
mengurangi emisi dari sumber-sumber utama polusi seperti industri, transportasi,
dan pembakaran biomassa sangat penting untuk meningkatkan kualitas udara dan
mengurangi dampak negatifnya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
Gambar 4.1 Banjir, 2016

Keterangan : Banjir seringkali menyebabkan pencemaran air dengan zat-zat kimia


dari berbagai sumber seperti limbah industri, pertanian, dan rumah tangga. Air
banjir yang terkontaminasi dapat mengandung bahan kimia berbahaya seperti logam
berat, pestisida, dan bahan kimia industri lainnya. Pencemaran ini dapat
membahayakan lingkungan hidup dan kesehatan manusia yang menggunakan air
tersebut.

Penggunaan bahan kimia dalam penanganan banjir adalah untuk


membersihkan dan mendisinfeksi area yang terkena banjir, seringkali digunakan
bahan kimia seperti pemutih, disinfektan, dan bahan kimia lainnya. Penggunaan
yang tidak tepat atau berlebihan dari bahan-bahan ini dapat menyebabkan
pencemaran tambahan atau bahkan membahayakan kesehatan manusia dan
lingkungan.

Pengaruh terhadap tanah dan lingkungan: Banjir dapat membawa zat-zat


kimia dari daerah yang tercemar ke lingkungan sekitarnya, termasuk ke tanah dan
tumbuhan. Pencemaran tanah oleh bahan kimia berbahaya dapat mengganggu
ekosistem lokal dan bahkan mengancam keberlangsungan hidup makhluk hidup di
area tersebut.

Pengaruh terhadap infrastruktur kimia: Banjir dapat merusak infrastruktur


yang terkait dengan industri kimia, seperti pabrik atau gudang penyimpanan bahan
kimia. Ini dapat mengakibatkan tumpahan bahan kimia berbahaya ke lingkungan
sekitarnya, yang dapat memiliki dampak jangka panjang terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan.

oleh karena itu, penting untuk memahami dan mengelola dampak kimia dari
banjir dengan hati-hati melalui pengelolaan limbah yang tepat, pemulihan
lingkungan, dan tindakan pencegahan pencemaran lebih lanjut saat menghadapi
situasi banjir.
Gambar 5.1 Kerusakan terumbu karang, 2016

Keterangan : Terdapat beberapa cara di mana kerusakan terumbu karang berkaitan


dengan kimia, yaitu :

1. Pencemaran Kimia: Limbah pertanian, industri, dan rumah tangga dapat


mencemari perairan di sekitar terumbu karang dengan bahan kimia
berbahaya seperti pestisida dan limbah industri, yang dapat menyebabkan
stres langsung pada terumbu karang.
2. Asamifikasi Laut: Emisi CO2 ke atmosfer meningkatkan keasaman air laut,
merusak terumbu karang dengan mengurangi ketersediaan karbonat yang
penting untuk pembentukan kerangka karang.
3. Pemanasan Global dan Pencemaran Air: Perubahan iklim menyebabkan
pemutihan massal terumbu karang, sementara polusi air oleh bahan kimia
seperti minyak dan logam berat meracuni organisme penghuni terumbu
karang.
4. Polusi Air: Bahan kimia seperti minyak, deterjen, dan logam berat dapat
mencemari perairan di sekitar terumbu karang akibat aktivitas manusia,
seperti tumpahan minyak, pembuangan limbah, atau penggunaan deterjen di
pesisir. Polusi air dapat merusak ekosistem terumbu karang dengan
meracuni organisme penghuninya dan mengganggu keseimbangan
ekosistem.

Penting untuk mengurangi emisi bahan kimia berbahaya ke lingkungan,


memperbaiki praktik pertanian dan industri, serta melindungi habitat terumbu karang
dari pencemaran untuk melindungi terumbu karang dari kerusakan yang disebabkan
oleh faktor-faktor ini.
Gambar 6.1 Penggundulan Hutan, 2016

Keterangan : Penggundulan hutan terjadi karena penebangan pohon-pohon tanpa


ada penanaman kembali atau reboisasi. Akibat terjadinya hutan gundul ini akan
berdampak pada perubahan iklim. Iklim akan semakin panas karena hutan itu
adalah paru paru dunia dan juga akan mudah terjadinya longsor apabila ada hujan
yang cukup lebat. Cara penanggulangannya yaitu dengan cara melakukan reboisasi
(penanaman kembali pohon-pohon) dan salah satu cara lainnya yaitu dengan cara
tebang pilih (memilih pohon yang sudah cukup masanya untuk ditebang).

Penggundulan hutan dengan menggunakan bahan kimia, seperti herbisida,


adalah praktik yang melibatkan aplikasi zat kimia untuk membunuh atau
mengendalikan pertumbuhan tanaman di hutan. Tujuan penggunaan bahan kimia
tersebut bisa bermacam-macam, termasuk membersihkan lahan untuk
pengembangan pertanian atau perkebunan, mempersiapkan area untuk
pembangunan infrastruktur, atau mengendalikan pertumbuhan tanaman yang
dianggap sebagai gulma atau gangguan bagi hutan yang dikelola.

Namun, penggunaan bahan kimia dalam penggundulan hutan memiliki


dampak yang luas terhadap lingkungan dan ekosistem. Penggunaan herbisida dan
bahan kimia lainnya dapat menyebabkan pencemaran air dan tanah karena bahan
tersebut dapat merembes ke dalam sumber air atau aliran permukaan, mengancam
organisme air dan hewan lainnya.
Gambar 7.1 Kebakaran Hutan Jateng, 2019

Keterangan : Kebakaran hutan dan kimia memiliki hubungan yang kompleks dan
saling memengaruhi dalam berbagai aspek. Pertama, komposisi kimia dari material
tumbuhan yang membentuk bahan bakar untuk kebakaran hutan memengaruhi
karakteristik dan intensitas kebakaran. Senyawa seperti lignin, selulosa, dan
hemiselulosa dalam kayu dan dedaunan memainkan peran penting dalam
memengaruhi tingkat kebakaran dan kecepatan propagasi api.

Kedua, saat material tumbuhan terbakar, mereka melepaskan berbagai gas


beracun seperti karbon dioksida, karbon monoksida, dan nitrogen oksida ke
atmosfer. Emisi gas-gas ini tidak hanya memengaruhi kualitas udara tetapi juga
kontribusi terhadap perubahan iklim global.

Ketiga, abu dan sisa-sisa kimia yang dihasilkan oleh kebakaran hutan dapat
mencemari tanah dan air di sekitarnya. Senyawa beracun seperti logam berat dan
bahan kimia berbahaya lainnya dapat merusak ekosistem dan memengaruhi
kehidupan hewan dan manusia yang bergantung pada lingkungan tersebut.

Dengan demikian, hubungan antara kebakaran hutan dan kimia adalah


kompleks, melibatkan interaksi antara komposisi bahan bakar, emisi gas beracun,
pencemaran lingkungan, serta penggunaan bahan kimia dalam upaya pencegahan
dan pengendalian kebakaran.
Gambar 8.1 Tanah Longsor, 2020

Keterangan : Bencana tanah longsor sering menimbulkan korban jiwa karena


banyak pemukiman yang tertimpa batu-batuan dari lereng ataupun bukit. Bencana
ini juga sering terjadi tiba-tiba, terkadang membuat orang yang disekitarnya saja
tidak sadar akan terjadi tanah longsor. Adanya bencana tanah longsor ini
dikarenakan Dampak Kerusakan Alam Akibat Ulah Manusia. Adanya penebangan
pohon liar tanpa adanya reboisasi menjadikan adanya erosi. Bagiamana tidak?
Biasanya lereng gunung ataupun pegunungan ataupun daerah sekitarnya jika terjadi
hujan lebat, kumpulan pohon itulah yang akan menyerap air. Tapi jika mereka
sudah ditebang tanpa adanya reboisasi, air hujan akan mengenai langsung tanah
tersebut dan terjadilah erosi.

Tanah longsor dapat dipengaruhi oleh faktor kimia seperti komposisi tanah
dan kandungan air tanah. Tanah dengan komposisi kaya lempung cenderung lebih
rentan terhadap longsor karena sifat-sifat lempung yang mudah bergeser ketika
basah. Selain itu, perubahan kimia dalam air tanah dapat mempengaruhi stabilitas
tanah dengan mengubah sifat fisiknya, seperti meningkatkan kecenderungan lereng
untuk runtuh.

Selain faktor alam, aktivitas manusia juga dapat memperburuk risiko tanah longsor
melalui penggunaan bahan kimia dalam pertanian atau industri. Pemakaian pupuk
kimia, pestisida, atau bahan kimia lainnya dapat merusak struktur tanah dan
vegetasi penahan tanah, meningkatkan kemungkinan terjadinya longsor.
Gambar 9.1 Gunung Meletus, 2021

Keterangan : Letusan gunung berapi adalah fenomena alam yang kompleks dan
dapat dipicu oleh sejumlah faktor kimia. Ketika magma, campuran cairan panas
yang mengandung berbagai unsur seperti silikon dan oksigen, naik ke permukaan
bumi, komposisi kimia serta gas-gas yang terperangkap di dalamnya menjadi faktor
penting dalam menentukan kekuatan letusan. Gas-gas seperti air, karbon dioksida,
dan belerang dioksida yang terlarut dalam magma dapat membentuk tekanan yang
signifikan di dalam gunung, memicu letusan yang eksplosif. Selain itu, reaksi kimia
yang terjadi saat magma mencapai permukaan juga dapat memperparah kekuatan
letusan, seringkali menghasilkan ledakan kuat dan pembentukan awan panas yang
mematikan. Dengan pemahaman lebih lanjut tentang kimia yang terlibat dalam
letusan gunung berapi, penelitian terus dilakukan untuk meningkatkan pemahaman
dan sistem peringatan dini yang dapat membantu melindungi masyarakat dari
bahaya tersebut.

Selain itu, residu dari letusan gunung berapi juga dapat memiliki dampak
kimia jangka panjang yang signifikan. Abu vulkanik yang tersebar luas mengandung
berbagai material berbahaya seperti belerang, asam, dan partikel-partikel halus yang
dapat merusak lingkungan dan kesehatan manusia. Abu vulkanik ini juga dapat
mempengaruhi kualitas udara, mengganggu sistem transportasi, dan merusak
tanaman serta hewan-hewan di sekitarnya. Oleh karena itu, pemahaman mendalam
tentang kimia yang terlibat dalam letusan gunung berapi sangat penting untuk
mengelola dan memitigasi dampaknya secara efektif.
Gambar 10.1 Kerusakan akibat gempa bumi, 2022

Keterangan : Secara singkat, keterkaitan antara gempa bumi dan kimia meliputi:

1. Pergeseran Lapisan Bumi: Aktivitas tektonik yang menyebabkan gempa bumi


dapat memengaruhi komposisi mineral dan gas dalam batuan.
2. Emisi Gas: Beberapa gempa bumi dapat memicu pelepasan gas-gas tertentu
dari dalam tanah, seperti gas radon dan metana.
3. Pencemaran Tanah dan Air: Gempa bumi dapat mengganggu infrastruktur
dan fasilitas industri yang menyimpan bahan kimia berbahaya,
mengakibatkan tumpahan yang mencemari lingkungan.
4. Pencucian Mineral: Gempa bumi dapat menyebabkan erosi dan pencucian
mineral dari tanah dan batuan, mempengaruhi kandungan kimia dalam air
tanah dan sungai.
5. Reaksi Kimia dalam Air Tanah: Perubahan dalam aliran air tanah akibat
gempa bumi dapat mempengaruhi reaksi kimia antara mineral dalam tanah
dan air tanah.
6. Efek Terhadap Industri Kimia: Gempa bumi dapat mengganggu fasilitas
industri kimia, mengakibatkan tumpahan bahan kimia berbahaya ke
lingkungan.

Meskipun keterkaitan ini ada, faktor-faktor lain juga berperan dalam


mempengaruhi kimia lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai