[ KERUSAKAN LINGKUNGAN ]
Pencemaran air sungai seringkali disebabkan oleh berbagai zat kimia yang
masuk ke dalam air. Beberapa sumber pencemaran kimia dalam air sungai meliputi:
Pencemaran udara sebagai kehadiran satu atau lebih bahan pencemar atau
gabungannya didalam atmosfer dalam kuantitas tertentu pada suatu jangka waktu
yang boleh menyebabkan darurat kepada kehidupan manusia, haiwan atau
menganggu suasana kehidupan (Wark dan Warner, 1901).
Pencemaran udara dan jerebu melibatkan penyebaran zat kimia dan partikel
ke udara, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan dan lingkungan. Contoh
zat kimia dalam pencemaran udara termasuk nitrogen dioksida, sulfur dioksida,
karbon monoksida, dan partikulat halus. Jerebu, di sisi lain, terdiri dari partikel debu,
tanah, dan abu vulkanik. Keduanya dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan
dan masalah kesehatan lainnya serta mempengaruhi kualitas udara secara
keseluruhan. Upaya pengendalian emisi dari sumber-sumber polusi utama
diperlukan untuk mengurangi dampaknya.
Pencemaran udara dan jerebu yang disebabkan oleh zat kimia dapat menjadi
masalah serius yang memerlukan tindakan pencegahan dan mitigasi. Upaya untuk
mengurangi emisi dari sumber-sumber utama polusi seperti industri, transportasi,
dan pembakaran biomassa sangat penting untuk meningkatkan kualitas udara dan
mengurangi dampak negatifnya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
Gambar 4.1 Banjir, 2016
oleh karena itu, penting untuk memahami dan mengelola dampak kimia dari
banjir dengan hati-hati melalui pengelolaan limbah yang tepat, pemulihan
lingkungan, dan tindakan pencegahan pencemaran lebih lanjut saat menghadapi
situasi banjir.
Gambar 5.1 Kerusakan terumbu karang, 2016
Keterangan : Kebakaran hutan dan kimia memiliki hubungan yang kompleks dan
saling memengaruhi dalam berbagai aspek. Pertama, komposisi kimia dari material
tumbuhan yang membentuk bahan bakar untuk kebakaran hutan memengaruhi
karakteristik dan intensitas kebakaran. Senyawa seperti lignin, selulosa, dan
hemiselulosa dalam kayu dan dedaunan memainkan peran penting dalam
memengaruhi tingkat kebakaran dan kecepatan propagasi api.
Ketiga, abu dan sisa-sisa kimia yang dihasilkan oleh kebakaran hutan dapat
mencemari tanah dan air di sekitarnya. Senyawa beracun seperti logam berat dan
bahan kimia berbahaya lainnya dapat merusak ekosistem dan memengaruhi
kehidupan hewan dan manusia yang bergantung pada lingkungan tersebut.
Tanah longsor dapat dipengaruhi oleh faktor kimia seperti komposisi tanah
dan kandungan air tanah. Tanah dengan komposisi kaya lempung cenderung lebih
rentan terhadap longsor karena sifat-sifat lempung yang mudah bergeser ketika
basah. Selain itu, perubahan kimia dalam air tanah dapat mempengaruhi stabilitas
tanah dengan mengubah sifat fisiknya, seperti meningkatkan kecenderungan lereng
untuk runtuh.
Selain faktor alam, aktivitas manusia juga dapat memperburuk risiko tanah longsor
melalui penggunaan bahan kimia dalam pertanian atau industri. Pemakaian pupuk
kimia, pestisida, atau bahan kimia lainnya dapat merusak struktur tanah dan
vegetasi penahan tanah, meningkatkan kemungkinan terjadinya longsor.
Gambar 9.1 Gunung Meletus, 2021
Keterangan : Letusan gunung berapi adalah fenomena alam yang kompleks dan
dapat dipicu oleh sejumlah faktor kimia. Ketika magma, campuran cairan panas
yang mengandung berbagai unsur seperti silikon dan oksigen, naik ke permukaan
bumi, komposisi kimia serta gas-gas yang terperangkap di dalamnya menjadi faktor
penting dalam menentukan kekuatan letusan. Gas-gas seperti air, karbon dioksida,
dan belerang dioksida yang terlarut dalam magma dapat membentuk tekanan yang
signifikan di dalam gunung, memicu letusan yang eksplosif. Selain itu, reaksi kimia
yang terjadi saat magma mencapai permukaan juga dapat memperparah kekuatan
letusan, seringkali menghasilkan ledakan kuat dan pembentukan awan panas yang
mematikan. Dengan pemahaman lebih lanjut tentang kimia yang terlibat dalam
letusan gunung berapi, penelitian terus dilakukan untuk meningkatkan pemahaman
dan sistem peringatan dini yang dapat membantu melindungi masyarakat dari
bahaya tersebut.
Selain itu, residu dari letusan gunung berapi juga dapat memiliki dampak
kimia jangka panjang yang signifikan. Abu vulkanik yang tersebar luas mengandung
berbagai material berbahaya seperti belerang, asam, dan partikel-partikel halus yang
dapat merusak lingkungan dan kesehatan manusia. Abu vulkanik ini juga dapat
mempengaruhi kualitas udara, mengganggu sistem transportasi, dan merusak
tanaman serta hewan-hewan di sekitarnya. Oleh karena itu, pemahaman mendalam
tentang kimia yang terlibat dalam letusan gunung berapi sangat penting untuk
mengelola dan memitigasi dampaknya secara efektif.
Gambar 10.1 Kerusakan akibat gempa bumi, 2022
Keterangan : Secara singkat, keterkaitan antara gempa bumi dan kimia meliputi: