1. Jelaskan :
a. Jelaskan perbedaan prinsip antara pencemaran tanah, air dan udara.
Jawaban :
Pencemaran, menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No
02/MENKLH/1988, adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi,
dan/atau komponen lain ke dalam air/udara, dan/atau berubahnya tatanan
(komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas
air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukkannya. Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia ataupun
disebabkan oleh alam (misal gunung meletus, gas beracun). Secara prinsip
perbedaan dari pencemaran tanah, air, dan udara adalah berdasar kepada tempatnya.
Pencemaran udara adalah adanya bahan pencemar (polutan) di udara.
Pencemaran udara adalah merupakan kualitas kimia (gas), fisika (debu),
mikroorganisme di udara, tingkat radiasi, dan derajat kebisingan. Seiring dengan
pertumbuhan industri, diikuti oleh meningkatnya sumber pencemaran dan
meningkat pula bahan pencemar yang relatif penting di udara. Keadaan ini
diindikasikan dengan meningkatnya kadar pencemaran udara setiap tahun secara
signifikan. Pencemaran udara juga menimbulkan reaksi sinergistik yang luar biasa
antara bahan pencemar yang dibuang ke udara dengan bahan pencemar lain di udara,
yang disebut dengan reaksi sekunder. Sebagai contoh adalah adanya komponen
bahan pencemar yang dihasilkan oleh knalpot mobil atau cerobong asap mesin yang
menggunakan BBM, yaitu oksida nitrogen dan karbon hidroksida. Kedua bahan
kimia tersebut di udara dengan bantuan radiasi sinar ultra violet matahari akan
membentuk zat yang lebih agresif dan lebih beracun yang dikenal dengan
photochemical smog.Bahan pencemar lain hasil photochemical yang bersifat
karsinogenik adalah PAH (Polynuclear Aromatic Hydrocarbons). Bahan pencemar
yang dibuang ke udara yang mengandung SO2, bila bereaksi dengan uap air H2O di
udara akan membentuk asam sulfat. Keadaan yang buruk ini merupakan ancaman
serius bagi kehidupan dengan terjadinya hujan asam.Masalah kebisingan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas lingkungan hidup manusia.
Kebisingan adalah adanya bunyi yang tidak dikehendaki. Intensitas bising
meningkat seiring dengan meningkatnya pencemaran elektronik, seperti radio
komunikasi dan telepon seluler. Kebisingan bisa berasal dari mesin-mesin dan
mekanik di industri dan juga kendaraan bermotor, kapal, dan pesawat udara.
Kebisingan juga merupakan masalah serius bagi kesehatan manusia, karena bisa
mengakibatkan perubahan pola pembicaraan manusia (bicara harus berteriak-
teriak), meningkatnya emosi, perilaku stres, keguguran wanita hamil, dan bahkan
ketulian.
Pencemaran air adalah adanya polutan di air. Pencemaran air merupakan
kualitas kimia, fisika, daya hantar listrik, mikroorganisme di air, dan tingkat radiasi
sesuai dengan peruntukan air tersebut. Insektisida dan herbisida merupakan bahan
pencemar yang paling banyak dijumpai di lingkungan permukiman, lingkungan
pertanian, dan lingkungan perkebunan. Insektisida jenis Chlorinated Hydrocarbons
merupakan penyebaran bahan kimia sintetik yang membahayakan kehidupan.
Tingkat racun dari insektisida ini sangat potensial untuk memberikan akibat biologis
pada semua makhluk hidup, bukan hanya pada serangga. Pencemaran minyak
merupakan konsekuensi logis dari cepatnya pertumbuhan penduduk dunia yang
membutuhkan minyak mentah. Mengapa? BBM, beberapa bahan kimia, bahan
sintetis, kontainer plastik, dan banyak lagi lainnya dibuat dari bahan baku minyak
mentah. Sumber-sumber atau sumur-sumur minyak semakin jauh dari hunian
manusia. Karenanya perlu kapal-kapal tanker pengangkut untuk jarak jauh dan tentu
sangat berisiko kecelakaan. Pencemaran perairan oleh tumpahan minyak sangat
merusak ekosistem dan tidak mudah ditanggulangi. Efluen dari proses pengilangan
minyak sangat berpotensi mencemari lingkungan kehidupan. Pencemaran panas
juga diakibatkan oleh instalasi penyulingan, oleh proses pendinginan instalasi
pembangkit listrik, dan oleh proses pendinginan industri logam dan industri lainnya.
Pencemaran limbah industri kertas (paper) dan bubur kertas (pulp) yang belum
menerapkan “clean industry” masih terus berlangsung di berbagai daerah. Industri
ini banyak menggunakan air dalam prosesnya. Limbah cair tersebut masih banyak
yang dibuang begitu saja di suatu hamparan ekosistem dan mencemari tanah di lahan
tersebut. Atau langsung dibuang ke sungai, danau, atau laut yang mengakibatkan
bertambahnya akumulasi bahan pencemar di perairan.
Pencemaran tanah adalah adanya polutan di suatu lahan. Pencemaran
tanah adalah merupakan kualitas kimia, fisika, mikroorganisme, dan tingkat radiasi
sesuai dengan penggunaan lahannya (land use). Masalah pembuangan sampah
(limbah padat) masih menjadi masalah sangat serius di kota-kota besar di dunia
Selain Masalah pencemaran dari bahan pencemar insektisida dan herbisida cukup
banyak dijumpai sebagai bahan pencemar di tanah. Ekses penggunaan herbisida
adalah pencemaran tanah di tempat yang telah disemprot dengan herbisida.
Sebagian dari herbisida jenis 2,4-D (2,4-Dichlorophenoxyacetic acid) dan 2,4,5-T
(2,4,5- Trichlorophenoxyacetic acid) sangat beracun yang tertinggal di tanah yang
membahayakan ekosistem.
2. Jelaskan :
a. Jelaskan bagaimana mekanisme bioremediasi logam berat sehingga logam
berat yang semula dalam bentuk beracun dalam tanah menjadi tidak beracun.
Jawaban merupakan ulasan minimal dari 2 hasil penelitian yang telah terbit
dalam jurnal ilmiah.
Jawaban :
Bioremediasi adalah satu alternatif untuk menangani toksisitas logam berat terhadap
tanaman pada tanah-tanah tercemar. Pulihan lingkungan oleh mikroorganisme
dianggap sebagai strategi potensial dalam mereduksi kontaminasi logam-logam
berat yang terjadi di lingkungan (Gandjar et al. 2006). Keunggulan dari bioremediasi
adalah: proses alami yang dapat diterapkan ditempat yang sulit dijangkau,
lingkungan di bawah permukaan tanah, tidak mahal, tidak menghasilkan limbah
yang baru (masalah baru), dan ramah lingkungan. Hasil dari degradasi logam berat
oleh mikroorganisme adalah gas karbon dioksida, air, dan senyawa-senyawa
sederhana yang ramah lingkungan (Hanafiah et al. 2009).
Mekanisme bioremediasi
Umumnya proses bioremediasi ion logam berat terdiri atas dua mekanisme yang
melibatkan proses pengambilan aktif (active uptake) dan penyerapan pasif (passive
uptake). Prosesnya berlangsung dengan cepat dan bolak balik. Proses bolak balik
ikatan ion logam berat di permukaan sel ini dapat terjadi pada sel mati dan sel hidup
dari suatu biomassa. Bakteri mengurai senyawa organik polutan logam berat dengan
cara menangkap/ mengambil senyawa tersebut ke dalam sel dan memanfaatkan
enzim intraseluler. Dalam hal ini, difusi dengan polutan dibatasi oleh ukuran
molekul, dinding sel, toksisitas senyawa tertentu yang akan mematikan bakteri.
Kemampuan mikroorganisme untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang
terkontaminasi telah banyak diteliti (Pushkar et al. 2015). Mekanisme bioremediasi
menggunakan mikroorganisme dikembangkan untuk mentoleransi konsentrasi
logam berat (Ahemad & Malik 2012). Secara umum, kemampuan toleransi yang
ditunjukkan oleh cendawan terjadi melalui dua mekanisme, yaitu pemisahan secara
ekstraselular melalui khelasi dan pengikatan dinding sel, serta pemisahan
intraselular fisik logam melalui pengikatan ke protein atau ligan lainnya untuk
mencegah kerusaan target selular yang sensitif terhadap logam tersebut. Mekanisme
ekstraselular berupaya menghindarkan sel dari masuknya logam, sedangkan sistem
atau mekanisme intraselular bertujuan untuk mengurangi beban logam dalam sitosol
(Anahid et al. 2011). Mikroorganisme memegang kunci penting dalam geoaktif di
biosphere dan berperan di dalam pengendalian racun logam berat di lingkungan. Hal
ini terjadi melalui mekanisme pertahanan yang mempengaruhi transformasi antara
bentuk terlarut dan tidak terlarut. Mekanisme ini merupakan komponen yang
terintegrasi secara alami di dalam siklus biogeokimiawi dan berpotensi dalam proses
bioremediasi secara in situ maupun ex situ (Gadd 2000; 2010). Tahap dari
bioremediasi adalah :
1. Biosorpsi
Biosorpsi adalah proses penghilangan logam dari suatu larutan dengan
menggunakan bahan biologis. Proses penghilangan logam berat melalui
pengikatan pasif ke biomassa tidak hidup dari suatu larutan dan mekanisme
reduksinya tidak dikendalikan secara metabolik. Biosorpsi merupakan proses
penyerapan logam secara pasif oleh sel-sel mikroorganisme, hasil dari formasi
organik kompleks-logam dengan penyusun dinding sel mikroorganisme, kapsul
atau polimer ekstraseluler yang disintesis dan diekskresikan oleh
mikroorganisme (Gavrilescu 2004).
2. Bioakumulasi
Mikroorganisme memiliki kapasitas untuk mengakumulasi logam berat lebih
tinggi dibandingkan dengan konsentrasi yang umumnya ada di lingkungan.
Proses akumulasi ini dapat dikelompokkan menjadi biokonsentrasi dan
bioakumulasi. Biokonsentrasi merupakan proses peningkatan konsentrasi
polutan secara langsung sewaktu berpindah dari lingkungan ke suatu organisme.
Sedangkan bioakumulasi adalah absorpsi polutan secara langsung yang
terakumulasi melalui nutrisi yang ditambahkan pada organisme (Smical et al.
2008). Bioakumulasi logam berat pada organisme hidup dideskripsikan sebagai
suatu proses dan jalur migrasi polutan dari satu level trofik ke level lainnya,
termasuk melalui rantai makanan sehingga dapat terakumulasi pada jaringan
organ (Kouba et al. 2010; Akan et al. 2012). Keberadaan logam berat tergantung
pada karakteristik bioakumulasi logam yang terkonsentrasi. Bioakumulasi
logam berat terjadi secara aktif dan dikendalikan secara metabolik oleh
organisme. Sedangkan bioavailabilitas logam berat, akumulasi dan toksisitasnya
tergantung pada variabel- variabel yang terdapat di lingkungan (Arunakumara
& Zhang 2007).
3. Biopresipitasi
Proses reaksi kimiawi terhadap logam berat dilakukan sehingga terbentuk
presipitat tidak larut dan kemudian presipitat tersebut dipisahkan melalui proses
sedimentasi atau filtrasi (Fu & Wang 2011). Presipitasi diikuti oleh proses
koagulasi atau penggumpalan yang terjadi di dalam pembentukan presipitat
hidroksida logam melalui penambahan bahan alkali untuk menghilangkan
kation logam berat seperti Pb(II), Cd(II), Cu(II) dan Ni(II) (Dhakal et al. 2005).
Di dalam biopresipitasi, pereduksian logam berat menjadi presipitat dilakukan
oleh mikroorganisme dalam kondisi anaerob dimana proses ini berbeda dengan
biomineralisasi yang terjadi secara aerob (Martinez et al. 2007).
4. Bioreduksi
Pereduksian racun dari suatu lingkungan atau detoksifikasi dengan
menggunakan mikroorganisme adalah merupakan pendekatan perlindungan
lingkungan yang ramah. Proses bioreduksi atau biodetoksifikasi oleh
mikroorganisme dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.
Bioreduksi secara langsung terjadi dengan melibatkan aktivitas enzimatis,
sedangkan mekanisme tidak langsung melibatkan produk metabolisme
(reduktan maupun oksidan) melalui reaksi reduksi oksidasi kimiawi (Wani &
Ayoola 2015).
5. Bioleaching
Proses pelarutan logam dari substrat padatan secara langsung dapat dilakukan
melalui metabolisme mikroorganisme seperti cendawan dan bakteri, serta secara
tidak langsung dilakukan oleh produk metabolisme. Unsur-unsur dapat
mengalami proses asimilasi, degradasi dan metabolisme senyawa organik serta
anorganik seperti C, H, O.
DAFTAR PUSTAKA :
Ahmad R Z. 2018. Mikoremediasi Menghilangkan Polusi Logam Berat pada Lahan
Bekas Tambang untuk Lahan Peternakan. WARTAZOA Vol. 28 No. 1 Th. 2018
Hlm. 041-050 DOI: http://dx.doi.org/10.14334/wartazoa.v28i1.1785
Chairiyah R R, Guchi H, Raul A. 2013. BIOREMEDIASI TANAH TERCEMAR
LOGAM BERAT Cd, Cu, DAN Pb DENGAN MENGGUNAKAN
ENDOMIKORIZA. Jurnal Online Agroekoteknologi ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.1: 348-361, Desember 2013
DAFTAR PUSTAKA :
Patandungan A, HS Syamsidar, Aisyah. 2014. Fitoremediasi Tanaman Akar Wangi
(Vetiver zizanioides) Terhadap Tanah Tercemar Logam Kadmium (Cd) Pada
Lahan TPA Tamangapa Antang Makassar. Al-Kimia Vol 4 No.2. UIN Alauddin
Makasar.
Ratnawati R, Fatmasari R D. 2018. Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Timbal (Pb)
Menggunakan Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata) dan Jengger
Ayam (Celosia plumosa). AL-ARD: JURNAL TEKNIK LINGKUNGAN Vol.3
No.2 – Maret 2018 (62-69).
c. Menurut anda dari metode bioremediasi dan fitoremediasi, metode mana yang
anda pilih untuk mencegah atau menanggulangi pencemaran tanah. Jelaskan
alasannya (Nilai 25).
Jawaban :
Hujan asam ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila asam
di udara larut dalam butirbutir air di awan. Jika hujan turun dari awan itu, air hujan
bersifat asam. Asam itu terhujankan atau rainout. Hujan asam dapat pula terjadi
karena hujan turun melalui udara yang mengandung asam sehingga asam itu terlarut
kedalam air hujan dan turun kebumi. Asam itu tercuci atau wash-out. Hujan asam
dapat terjadi di
3. Jelaskan bagaimana proses terjadinya hujan asam dan mengapa hujan asam mencemari
tanah. Jelaskan metode untuk mencegah, menanggulangi dan mengendalikan
perncemaran tanah dikaitkan dengan hujan asam. Sajikan satu hasil penelitian dari
jurnal yang membahas tentang hujan asam. (Nilai 15).
Jawaban :
Hujan asam ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila asam di
udara larut dalam butirbutir air di awan. Jika hujan turun dari awan itu, air hujan bersifat
asam. Asam itu terhujankan atau rainout. Hujan asam dapat pula terjadi karena hujan
turun melalui udara yang mengandung asam sehingga asam itu terlarut kedalam air
hujan dan turun kebumi. Asam itu tercuci atau wash-out. Hujan asam dapat terjadi di
daerah yang sangat jauh dari sumber pencemaran. Masalah hujan asam terjadi dilapisan
athmosfir rendah, yaitu di troposfir. Asam yang terkandung dalam hujan asam ialah
asam sulfat (H2SO4) dan asam nitrat (HNO)3, keduanya merupakan asam kuat. Asam
sulfat berasal dari gas SO2 dan asam nitrat dari gas NOx.
Seperti halnya hujan pada umumnya yang terbentuk karena melalui beberapa tahapan
atau proses terjadinya hujan, hujan asam pun juga demikian. Tahapan- tahapan yang
akan dilalui dalam proses terjadinya hujan asam ini setidaknya ada enam tahapan.
Tahapan- tahapan tersebut akan disajikan secara urut dan disebut dengan kronologis.
Berikut ini akan dipaparkan mengenai tahapan- tahapan terjadinya hujan asam ini secara
urut yakni :
1. Di Bumi terdapat beragam aktivitas baik aktivitas alam maupun aktivitas manusia
yang menimbulkan berbagai macam gas penyebab hujan asam, seperti
karbondioksida, karbonmonoksida, sulfur dioksida, dan hidrogen sulfur.
2. Kemudian di Bumi juga terjadi penguapan oleh berbagai macam sumber air yang
disebabkan karena pemanasan sinar matahari dan menghasilkan uap air yang
banyak.
3. Setelah itu uap air yang timbul dari pengembunan tersebut akan bertemu dengan
gas- gas yang menyebabkan terjadinya hujan asam tersebut. Yakni karbondioksida
dan karbonmonoksida dengan uap air, serta hidrogen sulfur dan sulfur oksida
dengan uap air.
4. Adanya pertemuan uap air dengan karbondioksida atau karbon monoksida ini akan
menghasilkan asam yang bersifat lemah. Hidrogen oksida dan sulfur dioksida ketika
bertemu dengan uap air akan menghasilkan asam yang bersifat kuat.
5. Kemudian kandungan syang bertemu tersebut terbawa oleh angin menuju tempat
yang jauh dari sumbernya dan semakin ke atas.
6. Ketika sudah sampai di atas, gas yag bercampur dengan uap air tersebut akan
mengalami kejenuhan sehingga menjatuhkan kandungan airnya sebagai titik- titik
air. Titik- titik air inilah yeng menjadi hujan. Hujan inilah yang yang dinamakan
sebagai hujan asam
Hujan Tanah dikatakan dapat mencemari tanah karena Hujan asam yang larut bersama
nutrisi didalam tanah akan menyapu kandungan tersebut sebelum pohon- pohon dapat
menggunakannya untuk tumbuh. Serta akan melepaskan zat kimia beracun seperti
aluminium dan merkuri, yang secara alamiah berada di tanah. Senyawa beracun tersebut
dapat mengkontaminasi aliran air sungai dan air tanah. Senyawa tersebut akan
bercampur dalam nutrisi tanah. Sehingga apabila nutrisi ini dimakan oleh tumbuhan
akan menghambat pertumbuhan dan mempercepat daun berguguran, selebihnya pohon-
pohon akan terserang penyakit, kekeringan dan mati. Penurunan pH tanah akibat
deposisi asam juga menyebabkan terlepasnya aluminium dari tanah dan menimbulkan
keracunan.
Metode untuk mencegah, menanggulangi, dan mengendalikan pencemaran tanah akibat
hujan asam antara lain :
Pencegahan
Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya hujan asam ini. beberapa cara untuk
mencegah terjadinya hujan asam adalah sebagai berikut :
a. Menggunakan Bahan Bakar yang mengandung belerang yang rendah
Bahan bakar yang mengandung kandungan belerang yang tinggi dapat
menyebabkan terjadinya hujan asam. Minyak bumi memiliki kandungan beleranh
yang tinggi. Maka dari itulah lebih baik penggunaan minyak tanah ini dikurangi dan
diganti dengan alternatif bahan bakar yang lain seperti gas alam. Selain penggunaan
gas alam, kita juga bisa mneggunakan nahan bakan non belerang yang lainnya
seperti methanol, etanol, dan hidrogen.
b. Mengaplikasikan prinsip 3R (Reuse, Recycle, dan Reuse)
Upaya- upaya tersebut memanglah terlihat kecil, namun apabila dilakukan secara
rutin upaya- upaya tersebut dapat mengurangi terjadinya hujan asam, sehingga kita
lebih aman dan terbebas dari resiko terkena turunnya hujan asam yang dapat
menyebabkan berbagai bahaya.
Penanggulangan
Hujan asam mayoritas terjadi akibat asa-asap kendaraan dan aktivitas dari industri
untuk menaggulanginya maka akan di butuhkan beberapa upaya seperti :
a. Penanamam pohon / penghijauan
Penanaman pohon dan merawat lingkungan untuk mengikat CO2 yang di
sebabkan oleh aktifitas manusia . semakin banya pohon maka semakin banyak
keasaman pada udara yg di tangani
b. Mengurangi aktifitas pabrik dan menyaring asap pabrik
Penyaringan dan pengurangan aktifitas pabrik juga berpengaruh karenabila asap
yg di hasilkan pabrik sudah di netralisir/ di tanggulangi maka kadar keasaman
yang larut dalam asap akan berkurang.
c. Penambahan Zat Kapur
Zat kapur memiliki peran penting dalam membantu pertumbuhan tanaman. Oleh
karena itu, penambahan zat kapur di dalam tanah sangat penting sehingga dapat
menyuburkan pertumbuhan tanaman. Hal ini dikarenakan zat kapur dapat
mencegah keasaman berlebih pada tanah sehingga tanaman anda dapat tumbuh
dengan baik.
Pengendalian
Mengendalikan hujan asam ialah menggunakan bahan bakar yang mengandung
sedikit zat pencemar, menghindari terjadinya zat pencemar pada waktu
pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas buangan dan penghematan energi.
a. Mengurangi kandungan belerang sebelum pembakaran
Kadar belerang dalam bahan bakar dapat dikurangi dengan menggunakan
teknologi tertentu. Dalam proses produksi batubara, batubara biasa dicuci.
Proses pencucian itu, yang bertujuan untuk membersihkan batubara dari pasir,
tanah dan kotoran lain, juga mengurangi kadar belerang yang berupa pirit
(belerang dalam bentuk besi sulfida) sampai 50- 90%. Untuk mengurangi kadar
belerang organic dalam batubara lebih sulit dan memerlukan teknologi yang
lebih canggih.
b. Pengendalian pencemaran selama pembakaran
Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan NOx pada waktu
pembakaran telah dikem bangkan. Salah satu teknologi itu ialah lime injection
in multiple burners (LIMB). Dengan teknologi ini, emisi SO2 dapat dikurangi
sampai 80% dan NOx 50%. Dalam teknologi ini, kapur diinjeksikan ke dalam
dapur pembakaran dan suhu pembakaran diturunkan dengan menggunakan alat
pembakar khusus. Kapur akan bereaksi dengan belerang dan membentuk
gypsum (kalsium sulfrat dihidrat). Penurunan suhu mengakibatkan penurunan
pembentukan NOx ,baik dari nitrogen yang ada dalam bahan bakar maupun dari
nitrogen udara.
c. Pengendalian setelah pembakaran
Zat pencemar dapat pula dikurangi dari gas limbah hasil pembakaran.
Teknologi yang sudah banyak dipakai ialah flue-gas desulfurization (FGD).
Prinsip teknologi ini ialah untuk mengikat SO2 di dalam gas limbah di cerobong
asap dengan absorben, yaitu yang disebut scrubbing. Dengan cara ini, 70-95%
SO2 yang terbentuk dapat diikat. Kerugian cara ini ialah terbentuknya limbah.
Akan tetapi, limbah itu dapat pula diubah menjadi gipsum yang dapat
digunakan dalam berbagai industri. Sebuah cara lain ialah untuk menggunakan
amonia sebagai zat pengikatnya sehingga limbah yang dihasilkan dapat
digunakan sebagai pupuk. Cara khusus untuk mengurangi emisi NOx ialah
dengan Reduksi Katalitik Selektif ( Selective Catalytic Reduction = SCR ).
Dengan cara ini 80 – 90 % Nox diubah menjadi nitrogen elementer yang dapat
dilepas ke udara dengan tidak menimbulkan masalah. Akan tetapi SCR lebih
mahal dari pada penggunaan pembakaran khusus dengan suhu rendah.
Perhatian juga harus diberikan pada pencemaran yang disebabkan oleh transpor,
karena transport merupakan sumber 33 – 50 % dari pencemaran total. Metode
yang paling banyak digunakan ialah pengubahan katalitik ( Catalytic Converter
). Akan tetapi alat ini hanya berguna pada kendaraan dengan BBM benzin dan
tidak pada mesin diesel. Alat ini juga tidak dapat digunakan pada benzin yang
mengandung timbal ( Pb ) sehingga tidak dapat digunakan pada negara yang
masih menggunakan bensin ini, seperti di Indonesia. Namun karena Timbal
merupakan zat pencemar yang beracun, oleh negara maju kendala ini justru
dimanfaatkan untuk mengurangi pencemaran Pb dengan memproduksi benzin
tanpa timbal. Beberapa negara malahan melarang penggunaan benzin dengan
Pb. Pengubahan catalytic yang dipasang pada knalpot menggunakan campuran
platinum dan rhodium sebagai katalisator. Pengubah itu mengubah CO ( karbon
monoksida ) dan HC ( hidrokarbon) menjadi Carbon dioksida dan air serta
mereduksi NOx menjadi gas nitrogen. Dengan alat ini emisi CO, HC, dan NOx
dapat dikurangi sampai 90 %. Kelemahan pengubah ini ialah alat itu rumit dan
memerlukan pengendalian yang baik campuran udara/bahan bakar pada
pembakaran, dan alat ini juga cukup mahal.
d. Penghematan energi
Yang dimaksud dengan penghematan energy bukanlah mengurangi
penggunaan energi sehingga menghambat laju pembangunan, melainkan
menaikan efisiensi energi sehingga per-unit didapatkan pelayanan yang lebih
banyak.
Hasil Penelitian Terkait Hujan Asam :
Judul Jurnal : HUJAN ASAM PADA BEBERAPA PENGGUNAAN LAHAN DI
KABUPATEN DAN KOTA BOGOR (Acid Rain on Several Landuses in Bogor
Regency and City) oleh R Puripuspita Sari, Siti Badriyah Rushayati dan Rachmad
Hermawan.
Konsentrasi Polutan dan pH Air Hujan
Secara keseluruhan nilai pH dan konsentrasi polutan rata-rata di dalam air hujan
pada masing-masing lokasi disajikan pada Tabel 1.
Konsentrasi CO2, NH3, NO3-, SO42- dan Cl- yang terkandung di dalam air hujan,
terendah terukur di Megamendung. Hal ini disebabkan sumber polutan udara di kawasan
tersebut relatif rendah (hutan tanaman, perkebunan, permukiman) bila dibandingkan
dengan 3 kawasan lain. Rendahnya konsentrasi polutan udara ini menyebabkan senyawa
asam yang terbentuk karena adanya reaksi kimia dengan H2O juga akan rendah
sehingga pH air hujan agak tinggi (tidak terjadi hujan asam). Cibinong sebagai kawasan
industri, permukiman dan transportasi menghasilkan polutan udara tertinggi terutama
NH3, NO3- dan SO42-. Ketiga senyawa ini banyak dihasilkan dari berbagai jenis
industri. Sedangkan Ciawi dengan kepadatan transportasi tinggi, CO2 yang terukur juga
sangat tinggi. Alat transportasi dengan bahan bakar fosil (bensin, solar) akan
menghasilkan limbah gas CO2 yang tinggi. Meskipun beberapa parameter kualitas
udara yang terukur di sekitar Kebun Raya relatif tinggi, tetapi karena terdapat banyak
vegetasi maka seiring dengan waktu maka vegetasi tersebut dapat mengabsorbsi dan
menjerap polutan sehingga pH air hujan masih aman (belum terjadi hujan asam).
DAFTAR PUSTAKA :
Sari R P, Rushayati S B, Hermawan R. 2007. Hujan Asam Pada Beberapa Penggunaan
Lahan di Kabupaten dan Kota Bogor. Media Konservasi Vol. XII, No. 2 Agustus
2007 : 77 – 79.
4. Jelaskan :
a. Jelaskan perbedaan metode dan mekanisme remediasi tanah terkontaminasi
logam berat dengan menggunakan biochar, teknik elektromagnetik dan
solidifikasi/stabilisasi. Apa keunggulan dan kekurangan masing-masing.
b. Jelaskan perbedaan metode dan mekanisme pemulihan tanah terkontaminasi
limbah minyak dengan teknik biofile dan soil washing. Sebutkan dan jelaskan
dua metode lainnya untuk pemulihan tanah terkontaminasi limbah minyak
(jawaban bersumber dari jurnal ilmiah). Apa keunggulan dan kekurangan
masing-masing
c. Jelaskan perbedaan mekanisme dan hasil yang dicapai antara fitoremediasi
logam berat dengan menggunakan tanaman lidah mertua (Sanseviera sp.),
Jeruju (Acanthus ilicifolius), Genjer (Limnocharis flava), Paspalum conjugatum
L., dan Cyperus kyllingia (Nilai 30).
5. Anda sebagai calon Magister Ilmu Lingkungan diberikan kasus bahwa disebuah
desa di hilir sungai terjadi pencemaran tanah yang sangat mengkawatirkan oleh
logam berat Pb dan minyak karena aktivitas pencelupan sablon dan aktivitas
perbengkelan. Anda diminta untuk meneliti bagaimana caranya menganggulangi
pencemaran tersebut. Buatlah desain atau rencana penelitian lengkap dengan
perlakuan yang diberikan dan hasil yang diharapkan sehingga dari hasil
penelitian tersebut dapat diaplikasikan untuk menanggulangi masalah
pencemaran di desa dimaksud (Nilai 10).