Disusun Oleh :
Nama :
1. Karisma Purwati
2. Kesyah Dwi Lutfiyanah
3. Adzkiya Amni Maghfira
4. Fani Wulandari
Kelas : VII G
1. Pencemaran Udara
2. Pencemaran Air
3. Pencemaran Tanah
4. Pencemaran Suara
Degradable, yaitu polutan yang dapat diuraikan kembali atau dapat diturunkan sifat
bahayanya ke tingkat yang dapat diterima oleh proses alam. Contohnya adalah kotoran
manusia atau hewan dan limbah tumbuhan.
Non-Degradable, yaitu polutan yang tidak dapa diuraikan oleh kemampuan proses alam
itu sendiri. Contohnya merkuri, timah hitam, arsenik, dan lain-lain.
Selain itu banyak juga aktivitas sehari-hari yang tanpa disadari menjadi faktor rusaknya
lingkungan, diantaranya :
3. Penggunaan AC berlebih,
5. Pembakaran hutan,
8. Penebangan hutan yang mengakibatkan hutan tak mampu menyerap karbon-dioksida lebih
banyak, dan lain-lain.
1. Pencemaran Udara
Pencemar udara dapat berupa gas dan partikel. Contohnya sebagai berikut: Gas HzS.
Gas ini bersifat racun, terdapat di kawasan gunung berapi, bisa juga dihasilkan dari
pembakaran minyak bumi dan batu bara. Gas CO dan COz. Karbon monoksida (CO) tidak
berwarna dan tidak berbau, bersifat racun, merupakan hash pembakaran yang tidak sempurna
dari bahan buangan mobil dan mesin letup. Gas COZ dalam udara murni berjumlah 0,03%. Bila
melebihi toleransi dapat mengganggu pernapasan, sumber pencemaran udara lainnya yaitu:
Oksida karbon: karbon monoksida (CO) dan (CO2). Gas CO2 adalah gas yang dihasilkan
dari proses pernapasan makhluk hidup, pembusukan bahan organik dan pelabukan dari
batuan. Bila gas ini di atmosfer jumlahnya meningkat, maka akan menyebabkan peningkatan
suhu pada bumi.
Oksida belerang: SO dan (SO3). Gas sulfur dioksida ini berasal dari pabrik yang
menggunakan belerang dan hasil dari pembakaran fosil. Gas ini jika bereaksi dengan air akan
membentuk senyawa asam. Bila senyawa ini turun bersamaan dengan hujan, maka akan
terjadilah hujan asam.
Oksigen nitrogen: NO, (NO2), N2O. Gas nitrogen ini sangat dibutuhkan oleh makhluk
hidup sebagai bahan untuk membangun protein. Jika gas ini bereaksi dengan air maka akan
membentuk sebuah senyawa asam.
Komponen organik volatile: metan (CH4), benzene (C6h6), Klorofluoro karbon (CFC),
dan kelompok bromin. CFC sering kali digunakan untuk bahan pendingin pada AC dan kulkas.
Selain itu, CFC juga digunakan untuk alat penyemprot rambut dan juga alat penyemprot
nyamuk. CFC sangat berbahaya sekali karena bisa merusak lapisan ozon pada atmosfer.
Akibatnya perlindungan bumi dari radiasi sinar ultraviolet akan berkurang.
Suspensi partikel: debu tanah, dioksin, logam, asam sulfat, dan lain-lain
Dampak dari pencemaran udara sendiri adalah Hujan asam, Perubahan cuaca yang
ekstrim Penipisan ozon, Peningkatan kasus kerusakan mata hingga Kanker kulit. Oleh sebab itu,
sangat penting untuk mengatasi pencemaran udara ini, dimana udara merupakan kebutuhan
dasar manusia. Sebagai bentuk kontribusi karya ilmiah dalam menemukan solusi yang tepat,
buku Limbah Kimia dalam Pencemaran Udara & Air dapat kamu pelajari lebih lanjut.
2. Pencemaran Air
Polusi air dapat disebabkan oleh beberapa jenis pencemar sebagai berikut:
Pembuangan limbah industri, sisa insektisida, dan pembuangan sampah domestik, misalnya,
sisa detergen mencemari air. Buangan industri seperti Pb, Hg, Zn, dan CO, dapat terakumulasi
dan bersifat racun. Bila terjadi pencemaran di air, maka terjadi akumulasi zat pencemar pada
tubuh organisme air. Akumulasi pencemar ini semakin meningkat pada organisme pemangsa
yang lebih besar. Sumber lainnya yaitu:
Bahan Anorganik: Timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), merkuri (Hg), kromium (Cr),
nikel (Ni), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan kobalt (Co)
Bahan Organik: Berbentuk limbah yang dapat diuraikan oleh mikroba yang akan memicu
meningkatkan populasi mikroorganisme di dalam air
Cairan Berminyak
Dampaknya: Media penyebaran penyakit, Peningkatan alga dan eceng gondok, Menurunkan
kadar oksigen dalam air hingga mengganggu organisme di perairan, Mengganggu pernapasan
karena bau yang menyengat
Dengan adanya pembuangan limbah mengandung bahan kimia berbahaya dapat
merusak lingkungan yang ada di sekitar jika tidak dikelola secara hati-hati yang dibahas pada
buku Pencemaran Lingkungan.
3. Pencemaran Tanah
Bahan logam: mangan (Mn), besi (Fe), aluminium (Al), timbal (Pb), merkuri (Hg), seng
(Zn). asenik (As), dan lain – lain
Bahan kimia organik: pestisida (insektisida, herbisida, dan fungisida), deterjen, dan sabun
Zat radioaktif
Dampak: Pertanian, seperti peningkatan salinitas tanah dan penurunan kesuburan tanah
Bencana alam, seperti tanah longsor dan erosi hingga Penyumbatan saluran air
4. Pencemaran Suara
Polusi suara disebabkan oleh suara bising kendaraan bermotor, kapal terbang, deru
mesin pabrik, radio/tape recorder yang berbunyi keras sehingga mengganggu pendengaran.
Pernah ada kasus warga yang merasa terganggu dengan suara mesin boiler milik pabrik kelapa
sawit.
Setiap hari mereka tidak bisa tidur nyenyak, terutama anak-anak karena bising dari
mesin itu. Menurut WHO, tingkat pencemaran didasarkan pada kadar zat pencemar dan waktu
(lamanya) kontak. Sumber pencemaran suara diantaranya:
Pencemaran yang mulai mengakibatkan iritasi (gangguan) ringan pada panca indra dan
tubuh serta telah menimbulkan kerusakan pada ekosistem lain. Misalnya gas buangan
kendaraan bermotor yang menyebabkan mata pedih.
Pencemaran yang sudah mengakibatkan reaksi pada faal tubuh dan menyebabkan sakit
yang kronis. Misalnya pencemaran Hg (air raksa) di Minamata Jepang yang menyebabkan
kanker dan lahirnya bayi cacat.
Pencemaran yang kadar zat-zat pencemarnya demikian besarnya sehingga
menimbulkan gangguan dan sakit atau kematian dalam lingkungan. Misalnya pencemaran
nuklir.
Berbagai dampak dari pencemaran lingkungan lainnya yang dapat terjadi dapat kamu
pelajari melalui buku Dampak Pencemaran Lingkungan oleh Wisnu Arya Wardhana, Ir.
Methyl mercury ini masuk ke dalam tubuh organisme laut baik secara langsung dari air
maupun mengikuti rantai makanan. Kemudian mencapai konsentrasi yang tinggi pada daging
kerang-kerangan, krustacea dan ikan yang merupakan konsumsi sehari-hari bagi masyarakat
Minamata. Akibat adanya proses bioakumulasi dan biomagnifikasi, konsentrasi merkuri dalam
rambut beberapa pasien di rumah sakit Minamata mencapai lebih 500 ppm.
Pada saat itu, setidaknya 50.000 orang yang terkena dampak dan lebih dari 2.000 kasus
penyakit Minamata disertifikasi. Masyarakat Minamata yang mengonsumsi makanan laut yang
tercemar tersebut diidentifikasi terserang penyakit syaraf, lumpuh, kehilangan indera perasa,
bicara ngawur, dan bahkan banyak yang meninggal dunia.
Di Indonesia, kasus pencemaran merkuri yang cukup serius juga pernah terekspos di
Teluk Buyat, Sulawesi Utara pada 2004. Perusahaan tambang emas PT Newmont Minahasa
Raya yang beroperasi di area Teluk Buyat diduga telah membuang limbah tailing-nya ke ke
dasar Teluk Minahasa sehingga menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan masyarakat
yang serius. Sejumlah ikan mati mendadak dan menghilangnya beberapa beberapa jenis ikan.
Merkuri atau yang juga dikenal dengan air raksa dapat menimbulkan berbagai bahaya
dan kematian pada makhluk hidup. Buku Merkuri dan Keberadaannya hadir sebagai
penambahan materi dan pemahaman para pembacanya.
Selain itu, ditemukan sejumlah ikan memiliki benjolan semacam tumor dan
mengandung cairan kental berwarna hitam dan lendir berwarna kuning keemasan. Fenomena
yang sama juga ditemukan pada sejumlah penduduk Buyat, di mana mereka memiliki benjol-
benjol di leher, payudara, betis, pergelangan, pantat dan kepala. Hasil penelitian WALHI (2004)
menemukan bahwa sejumlah konsentrasi logam berat (arsen, merkuri, antimon, mangan) dan
senyawa sianida pada sedimen di Teluk Buyat sudah tinggi.
Jika dibandingkan pada konsentrasi logam berat sebelum pembuangan tailing (data dari
studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan/AMDAL, 1994), konsentrasi merkuri di daerah
dekat mulut pipa tailing di Teluk Buyat meningkat hingga 10 kali lipat (data WALHI dan KLH,
2004).
Dampak Pencemaran Lingkungan yang lebih terasa saat ini adalah pemanasan global (global
warming). Dimana suhu bumi meningkat yang menyebabkan beberapa es di kutub utara
mencair dan terjadinya kenaikan permukaan air laut.
Pemekatan hayati juga merupakan salah satu dampak yang akan ditimbulkan dari
adanya pencemaran lingkungan.
Proses pemekatan hati ini dapat diartikan sebagai peningkatan kadar bahan pencemar
yang melalui tubuh makhluk hidup tertentu. Pemekatan hayati ini juga disebut sebagai
amnalgamasiasi. Sebagai contoh untuk menggambarkan kasus ini adalah suatu perairan yang
telah tercemar, maka bahan pencemar yang ada di air tersebut akan menempel pada alga yang
hidup di wilayah perairan tersebut.
Ketika alga dimakan ikan- ikan kecil maka ikan kecil akan terkontaminasi bahan
pencemar. Ketika ikan-ikan kecil tersebut dimakan oleh ikan-ikan besar, maka ikan besar juga
akan mengandung berbagai bahan pencemar yang dimiliki oleh ikan kecil. Dan ketika ikan-ikan
besar ditangkap nelayan dan dimakan oleh manusia, maka bakteri atau polutan tersebut akan
masuk ke dalam tubuh manusia melalui ikan-ikan besar tersebut.
Ketika manusia mengonsumsi beberapa makanan yang yang berupa hewan atau
tumbuhan yang telah terkontaminasi bahan pencemar, maka segala kemungkinan buruk bisa
terjadi. Beberapa kemungkinan buruk dari mengonsumsi bahan makanan yang tercemar
adalah keracunan atau meninggal dunia. George Tyler Miller (1979) dalam bukunya yang
berjudul Living in The Environment menjelaskan bahwa akibat pencemaran lingkungan
terhadap kehidupan dikelompokkan ke dalam 6 tingkatan. Adapun tingkatan tersebut adalah
sebagai berikut.
Tingkatan 6: Gangguan pada ekosistem secara luas, misalnya perubahan iklim global
Cara Menanggulangi Pencemaran Lingkungan
Pabrik tidak boleh menghasilkan produk (barang) yang dapat mencemari lingkungan.
Misalnya, pabrik pembuat lemari es, AC dan sprayer tidak boleh menghasilkan produk yang
menggunakan gas CFC sehingga dapat menyebabkan penipisan dan berlubangnya lapisan ozon
di stratosfer.
Industri harus memiliki unit-unit pengolahan limbah (padat, cair, dan gas) sehingga
limbah yang dibuang ke lingkungan sudah terbebas dari zat-zat yang membahayakan
lingkungan.
Pembuangan sampah dari pabrik harus dilakukan ke tempat-tempat tertentu yang jauh
dari pemukiman.
Penempatan kawasan industri terpisah dan berjauhan dari kawasan permukiman penduduk,
Pengawasan akan penggunakan bahan kimia, misalnya pestisida dan insektisida,
Melakukan penghijauan,