Anda di halaman 1dari 14

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM

KEANEKARAGAMAN HAYATI EKOSISTEM SUB


OPTIMAL

OLEH:
Ir. YETTI ELFINA. S, MP

NAMA :
NIM :
PRODI :

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
2021
KATA PENGANTAR

Penuntun praktikum ini ditulis guna mememnuhi kebutuhan dalam menunjang


kelancaran praktikum mata kuliah Keanekaragaman Hayati Ekosistem Sub Optimal pada
Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Riau.
Penuntun praktikum ini terdiri atas 3 bab. Bab I berisi tentang Penerapan
keanekaragam hayati dalam agroekosistem. Bab II tentang Keanekaragaman hayati pada
pertanian berkelanjutan dan pertanian terpadu. Bab III tentang Keanekaragaman Hayati
organisme pengganggu tanaman (OPT) pada agroekosistem. Dengan selesainya penulisan
penuntun praktikum ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Riau yang telah memberikan kepercayaan dan kesempatan
kepada penulis untuk penulisan penuntun praktikum ini.
Mudah-mudahan penuntun praktikum ini dapat bermanfaat dalam membantu
kelancara praktikum. Penulis menyadari penuntun ini masih ada kekurangannya, oleh sebab
itu penulis mengharpkan adanya kritik dan saran untuk penuntun praktikum ini.

Pekanbaru, Otober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR x
DAFTAR ISI
I. Penerapan Keanekaragam Hayati dalam Agroekosistem
I.1 Pendahuluan x
I.2 Pengamtan keanekaragaman hayati dalam agroekosistem x
II. Keanekaragaman Hayati pada Pertanian Berkelanjutan dan Pertanian Terpadu
II.1Pendahuluan x
II.2Pengamatan keanekaragamn hayati pada pertanian berkelanjutan dan pertanian
terpadu. x
III. Keanekaragaman Hayati Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) pada
Agroekosistem
III.1 Penda
huluan x
III.2
Pengamatan keanekaragaman hayati organisme pengganggu tanaman (OPT) pada
agroekosistem x
I. PENERAPAN KEANEKARAGAM HAYATI PADA AGROEKOSISTEM

I.1 Pendahuluan
Keanekaragaman hayati atau biodiversity merupakan semua kehidupan baik tumbuhan,
hewan, jamur, mikroorganisme beserta berbagai material genetik yang dikandungnya maupun
keanekaragaman sistem ekologi dimana mereka hidup. Keanekaragaman hayati dapat
dikelompokkan atas keanekaragaman hayati pada tingkat genetik atau tingkat gen,
keanekaragaman hayati tingkat species atau jenis, dan keanekaragaman hayati tingkat
ekosistem.
Ekosistem tersusun atas makhluk hidup dan makhluk tak hidup. Salah satu ekosistem
yang ada yaitu agroelosistem. Agroekosistem merupakan komunitas tanaman dan hewan
yang berhubungan dengan lingkungannya (baik fisik maupun kimia) yang telah diubah oleh
manusia untuk menghasilkan pangan, pakan, serat, kayu bakar dan produk-produk lainnya
yang dibutuhkan oleh manusia. Jadi fokus utama dari ekologi pertanian adalah
mempertahankan produksi pertanian yang berkelanjutan dengan jalan mengoptimallkan
penggunaan sumber daya lokal untuk meminimalkan dampak yang merugikan dari sistem
pertanian modern. Sebagai contoh, ekosistem sawah terdiri atas hewan dan tumbuhan yang
hidup bersama-sama. Pada ekosistem sawah tersebut, terdapat rumput, tanaman padi,
belalang, ulat, tikus, burung pemakan ulat, burung elang,dan masih banyak lagi. Dalam
ekosistem, terdapat satuan-satuan makhluk hidup. Individu, populasi, komunitas, biosfer yang
merupakan satuan makhluk hidup dalam satu ekosistem, dan sinar matahari sangat berperan
terhadap kelangsung-an hidup satuan-satuan ekosistem tersebut (Sowarno, 2009).
Komponen-komponen pembentuk ekosistem meliputi komponen biotik dan komponen
abiotik. Komponen biotik terdiri dari 1) Komponen autotrof Terdiri dari organisme yang
dapat membuat makanannya sendiri dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti sinar
matahari (fotoautotrof) dan bahan kimia (khemo- autotrof). Komponen autotrof berperan
sebagai produsen. Organisme autotrof adalah tumbuhan berklorofil, seperti padi sawah.
Produsen adalah organisme yang dapat menghasilkan makanan dan penyedia makanan untuk
makhluk hidup yang lain. 2) Konsumen adalah organisme yang tidak dapat membuat
makanannya sendiri dan bergantung pada organisme lain dalam hal makanan. 3) Pengurai
adalah organisme yang menguraikan organisme mati. Contoh pengurai adalah jamur
danbakteri (Hermawati, 2007).
Ekosistem terdiri atas kumpulan tumbuhan dan hewan yang saling berinteraksi. Interaksi
yang terjadi menghasilkan proses makan dan dimakan yang akan membentuk rantai makanan.
Rantai makanan merupakan perpindahan energi makanan dari sumber tumbuhan melalui
organisme atau jenjang makanan. Rantai makanan memiliki dua tipe dasar. Pertama, rantai
makanan yang berasal dari rumput- rumputan. Kedua, rantai makanan dari sisa (detritus food
chain) mikroorganisme (Djamal, 1992).
Rantai-rantai diatas tidak berdiri sendiri tapi saling berkaitan satu dengan lainnya
sehingga membentuk jaring-jaring makanan. Beberapa ekosistem sangat sederhana sehingga
ekosistem tersebut dicirikan oleh suatu rantai makanan tunggal yang tudak bercabang
beberapa jenis konsumen primer umumnya memakan spesies tumbuhan yang sama dan satu
spesies konsumen primer biasa memakan beberapa tumbuhan yang berbeda. Percabangan
rantai makanan seperti itu terjadi juga pada tingkat tropic lainnya. Sebagai contoh, katak
dewasa yang merupakan konsumen sekunder, memakan beberapa spesies serangga yang juga
dapat dimakan oleh berbagai jenis jenis burung, selain itu beberap konsumen memakan
beberapa tropic yang berbeda. konsumen sekunder dan konsumen primer. Rantai produsen
dengan demikian hanya merupakan penyederhanaan dari beberapa permutasi yang dapat
dimiliki oleh hubungan makan-memakan (Soetjipta, 1993).
Rantai makanan yaitu perpindahan materi dan energi melalui proses makan dan dimakan
dengan urutan tertentu. Tiap tingkat dari rantai makanan disebut tingkat trofi atau taraf trofi.
Karena organisme pertama yang mampu menghasilkan zat makanan adalah tumbuhan maka
tingkat trofi pertama selalu diduduki tumbuhan hijau atau produsen. Tingkat selanjutnya
adalah tingkat trofi kedua, terdiri atas hewan pemakan tumbuhan yang biasa disebut
konsumen primer. Hewan pemakan konsumen primer merupakan tingkat trofi ketiga, terdiri
atas hewan-hewan karnivora. Ada dua tipe dasar rantai makanan rantai makanan rerumputan
(grazing food chain). Misalnya: tumbuhan-herbivora-carnivora dan rantai makanan sisa
(detritus food chain). Bahan mati mikroorganisme (detrivora = organisme pemakan sisa)
predator. Sedangkan macam-macam rantai makanan, para ilmuwan ekologi mengenal tiga
macam rantai pokok, yaitu rantai pemangsa, rantai parasit, dan rantai saprofit.

I.2 Pengamtan Keanekaragaman Hayati dalam Agroekosistem


I.2.1 Tujuan Praktikum

I.2.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan :
1. Pancang 12 buah
2. Tali raffia
3. Alat dokumentasi (gambar dan video)
4. Alat tulis
5. Ekosistem pertanian meliputi lahan tumpeng sari, rotasi tanaman, agroekosistem
input baha organic, agroforestry atau arboretum, dan agroekosistem pengendalian
hayati.
I.2.3 Langkah Kerja
Langkah kerja dalam pelaksanaan praktikum ini:
1. Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil sebanyak jenis ekosistem pertanian di
atas.
2. Mahasiswa menentukan areal pengamatan sesuai dengan jenis ekosistem pertanian
yang didapat.
3. Mahasiswa melakukan pengamatan pada areal 3 plot ukuran 2 x 2 m2 dengan jarak
antar plot pengamatan minimal 3 meter pada lahan yang saman.
4. Mahasiswa mengamati faktor biotik yang dijumpai pada setia plot pengamatan dan
hasil pengamatan didokumentasikan serta dibuat dalam bentuk tabel.
5. Mahasiswa menghitung penyebaran populasi dengan menggunakan rumus morisita
∑ xi2−N
P= xn
N (N−1)
Keterangan
P : penyebaran populasi
∑xi2 : kuadrat setiap individu
N : jumlah individu
n : jumlah plot pengamatan

6. Mahasiswa melakukan kegiatan wawancara dengan pemilik lahan, kemudian


merangkum hasil wawncara yang dilakukan.
 Pertanyaan yang harus ada dalam kegiatan wawncara meliputi:
- benih yang digunakan dalam kegiatan budidaya
- tahap pengolahan tanah yang dilakukan
- cara budidaya yang dilakukan meliputi penanaman, perawatan
(penyiraman, pengendalian organisme penggangu tanaman (OPT)),
pemupukan yang dilakukan, dan kegiatan panen.
 Mahasiswa juga menanyakan terkait apa yang berperan sebagai produsen,
konsumen I, konsumen II, konsumen III, decomposer/ pengurai yang ada di
lahan tersebut, jika petani tidak tahu maka mahasiswa harus bisa
menyimpulkan dari kegiatan survey dan wawancara yang dilakukan.
Kemudian mahasiswa menyimpulkam rantai makan dan jarring-jaring
makanan yang terjadi pada lahan tersebut.
II. KEANEKARAGAMAN HAYATI PADA PERTANIAN BERKELANJUTAN
DAN PERTANIAN TERPADU

II.1 Pendahuluan
Keanekaragaman hayati pertanian merupakan keanekaragaman hayati yang mencangkup
semua bentuk kehidupan secara langsung yang terkait dengan aktivitas pertanian, diantaranya
berbagai jenis varietas benih ras hewan, fauna tanah, gulma, hama dan organisme asli yang
tumbuh diatas lahan pertanian tersebut. Penggunaan varietas tradisonal yang merupakan hasil
seleksi yang dilakukan oleh petani berdasarkan pengalaman yang dilakukan dilahan
menghasilkan beberapa varietas tradisional yang berbeda-beda. Semua varietas ini
membentuk keanekaragaman hayati yang menjadi fokus utama aktivitas konservasi genetika.
Keanekaragaman hayati pertanian merupakan dasar dari rantai makanan pertanian yang
dikembangkan oleh petani, peternak, penjaga hutan, nelayan dan masyarakat.
Pertanian berkelanjutan merupakan pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui
dan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui untuk proses produksi pertanian dengan
menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Petani mampu
mendapatkan keuntungan dalam tingkat produksi yang cukup dan stabil pada tingkat resiko
yang bisa diterima serta berwawasan ekologis.
Kualitas agroekosistem dipelihara dengan menjaga keseimbangan ekologi serta
konservasi keanekaragaman hayati. Sistem pertanian yang berwawasan ekologi adalah sistem
yang sehat dan mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap tekanan dan gangguan (stress dan
shock). Indikator pertanian berkelanjutan diantaranya : (1). Menghasilkan produk pertanian
yang berkualitas dengan kuantitas memadai, (2). Membudidayakan tanaman secara alami,
(3). Mendorong dan meningkatkan siklus hidup biologis dalam ekosistem pertanian, (4).
Memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah jangka panjang, (5). Menghindarkan seluruh
bentuk cemaran yang diakibatkan penerapan teknik pertanian, (6). Memelihara keragaman
genetik sistem pertanian.
Beberapa kegiatan yang dapat menunjang peningkatan produktivitas pertanian dalam
jangka panjang dan dapat meningatkan kualitas lingkungan adalah sebagai berikut:
(1).Pengendalian Hama Terpadu merupakan suatu pendekatan untuk mengendalikan hama
yang dikombinasikan dengan metode-metode biologi, budaya, fisik dankimia, dalam upaya
untuk meminimalkan; biaya, kesehatan dan resiko-resiko lingkungan.
(2). Sistem Rotasi dan Budidaya Rumput dimana sistem pengelolaan budidaya rumput
intensif yang baru adalah denganmemberikan tempat bagi binatang ternak di luar areal
pertanian pokok yang ditanami rumput berkualitas tinggi, dan secara tidak langsung dapat
menurunkan biaya pemberian pakan. Selain itu, rotasi dimaksudkan pula untuk
memberikanwaktu bagi pematangan pupuk organik. Areal peternakan yang dipadukandengan
rumput atau kebun buah-buahan dapat memiliki keuntungan ganda,antara lain ternak dapat
menghasilkan pupuk kandang yang merupakan pupuk untuk areal pertanian;
(3).Konservasi Lahan dengan beberapa metode konservasi lahan termasuk penanaman alur,
mengurangi atau tidak melakukan pembajakan lahan, dan pencegahan tanah hilang baik oleh
erosiangin maupun erosi air. Kegiatan konservasi lahan dapat meliputi:Menciptakan jalur-
jalur konservasi,Menggunakan dam penahan erosi,Melakukan penterasan, Menggunakan
pohon-pohon dan semak untuk menstabilkan tanah
(4).Menjaga Kualitas Air/Lahan Basah dengan Konservasi dan perlindungan sumberdaya air
telah menjadi bagian penting dalampertanian.
(5).Penanaman tanaman-tanaman seperti gandum dan semanggi pada akhir musimpanen
tanaman sayuran atau sereal, dapat menyediakan beberapa manfaat termasuk menekan
pertumbuhan gulma (weed), pengendalian erosi, danmeningkatkan nutrisi dan kualitas tanah.
(6).Diversifikasi Lahan dan Tanaman dengan bertanam dengan memiliki varietas yang cukup
banyak di lahan pertanian dapatmengurangi kondisi ekstrim dari cuaca, hama penggangu
tanaman, dan hargapasar.
(7).Pengelolaan Nutrisi Tanaman dengan baik dapat meningkatkan kondisi tanah dan
melindungi lingkungan tanah.
(8).Agroforestri (wanatani) yang merupakan suatu sistem tata guna lahan yang permanen,
dimanatanaman semusim maupun tanaman tahunan ditanam bersama atau dalam rotas
imembentuk suatu tajuk yang berlapis, sehingga sangat efektif untuk melindung itanah dari
hempasan air hujan.

II.2 Pengamatan Keanekaragaman Hayati pada Pertanian Berkelanjutan dan


Pertanian Terpadu
II.2.1 Tujuan Praktikum
Praktiikum ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui keanekaragaman hayati dalam
pertanian berkelanjutan dan pertanian terpadu.
II.2.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan:
1. Pancang 12 buah
2. Tali raffia
3. Alat dokumentasi (gambar dan video)
4. Alat tulis
5. Ekosistem pertanian terpadu dan pertanian berkelanjutan

II.2.3 Langkah Kerja


Langkah kerja dalam pelaksanaan praktikum ini:
1. Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil sebanyak jenis ekosistem pertanian di
atas.
2. Mahasiswa menentukan areal pengamatan sesuai dengan jenis ekosistem pertanian
yang didapat.
3. Mahasiswa melakukan pengamatan pada areal 3 plot ukuran 2 x 2 m2 dengan jarak
antar plot pengamatan minimal 3 meter pada lahan yang saman.
4. Mahasiswa mengamati faktor biotik yang dijumpai pada setia plot pengamatan dan
hasil pengamatan didokumentasikan serta dibuat dalam bentuk tabel.
5. Mahasiswa menghitung penyebaran populasi dengan menggunakan rumus morisita
∑ xi2−N
P= xn
N (N−1)
Keterangan
P : penyebaran populasi
∑xi2 : kuadrat setiap individu
N : jumlah individu
n : jumlah plot pengamatan

6. Mahasiswa melakukan kegiatan wawancara dengan pemilik lahan, kemudian


merangkum hasil wawncara yang dilakukan.
 Pertanyaan yang harus ada dalam kegiatan wawncara meliputi:
- benih yang digunakan dalam kegiatan budidaya
- tahap pengolahan tanah yang dilakukan
- cara budidaya yang dilakukan meliputi penanaman, perawatan
(penyiraman, pengendalian organisme penggangu tanaman (OPT)),
pemupukan yang dilakukan, dan kegiatan panen.
 Mahasiswa juga menanyakan terkait apa yang berperan sebagai produsen,
konsumen I, konsumen II, konsumen III, decomposer/ pengurai yang ada di
lahan tersebut, jika petani tidak tahu maka mahasiswa harus bisa
menyimpulkan dari kegiatan survey dan wawancara yang dilakukan.
Kemudian mahasiswa menyimpulkam rantai makan dan jarring-jaring
makanan yang terjadi pada lahan tersebut.
III. KEANEKARAGAMAN HAYATI ORGANISME PENGGANGGU
TANAMAN (OPT) PADA AGROEKOSISTEM

III.1 Pendahuluan
Menurut Yuwono dkk., (2019) Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah
organisme yang berukuran makro ataupun mikro yang dapat mengganggu atau merusak
tanaman yang terdiri dari tiga kelompok, yaitu: hama, vektor atau penyebab penyakit, dan
gulma. Upaya umum yang sering dilakukan oleh petani adalah menggunakan pestisida secara
intensif dengan dosis tinggi yang dapat menyebabkan kerusakan tanaman dan lingkungan.
Serangan OPT dapat dikendalikan menggunakan sistem Pengendalian Hama Terpadu
(PHT). Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah suatu konsepsi atau cara berpikir
mengenai pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dengan pendekatan
ekologi yang bersifat multidisiplin untuk mengelola populasi hama dan penyakit dengan
memanfaatkan beragam taktik pengendalian yang kompatibel dalam suatu kesatuan
koordinasi pengelolaan. Empat prinsip dasar yang mendorong penerapan PHT secara
nasional,terutama dalam rangka program pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan yaitu:
1. Budidaya tanaman sehat
Tanaman yang sehat mampu bertahan terhadap serangan hama dan penyakit dan lebih
cepat mengatasi kerusakan akibat serangan hama dan penyakit tersebut. Oleh karena itu
dalam budidaya tanaman perlu diperhatikan pemilihan varietas, penyemaian, pemeliharaan
tanaman sampai penanganan hasil panen agar diperoleh pertanaman yang sehat, kuat dan
produktif, serta hasil panen yang tinggi.
2. Pemanfaatan musuh alami
Pengendalian hayati dengan memanfaatkan musuh alami yang potensial merupakan
hal yang penting dalam PHT. Dengan adanya musuh alami yang mampu menekan populasi
hama, diharapkan di dalam agroekosistem terjadi keseimbangan populasi antara hama dengan
musuh alaminya, sehingga populasi hama tidak melampaui ambang toleransi tanaman.
Konservasi musuh alami OPT dalam pengendalian hayati OPT yang menyerang tanaman
bertujuan untuk meningkatkan populasi musuh alami OPT untuk menekan populasi OPT
yang dapat merusak tanaman. Tanaman Refugia dapat dijadikan sebagai penarik serangga
yang menjadi musuh alami OPT sebagai sumber nektar dan polen bagi musuh alami OPT
padi seperti predator dan parasitoid. Contoh tanaman refugia yang dapat dimanfaatkan untuk
pengendalian hama ini adalah bunga kembang kertas (Zinnia ellegans). bunga Matahari
(Heliantus annuus L.), dan bunga Kenikir (Cosmos caudatus).
3. Pengamatan rutin atau pemantauan
Agroekosistem bersifat dinamis, karena banyak faktor di dalamnya yang saling
mempengaruhi satu sama lain. Untuk dapat mengikuti perkembangan populasi hama dan
musuh alaminya serta untuk mengetahui kondisi tanaman, harus dilakukan pengamatan
secara rutin. Informasi yang diperoleh digunakan sebagai dasar tindakan yang akan
dilakukan.
4. Petani sebagai ahli PHT
Penerapan PHT harus disesuaikan dengan keadaan ekosistem setempat. Rekomendasi PHT
hendaknya dikembangkan oleh petani sendiri. Agar petani mampu menerapkan PHT,
diperlukan usaha pemasyarakatan PHT melalui pelatihan baik secara formal maupun
informal.

III.2 Pengamatan Keanekaragaman Hayati Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)


dalam Agroekosistem
III.2.1 Tujuan Praktikum
Praktiikum ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui keanekaragaman hayati organisme
penggangu tanaman (OPT) dalam beberapa jenis agroekosistem.

III.2.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan :
1. Pancang 12 buah
2. Tali raffia
3. Alat dokumentasi (gambar dan video)
4. Alat tulis
5. Ekosistem pertanian meliputi lahan tumpeng sari, rotasi tanaman, agroekosistem
input baha organic, agroforestry atau arboretum, dan agroekosistem pengendalian
hayati.

III.2.3 Langkah Kerja


Langkah kerja dalam pelaksanaan praktikum ini:
1. Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil sebanyak jenis ekosistem pertanian di
atas.
2. Mahasiswa menentukan areal pengamatan sesuai dengan jenis ekosistem pertanian
yang didapat.
3. Mahasiswa melakukan pengamatan pada areal 3 plot ukuran 2 x 2 m2 dengan jarak
antar plot pengamatan minimal 3 meter pada lahan yang sama.
4. Mahasiswa mengamati organisme pengganggu tanaman (hama dan penyakit) yang
ada pada petak pengamatan
5. Mahasiswa menghitung penyebaran populasi dengan menggunakan rumus morisita
∑ xi2−N
P= xn
N (N−1)
Keterangan
P : penyebaran populasi
2
∑xi : kuadrat setiap individu
N : jumlah individu
n : jumlah plot pengamatan

7. Mahasiswa melakukan kegiatan wawancara dengan pemilik lahan, kemudian


merangkum hasil wawncara yang dilakukan.
 Pertanyaan yang harus ada dalam kegiatan wawncara meliputi:
- benih yang digunakan dalam kegiatan budidaya
- tahap pengolahan tanah yang dilakukan
- cara budidaya yang dilakukan meliputi penanaman, perawatan
(penyiraman, pengendalian organisme penggangu tanaman (OPT)),
pemupukan yang dilakukan, dan kegiatan panen.
 Mahasiswa juga menanyakan terkait apa yang berperan sebagai produsen,
konsumen I, konsumen II, konsumen III, decomposer/ pengurai yang ada di
lahan tersebut, jika petani tidak tahu maka mahasiswa harus bisa
menyimpulkan dari kegiatan survey dan wawancara yang dilakukan.
Kemudian mahasiswa menyimpulkam rantai makan dan jarring-jaring
makanan yang terjadi pada lahan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai