Anda di halaman 1dari 19

Petunjuk Praktikum

Biologi dan Kesehatan Tanah

Dosen Pengampu :

Dr. Ir. Widyatmani Sih Dewi, M.P.

Asisten Praktikum :

Jevin Go
Zidane Aditya Nugraha
Az Zahra Permata Wingtyas
Nadia Ismah Nur Rilansari
Lusiana Dewi
Afifah Fatinah Nada Putri

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Kata Pengantar
Tanah merupakan komponen ekosistem daratan yang vital bagi
kesejahteraan hidup manusia. Tanah juga merupakan rumah bagi beragam biota
tanah, seperti: bakteri, arkhaea, fungi, protozoa, avertebrata seperti serangga,
arthropoda, anelida, nematoda, dan lain-lain. Biota tanah yang tinggal di tanah
memiliki fungsi yang beraneka ragam, ada yang berperan langsung dalam
mempengaruhi produksi tanaman dan ada yang berperan secara tidak langsung
dengan memodifikasi struktur tanah dan interaksi jaring-jaring makanan.

Biota tanah juga dapat berperan sebagai bioindikator kesehatan tanah. Tiga
kegunaan dari bioindikator ini yaitu: untuk memonitor perubahan fisik atau kimia
lingkungan (environmental indicator); untuk memonitor proses ekologi (ecological
indicator), dan untuk memonitor biodiversitas (biodiversity indicator) (Puspitasari,
2016). Kelimpahan bioindikator dapat menjadi acuan untuk kualitas dan kesehatan
tanah suatu lokasi.

Praktikum Biologi dan Kesehatan Tanah ini akan dilaksanakan dengan acara
Analisis fauna epigeik, anesik, dan endogeik pada sistem penggunaan lahan (SPL)
sawah, Isolasi bakteri BPN, BPF, BPK pada SPL Jumantono, kerapatan spora dan
uji Infektivitas Mikoriza. Tujuannya agar mahasiswa dapat mempelajari kesehatan
tanah di lingkungan sekitar dengan biota tanah sebagai bioindikator, mempelajari
proses isolasi bakteri yang bermanfaat bagi tanaman, mempelajari cara biota tanah
membantu pertumbuhan tanaman. Dengan demikian mahasiswa diharapkan dapat
mengaplikasikan ilmunya untuk membantu sektor pertanian dan lingkungan.

Pengampu Praktikum

Dr. Ir. Widyatmani Sih Dewi, M.P.


ACARA I
Analisis fauna epigeik, anesik dan endogeik pada sistem penggunaan lahan (SPL) di
Jumantono dan Alas Bromo

A. Pendahuluan
Tanah merupakan komponen ekosistem daratan yang vital bagi kesejahteraan
hidup manusia. Tanah juga merupakan rumah bagi beragam biota tanah, seperti:
bakteri, arkhaea, fungi, protozoa, avertebrata seperti serangga, arthropoda, anelida,
nematoda, dan lain-lain. Semua biota yang tinggal di dalam tanah tersebut melakukan
berbagai proses biologis yang berdampak penting bagi ekosistem, yang pada akhirnya
bagi kesejahteraan manusia (Aislabie & Deslippe, 2013). Berdasarkan pada
ukurannya (Gambar 1), biota tanah dapat dikelompokkan menjadi: (1)mikroflora dan
mikrofauna mikrobiota dengan ukuran diameter tubuh kurang dari100 µm, (2)
mesofauna (100 µm - < 2 mm), (3) makrofauna (2 mm – 20 mm) dan (4) megafauna
( > 20 mm) (Barrios, 2007).

Gambar 1.Klasifikasi biota tanah berdasarkan ukuran lebar tubuh (Barrios,2007).

Berdasarkan pada jenisnya, makrofauna ada yang tinggal tetap dalam tanah,
seperti cacing tanah endogeik, dan ada yang tinggal untuk sementara waktu, misalnya
semut, rayap, dll. Berdasarkan pada klasifikasi ekologi, makrofauna tanah dapat
dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu: epigeik, anesik, dan endogeik. Epigeik
adalah makrofauna tanah yang tinggal dan aktif di permukaan tanah, seperti kelompok
cacing tanah tertentu, semut, colembolla, dan lain-lain. Anesik adalah kelompok
makrofauna yang tinggal di dalam tanah, namun mencari makan di luar permukaan
tanah. Contohnya adalah semut, rayap, cacing tanah dll. Endogeik adalah kelompok
makrofauna yang tinggal dan aktif di dalam tanah, contohnya adalah cacing tanah
kelompok tertentu.
Komunitas biota tanah tersebut berperan penting terhadap keberlanjutan fungsi
agroekosistem, baik secara langsung maupun tidak langsung (Barrios, 2007).
1
2
Peran langsung misalnya kelompok biota tertentu mempengaruhi produksi
tanaman secara langsung, sedangkan contoh peran tidak langsung adalah peran biota
dalam memodifikasi struktur tanah dan interaksi jaring-jaring makanan.
Layanan ekosistem didefinisikan sebagai kontribusi struktur dan fungsi
ekosistem beserta dengan kombinasi berbagai input yang memberikan manfaat bagi
kesejahteraan hidup manusia (Dewi & Senge, 2015). Layanan ekosistem tersebut
merupakan interaksi antara peran beragam boita tanah dengan fungsi ekosistem.
Biota tanah memiliki peran penting dalam ekosistem pertanian (agroekosistem).
Layanan agrofungsional yang diberikan oleh makrofauna sangat beragam, tergantung
pada jenis makrofaunanya. Contoh layanan agrofungsional yang dapat diberikan oleh
makrofauna antara lain: dekomposer, pencacah seresah yang berukuran besar
menjad kecil (litter transformer), penggali tanah (soil ecosystem engineers),
bioturbator, predator, berbagai proses daur hara, penghasil berbagai zat pengatur
tumbuh tanaman, pembentukan porositas tanah, pembentukan agregat tanah,
pengatur siklus hidrologi, pendegradasi bahan pencemar, dan lain-lain. Cacing tanah
memberikan layanan agrofungsional penting yaitu berperan sebagai penentu
pembentukan mikro dan makro agregat tanah (Six et al., 2004). Aktivitas makrofauna
tanah berbeda-beda, ada yang aktif di siang hari, atau malam hari, atau aktif pada
siang maupun malam hari. Oleh karena itu untuk mempelajari makrofauna tanah,
diperlukan berbagai metode, tergantung pada jenis makrofauna tanahnya.
Fauna tanah merupakan salah satu komponen ekosistem tanah. Fauna tanah
berperan dalam memperbaiki struktur tanah melalui penurunan berat jenis,
peningkatan ruang pori, aerasi, drainase, kapasitas penyimpanan air, dan dekomposisi
bahan organik, pencampuran partikel tanah, penyebaran mikroba, serta perbaikan
struktur agregat tanah. Pengetahuan terhadap keanekaragaman biota dan fauna tanah
diharapkan dapat menjaga dan memanfaatkan dengan efisien. Kuantifikasi terhadap
peran makrofauna tanah terhadap layanan agrofungsional belum banyak dilakukan.
Pada praktikum ini akan dipraktikkan mengisolasi berbagai mesofauna dan
makrofauna tanah menggunakan beberapa metode, antara lain: monolit, pitfall trap,
dan barlese. Selanjutnya menghubungkan antara data mesofauna dan makrofauna
dengan layanan agrofungsional, terutama adalah porositas tanah.
B. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk:
1. Mempelajari keanekaragaman mesofauna dan makrofauna tanah pada sistem
penggunaan lahan (SPL) di Jumantono dan Alas Bromo.
2. Mempelajari populasi masing-masing jenis mesofauna dan makrofauna tanah pada
SPL di Jumantono dan Alas Bromo.
3. Mempelajari hubungan antara populasi mesofauna dan makrofauna pada sistem
penggunaan lahan pertanian dengan porositas tanah.
C. Bahan dan Alat
Bahan yang diperlukan dalam praktikum ini antara lain: alkohol 70%, formalin
4%, dan larutan detergen 20%. Alat-alat yang diperlukan: frame monolit, gelas plastik,
plastik penutup, tiang bambu, nampan plastik, ember plastik, cangkul, cetok, kuas
kecil, pinset, kantong plastik, kertas label, botol plastik atau flakon, saringan plastik
dengan mata lubang yang halus, tali rafia, dan meteran.
3

D. Metode
1. Metode perangkap jebak (pitfall trap)
Tujuan: mempelajari keragaman fauna tanah epigeik yang aktif pada malam hari
Langkah kerja:
a. Tentukan lokasi praktikum yang akan digunakan dalam pengamatan
b. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
c. Buatlah transek seluas 200 m2 atau menyesuaikan dengan kondisi aktual
lahan.
d. Buatlah lubang jebak sebanyak 2 buah, dengan ukuran diameter sekitar 15 cm,
atau disesuaikan dengan alat yang digunakan untuk memerangkap fauna.
Jarak antar lubang jebak adalah sekitar 8 m atau menyesuaikan kondisi lahan
(Gambar 1). Buatlah atap plastik untuk melindungi alat jebak tersebut (Gambar
2).

Gambar 1. Skema tata letak pitfall trap dan monolit

Gambar 2. Contoh pitfall trap dan tutup pelindung


4

e. Masukkan larutan deterjen sebanyak sekitar 50 ml ke dalam alat jebak yang


sudah dipasang. Biarkan alat jebak tersebut terpasang selama 24 Jam.
f. Setelah 24 jam, ambil alat jebak tersebut, dan dibawa ke laboratorium untuk
pengamatan keragaman fauna yang diperoleh. Berilah label yang menunjukkan
identitas lokasi dan waktu pengamatan, serta praktikan yang
bertanggungjawab.
g. Penanganan spesimen: siapkan saringan plastik dengan mata lubang saring
yang sangat lembut sehingga tidak mampu meloloskan spesimen yang
diperoleh. Tuangkan larutan deterjen+spesimen yang didapat dari lapangan ke
dalam saringan. Cuci dengan air secara hati-hati supaya tidak ada spesimen
yang hilang tercuci. Masukkan spesimen yang sudah bersih ke dalam botol
plastik yang telah berisi alkohol 75% sebanyak sekitar 25 ml atau tergantung
pada banyaknya spesimen yang didapat. Jangan lupa botol diberi label sesuai
dengan label semula.
h. Amati fauna yang didapat dengan menggunakan mikroskop dan identifikasi
karakter morfologi, serta cocokkan dengan kunci identifikasi fauna sehingga
jenis fauna diketahui.
i. Hitung populasi per jenis fauna per pitfall. Masukkan data fauna yang didapat
ke dalam Tabel 1.
Tabel 1. Jenis dan populasi fauna tanah epigeik pada SPL ……. di (Jumantono/
Alas Bromo)

SPL…….., pitfall ke- SPL…..…., pitfall ke-


Jenis Fauna
(ekor/pitfall) di Jumantono (ekor/pitfall) di Alas Bromo
(Ordo/Famili/Genus)
1 2 3 1 2 3
1.
2.
3.
4.
5. dst.
Jumlah
Sumber: Hasil pengamatan

j. Tentukan Indek Diversitas berdasarkan rumus Indek Diversitas Shanon-


Wiener.

Dimana: H’ = indek diversitas Shanon-Wiener


pi = proporsi spesies ke i terhadap total spesies
pi = ni/n
ni = banyaknya individu masing-masing ordo/famili/genus/spesies yang ditemukan
dalam setiap pitfall / ulangan
n = banyaknya total individu yang ditemukan dari masing-masing pitfall / ulangan
k. Catat kondisi lingkungan di sekitar SPL, baik abiotik maupun biotik, yang dapat
digunakan sebagai data pendukung untuk pembahasan data aktual.
2. Metode Barlese
Tujuan: mempelajari keragaman fauna tanah anesik dan endogeik.
Langkah kerja:
a. Ambil bongkah tanah dari lapangan, sekitar 0,5 kg. Pengambilan bongkah
tanah bisa dari hasil galian saat pembuatan pitfall trap ataupun monolit tanah.
Masukkan bongkah tanah ke dalam plastik dan diberi label.
b. Ulangi langkah 1 sebanyak 2 kali, sebagai ulangan.
c. Bawa contoh tanah tersebut ke laboratorium.
d. Siapkan perlengkapan alat Barlese untuk mengisolasi fauna anesik dan
endogeik (Gambar 3).

Gambar 3. Perlengkapan alat Barlese


e. Letakkan bongkah tanah ke dalam corong Barlese yang sudah diberi saringan.
f. Siapkan gelas piala yang sudah diisi sekitar 25 ml alkohol 75%. Letakkan gelas
piala tersebut pada bagian bagian bawah corong Barlese (Gambar 3).
g. Pada bagian atas corong diberi lampu (Gambar 3). Fauna yang ada akan
menjauhi lampu dan diharapkan terjatuh dan terperangkap dalam gelas piala
yang berisi alkohol.
h. Proses tersebut dibiarkan selama 24 jam.
i. Setelah 24 jam, gelas piala yang telah berisi spesimen diamati di bawah
mikroskop.
j. Amati fauna yang didapat dengan menggunakan mikroskop dan identifikasi
karakter morfologi,serta cocokkan dengan kunci identifikasi fauna sehingga
jenis fauna diketahui.
k. Hitung populasi per jenis fauna per pitfall. Masukkan data fauna yang didapat
ke dalam Tabel 2.
Tabel 2. Jenis dan populasi fauna tanah anesik dan endogeik pada SPL

SPL…….., Barlese ke- SPL…….., Barlese ke-


Jenis Fauna (ekor/kg tanah) di (ekor/kg tanah) di Alas
(Ordo/Famili/Genus) Jumantono Bromo
1 2 3 1 2 3
1.
2.
3.
4.
5. dst.
Jumlah
l. Tentukan Indek Diversitas berdasarkan rumus Indek Diversitas Shanon-
Wiener.
m. Catat kondisi lingkungan di sekitar SPL, baik abiotik maupun biotik, yang dapat
digunakan sebagai data pendukung untuk pembahasan data aktual.

3. Metode Monolit Tanah


Tujuan: mempelajari keragaman cacing tanah anesik dan endogeik.
Langkah kerja:
a. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan, seperti cangkul, nampan plastik,
ember plastik, kuas gambar, botol plastik untuk tempat spesimen cacing yang
berisi formalin 4%, label, kantong plastik, alat tulis.
b. Tentukan lokasi pembuatan monolit, berselang-seling dengan lokasi pitfall
trap (Gambar 1).
c. Mengukur ketebalan seresah
d. Buatlah monolit tanah pada beberapa SPL dengan ukuran 25 cm x 25 cm x
30 cm (Gambar 4).

Gambar 4. Monolit tanah pengambilan contoh cacing


e. Iris monolit tanah pada kedalaman 0-10 cm untuk mengisolasi cacing tanah
pada lapisan tersebut. Caranya: masukkan irisan tanah ke dalam ember. Ambil
sampel tanah tersebut sedikit demi sedikit, dan letakkan dalam nampan plastik
untuk mengisolasi cacing tanah dan cocon (telur cacing) yang didapat.
Masukkan spesimen cacing yang didapat ke dalam botol plastik yang berisi
formalin 4%, dan berilah label (lapisan tanah, tanggal, monolit ke berapa, dll.).
f. Lakukan langkah d) untuk mengisolasi cacing tanah pada kedalaman
lapisan 10-20 cm, dan 20-30 cm.
g. Spesimen yang sudah didapat dibawa ke laboratorium untuk identifikasi.
h. Cuci spesimen cacing tanah yang diperoleh dengan air, bersihkan secara
perlahan-lahan untuk menghindari rusaknya spesimen.
i. Masukkan spesimen cacing tanah yang sudah bersih ke dalam botol plastik
yang berisi alkohol 75%. Beri label yang berisi identitas pada botol spesimen.
j. Amati spesimen cacing tanah yang sudah bersih dengan menggunakan
mikroskop dan identifikasi karakter morfologi, serta cocokkan dengan kunci
identifikasi sehingga jenis cacing diketahui.
k. Hitung populasi cacing per lapisan kedalaman tanah.
l. Masukkan data cacing yang didapat ke dalam Tabel 3.

Tabel 3. Jenis dan populasi cacing tanah pada SPL ……….

SPL…….., Monolit ke- SPL…….., Monolit ke-


Jenis Fauna
(ekor/m2) di Jumantono (ekor/m2) di Alas Bromo
(Ordo/Famili/Genus)
1 2 3 1 2 3
1.
2.
3.
4.
5. dst.
Jumlah

Sumber:Hasil Pengamatan

m. Tentukan Indek Diversitas berdasarkan rumus Indek Diversitas Shanon-Wiener.


n. Catat kondisi lingkungan di sekitar SPL, baik abiotik maupun biotik, yang dapat
digunakan sebagai data pendukung untuk pembahasan data aktual.
o. Buatlah laporan praktikum

4. Metode Analisa Semi Kualitatif Cacing


Tujuan: untuk mengetahui keberadaan cacing yang ada di dalam tanah.
Langkah kerja:
a. menentukan titik pengambilan sampel lalu membuat batas persegi dengan ukuran
1m x 1m, kemudian tiap sudut diberi tongkat pembatas lalu antar tongkat
pembatas diikat dengan tali rafia.
b. menuangkan larutan detergen secara merata pada batas yang telah dibuat,
setelah itu ± 5-10 menit cacing yang muncul ke permukaan tanah diambil dan
dimasukkan ke gelas plastik berisi larutan formalin 4%.
c. Hitung jumlah cacing yang didapatkan, dianalisa morfologi, genus, serta
keragamannya.
9

ACARA II

Isolasi Bakteri BPN, BPF, dan BPK dari Tanah Rhizosfer

A. Pendahuluan
Ketersediaan unsur hara nitrogen dalam tanah adalah salah satu faktor pembatas
untuk mendukung pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Bakteri penambat nitrogen
(BPN) memiliki kemampuan untuk memanfaatkan nitrogen udara menjadi tersedia
dalam tanah (Ristiati et al., 2008). Unsur hara fosfat juga merupakan unsur hara yang
esensial bagi tanaman dan memiliki peran penting dalam fotosintesis dan perkembagan
akar. Ketersediaan fosfat dalam tanah hanya sebesar 0,01% dari total P tanah.
Sebagian besar bentuk fosfat terikat oleh koloid tanah sehingga tidak tersedia bagi
tanaman, untuk meningkatkan fosfat yang tersedia bagi tanaman di dalam tanah
dibutuhkan bakteri pelarut fosfat (Taha et al., 1969). Unsur hara K merupakan unsur
hara luxury konsumtion artinya ketersediaan unsur hara ini berlebih di dalam tanah, tapi
tidak menutup kemungkinan adanya bakteri pelarut K.
Bakteri penambat nitrogen simbiotik meliputi : (a) Rhizobium - hidup dalam bintil
akar leguminosae dan (b) Anabaena azollae - hidup dalam daun Azolla pinnata.
Rhizobia adalah bakteri pemfiksasi nitrogen yang membentuk nodula akar dalam
tanaman legum. Mikroba tanah seperti bakteri Pseudomonas, Bacillus, Escherichia,
dan Xanthomonas, serta fungi Aspergillus, Penicillium, dan Culfularia dan golongan
Aktinomesetes seperti Streptomyces mempunyai kemampuan melarutkan fosfat-
anorganik tak larut dengan mensekresikan asam-asam organik (Subba-Rao, 1982).
Media spesifik untuk isolasi Bakteri Penambat N adalah YEMA (Yeast Extract Manitol
Agar).
Setiap mikroba pelarut fosfat (MPF) menghasilkan jenis dan jumlah asam organik
yang berbeda dan ada kemungkinan satu jenis MPF menghasilkan lebih dari satu jenis
asam organik (Adu-Tae, 2004). Kemampuan asam organik melarutkan fosfat menurun
dengan menurunnya konstanta stabilitas (log K) menurut urutan sebagai berikut: asam
sitrat > oksalat > tartat > malat > laktat > glukonat >asetat > format. Kalium merupakan
salah satu unsur hara makro ketiga setelah nitrogen dan fosfor. Sumber kalium yang
utama bagi tanaman berasal dari dalam tanah. Media selektif BPF yang biasa
digunakan untuk isolasi adalah media agar Pikovskaya. BPF yang tumbuh pada media
ini akan membentuk koloni yang di sekelilingnya terdapat daerah bening (zona bening).
Daerah bening ini terbentuk karena adanya pelarutan fosfat dari sumber fosfat sukar
larut yang ada dalam media oleh asam-asam organik yang dihasilkan koloni mikroba.
Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan, warna, dan besar koloni serta luas daerah
bening berbeda-beda tergantung dari jenis BPF. Akan tetapi pada dasarnya semakin
luas dan semakin jernih pembentukan daerah bening, secara kualitatis menunjukkan
semakin tinggi kelarutan fosfat dalam media, sehingga koloni tersebut dapat
dipilih/diisolasi sebagai isolat/strain BPF yang mempunyai potensi untuk dapat
dikembangkan lebih lanjut. Kalium diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+ . K
merupakan unsuluxury consumption karena keberadaan K ditanah sangat berlimpah
berbanding terbalik dengan kebutuhan tanaman terhadap K. Meskipun K merupakan
elemen berlimpah di tanah, hanya 1 hingga 2% dari elemen ini tersedia untuk tanaman
(Sparks dan Huang, 1985). Sisanya terikat dengan mineral lain menyebabkan mineral K
tidak tersedia untuk tanaman. K dalam tanah dapat berupa K tersedia dan tidak
Tersedia. Pada jenis tanah tertentu, 90 hingga 98% elemen K tidak tersedia untuk
serapan tanaman (Sparks dan Huang,1985).Media spesifik untuk isolasi Bakteri Pelarut
K adalah Aleksandrov.

Populasi mikroba tidak terpisah sendiri menurut jenisnya, tetapi terdiri dari
campuran berbagai macam sel. Populasi bakteri di laboratorium dapat diisolasi menjadi
kultur murni yang terdiri dari satu jenis yang dapat dipelajari morfologi, sifat dan
kemampuan biokimiawinya. Isolasi merupakan cara untuk memisahkan atau
memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni
atau biakan murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari
pembelahan dari satu sel tunggal. Pekerjaan memindahkan mikroba dari medium yang
lama ke medium yang baru harus dilakukan secara teliti. Terlebih dahulu harus
diusahakan agar semua alat-alat yang ada sangkut pautnya dengan medium dan
pekerjaan inokulasi itu benar-benar steril. Hal ini untuk menghindari kontaminasi, yaitu
masuknya mikroba yang tidak diinginkan. Sebelum melakukan isolasi terlebih dahulu
dilakukan pengambilan sampel. Prosedur dalam pengambilan sampel tanah jika
mikroorganisme yang diinginkan kemungkinan berada di dalam tanah, maka cara
pengambilannya disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan. 1dari sekitar perakaran
dekat permukaan hingga ujung perakaran.
Bakteri adalah mikrooganisme prokariot bersel tunggal yang hanya dapat dilihat
morfologinya dengan bantuan mikroskop. Berdasarkan penampakan morfologinya,
bakteri dikelompokkan ke dalam bentuk : batang (bacillus), koma (vibrio), per (spiral).
Ekologinya sangat luas hampir bisa diketemukan di lingkungan manapun termasuk air,
tanah, aerob-anaerob, air mendidih, kawah gunung berapi, dasar laut, dan bahkan di
dalam tubuh. Bakteri ini telah ada jauh sebelum manusia ada, kurang lebih 3,5 milyar
tahun yang lalu. Fungi adalah jasad eukariot, yang berbentuk benang atau sel tunggal,
multiseluler atau uniseluler. Sel-sel fungi tidak berklorofil, dinding sel tersusun dari
khitin, dan belum ada diferensiasi jaringan. Fungi bersifat hemoorganoheterotrof karena
memperoleh energi dari oksidasi senyawa organik. Fungi memerlukan oksigen untuk
hidupnya (bersifat aerobik). Habitat (tempat hidup) fungi terdapat pada air dan tanah.
Cara hidupnya bebas atau bersimbiosis, tumbuh sebagai saprofit atau parasit pada
tanaman, hewan dan manusia.
Isolasi mikrobiota yang dilakukan dalam praktikum ini adalah dengan cara
pengenceran (dilution), yakni teknik pengenceran bertingkat. Tujuan dari pengenceran
bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam
cairan. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada
perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Digunakan perbandingan 1:9 untuk sampel
dan pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya
mengandung 1:10 sel mikroorganisme dari pengenceran sebelumnya.

10 gr

90 ml 9 ml 9 ml 9 ml 9 ml 9 ml 9 ml
-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7
10 10 10 10 10 10 10

0,1 ml

10-7
B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri pelarut P.
2. Mahasiswa dapat mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri penambat N.
3. Mahasiswa dapat mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri pelarut K.
4. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh pemberian inokulan BPN, BPF, dan BPK
terhadap pertumbuhan tanaman.

C. Metode Praktikum
1. Pembuatan Inokulan BPN, BPF dan BPK
Alat dan Bahan:
a.Petridish
b.Mikropipet
c. Lampu Bunsen
d.Korek api
e.Tabung reaksi
f. Jarum ose
g.Tanah rhizosfer kacang
h.Tanah rhizosfer jagung
i. Tanah rizhosfer padi
j. Tanah rizhosfer sawit
k. Tanah rizhosfer Karet
l. Tanah rizhosfer coklat

a. Menimbang sampel tanah rhizosfer sebanyak 10 gram dan memasukkannya ke


dalam 90 ml garam fisiologis serta menggojognya selama 1 menit.
b. Mengambil sebanyak 1 ml larutan 10-1 menggunakan mikropipet dan
memasukkannya ke dalam tabung reaksi yang berisikan 9 ml garam fisiologis
(10-2) dan melakukannya sampai dengan pengenceran 10-5.
c. Mengambil sebanyak 0,1 ml larutan 10-5 dengan menggunakan mikropipet dan
menginokulasikannya pada media YEMA
d. Mengambil sebanyak 0,1 ml larutan 10-5 dengan menggunakan mikropipet dan
menginokulasikannya pada media jensen.
e. Mengambil sebanyak 0,1 ml larutan 10-5 dengan menggunakan mikropipet dan
menginokulasikannya pada media pikovskaya.
f. Mengambil sebanyak 0,1 ml larutan 10-5 dengan menggunakan mikropipet dan
menginokulasikannya pada media alexandrof.
Tabel 2.1 isolasi awal

No Media Gambar Identifikasi


1 YEMA Jumlah :
Ukuran :
Bentuk :
Elevasi :
Permukaan :
Opasitas :
Chromogenesis :

2 Jensen Jumlah :
Ukuran :
Bentuk :
Elevasi :
Permukaan :
Opasitas :
Chromogenesis :

3 Aleksandrov Jumlah :
Ukuran :
Bentuk :
Elevasi :
Permukaan :
Opasitas :
Chromogenesis :

4 Pikoskaya Jumlah :
Ukuran :
Bentuk :
Elevasi :
Permukaan :
Opasitas :
Chromogenesis :
Tabel 2.2 Hasil Akhir isolasi

No Media Gambar Identifikasi


1 YEMA Jumlah :
Ukuran :
Bentuk :
Elevasi :
Permukaan :
Opasitas :
Chromogenesis :

2 Jensen Jumlah :
Ukuran :
Bentuk :
Elevasi :
Permukaan :
Opasitas :
Chromogenesis :

3 Aleksandrov Jumlah :
Ukuran :
Bentuk :
Elevasi :
Permukaan :
Opasitas :
Chromogenesis :

4 Pikoskaya Jumlah :
Ukuran :
Bentuk :
Elevasi :
Permukaan :
Opasitas :
Chromogenesis :
ACARA III
Kerapatan Spora dan Uji Infektivitas Mikoriza

A. Pendahuluan
Mikoriza merupakan simbiosis yang terbentuk antara fungi dari kelompok
Basidiomycota, Ascomycota, dan Zygomycota dengan perakaran tumbuhan tingkat
tinggi (berpembuluh). Hubungan ini bersifat mutualistik yaitu tanaman memperoleh nutrisi
dan mineral sedangkan fungi mendapatkan senyawa organik turunan (eksudat) yang
berasal dari hasil fotosintesis tanaman (Brundrett et al. 1996). Cendawan mikoriza hidup di
jaringan korteks, permukaan, atau jaringan epidermis akar. Namun, hifa fungi ini juga
dapat tumbuh ke arah luar akar untuk menjangkau nutrisi (seperti nitrat dan fosfat) yang
selanjutnya diberikan ke tanaman (Heijden et al. 2014). Berdasarkan lokasi infeksinya,
mikoriza secara umum juga dapat dibagi menjadi dua yaitu ektomikoriza dan endomikoriza.
Ektomikoriza merupakan kelompok fungi yang menginfeksi daerah interseluler pada sel-sel
korteks akar. Ektomikoriza mempunyai sifat antara lain akar yang terkena infeksi
membesar, bercabang, rambut-rambut akar tidak ada, hifa menjorok ke luar dan berfungsi
sebagi alat yang efektif dalam menyerap unsur hara dan air, hifa tidak masuk ke dalam sel
tetapi hanya berkembang diantara dinding-dinding sel jaringan korteks, sedangkan
endomikoriza adalah kelompok fungi yang selain menginfeksi daerah interseluler pada sel-
sel korteks, juga menginfeksi hingga ke bagian intraseluler sel korteks akar. Endomikoriza
mempunyai sifat-sifat antara lain akar yang terkena infeksi tidak membesar, lapisan hifa
pada permukaan akar tipis, hifa masuk ke dalam individu sel jaringan korteks, adanya
bentukan khusus yang berbentuk oval yang disebut vesikel dan sistem percabangan hifa
yang dichotomus disebut arbuskul (Brundrett et al. 1996). Fungi mikoriza arbuskula
merupakan simbion tertua yang berhasil dikenali oleh para peneliti. Umur simbion ini
ditengarai berkisar 600 juta–1 miliar tahun dan jauh lebih tua dibandingkan dengan umur
tanaman monokotil dan dikotil (200 juta tahun), ataupun simbion lainnya (Smith & Read
2008).
Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) adalah salah satu kelompok cendawan
yang hidup di dalam tanah, termasuk golongan endomikoriza yang mempunyai struktur
hifa yang disebut arbuskula. Arbuskula berperan sebagai tempat kontak dan transfer
hara mineral antara cendawan dan tanaman inangnya pada jaringan korteks akar.
Mikoriza terbentuk karena adanya simbiosis mutualisme antara cendawan atau fungi
dengan sistem perakaran tumbuhan dan keduanya saling memberikan keuntungan
(Hidayat 2003). Simbiosis terjadi dalam akar tanaman dimana cendawan mengkolonisasi
apoplast dan sel korteks untuk memperoleh karbon dari tanaman (Musfal, 2013).
Manfaat yang dapat diperoleh dari adanya asosiasi mikoriza yaitu peningkatan unsur
hara, meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan dan tahan terhadap serangan
patogen. Peningkatan serapan hara akibat kolonisasi CMA disebabkan oleh tiga hal,
yaitu CMA mampu mengurangi jarak yang harus ditempuh permukaan akar tanaman
untuk mencapai unsur hara, meningkatnya serapan unsur hara dan konsentrasi pada
permukaan penyerapan, mengubah secara kimia sifat-sifat unsur hara kimia sehingga
memudahkan penyerapan unsur hara tersebut ke dalam akar tanaman (Harumi, 2006).
Fungi mikoriza arbuskula dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, misalnya
meningkatkan jumlah dan mutu hasil tanaman, mengurangi kebutuhan akan pupuk dan
pestisida, mengurangi erosi, mereduksi emisi CO2, dan menyuburkan tanah. Propagul
fungi mikoriza arbuskula (spora, hifa, dan akar terkolonisasi) dapat berkurang atau bahkan
lenyap dari dalam tanah karena peristiwa antropogen (aktivitas manusia) maupun bencana
alam. Pemupukan dan penggunaan pestisida yang tidak terkendali, penanaman bibit tidak
bermikoriza, pengolahan tanah yang berlebihan, dan penanaman tanaman yang tidak
bersimbiosis dengan fungi mikoriza arbuskula dapat berpengaruh negatif terhadap
keberadaan fungi mikoriza arbuskula. Alih fungsi lahan dari pertanian menjadi pemukiman,
lahan usaha, lahan industri, atau kepentingan lainnya juga dapat mengurangi potensi fungi
mikoriza arbuskula secara keseluruhan. Bencana alam berupa tanah longsor atau banjir
dapat memindahkan potensi fungi mikoriza arbuskula dari satu tempat ke tempat lain,
sehingga meniadakan potensinya di satu tempat tertentu (Abimanyu Nusantara et al,
2012).
Beberapa manfaat mikoriza bagi pertumbuhan tanaman antara lain:
1. Meningkatkan penyerapan unsur hara tanaman dari lahan tanah. Hal ini disebabkan
mikoriza secara efektif dapat meningkatkan penyerapan unsur hara makro dan
beberapa unsur hara mikro. Eksplorasi hifa pada media tumbuh juga lebih luas
dibandingkan dengan akar tanaman.
2. Meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan. Pada akar bermikoriza kerusakan
jaringan kortek tidak akan bersifat permanen. Akar bermikoriza akan cepat pulih, karena
hifanya masih mampu menyerap air pada pori tanah, dan penyerapan hifa yang luas
akan dapat menyerap air lebih banyak.
3. Meningkatkan ketahanan terhadap serangan patogen. Mikoriza dapat berfungsi sebagai
pelindung biologi bagi terjadinya infeksi patogen akar, perlindungan ini terjadi karena
adanya lapisan hifa sebagai pelindung fisik dan antibiotika yang dikeluarkan oleh
mikoriza, mikoriza arbuskular telah dikenal
dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap cekaman biotik patogen akar.
Perubahan fisiologi pada tanaman inang dan interaksi biologis di daerah lingkungan
tanah yang dipengaruhi oleh mikoriza, diyakini juga akan mempengaruhi kejadian
penyakit pada tanaman.
4. Menghasilkan beberapa zat pengatur tumbuh. Fungi mikoriza dapat mengahasilkan
hormonauksin, sitokinin, gibberelin dan vitamin yang bermanfaat untuk inangnya
(Musfal. 2010)
B. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah:
- Untuk mengetahui kerapatan spora dalam 100 gram tanah.
- Pengamatan mikoriza dilakukan dengan metode Philip dan Haymen (1970) yang
bertujuan untuk mengetahui persentase infeksi infeksi mikoriza pada akar tanaman.
C. Bahan dan Alat
1. Kerapatan Spora
- Alat: timbangan, saringan bertingkat (120 µm, 90 µm, 45 µm), wadah, tabung
reaksi dan rak tabung reaksi, pipet, centrifuge, kertas saring, corong, gelas ukur,
petridish, mikroskop, colony counter.
- Bahan: tanah 100 gram, air, larutan gula 60%
2. Infeksi Mikoriza
- Alat: gunting, pinset, kaca preparat, mikroskop, kompor, flakon.
- Bahan: Akar tanaman, alkohol 70%, KOH 10%, HCl 1 N, Aquades, Lactophenol
Trypan Blue 0,05%.
D. Metode
1. Langkah kerja pengamatan kerapatan spora
a. Timbang sampel tanah sebanyak 100 gram.
b. Pindahkan tanah pada wadah yang telah berisi air dan aduk hingga tanah larut.
c. Larutan tanah yang telah homogen kemudian disaring dengan menggunakan
saringan 120 µm dan tampung air yang lolos.
d. Air yang lolos dari saringan 120 µm kemudian disaring kembali dengan
menggunakan saringan 90 µm dan tampung air yang lolos.
e. Air yang lolos dari saringan 90 µm kemudian disaring kembali dengan
menggunakan saringan 45 µm.
f. Cuci tanah yang tertinggal di atas saringan 45 µm dengan menggunakan kran air
hingga bersih.
g. Pindahkan tanah yang telah dibersihkan dengan menggunakan pipet ke dalam
tabung centrifuge.
h. Tabung centrifuge yang telah berisi tanah kemudian ditambahkan dengan larutan
gula 60%.
i. Centrifuge tabung yang berisi tanah+larutan gula dengan kecepatan 500 rps
selama 5-7 menit.
j. Setelah 5-7 menit kemudian saring dengan menggunakan kertas saring dan
corong, tunggu hingga semua larutan turun.
k. Setelah semua larutan turun, pindah kertas saring dalam petridish
l. Amati kertas saring dengan menggunakan mikroskop dan hitung kerapatannya
dengan menggunakan colony counter
2. Langkah Kerja Uji Infektivitas Mikoriza
a. Siapkan alat dan bahan yang digunakan.
b. Pilih sample akar tanaman yang masih muda kemudian potong dan direndam
dalam alcohol 70% selama 2-3 jam.
c. Akar dipanaskan dalam KOH 10% dengan suhu 90oC selama 5-7 menit.
d. Tiriskan akar dan cuci dengan aquades.
e. Masukkan kembali akar dalam larutan HCl 1N hingga warna berubah menjadi
putih pucat.
f. Tiriskan kembali dan cuci akar dengan aquades.
g. Warnai akar dengan merendamnya dalam Lactophenol Trypan Blue 0,05% selama
4-24 jam.
h. Susun akar di atas kaca preparat untuk dilakukan pengamatan di bawah
mikroskop.
i. Hitung jumlah akar yang terinfeksi dan hitung persentase infeksi mikoriza
berdasarkan rumus Philip & Haymen (1970)

Keterangan,
JAT : jumlah akar yang terinfeksi mikoriza
JSP : jumlah total potongan akar
DAFTAR KELOMPOK PRAKTIKUM BIOKESTAN 2022 Ganjil
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4
Azriel Rahmatul Oktavian Dian Putra Lukman Ari
Satuhu Waskita
Nabawi Mahendra Anggoro
Kinar Indu Maulidsa
Elza Shafa Yahya Hilda Fadhila Lutfi Dyah Arum Pratiwi
Alifa
Nadiera Miftakhul Firdha Rahayu Nida' Nafisa
Nazula Aulia
Qonaah Lukmaningrum Aliffatin
Anida Hasna Noor Mirza Aulia Wulan Zachry
Zullyana Dewi
Fadhilah Ramadhan Ananda Mujiono
Yulia Robertina Ose Prastiti Tri Hayu Setyatma Devina Avilia
Purek Kasetyohani Erryna Putri Nanda
Salsabila Putri Adinda Fitria Fatmala Rahma
Fatikah Ainayah Savitri

Kelompok 5 Kelompok 6 Kelompok 7 Kelompok 8


Pradipta Alfi Mahendra Ajie Maulana Luthfi
Ivan Hari Prasetyo
Ramadanu Pangestu Ardiansyah
Aliya Diani Nur Fitria Dewi Juan Yherin
Hanifati Rosada
Fauziah Qomariah Wihangga
Octaviana Dian Syafira Regi Ivana Cindy
Nurviana
Angraini Purnomo Febrianti
Rahmasyifa Dian Rizky Agifta Narinanda
Hanifa Armadani
Maharani Kusumastuti Shafa
Annisa Miraj
Syafna Atta Majida Melika Firdauzi Iga Nurul Hanifah
Wardani
Gisela Ava Saras Riska
Desriana Nugraheni
Aacinka Adityaningrum

Kelompok 9 Kelompok 10 Kelompok 11 Kelompok 12


Mahesa Alamsyah Mohammad Fikri Enriko Dzaki
Heri Junedi
Adi Saputra Shochichi Pradana
Christhoperus
Annisa Nur Viagi Novi
William Andrew Arjun Mulya
Maharani Pramadhani
Sucipto
Janedea Puja Lies Lailia Farah Martin
Aishwara nur rahma Ayu Lidyawati
Anggraini Febriana
Hannaria Resti
Annisa Nafiah Zahra Dhea Cahya Nabila Fifi Lusiana
Anggani
Hildanofa Regita Sabarina
Panca Amelia Putri Laila Tsalisa
Deyafawa Ayuningtyas
Cantika Rizky Vita Mutiara Rizky Sindy Aprilia
Amalia Purba Nafisyah
Kelompok 13 Kelompok 14 Kelompok 15 Kelompok 16
Stefanus Erwin Tori Aditya
Arrajula fatah M. Patludin
Yulianto Ummardani
Permadani Huacia Angga Wahyu Muhammad Malik Sabilla Khansa
Sunarto Adiwibowo Ibrahim Hanun
Arsyatia Zakia Septiazzah Putri
Alfina Zulfa Rofi'na Kingkin Nastiti
Nabila Wardani Luthfiyyaningsih
Assyifa Rahma
Afifa Firliana Anita Yulianti Ana Wahyuningsih
Rahmadhani
Zahra Aminah Audi Soekma Nirmala Aida
Risna Cahyani
Suriadi Lestari Syaviola
Devi Andriani Nur Halimah

Kelompok 17 Kelompok 18 Kelompok 19 Kelompok 20


Ardhani Damar
Sovyet Mahadian Lukas Julio M Farhan H
Kusuma
Rehan Dwi Titon Wisnu Dwito
Frendy yoga Roos Ananta
Nur Ihsan Nugroho Jati
Aurellia Reznanda
Silfi Berliana P Ariq Zhafran Raka Wisnu Pratama
Purnama Puteri
Winda Wahyu Wahyu Dyah
Asri Diah Arini Florenza Ade Novita
Wardani Pramesti
Eno Nugraini Ari Handayani
Alifah Zulfa Nada Dian Novi Ananda
Wijaya Nasution

Kelompok 21
Elfan Yusti
Andriansyah
Akhmad
Shalahuddin
Aisyah Fitriyatu
Qolbiha
Nugraheni
Novitasanti

DAFTAR CO ASS PRAKTIKUM BIOKESTAN 2021


NO NAMA NIM KELOMPOK NO HP
1 Jevin Go H0218030 4,6,12 081370371881
2 Zidane Aditya Nugraha H0218073 13,10,21 089630920361
3 Az Zahra Permata Wingtyas H0219015 16,14,9,12 089637597085
4 Lusiana Dewi H0219061 19,18,1,2 081578320136
5 Nadia Ismah Nur Rilansari H0219069 15,20,5,17 081329497010
6 Afifah Fatinah Nada Putri H0220003 3,8,7 085291560264

Anda mungkin juga menyukai