MATA KULIAH
BIOLOGI TANAH
BOBOT: 3 sks
SIFAT: WAJIB
DISUSUN OLEH:
1. TEORI DASAR
Tanah kaya akan berbagai jenis fauna tanah dengan berbagai ukuran dan
bentuk kehidupan. Komponen biotik di dalam tanah memberi sumbangan terhadap
proses aliran energi dari ekosistem tanah. Kelompok biotik ini melakukan penguraian
sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang telah mati (dekomposisi). Adanya perbedaan
keadaan lingkungan biotop (satuan geografi terkecil habitat yang dicirikan oleh
biotanya) mengakibatkan perbedaan struktur maupun sifat fauna tanah dari biotop
tersebut. Fauna tanah merupakan salah satu komponen dalam ekosistem tanah,
berperan dalam memperbaiki struktur tanah melalui penurunan berat jenis (bulk
density), peningkatan ruang pori, aerasi, drainase, kapasitas penyimpanan air,
dekomposisi sisa organik, pencampuran partikel tanah dan penyebaran mikroba (Anwar
et al., 2006; Hanafiah et al., 2003). Fauna tanah dapat dibedakan atas makrofauna
(contoh: cacing tanah), mesofauna (contoh: nematoda) dan mikrofauna (contoh:
protozoa) Kelompok fauna tanah paling penting adalah protozoa, nematoda, annelida,
dan arthropoda. Dalam hubungan timbal balik dengan mikroba, peranan utama fauna
tanah adalah mengoyak, memasukkan, dan melakukan pertukaran secara kimia hasil
proses dekomposisi serasah tanaman. Klasifikasi menurut cara hidup fauna tanah
didasarkan pada morfologi dan fisiologi tergantung pada kedalaman tanah. Fauna
fitotrofik memakan tanaman hidup, fauna zootrofik memakan materi binatang, fauna
mikrotrofik hidup dalam mikroorganisme, dan fauna saprofitik menggunakan materi
organik yang telah mati. Melalui proses mineralisasi materi yang telah mati akan
menghasilkan garam-garam mineral yang akan digunakan oleh tumbuh-tumbuhan
(Thomas & Mitchell, 1951). Secara umum fauna tanah dapat dipandang sebagai
pengatur terjadinya proses dalam tanah. Dengan perkataan lain fauna tanah berperan
dalam menentukan kesuburan tanah bahkan beberapa jenis fauna tanah dapat
digunakan sebagai indikator tingkat kesehatan tanah di suatu daerah pertanian
(Adianto, 1983).
2. TUJUAN
- Untuk mengetahui teknik pengambilan contoh tanah dengan metode monolit.
Alat: Mistar persegi ukuran 25x25 cm, Meteran rol 50 m, Meteran kain 1,5 m,
Patiba, sekop, pacul, Bor tanh, Botol sampel, Kertas label, Tali rafia, Pinset kecil,
Karung 50 kg, Parang dan Alat tulis menulis.
4. TATA KERJA
A. Penetapan Titik Pengambilan Contoh
Pengambil contoh untuk penelitian fauna tanah perlu menetapkan lebih dahulu titik-titik
pengambilan contoh yang dikehendaki. Banyak pilihan metode penarikan contoh yang
bisa digunakan, namun hanya beberapa yang relatif sering digunakan (Hidayat &
Makarim, 1992), yaitu:
Metode transek atau diagonal dimana titik-titik pengambilan contoh pada suatu areal
ditetapkan secara garis lurus dengan jarak antara titik-titik telah ditetapkan pula.
Digunakan pada areal pengamatan yang relatif luas dan mempunyai agroekosistem
relatif homogen. Dalam satu transek terdiri dari beberapa titik pengamatan yang
ditetapkan secara grid.
Dalam praktikum ini grid yang dipakai adalah rigid grid dengan ukuran minimal 50 x
50 m dengan jumlah titik pengamatan setiap grid adalah 6 titik. Jumlah grid setiap
kelompok adalah 2 grid dengan jarak antar grid minimal 10m.
1. TEORI DASAR
Fauna tanah merupakan salah satu komponen ekosistem tanah yang berperan
dalam memperbaiki struktur tanah melalui penurunan berat jenis, peningkatan ruang
pori, aerasi, drainase, kapasitas penyimpanan air, dekomposisi bahan organik,
pencampuran partikel tanah, penyebaran mikroba, dan perbaikan struktur agregat
tanah (Witt, 2004). Walaupun pengaruh fauna tanah terhadap pembentukan tanah dan
dekomposisi bahan organik bersifat tidak langsung, secara umum fauna tanah dapat
dipandang sebagai pengatur terjadinya proses fisik, kimia maupun biokimia dalam
tanah (Hill, 2004).
Berdasarkan ukuran, secara garis besar terdapat 3 kelompok Invertebrata yang
hidup di dalam tanah, yaitu: mikrofauna (protozoa dan nematoda), mesofauna, dan
makrofauna. Mikrofauna memacu proses dekomposisi bahan organik dengan
memperkecil ukuran bahan dengan enzim selulase yang kemudian dimanfaatkan oleh
mikroba perombak lainnya. Mesofauna dan makrofauna selain memperkecil ukuran
bahan organik, aktivitas metabolismenya menghasilkan faeces yang mengandung
berbagai hara dalam bentuk tersedia bagi tanaman dan biota tanah lainnya. Beberapa
makrofauna seperti cacing tanah mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi
kesehatan dan produktivitas tanah. Lubang cacing merupakan rongga-rongga dalam
tanah yang dapat meningkatkan aerasi, penetrasi akar, dan infiltrasi air (Curry & Good,
1992). Kotoran cacing (casting) merupakan campuran tanah dengan bahan organik
yang telah dicerna yang mengandung berbagai hara yang tersedia bagi tanaman (Lake
& Supak, 1996). Fauna bersama hayati tanah lainnya sebagai komunitas yang
mendiami daratan/tanah menciptakan biogenic soil structure yang khas, alami, dan
berperan pada kelancaran terjadinya proses siklus hara di dalam tanah.
Peranan fauna tanah dalam pemeliharaan kualitas lingkungan di lahan pertanian
tidak diragukan lagi. Pengelolaan tanah/lahan yang tidak memenuhi kaidah-kaidah yang
benar akan menyebabkan penurunan kelimpahan dan keragaman fauna tanah, dalam
jangka panjang akan mengakibatkan terganggunya siklus hara alami dalam
agroekosistem, menurunnya kualitas dan produktivitas lahan, dan pada gilirannya akan
mengancam keberlangsungan usaha tani di lahan tersebut. Pengetahuan ini dapat
dipakai untuk menciptakan atau memperbaiki penerapan teknologi pengelolaan lahan
pertanian yang lebih ramah lingkungan, mempunyai produktivitas tinggi, dan mengarah
pada sistem pertanian berkelanjutan.
Dalam sub-bab ini dikemukakan tentang salah satu cara pengamatan, mendapatkan
dan analisis data, serta interpretasi data kelimpahan dan keragaman fauna tanah lahan
pertanian terutama pada lahan kering.
2. TUJUAN
- Untuk menganalisis kelimpahan fauna tanah
- Untuk menganalisis keragaman fauna tanah
1. TEORI DASAR
Cacing tanah merupakan Oligochaeta berperan penting dalam proses
dekomposisi bahan organik. Cacing tanah memakan serasah daun dan sisa-sisa
tumbuhan dan menjadikannya partikel-partikel kecil yang selanjutnya dirombak oleh
mikroba. Cacing tanah juga berperan meningkatkan jumlah populasi mikroba tanah.
Menurut Parmelee et al. (1990) di dalam usus cacing tanah terjadi pertumbuhan
mikroba tanah yang lebih baik dan lebih banyak daripada di dalam tanah, sehingga
cacing tanah dapat dianggap sebagai tempat pembenihan mikroba tanah.
Aktifitas cacing tanah meningkatkan kesuburan tanah dengan
mendistribusikan bahan organik ke lapisan yang lebih dalam, menyebarkan mikroba
dan meningkatkan aerasi tanah. Cacing yang mati merupakan sumber makanan
mikroba dan unsur hara tanah yang dapat meningkatkan kesuburan tanah dan
tersedia bagi tanaman. Tiap luasan satu acre tanah dapat hidup 500.000 ekor
cacing tanah dan membuat sekitar 50 ton kasting dan menggali lubang di dalam
tanah untuk system saluran irigasi setara panjang 2.000 kaki dengan diameter 6
inci. Aktivitas cacing tanah sangat tergantung pada kadar air, tipe tanah, vegetasi
(palatibilitas serasah), dan pH tanah.
Beberapa metode sampling kuantitatif dan kualitatif bagi cacing tanah
(Lumbricidae) adalah metode sortasi dengan tangan, ektraksi kimia dan ekstraksi
listrik. Tidak satupun metode ini sempurna bagi segala lingkungan dan bagi setiap
jenis. Sortasi dengan tangan merupakan teknik paling efisien, walaupun cacing
yang belum dewasa dan kecil tidak mudah dilihat dan spesimen yang rusak juga
harus diperhitungkan. Penggunaan bahan kimia merupakan cara yang paling
banyak digunakan, walaupun keefektifannya bervariasi untuk tiap jenis, habitat,
kondisi tanah, dan saat pengambilan. Metode dimamis yaitu dengan menggunakan
umpan dan rumen segar sering juga digunakan sebagai umpan. Penggunaan listrik
saat ini jarang digunakan. Cacing tanah dikeluarkan dari tanah dengan
menggunakan arus listrik yang alirkan dari generator atau aki (Schwert, 1990).
Metode analis kelimpahan cacing tanah pada prinsipnya mempunyai
kesamaan dengan metode analisis fauna tanah lainnya, yaitu mempelajari dan
mengetahui jumlah atau populasi cacing tanah dan menggolongkannya
berdasarkan masing-masing jenis, pada areal atau volume tanah tertentu.
Perbedaan niche dan sikap atau tingkah laku cacing tanah terhadap keadaan
lingkungan yang mempunyai kekhasan tersendiri dapat membedakan metode
analisis cacing tanah dengan fauna tanah lainnya. Kelembaban, temperatur, dan
tingkat pencahayaan yang menyebabkan cacing keluar dari tanah berhubungan
dengan ’’geotaktik” fauna tanah yang dipengaruhi oleh sifat fobi atau kebiasaan dan
tingkah lakunya terhadap keadaan lahan.
Secara umum, langkah pertama dalam analisis kelimpahan cacing tanah adalah
upaya menemukan dan mendapatkan cacing tanah pada areal atau volume tanah
tertentu yang telah ditetapkan untuk kemudian dihitung, dikumpulkan, dan
diidentifikasi.
2. TUJUAN
- Analisis kelimpahan populasi cacing tanah
- Analisis karakterisasi cacing tanah
1. Kumpulkan cacing tanah yang akan diidentifikasi, dan cuci di dalam air.
Cacing yang masih hidup dimatikan dengan beberapa cara, yaitu: 1)
celupkan dalam air mendidih beberapa saat dan segera angkat kembali;
2) celupkan beberapa saat kedalam alkohol 50%, angkat kembali setelah
cacing tidak bergerak lagi; dan 3) dibius dengan alcohol 5%, tambahkan
sejumlah alkohol tiap 10 menit secara periodik sampai cacing seluruhnya
mengendur dan tidak merespon terhadap sentuhan maupun
penambahan alkohol.
2. Simpan cacing dalam nampan, luruskan, dan kemudian rendam dalam
formaldehida 5%. Tutup rapat dan hindarkan dari binatang maupun
manusia dan simpan di tempat dengan ventilasi yang baik. Setelah 24
jam, buang formaldehida, kemudian 24 jam lagi buang formaldehida
dengan air kran, tunggu dua jam atau lebih dan buang airnya. Ulangi bila
dirasa belum cukup. Saat ini cacing bisa disimpan dalam botol atau
kulkas.
3. Simpan cacing dalam alkohol 80% yang diberi label kertas yang resisten
air atau alkohol dan ditulis dengan tinta resisten atau pensil yang
disimpan di bagian dalam botol. Data label meliputi lokasi yang tepat,
tanggal pengumpulan dan nama pengumpul. Selanjutnya spesimen ini
siap untuk diidentifikasi.
4. Kelompokkan cacing tanah berdasarkan taksonomi (untuk menetapkan
sampai ketingkat jenis atau spesies memerlukan keahlian khusus).
Tersedia berbagai kunci taksonomi. Di bawah ini disajikan
langkahlangkah general earthworm diagram (James, 2005)
5. Download gambar/diagram tubuh cacing secara umum. Diagram ini
merupakan pokok-pokok tampilan fisik yang perlu diidentifikasi/dikenali
secara tepat.
6. Pilih suatu sifat khusus cacing (misalnya warna) yang cocok dengan
cacing yang akan diidentifikasi dengan cara mengklik-on teks. Secara
automatis akan muncul sifat berikutnya sampai cacing dapat
diidentifikasi/dikenali.
cacing
Lokasi : ...........................................
No./kode contoh : ...........................................
Tanggal pengamatan : ...........................................
Satuan pengamatan : ekor m-2; m-3; kg-1 tanah; atau............(lainnya)
Total
K jenis A
KR jenis A = —————————— X 100%.
Jumlah K semua jenis