Anda di halaman 1dari 4

PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI

Nama Pengusul : Ahdiar Fikri Maulana


Nomor Mahasiswa : 05/190016/KT/05795
Jurusan : Budidaya Hutan
Usulan Dosen Pembimbing :1. Ir. Handojo Hadi Nurjanto M.Agr.Sc.
2. Dr. Ir. Haryono Supriyo, M.Agr.Sc.
Usulan Dosen Penguji :1. Dra. Winastuti, M.P.
2. Dr. Harjono, M.P.

Populasi Jamur Selulolitik pada 3 Tahap Suksesi Cendana (Santalum album Linn.)

di Hutan Wanagama I, Gunung Kidul, Yogyakarta

A. Latar Belakang
Lahan kritis merupakan suatu lahan yang kemampuan dan kapasitas produksinya
menurun karena telah mengalami proses kerusakan secara fisik, kimia dan biologi.
Pembudidayaan tanaman pada lahan kritis di Wanagama terkendala oleh solum tanahnya yang
relatif tipis sehingga tanaman sukar membentuk perakaran yang dalam, mudah mengalami
kekeringan dan pasokan hara totalnya rendah. Sebagian besar lahan di Wanagama mempunyai
solum sangat dangkal/tipis (< 10/20 cm) dan dan berbatu, bahkan sebagian besar tinggal
singkapan batuan (Supriyo, ). Selain itu, ketersediaan bahan organik tanah yang rendah
mengakibatkan rendahnya populasi mikroorganisme tanah.
Cendana merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi, khususnya bagian
kayunya.
Bahan organik tanah dapat berasal dari sisa-sisa flora maupun fauna yang mati. Salah
satu perannya dalam tanah adalah sebagai sumber potensial dari hara makro N, P dan S untuk
pertumbuhan tanaman dan sebagai pendukung pembentukan tanah. Tiga komposisi utama
tanah yang menyediakan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman adalah bahan organik, derivat
bahan induk tanah dan fraksi lempung (Rao, 1978).
Substrat-substrat penyusun bahan organik tanah misalnya gula, protein, lemak,
karbohidrat, hemiselulosa, selulosa, lignin, tannin dll. Selulosa merupakan substrat penyusun
dinding sel yang terbanyak (Lutz & Chandler , 1965). Proporsinya dalam berat kering
jaringan tanaman dapat mencapai 60%. Bahkan dianggap sebagai substrat yang terbanyak di
bumi khususnya di daratan. Penguraiannya di tanah melalui proses dekomposisi yang
cenderung lambat menjadi perhatian khusus, terlebih dalam pengaruhnya terhadap siklus hara.
Dekomposisi bahan organik merupakan tahap penting untuk melepas nutrisi menjadi
bentuk yang tersedia bagi tanaman. Bahan organik tanah diubah dari susunan (komposisi)
kompleks menjadi lebih sederhana secara fisika dan kimia. Dekomposer utama di tanah terdiri
atas mikroorganisme (bakteri dan jamur) dan hewan invertebrata.
Secara umum, jamur dan bakteri merupakan dekomposer utama karena memiliki
enzim ekstraselular pemecah polimer misalnya selulase dan enzim pemecah lignin (Swift et
al, 1979). Kelebihan jamur dibanding bakteri dalam pemecahan polimer didasarkan atas
efisiensi pemecahan itu sendiri, toleransi terhadap kondisi lingkungan khususnya tingkat
keasaman (pH) dan karakter pertumbuhannya. Sebagian besar jamur merupakan makhluk
hidup saprotrof yang membutuhkan bahan organik tanah sebagai sumber C dan energi.
Dekomposisi selulosa dan senyawa lain yang berkaitan merupakan salah satu fungsi
utamanya.
B. Tujuan

1. Mengetahui populasi jamur total pada 3 fisiognomi cendana.

2. Mengetahui populasi jamur selulolitik pada 3 tahap suksesi cendana.

3. Mengetahui beberapa jenis jamur selulolitik yang dominan pada 3 tahap


suksesi cendana.

C. Metode Penelitian

C.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di petak pertanaman cendana di Wanagama, Gunung Kidul,


Yogyakarta dan Laboratorium Fisiologi Pohon, Laboratorium Tanah Fakultas Kehutanan
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pengambilan sampel dilakukan pada musim
kemarau (Juli-September 2008) dan musim penghujan (Februari-April 2009).

C.2 Alat dan Bahan

Alat:
1. Alat sampling: kawat kuadratik 1 m x 1 m, cetok/pisau
2. Petridish sebagai tempat medium tumbuh
3. Pipet tip 1 ml dan 0,1 ml untuk inokulasi
4. Tabung reaksi sebagai tempat medium tumbuh
5. Erlenmeyer sebagai tempat dalam pembuatan medium tumbuh
6. Drigalski untuk meratakan suspensi pada permukaan medium tumbuh
7. Autoclave untuk sterilisasi media dan alat
8. Timbangan analitik untuk menimbang sampel tanah
9. Termometer untuk mengukur suhu tanah
10. Colony Counter untuk menghitung jumlah koloni

Bahan:
1. Sampel tanah dari titik-titik pengambilan sampel
2. Medium Czapek Cellulose Agar dan Malt Extract Agar
3. Larutan HCl-iod untuk pengujian sifat biokimia (kemampuan selulolitik)
4. Aquadest
5. Alkohol
C.3 Langkah Kerja
1. Penentuan 3 plot yang mewakili 3 tingkat kolonisasi
cendana.
2. Pada masing-masing plot ditentukan 3 titik pengambilan
sampel dengan luasan 1 m2.
3. Pengambilan sampel tanah permukaan (setelah seluruh
vegetasi yang ada dihilangkan) dengan kedalaman 0-5 (cm) dan 10-15 (cm) pada
masing-masing titik.
4. Perhitungan jamur total dan jamur selulolitik
menggunakan Serial Dilution and Plate Count Method pada medium Malt Extract
Agar dan Czapek Cellulose Agar (Jutono dkk, 1980).
5. Isolasi dan identifikasi beberapa jamur yang berbeda
menggunakan buku Introductory Mycology (Alexopoulos & Mims, 1979)
6. Sebagai data pendukung juga dilakukan pengukuran
suhu tanah dan pH tanah.

C.4 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik deskriptif


kuantitatif.

D. Daftar Pustaka
Alexopoulos, C.J dan C.W. Mims. 1979. Introductory Mycology. John Wiley & Sons.
New York
Jutono, Soedarsono, J., Hartadi, S., Kabirun, S., Suhadi dan Soesanto. 1980. Pedoman
Praktikum Mikrobiologi Umum. Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Lutz, H.J. dan R.F. Chandler. 1965. Forest Soils. John Wiley & Sons. New York
Rao, N.S.S. 1978. Soil Microorganisms and Plant Growth. Oxford & IBH Publishing.
New Delhi
Swift, M.J., Heal, O.W. dan J.M. Anderson. 1979. Decomposition in Terrestrial
Ecosystems. Blackwell Scientific Publications. Oxford

Anda mungkin juga menyukai